Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS LENGKAP

ASUHAN PADA NY. MILA USIA 36 TAHUN SUNTIK KB 3 BULAN

Nama Mahasiswa
Dewi Munziyah : 12110220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARANA BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA PATI
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resume Kasus
Lengkap Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan.
Laporan resume kasus lengkap ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Pembimbing lahan yang selalu membimbing kami, memberikan dorongan, kritik, dan
saran selama kami selama praktik.
2. Teman-teman STIKes Bakti Utama Pati Tahun Akademik 2023/2024 yang selalu memberi
semangat dan motivasi kepada kami
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Pati,
Penyusun

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporam Kasus Lengkap


ASUHAN PADA NY. MILA USIA 36 TAHUN SUNTIK KB 3 BULAN

Telah disahkan, pada:

Hari : ………………………………………..
Tanggal : ………………………………………..

Pembimbing Lahan

(..............................................)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................. 3
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 6
A. Resume Kasus ...................................................................................... 6
B. Rencana Tindakan................................................................................ 6
C. Tindakan............................................................................................... 7
D. Rasionalisasi Tindakan ........................................................................ 7
E. Hasil Tindakan ..................................................................................... 8
F. Tindak Lanjut Hasil ............................................................................. 9
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 10
A. Pengkajian ............................................................................................ 10
B. Pelaksanaan.......................................................................................... 10
C. Hasil ..................................................................................................... 10
BAB V PENUTUP................................................................................................. 11
A. Simpulan .............................................................................................. 11
B. Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization)
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi (Rismawati, 2012). Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk
mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode
kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun
permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang
berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah untuk menghindari atau untuk
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma. Sejak pada jaman dahulu, di Indonesia pasangan usia subur
sudah menggunakan obat dan jamu yang maksudnya adalah untuk mencegah kehamilan.
Keluarga berencana modern ini di Indoesia sudah dikenal sejak pada tahun 1953. Pada
waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan para tokoh masyarakat yang telah
mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah dalam pertumbuhan
penduduk.
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu
perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan
peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB,
dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor (Depkes, 2010). Data Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 4.874.250
peserta dengan rincian, KB dengan metode IUD sebanyak 416.240 orang (8,53%), MOW
sebanyak 262.760 orang (5,39%), MOP sebanyak 52.758 orang (1,08%), kondom
sebanyak 92.272 orang (1,89%), implant sebanyak 463.790 orang (9,51%), suntik
5
sebanyak 2.753.967 orang (56,50%), dan pil sebanyak 832.463 orang (17,07%).
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan resume kasus lengkap ini adalah:
1. Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindakan
2. Mahasiswa mampu membuat pelaksanaan tindakan
3. Mahasiswa mampu membuat rasionalisasi tindakan
4. Mahasiswa mampu menentukan hasil tindakan
5. Mahasiswa mampu membuat tindak lanjut berdasarkan hasil

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang menyebabkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah untuk menghindari atau untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Sejak
pada jaman dahulu, di Indonesia pasangan usia subur sudah menggunakan obat dan jamu yang
maksudnya adalah untuk mencegah kehamilan. Keluarga berencana modern ini di Indoesia sudah
dikenal sejak pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan para
tokoh masyarakat yang telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah dalam
pertumbuhan penduduk
Menurut Harnawatiajh, kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan
meningkatkan keluarga untuk memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak.
Menurut.
alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah terjadinya 2 kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi adalah suatu cara untuk
menghindari atau untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma yang memilik 3 tujan yaitu menunda, menjarangkan, dan
mengakhiri kesuburan.
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo medroxy progesterone Acetate (hormon
progestin) 150mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu).
Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu
setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulan ada yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml
B. Tujuan Kontrasepsi
Secara umum tujuan pemakaian alat kontrasepsi ini adalah diupayaka untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda dan dalam rangka
merencanakan pembentukan keluarga kecil, bahagia sejahtera, hal ini terbagi atas tiga masa usia
produksi: pertama, untuk masa menunda kehamilan bagi pasangan usia subur (PUS) dengan
istri usia dibawah 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan. Kedua, masa menjarangkan
kehamilan periode istri usia 20 sampai 35 tahun merupakan usia paling baik untuk melahirkan
dengan jumlah anak 2 orang dengan jarak kelahiran 3 sampai 4 tahun. Ketiga, masa untuk
mengakhiri setelah memiliki 2 orang anak atau lebih.

7
C. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA
Menurut Prawihardjo (2011) mekanisme kontrasepsi suntik DMPA yaitu:
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan
releasing hormon dari hipotalamus.
2. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui
serviks uteri.
3. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi. Efek DMPA terlihat dengan
membuat endometrium menjadi kurang layak / baik untuk implantasi dari ovum
yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan – perubahan menjelang
stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk
memungkinkan nidasi dari ovum yang telah dibuahi.
4. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.
D. efek samping
efek samping dari penggunaan suntik DMPA
1. Rusaknya pola pendarahan terutama pada bulan-bulan pertama dan sudah 3-12
bulan umumnya berhenti dengan tuntas.
2. Terjadinya keputihan dalam menggunakan suntik DMPA karena hormon
progesteron mengubah flora dan pH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh dan
menimbulkan keputihan.
3. Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan karena
pengaruh hormonal, yaitu progesterone.
4. Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian Rasa pusing, mual, sakit
di bagian bawah perut juga sering dilaporkan pada awal penggunaan
5. Kemungkinan kenaikan berat badan 1–2kg. Namun hal ini dapat diatasi dengan diet
dan olahraga yang tepat
6. Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan, namun bisa lebih cepat).
Namun, tidak semua wanita yang menggunakan metode ini terhenti haidnya.
7. Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena tingkat hormon
yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga butuh waktu untuk dapat kembali
normal (biasanya sampai 4 bulan)
8. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir
serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi.
Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak,
sehingga seringkali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang
8
menyebabkan berat badan bertambah (Saroha, 2015).
E. Kelebihan
1. Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka
kegagalan kurang dari 0,1% pertahun.
2. Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI)
3. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah)
4. Memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian
dalam rahim.
5. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara
serius pada penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah.
6. Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak berpengaruh
pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada pemakaian
awal dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun bidan.
7. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis / paramedis, peserta tidak perlu
menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk
kembali melakukan suntikan berikutnya
F. Kelemahan
Kelemahan dari penggunaan kontrasepsi suntikan antara lain: Menurut BKKBN
(2015), kelemahan dari suntikan DMPA adalah:
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti: a) Siklus haid yang memendek atau
memanjang b) Perdarahan yang banyak atau sedikit c) Perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting) d) Tidak haid sama sekali 11
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
4. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis
B virus, atau infeksi virus HIV
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada
organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
deponya (tempat suntikan)
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
8. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas)
9
9. Pada pengguna jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan metode kontrasepsi Suntik
DMPA
1. Umur
Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam penentuan untuk
menggunakan alat kontrasepsi karena pada fase-fase tertentu dari umur
menentukan tingkat reproduksi seseorang. Umur yang terbaik bagi seorang wanita
adalah antara 20-30 tahun karena pada masa inilah alat-alat reproduksi wanita
sudah siap dan cukup matang untuk mengandung dan melahirkan anak. Bila
ditinjau pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional maka masa mencegah
kehamilan (30 tahun) dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi dengan urutan
12 kontap, AKDR/IUD, implant, suntik, pil KB, dan kondom. Dengan demikian
umur akan menentukan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan
(Rizali,2020).
2. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi pribadi
seseorang dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam
mengambil keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan mempengaruhi secara
langsung seseorang dalam hal pengetahuannya akan orientasi hidupnya termasuk
dalam merencanakan keluarganya. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran
wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak
sedikit. Tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi yang dimiliki oleh responden,
membuat responden sangat susah untuk membiayai atau melanjutkan
pendidikannya, disatu sisi pemenuhan kebutuhan sehari-hari sangat penting untuk
dipenuhi (Rozali, 2018)
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh
suatu penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama kerja merupakan
pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.
Pertumbuhan dalam pekerjaan dapat dialami oleh setiap orang hanya apabila
dijalani proses belajar dan berpengalaman, diharapkan orang yang bersangkutan
memiliki kecakapan (pengetahuan) kerja yang bertambah baik serta memiliki
keterampilan kerja akan menambah kualitas dan kuantitas.
10
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A. RESUME KASUS
Ny M umur 36 tahun datang ke RSUD RAA SOEWONDO PATI untuk melakukan
Suntik KB rutin yang sudah di jalani. Ny M mengatakan ingin menunda kehamilan untuk
saat ini, karena masih memiliki anak kecil.
KB suntik yang diminta Ny M adalah KB suntik 3 bulan. Sebelum dilakukan suntik
KB Ny M dilakukan pemeriksaan TTV (tanda tanda vital) dan fisik terlebih dahulu, utuk
pemeriksaan TTV mendapatkan hasil berikut :
BB : 43.5 cm
TB : 148 cm
TTD : 110/90 mmHg
S : 36,70C
RR : 21 x/m
N : 80x/menit
Untuk pemeriksaan fisik yag dilakukan hasilnya BAIK :
 Kepala : Kepala klien berbentuk bulat; normocephalic dan simetris.
 Tengkorak : Tidak ada nodul atau massa dan depresi saat diraba.
 Wajah : Wajah klien tampak halus dan memiliki konsistensi seragam dan tanpa adanya
nodul atau massa
 Alis : Rambut didistribusikan secara merata. Alis klien sejajar secara simetris dan
menunjukkan gerakan yang sama saat diminta untuk menaikkan dan menurunkan alis.
 Bulu mata : Bulu mata tampak terdistribusi secara merata dan sedikit melengkung ke
luar.
 Kelopak mata : Tidak ada kotoran, tidak ada perubahan warna dan kelopak mata
menutup secara simetris dengan kedipan tidak disengaja sekitar 15-20 kali per menit.
 Mata
 Konjungtiva Bulbar tampak transparan dengan sedikit pembuluh kapiler yang
terlihat.
 Sklera tampak putih.
 Konjungtiva palpebra tampak berkilau, halus dan merah muda.
 Tidak ada edema atau robeknya kelenjar air mata.

11
 Kornea transparan, halus dan berkilau dan detail iris terlihat. Klien berkedip saat
kornea disentuh.
 Pupil matanya berwarna hitam dan ukurannya sama. Irisnya datar dan bulat.
PERRLA (pupil sama bulat menanggapi akomodasi cahaya), pupil menyempit saat
diterangi dan tidak diterangi. Pupil mengerut saat melihat objek dekat dan melebar
pada objek yang jauh. Pupil berkonvergen saat benda digerakkan ke arah hidung.
 Saat menilai bidang visual periferal, klien dapat melihat objek di pinggiran saat
melihat lurus ke depan.
 Saat menguji Otot Ekstraokular, kedua mata klien secara terkoordinasi bergerak
serentak dengan kesejajaran paralel
 Telinga : Auricles simetris dan memiliki warna yang sama dengan kulit wajahnya.
Daun telinga sejajar dengan canthus luar mata. Saat meraba tekstur, daun telinga
bergerak, kencang dan tidak empuk. Pinna akan mundur saat dilipat. Selama penilaian
uji detak jam, klien dapat mendengar detak di kedua telinga
 Hidung : Hidung tampak simetris, lurus, dan warnanya seragam. Saat dipalpasi ringan,
tidak ada nyeri tekan dan lesi
 Mulut:
 Bibir klien berwarna merah muda seragam; lembab, simetris dan memiliki tekstur
yang halus. Klien bisa mengerutkan bibir saat diminta bersiul.
 Gigi dan Gusi: Tidak ada perubahan warna pada email gigi, tidak ada retraksi pada
gusi, berwarna merah muda pada gusi
 Mukosa bukal klien tampak berwarna merah muda seragam; lembab, lembut,
berkilau dan bertekstur elastis.
 Lidah klien diposisikan secara terpusat. Warnanya merah muda, lembab dan agak
kasar. Adanya lapisan keputihan tipis.
 Langit-langit halus berwarna merah muda terang dan halus sedangkan langit-langit
keras memiliki tekstur yang lebih tidak teratur.
 Uvula klien terletak di garis tengah langit-langit lunak (soft palate).
 Leher :
 Ukuran otot lehernya sama. Klien menunjukkan gerakan kepala yang halus dan
terkoordinasi tanpa rasa tidak nyaman.
 Kelenjar getah bening klien tidak teraba.
 Trakea tepat di garis tengah leher.

12
 Kelenjar tiroid tidak terlihat saat diperiksa dan kelenjar naik saat menelan tetapi
tidak

B. RENCANA TINDAKAN
Pukul: 10.00 : 10.00 WIB
1. Lakukan anamnesa
2. Lakukan pemeriksaan TTV
3. Lakukan penyuntikan KB 3 bulan
C. TINDAKAN
Pukul : 10,00 : 10.10 WIB
1. Melakukan anamnesa
2. Melakukan pemeriksaan TTV
3. Melakukan penyuntikan KB 3 bulan
D. RASIONALISASI TINDAKAN
1. Melakukan anamnesa, anamnesa dilakukan sebelum tindakan di berikan,
bertujuan untuk mengetahui keluhan apa saja yang di rasakan oleh pasien, riwayat
penyakit yang diderita pasien, dan dapat merencanakan asuhan yang akan
diberikan selanjutnyakepada pasien
2. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik Ny.M sekarang, ada
tidaknya kelainan/kejangalan pada tubuh Ny.M yang perlu di tindak lanjuti
3. Melakukan penyuntikan KB 3 bulan . karena Ny.M menunda untuk memiliki anak
terlebih dahulu, sehingga memutuskan untuk menggunakan KB suntik 3 bulan.
E. HASI TINDAKAN
Pukul 08. 15WIB
1. Melakukan anamnesa
DS: ibu mengatakan haidnya tidak teratur
DO: pengaruh hormon progesteron yang disuntikan
2. Di lakukan pemeriksaan fisik
DS : ibu mengatakan sering pusing ketika bangun dari duduk.
D0 : TD : 110/90 mmhg Nadi : 80x/menit Pernapasan 21x/menit Suhu 36,7 c.
3. Melakukan penyuntikan KB 3 bulan

F. TINDAK LANJUT HASIL

13
Berdasarkan dari hasil tindakan, diketahui jika kondisi Ny L sangat baik, sehingga
diperlukan adanya edukasi & jadwal lanjutan, berupa:
1. Edukasi Mengenai Resiko/ perubahan hormon ketika ibu menggunakan KB suntik
3 bulan. (pengaruh hormon progesteron yang disuntikan menyebabkan tidak
terjadinya mekanisme umpan balik (feedback) sehingga estrogen yang seharusnya
memberikan umpan balik positif terhadap LH (kadarnya meningkat) justru
memberikan umpan balik negatif terhadap LH (kadarnya menurun) pada saat fase
ovulasi. Cara kerja lainnya pada KB suntik progestin yaitu mengentalkan lendir
serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, mencegah implantasi dan mengganggu
pergerakan tuba sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu )

14
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Hasil pengkajian diketahui ibu ingin menunda untuk memiliki anak
sehingga ibu memilih untuk menggunakan kontrasepsi terlebih dahulu,
kontrasepsi yang ingin digunakan adalah KB suntik 3 bulan.
Komunikasi dengan ibu sudah optimal menjawab pertanyaan secara
terbuka. Data pendukung dari ibu seperti riwayat psikologis sudah bisa dibuktikan
kebenarannya. Selain itu pada saat melakukan pengkajian ibu menjawaban
dengan cepat pertanyaan yang di lontarkan.
Pengkajian ini penting untuk dilakukan karena pengkajian merupakan
salah satu cara untuk mengumpulkan data subjektif. Dari data subjektif tersebut
maka selanjutnya dilakukan pengkajan data objektif utntuk mendukung data yang
telah disampaikan oleh pasien. Dari hasil pengkajian tersebut diharapkan muncul
diagnosa, dan akhirnya bidan bisa melakukan perencanaan tindakan.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan telah dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah ada. Tidak ada kendala selama pelaksanaan tindakan.
C. Hasil
Hasil tindakan didapatkan bahwa tidak ada tanda-tanda bahaya pada
kesehatan ibu, dan ibu diberikan edukasi untuk kunjungan ulang suntik KB
berikutnya.

15
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Rencana tindakan telah dibuat yang terdiri dari pemeriksaan head to to yang
didapat hasil KU : Baik
2. Pelaksanaan tindakan telah dilakukan sesuai dengan perencanaan
3. Rasionalisasi tindakan terhadap teori yang ada meliputi pemeriksaan head to
to, pemeriksaan fisik
4. Hasil tindakan didapatkan tidak ada masalah pada ibu..
5. Tindak lanjut tindakan yaitu memberikan edukasi untuk kunjungan ulang suntik
KB berikutnya.
B. Saran
Melalui perencanaan, pelaksanaan tindakan yang tepat dan sesuai di harapkan
dapat mengatasi masalah yang di alami pasien. Dengan adanya laporan ini
diharapkan bisa menjadi bahan referensi untuk pembuatan laporan selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Gloria. (2017). Usia reproduksi.Epidemiology and Risk Factors of Preeclampsia ; An


Overview of Observational Studies. Al Ameen J Med Sci, 6(4), 292–300

Tolinggi, S., Mantulangi, K., & Nuryani. (2018). Kontrasepsi Gorontalo Journal of
Public Health, 1(2), 85–9

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai