BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan hidup sehat dan memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata. Obat merupakan salah satu komponen yang tidak
tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial
merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik
akses terhadap obat esensial. Sementara itu, menurut WHO (World Health Organization)
merupakan bagian yang hendak dicapai. Data tahun 2001 memperlihatkan bahwa
pedesaan sebesar 83,02%. Oleh karena itu, komunikasi, informasi, dan edukasi yang
efektif dan terus-menerus merupakan keharusan dalam rangka penggunaan obat yang
Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang
membuat obat jenis ini kurang dimanfaatkan. Obat generik adalah obat dengan nama
resmi International Non Propietary Name (INN) yang telah ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (DepKes
RI, 2010).
Pada dasarnya, obat generik merupakan salah satu sediaan farmasi yang telah
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun
turut mengawasi standar umum tersebut. Hal yang membedakan dengan obat bermerek
dan banyak dipromosikan, umumnya pada pemilihan kadar kandungan dalam rentang
masih tergolong rendah, meskipun harganya jauh lebih murah dan khasiat yang sama
seperti obat bernama dagang (bermerek). Menurut data Departemen Kesehatan RI pada
tahun 2010, peresepan obat generik oleh dokter di rumah sakit umum milik pemerintah
saat ini baru 66 persen, sedangkan di rumah sakit swasta dan apotek hanya 49 persen.
Ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan juga baru 69,7
persen dari target 95 persen, Dalam lima tahun terakhir 2005-2010, pasar obat generik
turun dari Rp. 2.525 triliun atau 10 persen dari pasar nasional, menjadi Rp. 2.372 triliun
atau 7.2 persen dari pasar nasional. Sementara, pasar obat nasional meningkat dari Rp.
23,59 triliun pada 2005 menjadi Rp. 32,93 triliun pada 2009. Hal itu antara lain
dipengaruhi oleh tingkat penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan (Depkes
RI, 2010).
mengasumsikannya sebagai obat kelas dua, artinya mutunya kurang bagus. Obat
generik pun kerap dicap obat bagi kaum tak mampu. Faktanya tidak demikian. Kurangnya
informasi seputar obat generik adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang
pihak pasien sendiri menjadi tidak efisien dalam membeli obat. Membeli obat tidak bisa
sebanding dengan kualitasnya, dimana semakin mahal harganya maka semakin bagus
kualitasnya. Semua obat baru, tentu harus dibayar tinggi untuk jasa penemuannya, yang
menjadi hak eksklusifnya. Namun, tidak semua penyakit yang pasien derita memerlukan
jenis obat baru. Edukasi ke masyarakat mengenai obat generik menjadi perlu dan wajib
di rumah sakit bukan merupakan faktor rendahnya penggunaan obat generik, tetapi lebih
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang obat generik itu sendiri
(Handayani, 2010).
Obat generik berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat yang
yang memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerek adalah
obat yang diberi merek dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya.
Obat generik berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah kebawah akan obat.
Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan
obat kelas dua artinya mutunya kurang bagus. Obat generikpun kerap dicap obat bagi
kaum tak mampu, faktanya tidak demikian. Kurangnya informasi seputar obat generik
adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang sebelah mata. Pahahal
tidak semua penyakit yang pasien derita memerlukan obat baru. (Anonim, 2006).
Obat paten adalah obat yang baru ditemukan dan baru memiliki waktu paten
tertentu tergantung jenis obatnya. Obat paten dibuat dengan tujuan memberikan
kenyamanan yang lebih untuk pasien yang mampu. Dengan kemasan yang lebih baik,
rasa yang lebih enak, sirup yang lebih tidak pahit karena butiran obatnya berukuran
mikro, efek samping dilambung yang tidak terasa karena dilapisi salut gula, maupun efek
samping lain yang diminimalkan karena tabletnya lepas lambat atau mungkin masalah
lain seperti, tidak menggunakan pelarut alkohol yang diharamkan oleh agama tertentu.
(Winardi, 2009).
Obat paten hanya diproduksi oleh pabrik yang memiliki hak paten sehingga
umumnya dijual dengan harga yang tinggi karena tidak ada kompetisi. Hal ini biasanya
untuk menutupi biaya penelitian dan pengembangan obat tersebut serta biaya promosi
yang tidak sedikit. Setelah habis masa patennya, obat tersebut dapat diproduksi oleh
semua industri farmasi. Obat inilah yang disebut obat generik. Setiap pabrik memberi
nama sendiri sebagai merek dagang. Obat ini di Indonesia dikenal dengan nama obat
Kepercayaan pasien terhadap khasiat dari obat generik jauh lebih rendah
dibandingkan dengan obat paten, karena selama ini pasien terbiasa mengkonsumsi obat
paten yang diakui jauh lebih baik. Selain itu, juga pasien pada umumnya berasumsi
Selain rendahnya tingkat pengetahuan pasien akan obat generik faktor lain yang
adalah akses obat kepada pasien, ketersedian obat diberbagai daerah dan harga obat
Oleh karena itu, akan diadakan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat tentang obat generik dan obat paten di Desa Kasiwiang, Kecamatan Suli,
Kabupaten Luwu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan penelitian dengan judul
“Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik dan Obat Paten di Desa
Kasiwiang, Kec. Suli, Kab. Luwu”. Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
obat generik dan obat paten di Desa Kasiwiang, Kec. Suli, Kab. Luwu Tahun 2016?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
dan Obat Paten di Desa Kasiwiang, Kec. Suli, Kab. Luwu Tahun 2016
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Peneliti
Sebagai syarat Program Studi D III Farmasi Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.
2. Manfaat Akademik
Sebagai bahan referensi untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan bagi masyarakat di Desa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Obat
makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun
menyembuhkan penyakit.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup,
Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. (Ansel, 1985)
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
kesehatan dan kontrasepsi. (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005)
obat, penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat kesembuhannya. Selain itu,
obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang hasil
yang diperoleh dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke
sarana kesehatan baik Puskesmas, rumah sakit maupun poliklinik. Obat merupakan
obat dalam pelayanan kesehatan juga merupakan indikator untuk mengukur tercapainya
Defenisi lain, obat adalah bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang di
gunakan pada hewan dan manusia. (istilah inggris drug identik dengan obat jerman
Doge). (mutschler,E.,1999).
Dari segi farmakologi obat didefinisikan sebagai substansi yang digunakan untuk
pencegahan dan pengobatan baik pada manusia maupun pada hewan. Obat merupakan
faktor penunjang dalam komponen yang sangat strategis dalam pelayanan kesehatan.
(Widhayani, 2002)
Menurut undang-undang yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau bahan-
a. Obat Jadi yaitu obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan,
tablet, pil, suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai teknis yang sesuai dengan
pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
c. Obat Baru yaitu obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang berkhasiat
maupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pembantu atau komponen lain,
d. Obat Asli yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamia Indonesia, terolah
e. Obat Esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat
terbanyak dan tercantum dalam daftar obat esensial yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan.
f. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope
berikut :
penggunaannya bukan melalui oral dan diberi etiket biru. Contohnya implantasi injeksi,
salep.
a) Lokal adalah obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti obat-obat yang
b) Sistemik adalah obat yang didistribusikan keseluruh tubuh. Contohnya : tablet, kapsul,
a) Pengobatan dan ilmu pengetahuan dan dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
Mempunyai takaran maksimum atau yang tercantum dalam daftar obat keras.
Diberi lingkaran khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
5. Obat Bebas Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter
dengan penyerahan dalam bungkus aslinya dan diberi logo lingkaran warna biru.
6. Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak membahayakan bagi
si pemakai dan diberi tanda lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Adapun obat-obat yang kita gunakan ini berasal dari berbagai sumber antara lain
sebagai berikut :
Obat generik adalah obat yang sama dengan zat berkhasiat yang dikandungnya,
sesuai nama resmi International Non Propietary Names yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia (Cakmoki, 2010). Pengertian lain dari Farmakope Indonesia untuk
sebagai obat kelas dua, artinya mutunya kurang bagus. Obat generikpun kerap dicap
obat bagi kaum tak mampu karena harganya yang terbilang murah membuat masyarakat
tidak percaya bahwa obat generik sama berkualitasnya dengan obat bermerek. Kualitas
obat generik tidak kalah dengan obat bermerek karena dalam memproduksinya
Para ahli farmasi menyatakan bahwa obat paten dan obat generik sama sekali tidak
berbeda, kecuali pada nama dan harganya. Harganya yang jauh lebih murah bukan
berarti mutunya rendah, tetapi karena banyak faktor-faktor biaya yang dapat dipangkas
dalam produksi dan pemasaran misalnya pada biaya pengemasan dan juga biaya dalam
periklanan, selain itu promosi obat ke dokter membuat obat paten mahal.
3) Masyarakat juga mendapatkan obat yang bermutu, aman dan efektif dengan harga yang
generik. Namun untuk meningkatkan akses terapi bagi masyarakat yang kurang mampu,
Bila kebijakan penggunaan obat generik dapat diterapkan, maka banyak manfaat
Farma. PT.Indi Farma dan PT. Faras, serta beberapa perusahaan swasta sebanyak 20
perusahaan farmasi swasta yang telah ditunjuk pemerintah dan sudah mendapatkan
melayani kebutuhan rakyat akan obat-obatan dengan harga semurah murahnya, karena
harga obat generik. Menurut Samsul arifin sekretaris jenral GP Farmasi, itu sudah
Salah satu tempat yang membuka pelayanan obat generik adalah Rumah Sakit,
dimana seorang apoteker mempunyai peran penting dalam pelayanan obat generik,
terutama praktek profesi kefarmasian di instalasi Rumah Sakit antara lain dalam bentuk
pelayanan informasi kepada masyarakat tentang obat pilihan alternatif berupa obat
Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat dan tidak diizinkan mengganti
obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. (Arif, 2007)
Kementerian Kesehatan mewajibkan seluruh fasilitas kesehatan milik pemerintah
Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si
pembuat atau dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya. (Anif,
2004)
Obat paten adalah hak paten yang diberikan kepada industi farmasi pada obat baru
yang ditemukannya berdasarkan riset industri farmasi tersebut diberi hak paten obat
untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis
sesuai aturan yang telah diterapkan secara internasional. Obat yang telah diberi hak
paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh industri
farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak paten.
Berdasarkan UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, masa hak paten berlaku 20 tahun
(pasal 8 ayat 1) dan biasa juga 10 tahun (pasal 9). Contohnya yang cukup populer adalah
Norvask. Kandungan Norvask (aslinya Norvasc) adalah amlodipine besylate, untuk obat
anthipertensi. Pemilik hak paten adalah Pfizer. Ketika masih dalam masa hak paten
(sebelum 2007), hanya Pfizer yang boleh memproduksi dan memasarkan amlodipene.
Biasa dibandingkan produsen tanpa saingan. Harganya luar biasa mahal. Biaya riset,
biaya produksi, biaya promosi dan biaya-biaya lain. (termasuk berbagai bentuk upeti
terhadap pihak-pihak terkait), semuanya dibebankan kepada pasien. Setelah masa hak
paten berakhir, barulah industri farmasi lain boleh memproduksi dan memasarkan
Tanpa izin pemilik hak paten, obat ini tidak boleh ditiru, diproduksi dan dijual dengan
nama Generik dari pabrik lain. Obat paten diproduksi melalui penelitian yang bertahap,
rumit dan panjang. Setelah melewati berbagai uji baik laboratorium, uji pada hewan
percobaan maupun pada manusia dan terbukti lolos atau memiliki efek terapi yang baik
dan efek sampingnya minimal maka obat ini dipatenkan untuk kemudian yang dijual.
Obatnya sangat mahal karena biaya penelitian yang mencapai puluhan tahun yang
menekan biaya sangat besar. Obat paten yang sudah diproduksi dan dijual dalam waktu
yang lama akhirnya mencapai masa diluar hak paten. Jika masa berlaku hak paten ini
habis, maka obat paten dapat diproduksi oleh siapa saja dan biasanya disebut dengan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recaal) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
b. Memahami (comprehension)
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
dipelajari.
c. Aplikasi (application)
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
e. Sintesis (syntesis)
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
C. Kerangka Konsep
a. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini berupa karakteristik tentang pasien meliputi :
b. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah indikator pengetahuan tentang obat
Keterangan :
: Variabel independen
: Variabel dependen
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka, maka telah
(Gingivitis).
1. Pengetahuan
Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah
2003).
Kriteria Objektif :
2. Obat Generik
Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama resmi
yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Non -
propietary Names ) dari WHO ( World Health Organization ) untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya.
3. Obat Paten
Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si
pembuat atau dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
mendalam terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik dan obat
Penelitian ini dilakukan pada bulan April Tahun 2016 di Desa Kasiwiang, Kec. Suli,
Kab. Luwu.
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua masyarakat yang berada di Desa
2. Sampel
Sampel yang diteliti adalah bagian yang terambil sebagai perwakilan terhadap
tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik dan obat paten di Desa Kasiwiang,
Kec. Suli, Kab. Luwu dihitung berdasarkan rumus slovia dengan menentukan tingkat
D. Pengumpulan Data
menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dengan mengumpulkan hasil jawaban dari
tidak mengetahui.
1. (≥50) = Benar
2. (>50) = Salah
F. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah data diolah dalam bentuk tabel distribusi.
G. Analisis Data
n=
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Apa Beda Istilah Obat Paten dan Obat Generik, Apotik Sehat (online),
Anonim, 2010, Obat Generik juga Manjur, Equator News (online), www.equator-news.com,
2016.
Anief, 2003, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek 161-171, Gadja Mada University
Press,Yogyakarta.
Anif. M., 2004, Ilmu Meracik Obat, Edisi XI, Gadja Mada University press, Yogyakarta.
Arif, M., 2007, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Edisi V Gadja Mada University press,
Yogyakarta.
BPOM, 2012, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
Departemen Kesehatan RI, 2005. Kebijakan Obat Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
DepKes RI, 2010 Pemerintah Lakukan Revitalisasi Penggunaan Obat Generik, Depkes RI,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit,Direktrat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Depertemen KesehatanRI, 2004, Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, Direktorat Bina
Hadinegoro, H, dan Rezeki, S., 1990, Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,
Handayani, R.S., Supardi, S., Raharni, R., Susyanty, A.L., 2010, Ketersediaan dan Peresepan
Hilda, 2011. Tingkat Pengetahuan Manyarakat Dusun Salubua Kabupaten Luwu Tentang
Penyakit Tuberkolosis (TB), KTI Farmasi Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.
Hijrawati, 2011. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik. Politeknik Kesehatan.
Isnawati, A., 2008, Produksi Obat Generik Berlogo, http://www.Isfination co.ic. Diakses tanggal
27 Februari 2016.
Idham, 2005. Analisis Kecukupan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar Sebelum dan Sesudah
Kementrian KesehatanRI, 2012, Tentang Daftar Obat Ensial Nasional, Kementrian Keshatan RI,
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Riduwan, Drs., 2004, Metode dan Teknik Mengurus Tesis. Bandung Alfabeta.
Sedyaningsih, E.R, 2010, Pasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Wajib Menggunakan Obat
Tjay Hoan Tan., Raharja Kirana 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Wahidin Tri Widyawati 2009, Kebijakan Obat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional,
Perundangan Obat.
Widhayani, 2002. Studi Tentang Pengelolaan Obat dengan Menggunakan Analisis Pareto di
Puskesmas Kec. Ujung Tanah Kota Makassar. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat