Oleh:
Kelompok 5
1
KATA PENGANTAR
Penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Proses
penulisan makalah bahan ajar ini dapat terwujud berkat dukungan, arahan dan bantuan moral
maupun material dari banyak pihak yang telah banyak membantu penulisan makalah ini. Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, semoga makalah bahan ajar ini dapat bermanfaat.
penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 4
1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................... 6
2.1 DEFINISI KELUARGA BERENCANA.......................................................................... 6
2.2 SEJARAH TERBENTUKNYA KB ............................................................................... 6
2.3 DEFINISI KESEHATAN KELUARGA........................................................................ 7
2.4 TUJUAN KELUARGA BERENCANA......................................................................... 7
2.5 SASARAN KELUARGA BERENCANA....................................................................... 8
2.6 RUANG LINGKUP PROGRAM KB ............................................................................ 8
2.7 MACAM-MACAM KONTRASEPSI............................................................................ 9
2.8 MANFAAT KB ................................................................................................................ 10
BAB 3 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 12
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 13
3.2 SARAN ............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang utama
bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan
program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
(Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau
mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non
hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing
jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati,
2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita sebagai
pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai dengan kebutuhan serta
keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom,
coitus interuptus (senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang
menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan 2 penting dalam mendukung istri dan
menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2010).
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu perempuan
atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan kontrasepsi atau cara
KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang
atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang
digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010).
4
1.3 TUJUAN PENULISAN
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis dan pembaca mengenai konsep dasar
keluarga berencana.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB mencakup layanan,
kebijakan, informasi, sikap, praktik, dan komoditas, termasuk kontrasepsi, yang memberi
wanita, pria, pasangan, dan remaja kemampuan untuk menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan dan memilih apakah dan / atau kapan memiliki anak.Program KB adalah suatu
langkah- langkah atau suatu usaha kegiatan yang disusun oleh organisasi-organisasi KB
dan merupakan program pemerintah untuk mencapai rakyat yang sejahtera berdasarkan
peraturan dan perundang-undangan kesehatan. KB adalah mengatur jumlah anak sesuai
dengan keinginan dan menentukan kapan ingin hamil. Jadi, KB (Family Planning,
Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah
dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera.
Program Keluarga Berencana yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan
yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik di dalam
maupun diluar negeri.
Di luar negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul timbul atas prakarsa kelompok
orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad
XIX di Inggris. Sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara
tradisional dan mulai digunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis,
maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad moderen, dengan tujuan dan
sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak
dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran saja.
6
Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di
kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang
dengan program âbirth controlâ-nya merupakan pelopor KB modern.
Kesehatan keluarga adalah pengetahuan tentang keadaansehat fisik, jasmani dan sosial dari
individu-individu yang terdapat dalamsatu keluarga. Antara individu yang satu dengan
lainnya salingmempengaruhi dalam lingkaran siklus keluarga untuk mencapai derajat
kesehatan keluarga yang optimal.
Keluarga yang sehat adalah salah satu kekayaan yang takterhingga. Tapi tak sedikit dari
kita yang masih mencari formulasi yangtepat untuk mengajak seluruh anggota keluarga
memiliki kebiasaan hidupsehat. Mehmet C Oz, MD, dokter yang dibesarkan oleh Oprah
Winfrey, memberikan tip praktisnya untuk kita. “Jadikan trik ini seperti waktu bersenang-
senang untuk seluruh keluarga”.
9
yang tidak hamil untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Indikasi kontrasepsi darurat
Untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, bila terjadi kesalahan dalam
pemakaian kontrasepsi seperti:
a. Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya.
b. Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat.
c. Kegagalan senggama, terputus misalnya ejakulasi di vagina atau pada
genetalia eksterna.
d. Salah hitung masa subur.
e. Lupa minum pil KB
f. Tidak menggunakan kontrasepsi.
g. Kontraindikasi kontrasepsi darurat.
h. Hamil atau diduga hamil.
i. Kelebihan kontrasepsi darurat:
j. Tidak menyebabkan keguguran, dapat mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan
k. Mencegah aborsi
l. Tidak menimbulkan cacat bawaan, bila diketahui ibu hamil
m. Efektif bekerja dengan cepat, mudah, relative murah untuk pemakaian jangka
pendek.
n. Kekurangan kontrasepsi darurat.
o. Tidak dapat dipakai secara permanen
p. Tidak efektif setelah 3x 24 jam
2.8 Manfaat KB
Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut.
1) Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan Kemampuan wanita untuk memilih untuk
hamil dan kapan ingin hamil memiliki dampak langsung pada kesehatan dan
kesejahteraannya. KB memungkinkan jarak kehamilan dan penundaan kehamilan
pada wanita muda yang memiliki risiko masalah kesehatan dan kematian akibat
melahirkan anak usia dini. KB mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk
wanita yang lebih tua dalam menghadapi peningkatan risiko terkait kehamilan. KB
10
memungkinkan wanita yang ingin membatasi jumlah keluarga mereka. Bukti
menunjukkan bahwa wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko mengalami
kematian ibu. Dengan mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, KB juga
mengurangi kebutuhan akan aborsi yang tidak aman.
2) Mengurangi AKB KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat
dan tidak tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada beberapa angka kematian bayi
tertinggi di dunia. Bayi dengan ibu yang meninggal akibat melahirkan juga memiliki
risiko kematian yang lebih besar dan kesehatan yang buruk.
3) Membantu Mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak
diinginkan di antara wanita yang hidup dengan HIV, mengakibatkan lebih sedikit
bayi yang terinfeksi dan anak yatim. Selain itu, kondom pria dan wanita memberikan
perlindungan ganda terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan terhadap IMS
termasuk HIV.
4) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan KB memungkinkan
masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang kesehatan seksual
dan reproduksi. KB memberikan peluang bagi perempuan untuk mengejar pendidikan
tambahan dan berpartisipasi dalam kehidupan publik, termasuk mendapatkan
pekerjaan yang dibayar. Selain itu, memiliki keluarga yang lebih kecil
memungkinkan orang tua untuk berinvestasi lebih banyak pada setiap anak. Anak-
anak dengan lebih sedikit saudara kandung cenderung tetap bersekolah lebih lama
daripada mereka yang memiliki banyak saudara.
5) Mengurangi Kehamilan Remaja Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi
prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh remaja
memiliki angka kematian neonatal yang lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil
harus meninggalkan sekolah. Hal ini memiliki dampak jangka panjang bagi mereka
sebagai individu, keluarga dan komunitas.
6) Perlambatan Pertumbuhan Penduduk KB adalah kunci untuk memperlambat
pertumbuhan penduduk yang tidak berkelanjutan dengan dampak negatif yang
dihasilkan pada ekonomi, lingkungan, dan upaya pembangunan nasional dan regional.
11
BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang utama bagi
wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak
kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Kesehatan keluarga adalah pengetahuan tentang keadaansehat fisik, jasmani dan sosial dari
individu-individu yang terdapat dalamsatu keluarga. Antara individu yang satu dengan
lainnya salingmempengaruhi dalam lingkaran siklus keluarga untuk mencapai derajat
kesehatan keluarga yang optimal.
3.1 SARAN
Bidan diharapkan dapat mengetahui konsep dasar keluarga berencana sehingga bisa
membimbing keluarga menjadi keluarga sehat serta memberikan lebih banyak edukasi terhadap
masyarakat tentang pentingnya keluarga yang direncanakan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://bali.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?
ID=220&ContentTypeId=0x01003DCABAB04B7084595DA364423DE7897
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1075/3/BAB%20II.pdf
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Astuti, E. 2014. Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS) Tidak
Menggunakan Alat Kontrasepsi. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Vol. 5 No. 2 Desember 2014.
Hlm. 99-108.
BKKBN Gorontalo. 2012. Manfaat Utama Keluarga Berencana. Diakses: 22 April 2015.
http://gorontalo.bkkbn.go.id/.
BKKBN Jatim. 2015. Cara-Cara Kontrasepsi Yang Digunakan Dewasa Ini. Diakses: 23 April 2015.
http://www.bkkbn-jatim.go.id/.
BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012.
Budisantoso. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di
Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008. [Tesis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Depkes. 1996. Metode Survei Cepat untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya. Jakarta: Depkes.
Fridalni, N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Suami tentang KB dengan Keikutsertaan
KB Oleh Pasangan Usia Subur (PUS) di RW III Kelurahan Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
13
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hasian, M. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pria dalam Program Keluarga Berencana
di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2012. [Skripsi Ilmiah]. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kemenkes RI. 2013. Rencana Aksi Nasional Pelayanan
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2012. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Kurniawati, T. 2014. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.
Lina. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Ber-KB Pasangan Usia Subur Suami Istri
Keluarga Ekonomi Rendah di Desa Rawamangun Kab. Luwu Utara. STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
14