Anda di halaman 1dari 30

METODE KONTRASEPSI SEDERHANA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pelayanan Keluarga


Berencana

Dosen Pengampu:
Dr. Anita Rachmawati, dr. Sp.OG(K). M.Kes

Oleh:
KELOMPOK 5
SITI DAMAYANTI 131020170505
NOPI ANGGISTA PUTRI 131020170509
YUNITA ANDRIANI 131020170511
NELY BONITA 131020170515

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Oktober 201

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Konsep Umum KB Sederhana..................................................................3
2.1.1 Pengertian KB....................................................................................3
2.1.2 Tujuan Program KB...........................................................................4
2.1.3 Ciri-Ciri Kontrasepsi yang dianjurkan...............................................4
2.1.4 Ciri-Ciri Kontrasepsi yang diperlukan...............................................5
2.2 Pantang Berkala.........................................................................................5
2.2.1 Pengertian...........................................................................................5
2.2.2 Macam................................................................................................5
2.3 Metode Amenorea Laktasi (MAL)..........................................................11
2.3.1 Pengertian MAL...............................................................................11
2.3.2 Syarat MAL......................................................................................11
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :................................................11
2.3.3 Cara kerja MAL...............................................................................11
2.3.4 Keuntungan Kontrasepsi..................................................................12
2.3.5 Keuntungan Non Kontrasepsi..........................................................12
2.3.6 Keterbatasan.....................................................................................13
2.3.7 Hal yang harus disampaikan kepada klien..................................13
2.3.8 Tinjauan Jurnal tentang MAL..........................................................14
2.4 Metode Barrier........................................................................................15
2.4.1 Pengertian Metode Barier................................................................15
2.4.2 Kondom............................................................................................15
2.4.3 Macam-macam kondom...................................................................15
2.4.4 Keuntungan kondom........................................................................16
2.4.5 Kerugian kondom.............................................................................16
2.4.6 Kajian Artikel...................................................................................16
2.4.7 Barier Intra Vagina...........................................................................17
2.4.8 Macam-Macam Barrier Intra Vagina...............................................17
2.4.9 Kap Serviks (Cervical cap)..............................................................19

ii
2.4.10 Spons (Sponge)................................................................................21
2.4.11 Kondom Wanita...............................................................................22
2.4.12 Kimiawi (Spermisida)......................................................................23
BAB III PENUTUP...............................................................................................25
3.1 Simpulan..................................................................................................25
3.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana (KB) dapat dipahami sebagai suatu program
nasional yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk,
karena diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan
ketersediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi secara nasional. 
Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan ummat manusia di muka bumi
ini menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu, manusia akan menghadapi
keadaan yang terus berbeda. Dimulai dari segi sosiologi, norma hidup
manusia, keilmuan tekhnologi dan perubahan lainnya. Perubahan ini
menunjukkan bahwa semakin berkembangnya manusia maka diperlukannya
pula sikap dan usaha bagaimana cara menghadapinya dan mencari solusinya.
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia
adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan
berbagai macam masalah lain. Untuk itu, pemerintah mencanangkan program
Keluarga Berencana (KB) yaitu program pembatasan jumlah anak yakni dua
untuk setiap keluarga.Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang
cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat Internasional.
Program KB nasional telah berjalan selama kurun waktu 4 pelita
dengan hasil yang cukup menggembirahan, baik secara normatif maupun
demografis. Berdasarkan hasil – hasil Survey Prevalensi Indonesia ( SPI )
tahun 2014 ternyata tingkat kelahiran kasar telah menurun menjadi sekitar 28
–29 / 1000 dan TFR menjadi sekitar 3,4 –3,6. Meskipun begitu, jika
dipandang dari segi islam KB itu hukumnya haram.
Rentang tahun 2007-2008 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga
kalilipatnya. Sedangkan 2012 -2013 terjadi pertambahan penduduk lima kali
lipat dari 40,2 juta orang menjadi 205,8 juta orang. Progran Keluarga
Berencana (KB) berhasil mencegah kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program
KB jumlah penduduk hingga tahun 2015 diprediksi 285 juta orang.

1
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu
diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya
karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi.
Kepadatan penduduk yang terjadi tentu saja menjadi suatu masalah
bagi negara Indonesia yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehingga
banyak upaya yang dipilih atau diprogramkan oleh pemerintah Indonesia
untuk mengurangi kepadatan penduduk tersebut dengan cara melakukan
program Keluarga Berencana atau dikenal dengan singkatan KB. Oleh karena
itu, penulis ingin mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan program
keluarga berencana dan sehingga penulis membuat makalah ini dengan judul
“Keluarga Berencana dengan metode kontrasepsi sederhana”.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian KB?
2. Untuk mengetahui konsep dari KB sederhana?
3. Mengetahui pengertian, manfaat, kerugian dan kekurangan dari KB
sederhana?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Umum KB Sederhana


2.1.1 Pengertian KB
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai
individu atau pasangan suami istri untuk :
a) Mendapatkan obyek-obyek tertentu
b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
c) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d) Mengatur interval diantara kehamilan
e) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri.
f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga
KB adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahtraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan, penjarangan
kelahiran dan penghentian kelahiran.
KB adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. KB (family planning /
planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan
kontrasepsi.
Menurut WHO KB merupakan tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif- objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga.

3
2.1.2 Tujuan Program KB
Tujuan umum diadakannya program KB adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga,
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini
sesuai dengan teori pembangunan menurut Alexs Inkeles dan David
Smith yang mengatakan bahwa pembangunan bukan sekedar perkaara
pemasok modal dan teknologi saja tapi juga membutuhkan sesuatu yang
mampu mengembangkan sarana yang bereriontasi pada masa sekarang
dan masaa depan, memiliki kesanggupan untuk merencanakan, dan
percaya bahwa manusia dapat mengubaah alam, bukan sebaliknya.
Menurut WHO tujuan KB terdiri dari :
1) Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi
PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20
tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan
menunda / mencegah kehamilan.
2) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih
muda.
4) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan
muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga
mempunyai kegagalan tinggi.
5) Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum
mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi
calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral.
2.1.3 Ciri-Ciri Kontrasepsi yang dianjurkan
1) Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan
dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta
belum mempunyai anak.

4
2) Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini
merupakan kegagalan program.
3) Menjarangkan kehamilan, Periode usia istri antara 20 – 30 / 35
tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan,
dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 – 4 tahun. Ini dikenal sebagai catur warga.
2.1.4 Ciri-Ciri Kontrasepsi yang diperlukan
1) Efektivitas cukup tinggi
Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih
mengharapkan punya anak lagi.
2) Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak
kehamilan anak yang direncanakan.
3) Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

2.2 Pantang Berkala


2.2.1 Pengertian
Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada
masa subur istri. Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode
keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem
kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli
ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus
haid/menstruasiwanita.

2.2.2 Macam
Terdapat cara dalam melakukan metode KB pantang berkala,
yaitu:
1. Sistem kalender
a) Pengertian
Merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat
dikerjakan sendiri oleh pasangan suami-isteri tanpa

5
pemeriksaan medis terlebih dahulu. Caranya dengan
memperhatikan masa subur isteri melalui perhitungan haid.
Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang sama
dengan masa subur dimana saat mulainya dan berakhirnya
masa subur dengan perhitungan kalender.
b) Cara menghitung masa subur
1) Sebelum menerapkan metode ini, seorang wanita harus
mencatat jumlah dari dalam tiap satu siklus haid selama 6
bulan (6 siklus haid)
2) Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke
satu
3) Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi
18. Hitungan ini menentukan hari pertama subur.
4) Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur
c) Kelebihan
1) Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah kehamilan
atau untuk merencanakan ingin punya anak
2) Tanpa biaya
3) Tanpa memerlukan pemeriksaan medis
4) Dapat diterima oleh pasangan suami - isteri yang menolak
atau putus asa terhadap metode KB lain
5) Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping
hormonal
6) Melibatkan partisipasi suami dalam KB
d) Keterbatasan
1) Masa berpantang untuk sanggama sangat lama sehingga
menimbulkan rasa kecewa dan kadang - kadang berakibat
pasangan tersebut tidak bisa mentaati
2) Tidak tepat untuk ibu - ibu yang mempunyai siklus haid
yang tidak teratur. Memerlukan waktu 6 sampai 12 kali
siklus haid untuk menentukan masa subur sebenarnya.

6
3) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
2. Pengamatan lendir vagina
a. Pengertian
Metode ini merupakan metode pantang sanggama pada masa
subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara
mengamati lendir vagina yang diambil pada pagi hari. Metode ini
dikenal sebagai metode ovulasi billing. Metode ini sangat efektif
jika pasangan suami isteri menerapkan dengan baik dan benar.
Metode lendir/ mukosa serviks adalah metode KB alamiah
melalui pengamatan lendir vagina yang diambil pada pagi hari.
Caranya dengan memantau lendir servik yang keluar dari vagina,
pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari.
Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu diluar vagina dan
perhatikan perubahan perasaan kering -basah. Tidak dianjurkan
untuk periksa ke dalam vagina.
b. Cara mengetahui kesuburan
1) Pengamatan lendir vagina yang keluar setiap hari dari
mulut rahim
2) Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering,
sampai kemudiaan timbul lendir yang pekat, padat, dan
kental
3) Dengan melihat perbedaan lendir, dari sifat lengket berubah
basah dan licin, beberapa hari kemudian lendir semakin
licin, elastis dan encer, hal ini berlangsung 1- 2 hari. Hari
ke -2 perasaan licin adalah hari yang paling subur (puncak),
yang ditandai dengan pembengkakan vulva sampai
kemudian lendir menjadi berkurang.
4) Sanggama dilakukan sesudah hari ke 4 dan perasaan paling
licin, atau senggama boleh dilakukan jika 3 hari berturut -
turut dikenali sebagai masa tidak subur, yaitu jika : tidak

7
ada lagi cairan yang licin pada vulva yang terjadi sejak hari
ke 4 sesudah puncak kelicinan
c. Kelebihan Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah
kehamilan :
1) Tidak memerlukan biaya
2) Tidak memerlukan pemeriksaan medis
3) Memungkinkan setiap kehamilan direncanakan
4) Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak
atau putus asa dengan metode KB lain
5) Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping
hormonal,karena tidak menggunakan alat kontrasepsi atau
obat kimia (Ekarini, 2008).
d. Keterbatasan
1) Masa berpantang sanggama sangat lama sehingga
menimbulkan rasa kecewa dan kadang - kadang berakibat
pasangan tersebut tidak bisa mentaati.
2) Perlu kesabaran serius dan kemauan dalam menjalankan
metode itu.
3) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
3. Pengukuran suhu badan
a. Pengertian
Pengukuran suhu badan merupakan salah satu metode
pantang berkala pada masa subur. Untuk mengetahui masa subur
dilakukan dengan cara mengukur suhu badan. Pengukuran
dilakukan pada pagi hari, saat bangun tidur dan belum
melakukan kegiatan apapun. Cara ini akan efektif apabila
dilakukan secara baik dan benar.
b. Cara pengukuran suhu badan
1) Dilakukan pada jam yang sama setiap pagi hari
sebelum turun dari tempat tidur

8
2) Pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai
0,50 C.
3) Pasangan suami isteri tidak boleh melakukan
sanggama pada masa subur ini sampai 3 hari setelah
peningkatan suhu badan tersebut atau menggunakan
kondom.
c. Kelebihan
1) Tidak memerlukan pemeriksaan medis
2) Dapat diterima oleh pasangan suami isteri yang
menolak atau putus asa terhadap cara KB lain
3) Tidak mempengaruhi produksi ASI dan tidak ada
efek samping hormonal
4) Melibatkan partisipasi suami dalam KB
d. Keterbatasan
1) Tidak selalu berhasil
2) Beberapa pasangan suami - istri sukar untuk
memenuhi cara ini
3) Cara ini membingungkan jika isteri demam atau
infeksi pada kemaluan yang menyebabkan suhu
badan meningkat
4) Tidak melindungi pasangan dari PMS termasuk
HIV/AIDS
4. Sanggama Terputus
Konsep ’metode senggama terputus” adalah mengeluarkan
kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi. Senggama terputus
merupakan metode tertua di dunia, karena telah tertulis pada
kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat. Di Perancis abad ke
17, metode senggama terputus merupakan metode utama untuk
menghindari kehamilan.
Coitus interuptus (senggama terputus) adalah metode
keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

9
Sanggama terputus merupakan suatu metode pencegahan
terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis
dari liang senggama sebelum ejakulasi, sehingga sperma
dikeluarkan di luar liang senggama. Metode ini akan efektif bila
dilakukan dengan baik dan benar
a. Kelebihan
1) Tanpa biaya
2) Tidak perlu menggunakan alat/obat kontrasepsi
3) Tidak perlu pemeriksaan medis terlebih dahulu
4) Tidak berbahaya bagi fisik
5) Mudah diterima, merupakan cara yang dapat
dirahasiakan pasangan suami - isteri dan tidak perlu
meminta nasihat pada orang lain
6) Dapat dilakukan setiap saat tanpa memperhatikan
masa subur maupun tidak subur, jika dilakukan
dengan baik dan benar
b. Keterbatasan
1) Memerlukan kesiapan mental pasangan suami isteri
2) Memerlukan penguasaan diri yang kuat
3) Kemungkinan ada sedikit cairan mengadung sperma
tertumpah dari zakar dan masuk ke dalam vagina,
sehingga dapat terjadi kehamilan
4) Secara psikologis mengurangi kenikmatan dan
menimbulkan gangguan hubungan seksual Jika salah
satu dari pasangan tersebut tidak menyetujuinya,
dapat menimbulkan ketegangan, sehingga dapat
merusak hubungan seksual. Metode ini tidak selalu
berhasil.

10
2.3 Metode Amenorea Laktasi (MAL)
2.3.1 Pengertian MAL
adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan
atau minuman apapun lainnya (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 68). MAL
menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi
sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita
memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenore serta
menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%.
Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko
kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan memilih bergantung
pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL
(Everett, 2007, hal. 51).

2.3.2 Syarat MAL


MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
a) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 x
sehari.
b) Belum haid.
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan (Saifuddin, dkk, 2006, hal.
MK-1).

2.3.3 Cara kerja MAL


Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami
karena hisapan bayi pada puting susu dan areola akan
merangasang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan
ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-
faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya akan
merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan
merangsang sel–sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal
dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang
kemudian dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini

11
diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada
uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai
pada alveoli akan merangsang kontraksi dari sel akan memeras
ASI yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktulus yang selanjutnya mengalirkan melalui duktus laktiferus
masuk ke mulut bayi (Anggraini, 2010, hal. 11-12).
Hipotesa lain yang menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu
menyusui menyatakan bahwa rangsangan syaraf dari puting susu
diteruskan ke hypothalamus, mempunyai efek merangsang pelepasan
beta endropin yang akan menekan sekresi hormon gonadotropin
oleh hypothalamus. Akibatnya adalah penurunan sekresi dari
hormon Luteinizing Hormon (LH) yang menyebabkan kegagalan
ovulasi

2.3.4 Keuntungan Kontrasepsi


a. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan
pascapersalinan) / Segera efektif
b. Tidak mengganggu senggama
c. Tidak ada efek samping secara sistemik
d. Tidak perlu pengawasan medis
e. Tidak perlu obat atau alat
f. Tanpa biaya

2.3.5 Keuntungan Non Kontrasepsi


1. Untuk bayi
a. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI)
b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal
c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air,
susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai
2. Untuk ibu
a. Mengurangi pendarahan pasca persalinan
b. Mengurangi risiko anemia

12
c. Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi

2.3.6 Keterbatasan
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
b. Mungkin sulit dilaksanankan karena kondisi sosial
c. Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan Tidak melindungi terhadap infeksi menular
seksual (IMS) termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui
secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum
mendapat haid setelah melahirkan. Sebaliknya yang seharusnya tidak
menggunakan MAL adalah ibu yang sudah mendapat haid setelah
bersalin, tidak menyusui secara eksklusif, bayinya sudah berumur lebih
dari 6 bulan, ibu yang bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6
jam.

2.3.7 Hal yang harus disampaikan kepada klien


1. Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on demand).
Biarkan bayi menyelesaikan hisapan dari satu payudara
sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat
cukup banyak susu akhir. Bayi hanya membutuhkan sedikit
ASI dari payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan
lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan payudara lain
pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara
memproduksi banyak susu.
2. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas
hisapannya.
4. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu
malam membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.
5. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.

13
6. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
7. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan
pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang
dengan baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak
memerlukan makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan.
(Berat Badan naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal
0,5kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari)
8. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan
lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui
tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
9. Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah
subur kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB
lainnya.
10. Bila menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui maka
perlu ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau memberikan
metode kontrasepsi lain yang sesuai.

2.3.8 Tinjauan Jurnal tentang MAL


Penelitian ini dilakukan oleh Tiwari pada tahun 2016-2018 di
India pada 298 ibu pasca salin yang menggunakan MAL sebagai
metode kontrasepsi mereka. Semua ibu pasca salin yang berpartisipasi
dijelaskan untuk menjalani kehidupan seksual mereka secara bebas
sesuai kehendak mereka tanpa mengadopsi metode kontrasepsi apapun
selain menggunakan MAL sesuai pedoman. Dalam penelitian ini, tidak
ditemukan partisipan yang mengalami kehamilan selama 6 bulan
pertama menyusui dan hanya 4% ibu yang mengalami kehamilan
terutama setelah 10 bulan pasca melahirkan.
Metode amenore laktasi merupakan metode kontrasepsi yang
sangat efekti selama 6 bulan jika syaratnya terpenuhi. Bahkan setelah 6
bulan periode ASI ekslusif berakhir dan pemberian MP ASI dimulai,
tingkat perlindungan kontrasepsi yang tinggi masih bertahan hingga
setahun penuh. Di sebuah negara seperti India di mana merupakan
negara dengan penggunaan metode kontrasepsi yang sangat sedikit,

14
MALmenjadi sebuah anugerah karena menyediakan dua manfaat
pemberian ASI eksklusif dan pencegahan kehamilan.

2.4 Metode Barrier


2.4.1 Pengertian Metode Barier
Metode barier adalah metode kontrasepsi dengan cara
menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya
sementara. Yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai
kanalis servikalis. Metode ini antara lain sebagai berikut :

2.4.2 Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari
karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu
ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung
sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari karet/lateks tipis, tetapi ada
yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastik.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu
melakukan koitus dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.
Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung
yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi untuk menampung
sperma. Diameternya ± 31-36,5 mm dan panjangnya ± 19 mm.
Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid.

2.4.3 Macam-macam kondom


1. Kulit
Terbuat dari membran usus biri-biri, tidak meregang atau
mengkerut, menjalarkan panas tubuh sehingga dianggap tidak
mengurangi sensitivitas selama senggama. Harganya lebih
mahal.
2. Lateks
Kondom ini paling banyak dipakai, elastis, dan murah.

15
3. Plastik
Kondom ini sangat tipis (0.025-0.035 mm), dapat
menghantarkan panas tubuh, dan lebih mahal dari kondom
lateks.

2.4.4 Keuntungan kondom


1) Mencegah kehamilan
2) Memberi perlindungan terhadap IMS
3) Dapat diandalkan
4) Tidak ada efek samping
5) Relatif murah
6) Sederhana, ringan, disposable, reversible
7) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau
follow up
8) Pria ikut secara aktif dalam program KB

2.4.5 Kerugian kondom


1) Angka kegagalan relatif tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas
hubungan seks untuk memasang kondom
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus-
menerus setiap senggama (kurang praktis)

2.4.6 Kajian Artikel


Berdasarkan Advocates for youth didapatkan bahwa Efektivitas
kondom,Ketika digunakan secara konsisten dan benar, kondom
lateks sangat efektif dalam mencegah seksual penularan HIV
(selama hubungan seksual, oral, atau dubur). Kondom lateks juga
efektif dalam mencegah kehamilan 3 dan beberapa infeksi menular
seksual (IMS). 23% Menggunakan kondom menurunkan wanita
risiko terkena kanker serviks, penyakit yang terkait dengan HPV.
Konsisten menggunakan kondom juga bisa membantu orang
membersihkan infeksi HPV dan / atau mengurangi risiko infeksi
ulang. 

16
2.4.7 Barier Intra Vagina
A. Pengertian
Metode ini merupakan metode untuk menghalangi masuknya
spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan
mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
B. Keuntungan
1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
C. Kerugian
1) Angka kegagalan relatif tinggi
2) Aktifitas hubungan seks harus dihentikan sementara
untuk memasang alatnya
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-
menerus pada setiap senggama

2.4.8 Macam-Macam Barrier Intra Vagina


A. Diafragma (Diaphragma)
Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang dimasukan ke dalam vagina sebelum
koitus dan menutupi serviks.

a) Jenis-jenis diafragma

(1) Flat spring (diafragma pegas datar): jenis ini cocok untuk
vagina normal dan disarankan untuk pemakaian pertama kali.
Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang.
(2) Coil spring (diafragma pegas kumparan): jenis ini cocok untuk

17
wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan.
Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak
dari pegas datar.
(3) Arching spring: jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang
tampak kendur atau panjang dan posisi serviks menyebabkan
pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi dari Flat
spring dan, dan menimbulkan tekanan yang kuat pada dinding
vagina.

b) Cara kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini
mempunyai cara kerja sebagai berikut:
(1) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke
uterus dan saluran telur.
(2) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
c) Manfaat
Alat kontrasepsi diafragma memberikan dua manfaat secara
kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi :
(1) Efektif bila digunakan dengan benar
(2) Tidak mengganggu produksi ASI
(3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
dipersiapkan sebelumnya
(4) Tidak mengganggu kesehatan klien
(5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Manfaat non kontrasepsi:
(1) Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
(2) Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid

d) Pemasangan Diafragma

18
Tahap 1: Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang.
Oleskan spermisida pada kap difragma secara merata.
Tahap 2: Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan
diafragma. Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas
kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil jongkok.
Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan
sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk
pegangan yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.
Tahap 3: Masukan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang,
dorong bagian depan pinggir ke atas, dibalik tulang pubis.
Masukan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks.
Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
Perhatian: diafragma masih terpasang dala vagina sampai 6 jam
setelah berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual
berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan
spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma ke
dalam vagina lebih dari 24 jam.
e) Pelepasan diafragma
Tahap 1:Sebelum melepas difragma cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Kait bagian ujung diafragma dengan bagian
telunjuk dan tengah untuk mmemegang penampung.
Tahap 2:Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan
sabun dan air kemudian keringkan sebelum disimpan kembali
ditempatnya.

2.4.9 Kap Serviks (Cervical cap)


Yaitu suatu alat yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan
diafragma, kap serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya tetapi
diameternya lebih kecil, dan umumnya lebih kaku. Zaman dahulu, kap
serviks terbuat dari logam atau plastik, sekarang yang banyak adalah
dari karet.
1. Macam-macam

19
(1) Prentif Cavity-Rim Cap
 Paling sering dipakai
 Tersedia dalam 4 ukuran, dengan diameter dalam 22,
25, 28, dan 31 mm.
(2) Dumas atau Vault Cap
 Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir-
alas yang tebal dan bagian tengah yang tipis.
 Tersedia dalam 5 ukuran dari 50-75 mm.
 Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai
diafragma oleh karena tonus otot-otot vagina yang
kurang baik atau wanita dengan serviks yang terlalu
pendek.
(3) Vimule Cap
 Berbentuk lonceng yang panjang dengan pinggir yang
menonjol untuk memperkuat hubungan dengan
sekitarnya.
 Cocok untuk wanita dengan tonus otot yang kurang
baik, dan serviks yang lebih panjang dari rata-rata.
 Tersedia dalam ukuran 42-55 mm
2. Keuntungan
a) Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila
dibiarkan di serviks untuk waktu > 24 jam, pemberian
spermisid sebelum bersenggama akan menambah
efektifitasnya.
b) Kap serviks dapat dibiarkan selama seluruh periode
inter-menstrual, dan hanya perlu dikeluarkan pada saat
perkiraan datangnya haid. (tetapi ini tidak dianjurkan).
c) Tidak terasa oleh suami pada saat bersenggama.
d) Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan
anatomis/ fungsional dari vagina misalnya : sistokel,
rektokel, prolapses uteri, tonus otot vagina yang
kurang baik.

20
e) Kap serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga
tidak memerlukan pengukuran ulang bilamana terjadi
perubahan tonus otot vagina.
f) Jarang terlepas selama senggama.
3. Kerugian
Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak
serviks yang jauh di dalam vagina.
4. Efek samping
Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya sekret
yang sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama di
dalam vagina.
Yang selalu harus dipikirkan adalah kemungkinan :
 Sindrom Syok Toksik
 Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang
 Bertambahnya abnormalitas serviks sehubungan
dengan HPV (Humam Papilloma Virus).

2.4.10 Spons (Sponge)


Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berbentuk
cekung yang dimaksudkan untuk menutupi serviks dan mengurangi
kemungkinan perubahan letak spons selama senggama. Sisi lainnya
mempunyai tali untuk mempermudah pengeluarannya.
1. Efek samping dan komplikasi
a) Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh
spermisidnya.
b) Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar.
c) Kemungkinan timbulnya Sindrom Syok Toksik.
2. Catatan penting untuk Akseptor
a) Jaga kebersihan tangan sebelum memasang sponge dan
saat mengeluarkannya.
b) Jangan melampaui batas waktu 24 jam untuk membiarkan
sponge in situ.

21
c) Jangan menggunakan sponge bila sedang haid, bila ada
perdarahan pervaginal atau apabila ada flour albus.
d) Jangan menggunakan sponge selama 6-12 minggu post
partum (pakailah kondom).
e) Perhatikan tanda-tanda bahaya Sindrom Syok Toksik.

2.4.11 Kondom Wanita


Ini merupakan kombinasi antara diafragma dan kondom, alat
ini terdiri dari dua cincin polyurethane yang lentur berbentuk
diafragma yang terdapat pada masing-masing ujung dari suatu
selubung lunak polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang,
biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya.
Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak
perlu dipasang tepat menutupi serviks karena akan terdorong ke atas
selama senggama. Cincin-luar menutupi labia landasan dari penis.
Selama bersenggama cincin luar menutupi labia dan dasar dari penis.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah
karena pada kondom pria dan diafragma biasa, kedua alat tersebut
menutupi daerah perinium sehingga masih ada kemungkinan
penyebaran mikroorganisme penyebaran PHS.
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode
Barier Intra Vagina harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor
yang dapat mempengaruhi efektivitas metode ini antara lain
 Paritas
 Frekuensi senggama
 Kemampuan untuk memakainya dengan benar
 Kebiasaan-kebiasaan akseptor
 Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian
akseptor yang menggunakan metode ini yaitu kemungkinan timbulnya
Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrom / TSS) bila terjadi
kelalaian dalam pemakaiannya. Sindrom ini disebabkan oleh toxin

22
yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. TSS sering
terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.
Tanda-tanda bahaya TSS :
 Demam
 Muntah
 Diare
 Nyeri otot tubuh
 Rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)

2.4.12 Kimiawi (Spermisida)


A. Pengertian
Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh sperma. Yang dikemas dalam bentuk:
1) Aerosol (busa)
2) Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film
3) Krim
B. Cara kerja
Menyebabkan sel membran sperma pecah, memperlambat
pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur.
C. Manfaat Kontrasepsi:
1) Efektif seketika (busa dan krim)
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode yang lain
4) Tidak mengganggu kesehatan klien
5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
6) Mudah digunakan
7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan
seksualTidak perlu resep dokter atau pemeriksaan
kesehatan khusus
D. Non Kontrasepsi:Merupakan salah satu perlindungan
terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.
a. Keterbatasan

23
(1) Efektivitas kurang (3-21 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama)
(2) Efektivitas sebagai kontrasepsi tergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan
(3) Ketergantungan penggunaan dari motivasi
berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan
hubungan seksual
(4) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah
aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual
(5) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

BAB III
PENUTUP

24
3.1 Kesimpulan
Faktor pendorong masyarakat memilih metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat adalah metode ini tidak memerlukan biaya sehingga dapat
menghemat pengeluaran, terhindar dari efek merugikan bahan kimia yang
terkandung di dalam alat kontrasepsi, menghindari kemungkinan alergi yang
ditimbulkan oleh karena pemakaian alat kontrasepsi, tidak merubah siklus
menstruasi pada wanita, tidak bertambahnya berat badan bagi penggguna,
tidak mempengaruhi kesuburan dalam jangka panjang, dan tidak
menyakitkan.
Setiap metode KB tentunya memilki kelebihan & kekurangan, dan dalam
penerapannya pun berbeda. Untuk dapat mencapai keberhasilan
dalammelaksanakan program KB, perlu adanya penggunaan program KB lain
disamping sudah menggunakan satu program KB, khususnya program KB
metode sederhana ini.

3.2 Saran
Disarankan untuk para pasangan suami / istri jika apabila
hendak melakukan KB sebaiknya dipertimbangkan terlebih
dahulu. segala aspek yang menyangkut tentang KB, khususnya program KB
metode sederhana ini agar ada kerja sama yg baik untuk kesuksesan program
KB sederhana yang di pilihnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin,BA.2014. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2. Varney, Helen : Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC, 2012.
3. Wiknjosastro, Hanifa : Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, 2055.
4. Handayani, S. 2016. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
5. Tiwari, K. A Study On Effectiveness Of Lactational Amenorrhea As A
Method Of Contraception. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2018
Oct;7(10):3946-3950
6. Arum, D N S et al. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.2009.
Jogjakarta: Nuha Medika.
7. Saiffudin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
2010. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
8. Kemkes. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Post Partum di Fasilitas
Kesehatan. 2014. Jakarta: Kemkes
9. Everett, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual
Reproduksi. 2007. Jakarta : EGC.
10. Anggraini Y. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. 2010.Yogyakarta : Pustaka.
Rihama.
11. BKKBN. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
bina pustaka sarwono prawirahardjo; 2014.
12. Advocates for youth.Efektivitas kondom.[Tersedia dari Internet];[diunduh
22 Oktober 2018]. Tersedia darihttp://www.advocatesforyouth.org
13. Ruth KB Mome dkk, Effectiveness of Female Condom in Preventing HIV
and Sexually Transmitted infection. [Tersedia dari Internet]; [diunduh 22
Oktober 2018]. Tersedia darihttp://dx.doi.org

26

Anda mungkin juga menyukai