FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “COST-UTILITY ANALYSIS” Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang biaya utilitas. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa melindungi segala
usaha kita. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Farmakoekonomi .................................................................... 3
2.2 Analisa Biaya Utility ............................................................................ 3
A. Pengertian Analisa Biaya Utility ................................................. 3
B. Mengalikan Utility dengan Lama Hidup Masing-Masing
Pilihan Untuk Mendapatkan Nilai QALYs .................................. 4
2.3Manfaat Cost Utility Analisis................................................................. 4
2.4 Prinsip Cost Utility Analisis ................................................................ 4
2.4 Anemia ................................................................................................. 5
2.5 Klasifikasi Anemia ............................................................................... 5
2.6 Pencegahan Anemia ............................................................................. 7
2.7 Penanggulangan Anemia...................................................................... 8
2.8 Pengobatan Anemia ............................................................................. 8
BAB III METODEOLOGI
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 10
3.2 Kualitas Hidup ...................................................................................... 10
3.3 Analisa Biaya Utility ............................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan........................................................................... 13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pelayanan. Walaupun semua penelitian ekonomi kesehatan sebelumnya focus terhadap
analisa short acting ESA, CERA merupakan salah satu yang paling akhir diperkenalkan
pada praktek klinis yang belum diteliti.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
biaya utilitas terhadap pengobatan pasien dialysis dengan CERA satu kali sebulan atau
EpoB 3 kali dalam seminggu dengan sebuah strategi mengatasi anemia tanpa ESAs.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami salah satu metode dalam farmakoekonomi yang dipakai dalam
mengukur manfaat utility-beban lama hidup, menghitung biaya perutility, sehingga
dapat mengambil keputusan atau kebijakan untuk menentukan mana yang lebih efektif
dan efisien.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan cost utility pada pengobatan pasien
dialysis anemia dengan CERA satu kali sebulan atau Epoitin Beta (EpoB) 3 kali dalam
seminggu dibandingkan dengan suatu strategi acuan managmen anemia dengan
transfuse sel darah merah (RBCT).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kelebihan CUA adalah tipe keluaran kesehatan yang berbeda dan penyakit
dengan beberapa keluaran dapat dibandingkan dengan menggunakan unit pengukuran
QALY. CUA menggabungkan morbiditas dan mortalitas kedalam satu unit pengukuran
tanpa perlu mengukur nilai moneter dari suatu keluaran kesehatan. Kekurangan dari
metode ini adalah kesulitan untuk menentuak utility atau QALY secara tepat.
2.5 Anemia
4
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah
(eritrosit) atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilainormal
(kurang darah). Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah merahyang berfungsi
mengikat oksigen. Jika seseorang kekurangan sel darah merah atau hemoglobin yang
normal, maka sel-sel dalam tubuh tidak akan mendapatkanoksigen yang cukup,
akibatnya menimbulkan gejala anemia. Gejala anemia sepertilemah dan lesu terjadi
karena organ-organ tidak mendapatkan apa yang merekabutuhkan untuk berfungsi
dengan baik, yaitu oksigen. Dalam masyarakat anemia dikenal dengan istilah
kurang darah. Kurang darah (anemia) ini berbedadengan darah rendah. Darah rendah
merupakan rendahnya tekanan darah, sedangkan anemia adalah kurangnya sel darah
merahatau hemoglobin. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlahhemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darahtidak dapat
mengangkuto k s i g e n dalam jumlah ya n g sesuai diperlukan tubuh.
K e a d a a n i n i s e r i n g menyebabkan energi dalam tubuh menjadi menurun
sehingga terjadi 5L (lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih). Dalam hal ini orang
yang terkena anemiaadalah orang yang menderita kekurangan zat besi.
Seseorang yang menderitaa n e m i a a k a n s er i n g m e n ga l a m i k e a d a a n p u s i n g
ya n g s e d a n g h i n gg a b e r a t dikarenakan meningkatnya penghancuran sel darah
merah, pembesaran limpa,kerusakan mekanik pada sel darah merah, reaksi
autoimun terhadat sel darah merah.
5
(ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai
malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :
o Diet yang tidak mencukupi
o Absorpsi yang menurun
o Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
o Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
o Hemoglobinuria
o Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
2. Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi
seperti infeksi ginjal, paru ( abses, empiema dll ).
3. Anemia makrositik
a) Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik
karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun
maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.
b) Anemia defisiensi asam folat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan
absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh
saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang
hijau.
4. Anemia karena perdarahan
a) Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan
penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b) Perdarahan kronik
c) Pengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan
saluran cerna, dan epistaksis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik
sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran,
6
kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme,
dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.
6. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
2) Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41% )
3) Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5) Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik)
7
a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup
secara rutin pada usia remaja.
b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas,
makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat)
untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh,
teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
c. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama
susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang
mengandung phosphate dan kalsium.
e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan
untuk skrining anemia defisiensi besi.
8
berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Perlu obat penekan
kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh dan memberikan
kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
e. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang
Pengobatan berbagai penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga
kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.
f. Anemias hemolitik
Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan tertentu, mengobati
infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan yang
dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat
penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan
tubuh menyerang sel-sel darah merah.
g. Sickle cell anemia
Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen
asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia,
Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
Tabel 1 dasar klinik, biaya, dan asumsi input
Variabel Estimasi Kasus Dasar Sumber Reverensi
Biaya CERA per tahun $3,030.19 12
Biaya EPOB per tahun $3,288.49 12
Dosis cera per bulan 106.4±50.1 µg 12
Dosis EPOB per minggu 6,104±3,178 iu 12
Dosis besi IV per bulan 100 mg3 12, 13
Dosis besi IV per tahun $163.60 Anam
Jumlah hari rawat inap tahunan 4, 16, 17, 31, 32
Pasien yang menerima ESA 8.5
Pasien yang menerima RBCT 11.65
Biaya rawat inap 1 hari $107.50b Anam
Biaya hari rawat inap tahunan Anam
Pasien yang menerima ESA $913.75
Pasien yang menerima RBCT $1,252.37
Jumlah unit RCB per tahun 10 4, 15, 16, 33
Biaya satu unit RBcs $92.40c Anam
Biaya tahunan RBCT per tahun $924 Anam
Utilitas untuk pasien dialisis yang 0.48d 3, 24, 25, 33
menerima RBCT
Utilitas untuk pasien dialisis yang
menerima ESA
Hb 10,5 g/dL 0.63 1–3
Hb 10,5 – 12 g/dL 0.64 1,2,4-6
Hb 12 g/dL 0.65
Resiko kematian tahunan untuk pasien 0.077 1,3,7
dialisis hb 10,5 – 12 g/dL
Risiko kematian reltif untuk pasien 1.14 1,7,19
dialisis, tidak ada esa vs kisaran Hb
menengah atau rendah
Risisko kematian relatif untuk pasien 1.12 7,26-28
dialisis kisaran Hb tinggi vs menengah
atau rendah
11
3.3 Analisis Biaya Utilitas
Untuk menghitung biaya, QALY dan kenaikan terkait dengan CERA, EpoB, dan
RBCT saja. Input model utama termasuk untuk CERA, EpoB, dan RBCT; biaya medis,
kelangsungan hidup, dan utilitas tergantung pada tingkat Hb. Output model adalah rasio
biaya utilitas yang diharapkan dan tambahan rasio biaya utilitas (ICUR) mewakili
mengirim biaya tambahan dan utilitas yang diperoleh, saat CERA atau EpoB dibandingkan
dengan ezim RBCT.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 2. Biaya tambahan yang diharapkan QALYs
Intervensi Biaya Biaya Rata-rata Tambahan Rasio ICUR
rata-rata tambahan QALYs QALYs biaya ($/QALYs)
$ $ utilitas
RBCT 2,176.37 - 0.491 - 4,423.52 -
CERA 4,107.01 1,930.64 0.591 0.1 6,955.50 19,606.4
EpoB 4,365.69 2,189.32 0.591 0.1 7,406.38 22,466.09
Hasil Dalam Tabel 2, biaya QALYs dan tambahan terkait dengan administrasi
CERA dan EpoB, dibandingkan dengan pengobatan dengan RBCT. Total biaya per pasien
diperkirakan untuk RBCT ($ 2.176,37), CERA ($ 4.107,01) dan EpoB ($ 4.356,69).
Pemberian ESA dikaitkan dengan peningkatan QOL pasien dengan rata-rata 0,1 QALY
per tahun, dibandingkan dengan pengobatan dengan RBCT, dengan biaya tambahan
sebesar ($ 1.930,64 untuk CERA) dan ($ 2.189,32 untuk EpoB). Oleh karena itu, rasio
utilitas biaya QALY dihitung pada RBCT(4,423.52), CERA (6.955,50) dan EpoB
(7.406,38) sehubungan dengan RBCT masing-masing ICUR pada CERA 19.606,40 dan
EpoB 22.466,09 $ / QALY.
13
Gambar 1 Diagram biaya-utilitas. Garis diagonal mewakili rasio biaya utilitas untuk
CERA dibandingkan dengan manajemen anemia dengan RBCT. Perawatan dengan EpoB
di atas garis dibandingkan oleh dominasi sederhana (kurang efektif dan lebih mahal
dibandingkan dengan CERA).
Untuk analisis sensitivitas satu arah menunjukkan sensitivitas ICUR kasus dasar
CERA dan EpoB relatif terhadap RBCT dalam berbagai skenario yang diuji. Model ini
paling sensitif terhadap biaya rawat inap, perawatan di rumah sakit, dan jumlah tahunan
unit RBCT. Dengan asumsi utilitas dan peningkatan kelangsungan hidup penggunaan ESA
sementara semua biaya tetap sama menghasilkan penurunan ICUR pada CERA($
13.429/QALY) dan EpoB($ 15.331/QALY). Tingkat kematian yang sama antara
penggunaan ESA dan RBCT hanya menghasilkan ICUR masing-masing sebesar $ 20.878
$/QALY dan $ 23.940/QALY. Untuk mengurangi biaya akuisisi CERA dan EpoB sebesar
25% menghasilkan ICUR ($ 11.911/QALY dan $ 14.088/QALY).
Analisis sensitivitas probabilistik dilakukan pada terapi CERA dan EpoB selalu lebih
mahal dan lebih efektif daripada RBCT. Probabilitas menunjukkan bahwa penggunaan
CERA dan EpoB menjadi hemat biaya dibandingkan dengan RBCT pada berbagai tingkat
ambang batas maksimum yang dapat diterima untuk WTP. Pada semua ambang WTP di
bawah $ 19.500/QALY yang diperoleh, RBCT adalah biaya-efektif dibandingkan dengan
kedua ESA, dan WTP di $ 19.666/QALY menghasilkan probabilitas bahwa CERA efektif
biaya di 65% dan diatas ambang batas CERA selalu menjadi pilihan terbaik.
Analisis utilitas biaya ini menunjukkan bahwa mengobati anemia pada CHP dengan
CERA atau EpoB dikaitkan dengan manfaat klinis yang substansial dan menghasilkan
biaya tambahan yang signifikan dibandingkan dengan RBCT. Analisis sensitivitas yang
rumit mengungkapkan bahwa pembayar layanan kesehatan harus bersedia membayar.
14
Gambar 2 kurva akseptabilitas efektivitas biaya (CEAC) dari CERA dan EpoB
dibandingkan dengan RBCT
Gambar 2 Kurva akseptabilitas efektivitas biaya (CEAC) dari CERA dan EpoB
dibandingkan dengan RBCT. Gambar ini menunjukkan probabilitas bahwa CERA atau
RBCT adalah pengobatan yang paling efektif untuk berbagai kemauan membayar (WTP).
WTP adalah harga yang harus dibayar oleh masyarakat yang membayar QALY.
Keseluruhan CERA lebih mahal dan lebih efektif daripada RBCT, yang berarti bahwa jika
WTP meningkat, probabilitas bahwa CERA menjadi perawatan yang paling efektif
meningkat. WTP pada $ 19.666 / QALY menghasilkan probabilitas bahwa CERA efektif
biaya pada 65%. Di atas ambang batas ini, CERA selalu menjadi pilihan terbaik.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Analisa Biaya Utility adalah teknik ekonomi untuk menilai efisiensi dari intervensi
pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian menyampaikan bahwa cost utility analysis
(CUA) merupakan bagian dari cost effectiveness analysis (CEA), karena outcome
dinilai menggunakan tipe ukuran outcome klinik yang khusus yaitu QALY (quality
adjusted life year).
2. Managmen Anemia pada pasien dialisis dengan ESA dapat menghasilkan hasil yang
lebih baik dengan biaya keseluruhan yang lebih tinggi. Mempertimbangkan asumsi
yang berbeda, untuk menemukan variabilitas substansial dalam estimasi utilitas biaya
dan penambahan penggunaan CERA atau EpoB, namun demikian menurut jurnal
dapat membantu simpatisan masa depan untuk merancang efektivitas biaya yang lebih
baik dan studi utilitas biaya.
16
DAFTAR PUSTAKA
18
Tonelli M, WC Winkelmayer, Jindal KK, Owen WF, Manns BJ.Efektivitas biaya
mempertahankan target hemoglobin yang lebih tinggi dengan erythropoietin pada
pasien hemodialisis. Ginjal Int. 2003; 64 (1): 295–304.
Torrance GW. Pendekatan utilitas untuk mengukur kualitasterkait kesehatan hidup. J Chronic
Dis. 1987; 40 (6): 593-603.
Weiss G, Kronenberg F. Administrasi besi intravena: pengamatan barudan waktu untuk
langkah selanjutnya. Ginjal Int. 2015; 87 (1): 10-12.
Zemaraoui N, Maoujoud O, Belarbi M. La référence tardive au néph rologue des patient en
insuffisance rénale chronique: fréquence et conséquencesPenelitian. 2014; 1: 1255.
19