Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN


DENGAN AMENOREA DI KLINIK UTAMA AMANDA
STASE KELUARGA BERENCANA (KB)

AULYA KHOIRUNNISA
H522178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan


Amenorea di Klinik Utama Amanda telah disahkan oleh tim pembimbing pada :

Hari : Senin

Tanggal : 29 Desember 2023

Tempat : Klinik Utama Amanda

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Prodi Pendidikan


Profesi Bidan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali

Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini.
Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjunan Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabatnya dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya sampai akhir zaman.
Laporan Kasus ini berjudul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3
Bulan dengan Amenorea di Klinik Utama Amanda” sebagai salah satu tugas praktik
pada stase keluarga berencana.
Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
Laporan Kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan berikutnya. Atas bantuan dari seluruh pihak
saya ucapkan terima kasih.

Bandung, Desember 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................ 3
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 4
2.1 Keluarga Berencana ............................................................................ 4
2.1.1 Definisi .......................................................................................... 4
2.1.2 Fisiologi Keluarga Berencana ....................................................... 4
2.1.3 Sasaran Program KB ........................................................................ 5
2.1.4 Konseling Keluarga Berencana ..................................................... 5
2.1.5 KB Suntik 3 Bulan ......................................................................... 8
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 17
4.1 Data Subjektif ................................................................................. 17
4.2 Data Objektif .................................................................................. 17
4.3 Analisa ............................................................................................ 18
4.4 Penatalaksanaan .............................................................................. 18
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 19
5.1 Simpulan ......................................................................................... 19
5.2 Saran ............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia
dengan lebih dari 237 juta jiwa. Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor
penambah bagi jumlah penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang telah dimulai
sejak tahun 1968 dengan didirikannya LKBN (Lembaga Keluarga Berencana
Nasional) yang kemudian pada tahun 1970 diubah menjadi BKKBN (Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan tujuan dapat mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan dan Sistem Informasi
Keluarga menyebutkan bahwa program Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Riskesdas, 2017).
Salah satu cara untuk menunjang program pemerintah yaitu dengan cara
penggunaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel
telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi pada dinding rahim. Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan
program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan Usia Subur (PUS)
adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang
istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun (KKB, 2013).
Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat
kontrasepsi. Kelompok KB hormonal terdiri dari KB modern jenis implant,
suntikan dan pil sedangkan kelompok non hormonal adalah sterilisasi pria dan
wanita, spiral/IUD, diafragma dan kondom. Kelompok alat/cara KB modern
menurut jangka waktu efektivitas untuk MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang) terdiri dari implant, sterilisasi pria dan wanita serta spiral/IUD

1
2

sedangkan kelompok non MKJP adalah jenis suntikan, pil, diafragma dan
kondom (Riskesdas, 2013).
Data yang didapatkan dari Riskesdas tahun 2017, peserta aktif di Indonesia
63,22%, angka penggunaan kontrasepsi tertinggi adalah suntik 62,77%, pil
17,24%, IUD 7,15%, kondom 1,22%, implant 6,99%, MOW 2,73%, MOP
0,53%.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi 2 macam yaitu DMPA (depot medroksi progesterone
asetat) dan kombinasi. Suntikan DMPA berisi depot medroksi progesterone
asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150mg/ml secara intramuskuler
(IM) setiap 12 minggu (Sulistyawati, 2013).
Berdasarkan data dari 126 orang yang mengambil suntik KB 3 bulan, kasus
dengan efek samping amenorea merupakan tertinggi yaitu 56 orang, kenaikan
berat badan 24 orang, spotting 19 orang, sakit kepala 4 orang dan yang
menstruasi 23 orang.
Disinilah peran bidan untuk pelaksanaan KIE Keluarga Berencana
berdasarkan Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 mengenai cara bidan
membantu pasien memilih kontrasepsi yang tepat dan sehat yaitu dimulai
dengan membuat pasien merasa nyaman saat pelayanan, menjelaskan metode
KB sesuai kebutuhan, dilakukan secara perlahan-lahan dan jelas, menggunakan
alat bantu, membantu pasien memilih kontrasepsi, menelaah pemahaman
pasien tentang cara menggunakan metode, membicarakan kemungkinan efek
samping serta meminta pasien kembali untuk kunjungan ulang.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
presentasi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3
Bulan dengan Amenorea di Klinik Utama Amanda”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dipaparkan di atas,
maka rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah “Bagaimanakah
3

Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Amenorea di


Klinik Utama Amanda?”.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif mengenai
proses asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea di Klinik Utama Amanda.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada asuhan kebidanan
pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea.
2. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada asuhan kebidanan
pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea.
3. Mampu melakukan analisa serta mendiagnosa kasus pada asuhan
kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorea.
4. Mampu memberikan penatalaksanaan serta implementasi pada
asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Keluarga Berencana


2.1.1 Definisi
Keluarga Berencana (Family Planning) merupakan suatu usaha
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi. Undang-Undang No.10/1992 Keluarga
berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian masyarakat
dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
(Sulistiyawati, 2015).

Menurut WHO Expert Commite keluarga berencana adalah


tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

1. Mendapatkan objek-objek tertentu.


2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
4. Mengatur interval di antara kelahiran.
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri.
6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(Rezki, 2018).

2.1.2 Fisiologi Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum


dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan
pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan
angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pelayanan KB digolongkan ke dalam 3 fase yaitu fase menunda
kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, fase menghentikan
kehamilan (Rezki, 2018).

4
5

2.1.3 Sasaran Program KB


Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Sasaran
langsungnya adalah pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan yang
wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini
merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan
setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. Sedangkan
sasaran tidak langsung adalah kelompok usia remaja 15-19 tahun,
remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat
kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang
berisiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya
alat-alat reproduksinya (Suratun, 2013).
2.1.4 Konseling Keluarga Berencana
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan
semua aspek pelayaan keluarga berencana dan bukan hanya informasi
yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni, pada
saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan infromasi
yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif
sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya
yang ada (Handayani, 2014).

Tujuan konseling menurut Handayani (2014), meliputi :

1. Meningkatkan penerimaan.
2. Menjamin pilihan yang cocok.
3. Menjamin penggunaan cara yang efektif.
4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.

Jenis konseling KB menurut Handayani (2014), meliputi :

1. Konseling Awal
Bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai
didalamnya termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB
6

atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik, kebijakan dan


bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu.
2. Konseling Khusus
Konseling khusus mengenai metode KB memberikan kesempatan
pada klien untuk mengajukan pertanyaan tentang cara KB dan
membicarakan pengalamannya, mendapatkan informasi lebih
rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin dipilihnya,
mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok
serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana
menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif dan
memuaskan.
3. Konseling Tindak Lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan
ulang maka penting untuk berpijak pada konseling yang dulu.
Langkah Konseling KB “SATU TUJUH”
1. SA : Sapa dan Salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat
yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk
membangun rasa percaya diri, tanyakan kepada klien apa yang
perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
2. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan
dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang
diinginkan oleh klien.
3. U : Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa
pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan
7

beberapa kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang


paling ia ingini serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada.
Jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh
klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan
pilihan metode ganda.
4. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaann dan
kebutuhannya, doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya
dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara terbuka, petugas
membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan
tersebut.
5. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya. Jika
diperlukan perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan
bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan
bagaimana cara penggunaannya.
6. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah
perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan
pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu
juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi
suatu masalah.
8

2.1.5 KB Suntik 3 Bulan


Menurut Maryam (2016), kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu :
1. KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi
progesterone asetat 150 gram disuntik secara intramuscular di
daerah boku yang diberikan setiap 3 bulan sekali.
2. Cara Kerja
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Haryani, 2010).
3. Efektivitas
Kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
(Saifuddin, 2006).
4. Keuntungan
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak mempengaruhi pada hubungan suami-istri.
d. Tidak mempengaruhi produksi ASI.
e. Sedikit efek samping.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
g. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause.
h. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
i. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
j. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
(Haryani, 2010).
9

5. Kerugian
a. Gangguan haid.
b. Pusing dan mual.
c. Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering, berat badan yang bertambah 1-5 kg dalam tahun
pertama (Rahmawati, 2014). Rata-rata kenaikan berat badan
menggunakan kontrasepsi suntik DMPA adalah 1-5 kg dalam
tahun pertama, rata-rata tiap tahun naik antara 2,3-2,9 kg
(Hartanto, 2010).
d. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B dan infeksi virus HIV.
e. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan
kepadatan tulang, kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas dan jerawat
(Haryani, 2010).
6. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a. Usia reproduksi.
b. Nulipara dan yang telah memiliki anak.
c. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
e. Setelah abortus atau keguguran.
f. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
g. Perokok.
h. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
i. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturate)
atau obat tuberculosis (rifampisin).
j. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
10

k. Anemia defisiensi besi.


l. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
(Haryani, 2010).
7. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran).
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea.
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi.
(Haryani, 2010).
8. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a. Waktu 7 hari siklus haid, tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan, bila diberikan setelah hari ke-7 siklus haid tidak
boleh melakukan hubungan seksual/menggunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari.
b. Setiap saat waktu haid dan dipastikan tidak hamil, tidak boleh
melakukan hubungan seksual dan menggunakan kontrasepsi
lain selama 7 hari.
c. Ibu sedang menggunakan kontrasepsi hormonal yang lain
dan menggunakannya dengan benar dan ibu dipastikan tidak
hamil lalu ingin menggantinya dengan kontrasepsi suntikan
dapat segera diberikan atau sesuai jadwal kontrasepsi.
d. Bila ibu menggunakan AKDR, suntikan diberikan hari 1-7
siklus haid atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7
siklus haid, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil.
(Saifuddin, 2006).
11

9. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan


a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan
cara disuntik intramuskuler di daerah pantat.
b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol
yang dibasahi oleh etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan
kulit kering sebelum disuntik. Setelah kering baru disuntik.
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu
didinginkan.
d. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan
menghilangkannya dengan menghangatkannya.
(Haryani, 2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.L P1A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 3


BULAN DENGAN AMENOREA DI KLINIK UTAMA AMANDA

Tanggal Pengkajian : 20 November 2023

Jam Pengkajian : 09.40 WIB

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas/Biodata

ISTRI SUAMI

Nama Klien : Ny.L Tn.N

Umur : 24 tahun 25 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Karyawan

Alamat : Jayagiri 2/10

2. Alasan Kunjungan Saat Ini

Ibu mengatakan ingin kontrol mengenai keadaannya.

3. Keluhan Utama

Ibu mengeluh tidak hail sejak 3 bulan yang lalu dan merasa sedikit

khawatir dengan tidak datangnya haid.

4. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : 13 tahun

b. Siklus : ±38 hari

12
13

c. Disminorhea : Kadang-kadang

d. Banyaknya : ±2x ganti pembalut

e. Lamanya : 3-5 hari

f. HPHT : 07 Agustus 2023

5. Riwayat Kehamilan, Nifas dan Persalinan yang Lalu

Penyulit Anak Nifas


Hamil Tahun Jenis Kehamilan
UK Penolong
Ke Persalinan Persalinan dan JK BB PB ASI Penyulit
Persalinan
1 2022 Aterm Spontan Sp.Og Tidak ada LK 3,2 51 Eks Tidak ada

7. Riwayat KB

a. Kontrasepsi yang dipakai : Suntik KB 3 bulan

b. Keluhan : Tidak haid

c. Lamanya pemakaian : ±1 tahun

8. Riwayat Kesehatan

a. Penyakit yang pernah/sedang diderita : Tidak ada

b. Riwayat yang pernah/sedang diderita keluarga : Tidak ada

9. Data Sosial

a. Perkawinan : 1x (status perkawinan sah)

b. Dukungan keluarga : Mendukung ibu memakai alat

kontrasepsi

c. Masalah : Tidak haid

B. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
14

a. Kesadaran : Composmentis

b. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 81x/menit

R : 21x/menit S : 36,60C

c. Berat Badan : 52 kg

d. Tinggi Badan : 154 cm

e. LILA : 25 cm

2. Kepala

a. Muka : Normal, tidak ada oedem

b. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera

putih

c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid dan pembengkakan KGB

d. Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada caries

pada gigi

3. Dada dan payudara

a. Bentuk : Simetris

b. Puting susu : Menonjol pada kedua puting kanan

dan kiri serta ada pengeluaran ASI

c. Rasa nyeri : Tidak ada rasa nyeri

d. Benjolan : Tidak ada benjolan

4. Abdomen

- Hepar, tidak terdapat pembengkakan

- Supra pubik, tidak terdapat benjolan


15

- Daerah perut tidak didapati rasa nyeri, benjolan

- Kandung kemih tidak penuh

- Lainnya, tidak ada

5. Genetalia

Vulva/Vagina keadaan bersih, bentuk normal, tidak ada

pembengkakan dan tidak ada pengeluaran

6. Ekstremitas

a. Bentuk : Kaki : Simetris Tangan: Simetris

b. Oedem : Tidak ada

c. Varises : Tidak ada

B. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)

Tidak dilakukan

C. DATA ANALISA

Diagnosa : P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenorea

Masalah : Tidak ada

D. PENATALAKSANAAN

Pukul 09.40 WIB

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa


keadaan ibu secara umum dalam keadaan baik.
Evaluasi: Ibu antusias dan sedikit mengurangi rasa khawatirnya.
b. Memberikan KIE pada ibu mengenai amenorea, bahwa amenorea itu
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium
mengalami perubahan histologi, keadaan amenore disebabkan otropi
endometrium. Amenorea (tidak haid) sering terjadi setelah beberapa
bulan pemakaian suntik. Pemakaian suntik ini tidak mempengaruhi
16

kesuburan secara permanen.


Evaluasi: Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali penjelasan
yang telah diberikan.
c. Memberikan KIE pada ibu mengenai KB suntik 3 bulan. Keuntungan
dan kerugian serta kapan bisa memulainya dan dimana ibu bisa
mendapatkannya (Klinik, Puskesmas, Bidan Praktik Mandiri, Rumah
Sakit) dan hal yang perlu diingat jika ibu sudah menggunakan KB
suntik 3 bulan, yaitu kapan harus kembali untuk suntik berikutnya atau
saat ibu memiliki keluhan.
Evaluasi: Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali penjelasan
yang telah diberikan.
d. Melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan.
Evaluasi: Ibu menyetujui dan menerima tindakan yang diberikan.
e. Memberikan suntikan DMPA 150mg secara IM pada daerah bokong,
1/3 SIAS (Spina Illiaca Anterior Superior).
f. Menjelaskan kepada ibu mengenai terapi yang akan diberikan,
bahwasanya ada beberapa cara untuk menangani amenorea yang terjadi
dengan cara meminum pil kombinasi.
g. Memberikan dukungan kepada ibu agar tidak cemas, karena amenorea
dapat ditangani. Menjelaskan kepada ibu untuk menggunakan therapy
pil kombinasi microgynon (levonogestrel 0,15 mg + ethylestradiol 0,03
mg) 3x1 tablet dari hari pertama sampai hari ketiga, 1x1 tablet mulai 3-
5 hari. Biasanya akan terjadi haid, menganjurka ibu untuk
memberhentikan therapy jika sudah mendapatkan haid.
Evaluasi: Ibu mengerti dan akan melakukan therapy tersebut.
h. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 12
Februari 2024 atau jika ibu mempunyai keluhan lain.
Evaluasi: Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang pada 12
Februari 2024.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Subjektif
Menurut Trirestuti (2018) data subjektif menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan ini, data subjektif yang ditemukan pada
pengkajian ini sesuai dengan teori yang ditemukan. Data subjektif yang
ditemukan pada kunjungan ibu yaitu ibu mengatakan tidak mendapatkan haid
selama 3 bulan setelah menggunakan KB suntik 3 bulan. Sesuai dengan teori
Mulyani (2013) yang menyatakan bahwa efek samping KB suntik 3 bulan
adalah tidak datang haid (Amenorea), kenaikan berat badan, jerawat di badan
dan wajah, pusing dan sakit kepala. Maka ibu diberikan therapy pil kombinasi
microgynon. Beri terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan ingin
melanjutkan memakai alat kontrasepsi suntik dapat diberikan pil kombinasi
satu siklus etinile stradiol atau pil KB 3x1 tablet selama 3 hari, selanjutnya 1x1
tablet selama 4-5 hari. Biasanya setelah itu akan terjadi haid.

Berdasarkan hal diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori


dengan praktik di lapangan. Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori.

4.2 Data Objektif


Pada data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lainnya yang dirumuskan
dalam data focus untuk mendukung asuhan (Mufdillah, 2012). Data objektif
yang ditemukan dari kunjungan ibu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis dan tanda-tanda vital dalam batal normal. Namun ibu tidak
mengalami haid selama 3 bulan yang lalu, hal ini menunjukkan tidak terdapat
kesenjangan dalam teori. Pada kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorea diagnosa potensial tidak ada, karena amenorea efek samping dari KB
suntik 3 bulan (Saifuddin, 2010).

Berdasarkan hal diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori


dengan praktik di lapangan. Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori.

17
18

4.3 Analisa
Assessment kasus ini selaras dengan teori, menurut Trirestuti (2018).
Pendokumentasian yang termasuk assessment yaitu menggambarkan
pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi subjektif dan objektif dalam
suatu identitasi, baik itu diagnosis atau masalah, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial. Selain itu identifikasi mengenai perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter. Diagnosa yang dapat ditegakkan pada asuhan
kebidanan ini adalah “Akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenorea”.

4.4 Penatalaksanaan
Pendokumentasian yang termasuk planning menggambarkan
pendokumentasian dari tindakan 1 dan evaluasi perencananaan berdasarkan
assessment atau kebutuhan pasien (Trirestuti, 2018). Planning pada kasus ini
memberikan asuhan suntik 3 bulan, memberikan pendidikan kesehatan tentang
efek samping dari KB suntik 3 bulan yang digunakan ibu, mengacu pada
keluhan (amenorea) dan menjelaskan bahwasanya itu merupakan efek samping
KB suntik 3 bulan yang menyebabkan tidak datangnya haid (Irianto, 2014).

Efek samping tersebut akan hilang jika diberikan therapy pil kombinasi
microgynon. Sesuai dengan teori, pemberian therapy pil kombinasi
microgynon (levonogestrel 0,05 mg+nethynylestradiol 0,03 mg) 3x1 tablet
selama 3 hari, selanjutnya 1x1 tablet selama 4-5 hari. Biasanya setelah itu akan
terjadi haid (Irianto, 2014). Apabila ibu mengalami amenorea selama 3-6 bulan
tidak terjadi perdarahan rujuk ibu ke klinik. Namun bila ibu tidak menerima
gangguan tersebut, suntikan jangan dilanjutkan, ibu dapat anjutkan untuk
pemakaian kontrasepsi yang lain, bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan
jelaskan bahwa hormone progestin tidak akan menimbulkan kelainan
(Saifuddin, 2003).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan

1. Hasil pengkajian data subjektif diketahui pasien bernama Ny.L berusia 24


tahun, dengan keluhan tidak haid selama 3 bulan.
2. Hasil pengkajian data objektif diketahui bahwa pemeriksaan umum yang
telah dilakukan dalam batas normal dan baik.
3. Analisa yang dapat disimpulkan pada klien adalah P1A0 akseptor KB suntik
3 bulan dengan amenorea.
4. Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.L memberikan asuhan suntik 3
bulan, memberikan pendidikan kesehatan tentang efek samping dari KB
suntik 3 bulan yang digunakan ibu, mengacu pada keluhan (amenorea) dan
menjelaskan bahwasanya itu merupakan efek samping KB suntik 3 bulan
yang menyebabkan tidak datangnya haid.
5. Penulis memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan klien dan melakukan
pendokumentasian dengan menggunakan metode SOAP, sehingga seluruh
tindakan/asuhan dapat terlihat baik oleh penulis maupun yang
membutuhkannya sebagai bahan peneliti.

5.2 Saran

a. Bagi pasien
Diharapkan mampu memahami tentang efek samping dari kontrasepsi
yang dipakai oleh masing-masing klien, sehingga dapat menimbulkan
kesadaran pada klien terkait dengan gangguan amenorea tersebut.
b. Bagi Bidan
Bidan dapat meningkatkan kualitas asuhan sesuai dengan evidence based
yang terus berkembang berdasarkan wewenang sebagai bidan dan
perlunya memberikan bimbingan atau asuhan terfokus pada aksepsor KB
suntik 3 bulan dengan amenorea.

19
DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, Adriaansz G. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. 4ed. Jakarta


: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 2012.

Handayani S. Buku ajaran pelayanan berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama:


2014.

Kementerian Kesehatan RI. Info DATIN pusat data dan informasi. [Online]. 2016
[cited 2023 Nov 23]; Available; from: URL:
https://www.depkes.go.id/resources/download/pusatin/infodatin-ibu-pdf.

Mulyani. Keluarga berencana dan alat kontrasepsi. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press: 2013.

Setyaningrum. Pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jakarta:


CV Infomedia: 2021.

Suratun. Pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Trans


Info Medika: 2014.

Syarifuddin. Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC: 2009.

Anda mungkin juga menyukai