FARMAKOEKONOMI
DOSEN :
Ainun Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt
Nama Kelompok :
1. M. Taufik (19340019)
2. Ratna Gumilang (19340016)
3. Amandha Priyandhika (19340020)
4. Winda Juhadi (19340017)
5. Farrah Umainah (19340123)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Farmakoekonomi “Cost Effectiveness Analysis”
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
2.2. Biaya............................................................................................................. 6
ii
iii
4.1.2. Tempat Pelayanan Pilihan Bagi Akseptor dan Pekerjaan Akseptor .... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program Keluarga
Berencana (KB) di Puskesmas Marga II Kabupaten Tabanan adalah terwujudnya
keluarga yang berkualitas, dimana tiap anggota keluarga memiliki kualitas hidup
yang baik dan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga baik material maupun
spiritual.
Anggaran yang dikeluarkan untuk pelayanan KB tidak hanya dilihat dari
sisi pemerintah tetapi juga harus diperhatikan pengeluaran yang dilakukan oleh
masyarakat (akseptor KB) guna mendapatkan pelayanan bila dibandingkan
dengan manfaat yang mereka dapatkan sebagai peserta program KB tersebut.
Pengeluaran oleh akseptor tidak sebatas mencari pelayanan saat ber -KB tetapi
juga pengeluaran yang mungkin timbul akibat efek samping yang dialami dan
kesempatan yang hilang karena mencari pelayanan KB dan mengobati gangguan
kesehatan akibat kontrasepsi yang dig unakan.
Metode terbanyak yang dipakai oleh akseptor di wilayah kerja Puskesmas
Marga II adalah metode IUD (Intra Uterine Device), suntik dan pil. Dari ketiga
metode ini ditemukan adanya angka efek samping dan angka kegagalan yang
masih tinggi yang diperkirakan dapat menurunkan kualitas hidup dari akseptor.
Tingginya efek samping dan kegagalan pada akseptor KB dengan metode IUD,
suntik dan pil yang dilayani di Puskesmas Marga II pada tahun 2006 perlu
mendapat perhatian guna meningkatkan pelayanan KB di wilayah kerja
Puskesmas Marga II.
effective antara penggunaan IUD, suntik dan pil berdasarkan lama pemakaian
dalam kaitannya dengan kualitas hidup akseptor di wilayah kerja Puskesmas
Marga II Kabupaten Tabanan dengan menggunakan metode CEA (Cost
Effectiveness Analysis) dengan pendekatan QoL (Quality of Life), objective
actual dan objective normative.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Farmakologi
Kontrasepsi dapat diartikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan.
Sedangkan alat kontrasepsi, adalah segala macam alat atau cara yang di gunakan
satu pihak atau kedua belah pihak pasangan suami istri untuk menghindarkan
konsepsi.
2.1.1. Kontrasepsi IUD
4
5
2.1.2. Suntik KB
daripada berasumsi, ada baiknya untuk memahami efek yang memang dapat
disebabkan oleh pil KB.
2.2.2. Farmakoekonomi
Setiap isntitusi pelayanan kesehatan, bahkan semua Negara di seluruh
dunia, memiliki keterbatasan sumberdaya dan dana yang kebutuhannya terus
meningkat, sumber daya manusia (terutama tenaga ahli), waktu, fasilitas dan
peralatandalam menjalankan system pelayanan kesehatan. Keterbatasan ini
memaksa dilakukannya pemilihan prioritas terhadap teknologi kesehatan,
terutama obat yang digunakan dan mengalokasikan sumber daya yang tersedia
seefisien mungkin, sesuai skala prioritas yang dibuat secara obyektif. Untuk
pemilihan obat, faktor efikasi merupakan salah satu pertimbangan yang penting.
Dengan demikian ilmu farmakoekonomi dapat membantu pemilihan obat yang
rasional, yang memberikan tingkat kemanfaatan paling tinggi.(9)
Studi Farmakoekonomi adalah proses identifikasi, pengukuran, dan
membandingkan biaya, risiko dan manfaat dari program, pelayanan atau terapi
dan menentukan alternatif yang memberikan keluaran kesehatan terbaik untuk
sumber daya yang digunakan.
2.2 Biaya
Dalam farmakoekonomi, biaya selalu menjadi pertimbangan penting
karena adanya keterbatasan sumberdaya, terutama dana. Dalam kajian yang
terkait dengan ilmu ekonomi, biaya peluang (opportunity cost) didefinisikan
sebagai nilai dari peluang yang hilang sebagai akibat dari penggunaan sumber
daya dalam sebuah kegiatan. Patut dicatat bahwa biaya tidak selalu melibatkan
pertukaran uang. Dalam pandangan pada ahli farmakoekonomi, biaya kesehatan
melingkupi lebih dari sekadar biaya pelayanan kesehatan, tetapi termasuk pula,
misalnya, biaya pelayanan lain dan biaya yang diperlukan oleh pasien sendiri.
Secara umum, biaya yang terkait dengan perawatan kesehatan dapat dibedakan
sebagai berikut: (9)
a. Biaya langsung medis (Direct Medical Cost)
Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait
dengan jasa pelayanan medis yang digunakan untuk mencegah dan
7
dalam unit moneter, melainkan didefinisikan dan diukur dalam unit alamiah, baik
yang secara langsung menunjukkan efek suatu terapi atau obat.(9)
b. Satuan hasil
Pada CEA, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter (rupiah)
dan hasil dari intervensi tersebut dalam unit alamiah (natural units) atau
indikator kesehatan baik klinis maupun non klinis (non-moneter). Tidak
seperti unit moneter yang seragam atau mudah dikonversikan, indikator
11
c. Penilaian
Suatu intervensi dapat dikatakan efektivitas-biaya (cost-effective) apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:(26)
a. Intervensi lebih murah atau setidaknya sama dengan terapi alternative
b. Intervensi lebih mahal dan lebih efektif dari terapi alternative
c. Intervensi lebih murah dan kurang efektif dari terapi alernatif Suatu
alternatif intervensi kesehatan, termasuk obat, harus dibandingkan dengan
intervensi standar.Berdasarkan diagram efektivitas-biaya (Gambar 5), jika
suatu intervensi kesehatan mempunyai efektivitas yang lebih tinggi
namun,membutuhkan biaya lebih tinggi daripada intervensi standar, maka
intervensi alternatif ini masuk ke Kuadran (Tukaran, Trade-off). Pemilihan
intervensi Kuadran I membutuhkan pertimbangan sumberdaya (terutama
dana) yang ada dan semestinya dipilih jika sumber daya yang tersedia
mencukupi.(26)
Jika suatu intervensi kesehatan memiliki efektivitas lebih tinggi dengan
biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar, intervensi alternatif ini
masuk ke Kuadran II (Dominan) dan menjadi pilihan utama. Sebaliknya, suatu
intervensi kesehatan yang menawarkan efektivitas lebih rendah dengan biaya
lebih tinggi dibanding intervensi standar, maka tidak perlu dipertimbangkan
sebagai alternatif.(26)
a. Prinsip Cost Effectiveness Analysis(21)
Prinsip dasar CEA meliputi beberapa langkah, yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan dan obyektivitas penelitian
2. Mengidentifikasi perspektif penelitian
3. Mengidentifikasi metode farmakoekonomi yang digunakan
4. Mengidentifikasi desain penelitian yang digunakan
5. Melakukan pemilihan intervensi
6. Mengidentifikasi biaya dan luaran penelitian
12
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
15
16
tahun. Biaya langsung pada metode kontrasepsi tergantung dari jumlah akseptor
dalam kelompok lama pemakaian yang sama dan jumlah pelayanan yang
dilakukan.
Akseptor pil dan suntik mengalami peningkatan rerata biaya langsung dengan
semakin lamanya akseptor menggunakan kontrasepsi, hal ini dapat dijelaskan karena
semakin lama akseptor menggunakan kontrasepsi maka semakin banyak pelayanan
yang dibutuhkan dan biayanya semakin banyak pula. Sedangkan pada akseptor IUD,
rerata biaya langsung semakin lama menggunakan kontrasepsi terjadi penurunan biaya
langsung, karena akseptor IUD membutuhkan biaya besar pada saat pertama atau
pemasangan baru sedangkan untuk selanjutnya hanya melakukan kontrol dengan biaya
yang lebih ringan.
menurut lama pemakaian kontrasepsi maka pada nilai QoL sebelum pemakaian
kontrasepsi tidak ada pola yang jelas karena belu m ada intervensi kontrasepsi. Namun
pengukuran sesudah pemakaian kontrasepsi terlihat bahwa maka semakin lama
pemakaian kontrasepsi, terjadi peningkatan nilai QoL baik pada metode IUD, suntik
maupun pil . Hal ini berarti bahwa semakin lama akseptor menggunakan suatu metode
kontrasepsi semak in meningkat kualitas hidupnya karena akseptor akan menggunakan
suatu metode kontrasepsi dalam jangka waktu lama apabila merasa cocok dengan
kontrasepsi yang dipakainya.
Dari hasil penelitian pada 55 responden akseptor yang terdiri dari 24 akseptor
IUD, 15 akseptor suntik dan 16 akseptor pil maka tidak ditemukan yang mengalami
kegagalan atau hamil. Selain itu diketahui bahwa selama satu tahun dari bulan Juni
2006 sampai Mei 2007 terdapat 1 orang akseptor yang ganti kontrasepsi yaitu pada
metode pil (6,25%) dimana pada saat penelitian dilaksanakan, akseptor tersebut sudah
menggunakan metode suntik.
CER per objective actual dan CER per QoL serta CER per
objective normative per tahun (dihitung selama satu tahun) maka yang paling
cost effective diantara tiga metode adalah metode pil (Tabel 4).
Perhitungan ICER:
1.966.450−600.487 1.355.963
ICER IUD = = = 32,685
81.518,75−40.032,47 41.486,28
600.487−629.658 −29,171
ICER Suntik = = = −0,043
40.032,47−39.353,62 678,85
629.658−1.966.450 −1.326.792
ICER Pil = = = 31.467
39.353,62−81.518,75 −42.165,13
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Kualitas hidup akseptor akan semakin meningkat sejalan dengan semakin
lamanya penggunaan kontrasepsi, baik pada metode IUD, suntik maupun pil.
Dilihat dari segi efektivitasnya maka metode kontrasepsi yang paling efektif bila
dihitung dari CER per objective actual dan CER per QoL dengan lama pemakaian
< 1 bulan sampai < 3 bulan adalah metode pil sedangkan antara 3 bulan sampai 1
tahun adalah metode suntik. Apabila dihitung per tahun maka metode pil adalah
yang paling cost effective dibandingkan dengan metode suntik dan IUD. Apabila
dibandingkan jumlah rerata QoL antar metode kontrasepsi, maka kontrasepsi yang
memberikan kualitas hidup yang lebih baik dari ketiga akseptor adalah akseptor
pil, sedangkan kualitas hidup yang paling jelek dari ketiga metode adalah akseptor
suntik.
5.2 SARAN
Melihat dari hasil penelitian tentang cost effectiveness metode kontrasepsi
IUD, suntik dan pil diwilayah kerja Puskesmas Marga II maka pemerintah
khususnya Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Tabanan bisa melakukan suatu
evaluasi tentang program KB berdasarkan cost effectiveness analysis . Selain itu,
melihat bahwa pilihan utama akseptor adalah swasta (bidan praktek) maka perlu
suatu kajian apakah pelayanan KB tetap ada pada program Puskesmas atau
diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta. Bagi akseptor atau calon akseptor
agar memikirkan untuk memilih metode kontrasepsi yang tepat, cocok dan
memiliki efektivitas biaya yang tinggi.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan , Vol.3 No. 3 Surabaya: Yayasan
Sudama Sehat Manuaba Ida Bagus Gede. 1999. Memahami Kesehatan
Reproduksi W anita. Jakarta: Arcan
Mougeot Michel and Florence Naegelen. 2005. Hospital price regulation and
expenditure cap policy.
Journal of Health Economics , Vol. 24, Issue 1, January 2005, Pages 55 -72.
<http://www.sciencedirect.com/science ?> [Accessed on July,5, 2007]
Neumann PJ. 2005. Medicare and Cost Effectiveness Analysis. The New England
Journal of Medicine.<http://www.nejm.org> [ Accessed on December 17,
2007].
Ohkusa Yasushi, Sugawara Tamie. 2006. Cost Effectiveness Analysis and its
Application for Policy Evaluation for Medicine or Public Health .
Tsukuba: National Institution of Infectious Disease, University of Tsukuba
Oluboyede Yemi, Steve Goodacre and Allan Wailoo. 2008. Cost effectiveness of
chest pain unit care in the NHS. BMC Health Services Research 2008,
8:174. Available at:<http://www.biomedcentral.com >
Pignone Michael. 2002. Cost Effectiveness Analysis of Colorectal Cancer
Screening <http://agatha.york.ac.uk> [Diakses tanggal 13 April 2007]
Reinke WA. 1994. Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektivitas
Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Richmond Stephen. 2000. The Need for Cost-effectiveness. Journal of
Orthodontics, Vol. 27, No. 3, 267-269, September 2000
http://jorthod.maneyjournals.org
Rochmah TN. 2005. Cost Benefit Analysis (CBA) & Cost E ffectiveness Analysis
(CEA). Modul Kuliah Ekonomi Kesehatan. Surabaya: Universitas
Airlangga
Soucat Agnes, Daniel Levy -Bruhl, Xavier de Bethune et al. Published Online: 28
Apr 1999.
Affordability, cost-effectiveness and efficiency of primary health care: the
Bamako Initiative experience in Benin and Guinea. The International
Journal of Health Planning and Managemen t, Volume 12 Issue S1, Pp.
23
S81-108. <http://www3.interscience.wiley.com > [Accessed on November
15, 2007 ]
Saifuddin AB, Affandi B, Lu ER. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Somnath Saha. 2005. Economic Analysis Marginal Cost Effectiveness Analysis .
<http://www.merckbook.com > [Diakses tanggal 13 April 2007 ]
Utami R, Nyoman Anita Damayanti, Noerlailie Soewarno. 2007. Effectiveness
Analysis of the Active and Passive Case Finding Effort of the New
Leprosy Patients Using Cost Effectiveness Analysis Method (A Case
Study at Dungkek Public Health Center in Sumenep R egency). Jurnal
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Vol. 5 No. 1, January 2007.
Bersumber dari: <http://www.journal.unair.ac.id >
Widyastuti. 2007. Perilaku Menggunakan Kondom pada Wanita Penjaja Seks
Jalanan di Jakarta Timur Tahun 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol.1, Nomor 4. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
-----.2004. Overcoming Language B arriers in Health Care : Co sts and Benefits
of Interpreter Services Am.J.Public Health.2004;94:866-869. Available at:
<http://www.ajph.org
-------1994.The Journal's Policy on Cost -Effectiveness Analyses. New England
Journal of Medicine, Volume 331, Number 10, Pp.669-670, September 8,
1994. Available at: <http://content.nejm.org> [Accessed on October 24,
2007]
------- Published online 9 September 2004. Cost-Effectiveness Analysis of
Malaysian Neonatal Intensive Care Units. Journal of Perinatology (2005)
25, pp. 47–53. <http://www.nature.com >
24