Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia
atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan
terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh.
Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui
diantaranya: nama generic yang merupakan nama pertama dari pabrik
yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi yang memiliki
arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi
merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti
acetylsalicylic acid atau aspirin, kemudian nama dagang ( trade mark)
merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam
menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin, empirin, anlagesik, dan
lain-lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar
persyaratan obat diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki
obatkarena unsure keasliannya, tidak ada pencampuran dan potensi yang
baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas berupa
keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis jadikan sebagai acuan dalam
makalah ini, diantaranya :
1. Definisi dan Pengelompokan Obat
2. Pengelolaan Obat
3. Pencatatan Persediaan Obat
4. Perhitungan Dosis Obat pada Bayi dan Anak Balita

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam menyusun makalah ini adalah, untuk
mengetahui:
1. Definisi dan Pengelompokan Obat
2. Pengelolaan Obat

1
3. Pencatatan Persediaan Obat
4. Perhitungan Dosis Obat pada Bayi dan Anak Balita

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang penulis harap dari makalah ini adalah agar pembaca
dapat memahami dan menerapkan materi ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN dan PENGELOMPOKAN OBAT

2
Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71 definisi obat: Obat
ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperoleh atau memperindah
badan atau bagianbadan manusia.
Menurut Permenkes RI No. 242/1990 pengertian obat dibedakan
menjadi:
Obat jadi:
Sediaan/paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi/ menyelidiki
sistem fisiologi/keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan,pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Istilah lain dari definisi obat menurut Permenkes RI No.193/Kab/B.VII/71 yaitu:
a. Obat baku
Bahan obat merupakan substansi yang memenuhi syarat-syaratyang ditentukan
oleh Farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya yang ditetapkan oleh
pemerintah. Obat bakudalam substansi selanjutnya akan disebut bahan obat.
b. Obat Jadi
Obat dalam keadaan tunggal ataupun campuran dalambentuk sediaan tertentu:
serbuk, cairan, salep, tablet, kapsul,pil, suppositoria atau bentuk lain, dan
mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku-buku
lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah. Obat jadi berupa komposisi yang sudah
standar dapat disebut preparat standar.

c. Obat Paten
Berupa obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat
(pabrik) atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
d. Obat asli

3
Obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alam (Indonesia), terolah secara
sederhana atas dasar pengalaman, dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
e. Obat baru
Obat yang terdiri dari satu atau campuran beberapa bahan obat sebagai bagian
yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat (antara lain zat pengisi,
pelarut,vehikulum) atau komponen lain yang belum dikenal,sehingga belum
diketahui khasiat serta keamanannya.
f. Obat Generik
Nama obat yang lazim atau umum; bukan obat paten
Menurut pengertian umum,obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang
menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan
definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan
untuk pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan
fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau dalam pemulihan,
perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat
merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D)
atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam
tubuh.
Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas
yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa
penggolongan obat yang lain, dimana penggolongan obat itu dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.
Beberapa definisi obat yang diindikasikan untuk beberapa penyakit, jika
klasifikasikan menurut daerah tempat terjadinya penyakit diantaranya yakni
Susunan Syaraf Pusat (SSP). Berikut ini adalah obat yang bekerja di SSP,
diantaranya :
Obat Analgetika dan Antipiretika : Obat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kasadaran. Sedangkan bila
menurunkan panas disebut Antipiretika.
ObatAntimigrain : Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-
serangan berkala dari nyeri hebat pada satu sisi.

4
Obat Anti Reumatik : Obat yang digunakan untuk mengobati atau
menghilangkan rasa nyeri pada sendi/otot, disebut juga anti encok.
Obat Anestetik : a). Anestetik Lokal : Obat yang merintangi secara
reversible penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat)
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri,
gatal-gatal, panas atau dingin. b). Anestetika Umum : Obat yang dapat
menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf tertentu yang
bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Hipnotika : Obat yang dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan
tubuh normal untuk tidur. Bila dosis rendah disebut sedativa (obat
pereda/penenang)
Obat Anti Depresan : Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat
menghilangkan atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang
tidak disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta
penyakit.
Neuroleptika : Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa)
tertentu tanpa menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan
berkelakuan normal.
Obat Antiepileptika : Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu
suatu penyakit gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala,
adakalanya disertai perubahan-perubahan kesadaran.
Obat Antiemetika : Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat
stimulasi pusat muntah yang disebabkan oleh rangsangan lambung usus,
melalui CTZ (Cheme Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak.

Berdasarkan undang-undang, obat digolongkan dalam :


1. Obat Bebas
2. Obat Keras
3. Obat Psikotropika dan Narkoba
Berikut penjabaran masing-masing golongan tersebut :

5
1. OBAT BEBAS
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter (disebut
obat OTC = Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
1.1.Obat bebas
Ini merupakan tanda obat yang paling "aman" . Obat bebas, yaitu obat yang bisa
dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, ditandai dengan
lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati
gejala penyakit yang ringan. Misalnya : vitamin/multi vitamin (Livron B Plex, )

1.2. Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W). yakni obat-obatan yang dalam
jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda
lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu
(Noza). Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda
kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan
tulisan sebagai berikut :
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu; sakit yang ringan
masih dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat
yang dipergunakan adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang dengan
mudah diperoleh masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius
sebaiknya memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk tidak melakukan uji coba
obat sendiri terhadap obat - obat yang seharusnya diperoleh dengan menggunakan
resep dokter.
Apabila menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa
menggunakan resep dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan
Golongan Obat Bebas Terbatas, selain meyakini bahwa obat tersebut telah

6
memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi dari Badan Pengawas
Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan, terdapat hal- hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya: Kondisi obat apakah masih baik atau sudak rusak,
Perhatikan tanggal kadaluarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti
keterangan atau informasi yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur /
selebaran yang menyertai obat yang berisi tentang Indikasi (merupakan petunjuk
kegunaan obat dalam pengobatan), kontra-indikasi (yaitu petunjuk penggunaan
obat yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang timbul, yang
bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian obat), cara
penyimpanan obat, dan informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang
digunakan dan dengan makanan yang dimakan.

2. OBAT KERAS
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,memakai
tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin,
penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat
kencing manis, obat penenang, dan lain-lain)
Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya
bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian.

3. PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA


Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan
dengan segala konsekuensi yang sudah kita tahu.
Karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi
dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya boleh diserahakan oleh apotek atas resep
dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada
pemerintah.

3.1.PSIKOTROPIKA

7
Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai
dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir,
perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta
mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
Jenis jenis yang termasuk psikotropika:
a. Ecstasy
b. Sabu-sabu

3.2. NARKOTIKA
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat ,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek
ketergantungan bagi pemakainya.
Macam-macam narkotika:
a. Opiod (Opiat) Bahan-bahan opioida
yang sering disalahgunakan :
Morfin
Heroin (putaw)
Codein
Demerol (pethidina)
Methadone
b. Kokain
c. Cannabis (ganja)
Penggolongan Obat Tradisional
Penggolongan obat di atas adalah obat yang berbasis kimia modern,
padahal juga dikenal obat yang berasal dari alam, yang biasa dikenal sebagai obat
tradisional.Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan

8
semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi
yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi
mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan
yang lebih praktis ini belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai
dengan uji klinik.
Pengelompokan obat bahan alam Indonesia ini menjadi jamu sebagai
kelompok yang paling sederhana, obat herbal terstandar sebagai yang lebih tinggi,
dan fitofarmakasebagai yang paling tinggi tingkatannya. Pokok pokok
pengelompokan tersebut sesuai SK Kepala Badan POM No. HK.00.05.2411
tanggal 17 Mei 2004.

Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara


tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya
cukup banyak, berkisar antara 5 10 macam bahkan lebih.
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis,
tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-
menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah
membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan
tertentu.

9
Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau


penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun
mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung
dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses
produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart
kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.. Dengan uji klinik
akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di
sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan
obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

10
Kosmetika
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetik dalam negeri adalah kosmetik yang dibuat dan dikemas oleh
industri di dalam negeri , meliputi kosmetik lokal, kosmetik lisensi, dan kosmerik
kontrak..
Kosmetik lokal adalah kosmetik yang diproduksi tanpa lisensi di
wilayah Indonesia.Kosmetik lisensi adalah kosmetik yang diproduksi di
wilayah Indonesia atas dasar penunjukan atau persetujuan tertulis dari pabrik
induatri negara asalnya. Kosmetik kontrakadalah kosmetik yang produksinya
dilimpahkan kepada produsen lain berdasarkan kontrak.Kosmetik impor adalah
kosmetik produksi pabrik luar negeri yang dimasukan dan diedarkan di
wilayah indonesia termasuk kosmerik kontrak. Bahan kosmetik adalah bahan
yang berasal dari alam atau sintetik yang digunakan untuk memproduksi
kosmetik.

B. PENGELOLAAN OBAT
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat
terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan
menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu
yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
1. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di
Apotek

11
2. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
3. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
4. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
5. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan
kefarmasian sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
6. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan
kualifikasi yang tepat
7. Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai
empat kegiatan yaitu :
1. Perumusan kebutuhan (selection)
2. Pengadaan (procurement)
3. Distribusi (distribution)
4. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)

Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada


fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini
berarti untuk kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan
yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem
manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
1. Pengelolaan Organisasi
2. Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
3. Pengelolaan informasi
4. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia

Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung


pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan
perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian
masyarakat

12
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan / seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana
dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Seleksi : Meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan
sosial ekonomi masyarakat, pemilihan jenis obat, serta
penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
Pengadaan : Meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan
pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan
pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta
melakukan jaminan mutu
Distribusi : Meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan
penyimpanan
Penggunaan : Pelayanan farmasi.

Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu


ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang
keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya
sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah
diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan
kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui,
sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan
untuk mengatasinya.
a. Seleksi Kebutuhan Obat

Salah satu kegiatan pengelolaan obat adalah seleksi terhadap obat yang
benar-benar diperlukan bagi sebagian besar populasi berdasarkan pola penyakit yang
ada. Proses seleksi merupakan awal yang amat menentukan dalam perencanaan obat,
karena melalui seleksi obat ini akan tercermin berapa banyak item obat yang akan
dikonsumsi. Berbagai pertimbangan yang seksama tentu diperlukan untuk dapat

13
menetapkan item obat apa saja yang akan diseleksi. Prinsip dasar seleksi adalah
harus menjamin bahwa obat yang diseleksi atau dipilih benar-benar memiliki
manfaat terapi yang jauh lebih besar dibandingkan risikonya, serta merupakan obat
terbaik diantara kompetitornya. Untuk itu diperlukan informasi pendukung yang
memadai sehingga dapat memberikan bukti secara ilmiah dan klinik bahwa obat
tersebut memiliki rasio manfaat risiko yang baik.
Perkembangan obat yang begitu pesat sering tidak dapat dibendung dengan
mekanisme pengenda lian yang ada. Banyaknya obat yang beredar ini menimbulkan
akibat terjadinya kesulitan menghapal kandungan aktifnya serta harus membedakan
mana yang benar-benar secara ilmiah dan medik memberi efek terapetik yang
bermakna secara klinik dan statistik. Variasi pemberian obat atau peresepan juga
makin lebar mengingat jumlah dan jenis tenaga medik yang dilibatkan dalam
pelayanan kesehatan, baik secara langsung dan tidak langsung, meningkat dari tahun
ke tahun yang dengan sendirinya akan meningkatkan keragaman penggunaan obat
dalam populasi.
Dalam kenyataannya, secara epidemiologi pola sebagian besar penyakit yang
ada di masyarakat dapat dikatakan konstan, beberapa yang lainnya berubah secara
drastis, dan beberapa lagi sering tidak dapat dideteksi dengan baik. Berdasarkan hal
ini mestinya dapat diseleksi obat yang benar- benar dibutuhkan dan bermanfaat
untuk sebagian besar masyarakat berdasarkan pola penyakitnya, sehingga tidak
semua obat yang jumlahnya puluhan ribu harus dikonsumsi secara bersama.
Pada dasarnya seleksi obat hanya bisa dilakukan jika kita telah mempunyai
data gambaran yang baik mengenai pola penyakit, seberapa besar obat yang ada
bermanfaat mengatasi prevalensi penyakit, hingga seperti apa karakteristik pasien
yang diobati selama ini.
Kriteria untuk melakukan seleksi obat adalah :
1. Obat yang dipilih adalah obat yang dibutuhkan oleh sebagian besar
populasi
2. Memperhatikan pola prevalensi penyakit, fasilitas pelayanan
kesehatan, kemampuan sumber daya manusia, faktor genetika,
demografi dan lingkungan

14
3. Obat yang dipilih terbukti aman dan manjur yang didukung dengan
bukti ilmiah
4. Mempunyai manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal
5. Mutu terjamin baik stabilitas maupun bioavailabilitasnya
6. Dalam segi total biaya pengobatan mempunyai rasio manfaat-biaya
yang baik
7. Bila pilihan lebih dari satu maka dipilih yang paling banyak
diketahui, mempunyai farmakokinetika yang paling
menguntungkan, mudah diperoleh serta dengan harga terjangkau

b. Pengadaan Obat
Kegiatan pengelolaan obat yang kedua adalah pengadaan obat yang
meliputi estimasi kebutuhan obat untuk populasi, perencanaan pengadaan,
pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan
serta jaminan mutu obat.
Beberapa isu penting pada penghitungan kebutuhan obat :
1) Rencana kegiatan penghitungan kebutuhan
2) Estimasi waktu yang dibutuhkan
3) Daftar obat
4) Dampak lead time
5) Estimasi biaya total pengadaan
6) Penyesuaian akhir rencana pengadaan obat Pelaksanaan
Pengadaan.
Pada sistem suplai obat terdapat tiga model pengadaan/pembelian obat
yaitu :
1) Pembelian tahunan (annual purchasing) merupakan pembelian dengan
selang waktu satu tahun. Model ini biasanya digunakan untuk obat publik.
2) Pembelian terjadwal (scheduled purchasing) merupakan pembelian
dengan selang waktu tertentu misal : satu minggu, satu bulan, tiga bulan,
enam bulan

15
3) Pembelian tiap waktu (perpectual purchasing) merupakan pembelian yang
dilakukan setiap saat pada keadaan obat mengalami kekurangan
c. Distribusi
Distribusi meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat dan
penyimpanan.
Pengendalian Persediaan
Konsep dasar dalam pengelolaan persediaan adalah menjaga
keseimbangan antara penyimpanan persediaan dengan biaya yang dibutuhkan
untuk menyimpan persediaan tersebut.
Pengelolaan persediaan dimaksudkan untuk membantu pengelolaan
perbekalan (supply) obat agar mempunyai persediaan dalam jenis dan jumlah
yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan.
Upaya mempertahankan tingkat persediaan pada suatu tingkat tertentu dilakukan
dengan mengendalikan arus barang yang masuk.
Tingkat Persediaan
Stok yang tersedia ditangan terdiri dari dua komponen yaitu : stok kerja
(working stock) dan stok pengaman (safety stock). Stok kerja (Q) bervariasi dari
nol sampai jumlah dengan pesanan dan merupakan stok yang diperlukan selama
pelayanan kebutuhan di antara dua pengiriman.
Stok pengaman (S) juga disebut stok penyangga, stok cadangan atau stok
fluktuasi. Stok pengaman dimaksudkan untuk menghindari kekosongan atau
sebagai persediaan apabila permintaan obat meningkat dengan cepat atau bila
terjadi keterlambatan pengiriman.
Dalam persediaan yang ideal, obat yang tersedia merupakan pengurangan
dari obat yang ada dengan jumlah permintaan. Bila persediaan obat sudah
mendekati buffer stock maka harus dilakukan pemesanan obat.

C. PENCATATAN DAN PELAPORAN PEMAKAIAN OBAT


Pengelolaan obat di sektor pemerintah yang di biayai melalui beberapa
sumber dana, hingga saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan obat di unit-unit

16
pelayanan kesehatan. Selain faktor dana, ketidak cukupan obat-obatan tersebut
dipengaruhi pula oleh berbagai masalah pada beberapa aspek pengelolaan obat.
Tujuan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Puskesmas
adalah untuk menjamin kelangsungan dan ketersediaan serta keterjangkauan
pelayanan obat agar efisien, efektif dan rasional. Keberhasilan pengelolaan obat
sangat terkait dengan pencatatan dan pelaporan obat. Kegiatan ini merupakan
upaya penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik mengenai jenis dan
jumlahnya. Dalam hal penerimaan, ketersediaan, pengeluaran atau
penggunaannya juga termasuk waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi dari
obat-obatan tersebut.
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan obat ini sangat berperan dalam
ketersediaan obat dipuskesmas sehingga seringnya terjadi kekosongan obat pada
unit-unit pelayanan merupakan gambaran kurang tertibnya pelaksanaan
pencatatan dan pelaporan tersebut. Hal inilah yang melatar belakangi diangkatnya
permasalahan tersebut. Makalah ini ingin menyampaikan kepada kita, bagaimana
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pemakaian obat, apakah selama ini telah
berjalan dengan tertib, akurat dan tepat waktu sehingga dapat menjamin
ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektif dan
Rasional.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan pemakaian obat yang dilakukan


meliputi :
1. Pencatatan Rutin
Pencatatan rutin yang dilakukan setiap hari oleh petugas gudang obat
menyangkut penerimaan dan pelayanan obat ke unit pelayanan dan sub unit
pelayanan pada kartu stok.
2. Pencatatan Berkala
Pencatatan berkala ini dilakukan menyangkut laporan penerimaan bulanan
dan rekapitulasi pemakaian harian obat pada buku penerimaan dan

17
pemakaian obat bulanan atau dikenal dengan Buku Rekapan Bulanan. Buku
ini bermanfaat untuk membantu petugas unit pelayanan dalam
mengendalikan persediaan obat, terutama jika persediaan telah mencapai
jumlah minimun, maka unit pelayanan dapat mengajukan permintaan obat
tambahan.
3. Pelaporan Bulanan
Pelaporan bulanan dilakukan untuk laporan pemakaian obat setiap bulan
dengan menggunakan format LPLPO. Laporan ini digunakan sebagai sarana
pertanggung jawaban oleh puskesmas kepada Dinas Kesehatan kabupaten
melalui Gudang farmasi.
4. Pelaporan tahunan
Terdapat tiga macam laporan, yakni laporan tahunan LPLPO yang berisi
jumlah penerimaan, persediaan dan pemakaian obat yang ada di puskesmas
selama setahun. Laporan LPLPO dibuat berdasarkan laporan bulanan yakni
merekap data yang ada pada tiap laporan bulanan yang berupa LPLPO mulai
dari awal tahun yakni bulan januari sampai dengan bulan Desember tahun
yang bersangkutan.
Pencatatan dan pelaporan obat memegang peranan penting dalam
keberhasilan pengelolaan obat secara keseluruhan. Pengelolaan obat mencakup:
perencanaan, permintaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian penggunaan,
pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan obat merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau
unit pelayanan lainnya.

D. Perhitungan Dosis Obat Pada Bayi Dan Anak Balita


1. Pengertian Dosis Obat
Dosis suatu obat adalah dosis pemakaian sekali untuk peroral
atau injeksi. Dalam pemberian terapi obat yang rasional, DOSIS
OBAT merupakan faktor penting dalam menghasilkan efek yang
diinginkan, bahkan dapat membahayakan jika terjadi OVER
DOSIS.
2. Macam-macam Dosis Obat
Untuk menetapkan dosis yang tepat, perlu diketahui macam-
macam dosis :

18
DOSIS TERAPI (DT)
Dosis individual yang tertulis di resep dengan tujuan
pengobatan.
DOSIS LAZIM (DL)
Dosis yang tercantum di literatur yang lazimnya dapat
menyembuhkan, dosis tersebut sebagai acuan dalam
menetapkan dosis terapi (DT) per individual.
Contoh : Erithromicin
Sekali minum : 250 mg 500 mg
Seharinya : 1000 mg 2000 mg
DOSIS MAKSIMUM (DM)
Dosis terbesar yang dapat memberikan efek terapi
tanpa menimbulkan bahaya.
Contoh : Erithromicin.
Sekali minum : 500 mg
Seharinya : 2000 mg

3. Faktor Yang Mempengaruhi Dosis Obat


Adapun faktor yang mempengaruhi dalam pemberian Dosis
obat, diantaranya yaitu : Berat Badan, Umur, Luas permukaan
tubuh, Jenis kelamin, Status patologi , Toleransi, Obat yg diberikan
bersamaan, Waktu pemakaian, Bentuk sediaan dan cara pemakaian.

4. RUMUS MENGHITUNG DOSIS:


1) Clark
Da = w/70 x DM Dewasa
2) Sagel
Da = (13 x w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 20 minggu )
Da = ( 8 x w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 52 minggu )
Da = ( 3 x w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
3) YOUNG
Da = n (umur) / n + 12 X DM Dewasa
4) DILLING
Da = n/20 X DM Dewasa
5) FRIED
Da = m/150 X DM Dewasa
6) COWLING
Da = (n+1)/24 X DM Dewasa
7) Berdasarkan luas area permukaan tubuh :
Dosis anak = area permukaan tubuh anak/1,7 mm2 X dosis
dewasa normal.

19
Keterangan :
Da = Dosis Anak
DM = Dosis Maksimal
N = Umur (tahun)
M = Umur (bulan)

Mengingat anak masih dalam tahap proses pertumbuhan dan


perkembangan, maka pemberian dosis obat pada bayi dan balita sering
mengalami perbedaan.
Banyak para ahli yang berpendapat. Namun, prinsipnya penentuan
dosis obat dapat disimpulkan oleh dua standar, yakni berdasarkan luas
permukaan tubuh dan berat badan anak (CLARK).
CARA MENGHITUNG DOSIS
BERDASARKAN BERAT BADAN (CLARK)
Da = W (Weight = BB (Kg)) / 70 X DM Dewasa
Berapa dosis erithromicin untuk anak 5 tahun
( BB = 15 Kg ) jika dosis lazimnya 250mg-500mg
sekali minum, dan 1000mg-2000mg seharinya?
Jawab :
Sekali minum = 15 Kg/70 Kg X (250mg-500mg) =
52.5mg-105 mg
Seharinya = 15 Kg/70 Kg X (1000mg-2000mg ) =
210mg-420mg
BERDASARKAN UMUR
1) YOUNG ( n = UMUR KURANG DARI 8
TAHUN )
Da = n (umur) / n + 12 X DM Dewasa
Berapa dosis erithromicin untuk anak 5 tahun
( BB = 15 Kg ) jika dosis lazimnya 250mg-500mg
sekali minum dan 1000mg-2000mg seharinya?
Jawab :
Sekali minum = 5 / 5 + 12 X (250mg-500mg) =
73.5mg-147mg
Seharinya = 5 / 5 + 12 X (1000mg-2000mg) = 294
mg-588 mg
2) DILLING ( N = UMUR DIATAS 8 TAHUN )
Da = n (umur) / 20 X DM Dewasa

20
Berapa dosis erithromicin untuk anak 10 tahun
( BB = 15 Kg ) jika dosis lazimnya 250mg-500mg
sekali minum dan 1000mg-2000mg seharinya?
Jawab :
Sekali minum = 10 / 20 X (250mg-500mg) = 125 mg
250 mg
Seharinya = 10 / 20 X (1000mg-2000mg) = 500 mg
1000 mg

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperoleh atau memperindah
badan atau bagian badan manusia.
Obat menurut WHO dikelompokkan menjadi 3 yaitu obat bebas, obat
keras, dan obat psikotropika dan narkotika. Obat perlu dikelola,tujuan utama

21
pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam
jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat
yang membutuhkan.
Perlu diadakan pencatatan dan pelaporan obat, karena hal ini sangat
berperan dalam ketersediaan obat di Puskesmas sehingga seringnya terjadi
kekosongan obat pada unit-unit pelayanan merupakan gambaran kurang tertibnya
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan tersebut.
Dosis suatu obat adalah dosis pemakaian sekali untuk peroral atau injeksi.
Dalam pemberian terapi obat yang rasional, DOSIS OBAT merupakan faktor
penting dalam menghasilkan efek yang diinginkan, bahkan dapat membahayakan
jika terjadi OVER DOSIS.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan, kita perlu memahami mengenai obat mulai dari
pengertian, pengelompokan, pengaturan persediaannya, pencatatan persediaannya,
dan penghitungan dosis obat pada bayi dan anak balita. Hal tersebut akan
membantu kita memberikan pelayanan yang efektif terhadap klien dan
mengurangi terjadinya resiko kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://learnpharmacia.blogspot.com/2011/10/pengelompokan-obat-menurut-
ketersediaan.html
http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/penggolongan-obat.html
http://www.artikata.com/arti-342592-obat.html
http://www.stopobatpalsu.com/index.php?modul=bertindak&cat=BerObat
http://farmasi-id.blogspot.com/2010/09/definisi-obat-berdasarkan-target.html
http://www.who.or.id/ind/products/ow5/sub1/display.asp?id=5
http://66six.wordpress.com/2012/03/24/manajemen-persediaan-abc-and-ved-
analysis-in-medical-stores-inventory-control-3/
http://yosefw.wordpress.com/2009/03/19/478/

22
http://zahra-youtube.blogspot.com/2010/10/prosedur-pemberian-obat.html

23

Anda mungkin juga menyukai