Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi

dengan Pelepasan Kontrasepsi IUD

diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan


Kesehatan Reproduksi

Dosen Pengampu : Istifadatul Ilmiya,M.Keb

Disusun Oleh :

Nanda Paramita Kartika Sari


NIM. 200550010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER

Tahun Ajaran 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

Lporan Pendahuluan Berjudul:

Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dengan pelepasan kontrasepsi


IUD

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kesehatan


Reproduksi

Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pengampu

Istifadatul Ilmiya,M.Keb

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan laporan
pendahuluan ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan pendahuluan ini
membahas tentang “Kebidanan Kesehatan Reproduksi dengan Gangguan
Menstruasi” diharapkan dapat memberi pengetahuan serta menambah wawasan
bagi siapapun yang membaca laporan pendahuluan ini. Atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Nurul Aini, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.
2. Ibu Linda Ika Puspita Arianti M. Keb. selaku Ka Prodi Akademi Kebidanan
Jember.
3. Ibu Istifadatul Ilmiya, M.Keb selaku dosen PJMK dan pengajar mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Akademi Kebidanan Jember.
4. Teman-teman tingkat 2 Akademi Kebidanan Jember.
Laporan pendahuluan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi penulis sendiri untuk
mempermudah pemahaman dan peningkatan pengetahuan.

Jember, 3 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.2.1 Tujuan Umum ................................................................................... 2

1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 2

1.3 Manfaat .....................................................................................................2

1.3.1 Bagi Institusi .....................................................................................2

1.3.2 Bagi Lahan Praktik ............................................................................2

1.3.3 Bagi Pasien ........................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ..........................................................................................3

2.1.1 Pengertian KB…………………….......................................................4

2.1.2 Pengertian kontrasepsi………...............................................................5

2.1.3 Pengertian akseptor KB………………….............................................6

2.1.4 Jenis-jenis akseptor KB………….…..................................................7

2.1.5 Tujuan KB………..............................................................................8

2.1.6. Manfaat program KB ........................................................................9

2.1.7. Macam-macam jenis kontrasepsi………………………………….10

2.2 Manajemen Konsep Asuhan Kebidanan (ASKEB Teori Varney) ...........11

2.2.1 Pengkajian Data ................................................................................11


2.2.2 Interpretasi Data …............................................................................12

iii
2.2.3 Diagnosa Potensial ..........................................................................13

2.2.4 Antisipasi Penanganan Segera ..........................................................14

2.2.5 Intervensi .........................................................................................15

2.2.6 Implementasi ...................................................................................16

2.2.7 Evaluasi ...........................................................................................17

BAB 3 PEMBAHASAN .......................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World
Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran,
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
(Rismawati2012)
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur
jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan
metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat
sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi
memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Provinsi Jawa pada tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif
tercatat sebanyak 4.874.250 peserta dengan rincian, KB dengan metode IUD
sebanyak 416.240 orang (8,53%), MOW sebanyak 262.760 orang (5,39%),
MOP sebanyak 52.758 orang (1,08%), kondom sebanyak 92.272 orang
(1,89%), implant sebanyak 463.790 orang (9,51%), suntik sebanyak 2.753.967
orang (56,50%), dan pil sebanyak 832.463 orang (17,07%).
Cakupan KB di Kabupaten masih dibawah cakupan standar. Target Standar
Pelayanan Minimum (SPM) cakupan KB di Kabupaten sebesar 80%. Data
Dinas Kesehatan Kabupaten angka cakupan KB pada tahun 2013 sebesar
57,1% Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan 42,9% Metode
Kontrasepsi Jangka Pendek (non-MKJP), hal ini menunjukkan bahwa cakupan
KB masih dibawah target Kabupaten Boyolali. Cakupan KB di kecamatan
terdapat angka pencapaian KB yang masih dibawah target pelayanan minimum
yaitu 62,5%. Dinas kesehatan menargetkan pelayanan minimum pencapaian

1
KB sebesar 80%. Sehingga kejadian ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi
di daerah Kecamatan Sawit masih terdapat angka 37.5%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
adalah pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik
pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam
menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi
yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu
dijadikan acuan untuk mengikuti program keluarga berencana (Gustikawati,
2014).
Upaya Yang dilakukan yaitu Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi, karena istri yang mendapat dukungan dari suami akan
menggunakan kontrasepsi secara terus menerus sedangkan yang tidak
mendapatkan dukungan akan sedikit yang
menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini agar mahasiswa mampu dalam
membuat laporan pendahuluan Asuhan Kebidanan Kesehatan
Reproduksi terutama dalam kasus pelepasan alat kontrasepsi IUD

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa memahami pengertian KB
2. Mahasiswa memahami pengertian kontrasepsi
3. Mahasiswa memahami pengertian akseptor KB
4. Mahasiswa memahami jenis akseptor KB
5. Mahasiswa mamahami tujuan KB
6. Mahasiswa memahami manfaat program KB
7. Mahasiswa mampu memahami macam-macam jenis kontrasepsi

8. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan keluarga


Berencana dengan pelepasan KB IUD

2
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi
Asuhan ini diharapkan akan dapat memberikan pemahaman dan
kompetensi bagi mahasiswa D.III Kebidanan Akademi Kebidanan
Jember mengenai asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dengan
gangguan menstruasi pada wanita. Sehingga kemudian diharapkan akan
meningkatkan mutu kualitas institusi Akademi Kebidanan Jember.

Penyusunan laporan ini juga diharapkan akan dapat memperkaya


kepustakaan pada institusi Akademi Kebidanan Jember.

1.3.2 Bagi Lahan Praktik


Hasil penulisan laporan dapat menjadi masukan terhadap tenaga
kesehatan untuk selalu menjaga mutu pelayanan dan pelaksanaan
khususnya pada asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada wanita.

1.3.3 Bagi Pasien


Klien mendapatkan Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada
wanita yang bermutu sesuai Standart Pelayanan.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan
program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati,
2013).
2.1.2 Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2017).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).
2.1.3 pengertian akseptor KB
Akseptor yaitu pasangan usia subur (PUS) yang salah seorang dari padanya
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahaan
kehamilan baik melalui program maupun non program (Hartanto, 2014).
Akseptor adalah peserta KB, pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan
salah satu alat atau obat kontrasepsi (BKKBN, 2010).
Sedangkan menurut Manuaba, dkk (2014) akseptor adalah proses yang disadari
oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.
Jadi dapat ditarik kesimpulan, menurut peneliti akseptor adalah peserta KB,
pasangan usia subur yang salah satu diantarannya mengunakan salah satu cara
atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, memutuskan jumlah
dan jarak anak serta waktu kelahiran.
2.1.4 jenis-jenis akseptor KB
1. Akseptor Baru
Pasangan subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah
satu cara atau alat kontrasepsi setelah berakhir masa kehamilannya (baik
kelahiran yang berakhir dengan keguguran, lahir mati, ataupun yang lahir
hidup) (Hartanto, 2014).
2. Akseptor Lama
Pasangan usia subur yang melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan
usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah atau ganti

4
ke cara atau alat yang lain atau mereka yang pindah klinik baik dengan
menggunakan cara yang sama maupun cara atau alat yang berbeda
(Hartanto, 2014).
3. Akseptor Aktif (Curent User-CU)
Pasangan usia subur yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara
atau alat kontrasepsi (Hartanto, 2014).
4. Akseptor Aktif Kembali
Pasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan cara atau alat
kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh suatu
kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara
yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil (Hartanto, 2014)

2.1.5 Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan)
maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2012).
2.1.6. Manfaat program KB
Menurut BKKBN 2015 Manfaat program KB diantaranya:
1. kesehatan ibu dan bayi
Program kehamilan yang direncanakan dengan matang akan memberikan
dampak baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Selain itu, program KB juga
memberikan pengarahan mengenai langkah-langkah untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik sebelum maupun setelah melahirkan.
2. Mendorong kecukupan ASI dan pola asuh yang baik bagi anak
Dengan program KB, suami istri dapat merencanakan waktu kehamilan
dengan tepat. Hal ini erat kaitannya dengan kecukupan ASI dan pola asuh
anak. Idealnya, jarak anak pertama dan kedua antara 3–5 tahun.
Dengan jarak waktu ini, anak pertama bisa mendapatkan manfaat ASI dengan
maksimal, yaitu dari ASI eksklusif dan ASI hingga 2 tahun. Tidak hanya itu,
anak juga jadi bisa mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya selama
masa perkembangannya. Kedua hal ini tentu akan sangat berdampak positif
untuknya.

5
3. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
Suami dan istri yang tidak menjalankan program KB berisiko mengalami
kehamilan yang tidak direncanakan. Misalnya, perempuan di atas 35 tahun
dan belum menopause yang melakukan hubungan intim tanpa alat
kontrasepsi bisa saja hamil. Namun kehamilan ini berisiko tinggi dan bisa
berdampak fatal pada ibu dan bayi.
Begitu juga dengan kehamilan yang terlalu dini setelah melahirkan.
Misalnya, seorang wanita bisa saja melahirkan ketika anak pertama masih
berusia di bawah 1 tahun. Pada kondisi ini, ibu tidak mendapatkan pemulihan
yang utuh setelah melahirkan anak sebelumnya. Hal ini bisa berdampak pada
kesehatan fisik maupun mental ibu.
4. Mencegah penyakit menular seksual
Meski dilakukan antar suami istri, hubungan seksual tidak terlepas dari risiko
terjadinya penyakit menular seksual, seperti sifilis, gonore,
hingga HIV/AIDS. Namun, hal ini bisa dicegah dengan penggunaan alat
kontrasepsi, seperti kondom.
5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Manfaat program keluarga berencana lainnya adalah untuk menurunkan
risiko kematian ibu dan bayi. Kasus ini masih sering dijumpai di masyarakat,
terutama pada kehamilan yang berisiko tinggi mengalami komplikasi, seperti
pada wanita berusia lebih 35 tahun, wanita yang memiliki penyakit kronis
tertentu, dan wanita yang baru saja melahirkan.
6. Membentuk keluarga yang berkualitas
Semua yang direncanakan dengan baik juga bisa berbuah baik. Dalam hal ini,
merencanakan kehamilan dan jumlah anak bukan cuma masalah waktu, tapi
juga soal eknomi, pendidikan anak, dan pola asuh.
Jika semua itu direncanakan dengan baik, peluang menciptakan keluarga
berkualitas pun akan semakin besar.
Dari tujuan dan manfaat program keluarga berencana di atas, Anda bisa
melihat bahwa program KB tidak ada kaitannya dengan menolak kehadiran
anak. Program KB justru dibuat untuk menyehatkan dan menyejahterakan
keluarga Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita ikut
menyukseskan program keluarga berencana.

2.1.7. Macam macam Jenis kontrasepsi


1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus
Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal
Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik.
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).

6
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon
Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya
kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonorgestrel (Hartanto, 2012).
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan
sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi
yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferenssehingga cairan sperma
tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010

2.2 Manajemen Konsep Asuhan Kebidanan


2.2.1 Pengkajian Data

2.7.1 Pengkajian data subyektif dan obyektif


a. Data subyektif
1) Menanyakan identitas yang meliputi: :
a) Nama
Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk
memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab serta tidak salah dalam
melakukan pendataaan. data.
b) Umur
Berdasarkan teori kegunaan IUD sesuai usia, usia <20 (Fase
menunda kehamilan) ,usia 20-30 (Fase menjarangkan)
c) Agama
Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktek terkait
agama yang harus diobservasi.

7
d) Suku/bangsa
Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien.
e) Pendidikan
Pendidikan klien sangat erat kaitannya dengan tingkat
pengetahuan klien, jika klien berpendidikan tinggi maka
tingkat pengetahuan nya juga akan lebih tinggi tentang
penggunaan alat kontrasepsi terutama IUD
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien juga berpengaruh terhadap
adanya alasan klien melepas IUD , biasanya pekerja seks
komersial l akan cenderung lebih besar terkena penyakit
jika menggunakan IUD, city pekerja seks komersial akan
lebih memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi seperti
kondom.
g) Alamat Bekerja
Alamat bekerja klien perlu diketahui juga sebagai
pelengkap identitas diri klien
h) Alamat Rumah
Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk
mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.
i) No.RMK (Nomor Rekam Medik)
Nomor rekam medik biasanya digunakan di Rumah Sakit,
Puskesmas, atau Klinik.
j) Telepon
Pada poin ini Romauli (2011) berpendapat bahwa telepon
perlu ditanyakan bila ada, untuk memudahkan komunikasi.
2) Menanyakan Alasan Kunjunngan
(1) Alasan kunjungan klien keluarga berencana dengan
pelepasan IUD akan datang jika ingin mengganti kontrasepsi,
atau adanya tanda-tanda infeksi seperti perdarahan.
Perdarahan menstruasi yang lebih banyak
(2) IUD kedaluarsa
(3) Adanya Tanda tanda penyakit menular sexsual
(4) Ingin memiliki keturunan
(5) Perdarahan vaginal yang tidak teratur atau hebat
(6) Kram akibat menstruasi

8
3) Menanyakan Keluhan Utama
Timbulnya Kram dan sakit saat menstruasi yang berlebihan, tidak
seperti sebelum menggunakan KB IUD,
4) Menanyakan Riwayat Menstruasi
Menurut Walyani (2015) yang perlu ditanyakan tentang riwayat
menstruasi adalah sebagai berikut:
a) Menarche (usia pertama datang haid)
Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12-16 tahun. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa,
lingkungan, iklim dan keadaan umum.
b) Siklus
21-40 hari. Hanya 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari.
Riwayat haid lama >8 hari merupakan penapisan pemakain
AKDR pelepas tembaga dan progestin. Pasien dengan
penggunaan KB IUD biasanya akilus mens nya tidak teratur dan
panjang
c) Lamanya
Lamanya haid yang normal adalah ±7 hari. Apabila sudah
mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan
adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhinya.
Pasien dengan penggunaan KB IUD biasanya haid nya bertambah
panjang dan tidak teratur
d) Banyaknya
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila
darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukkan gejala
kelainan banyaknya darah haid. Pasien dengan penggunaan KB
IUD biasanya banyaknya darah yg keluar lebih banyak daripada
sebelum menggunakan KB IUD
e) Disminorhoe (Nyeri Haid)
Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderita atau tidak di tiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi
tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga
menimbulkan nyeri haid. Nyeri haid pada pasien yang
menggunakan KB IUD nyeri bertambah hebat daripada sebelum
menggunakan KB IUD
5) Riwayat Obstetri
a) jumlah anak perlu ditanyakan karena berguna dalam konseling
pemilihan kontrasepsi.

9
b) Cara persalinan perlu diketahui karena dalam penapisan klien
untuk metode tubektomi diperlukan riwayat operasi abdomen
/panggul yang pernah dilakukan karena kemungkinan terjadi
perlekatan masih tinggi.
c) Umur anak perlu diketahui karena dapat menentukan syarat
mutlak untuk kontrasepsi
d) Menyusui / tidak diperlukan dalam pemilihan alat kontrasepsi
yang akan dipilih, apabila klien menyusui dan kurang dari 6
minggu pascapersalinan maka pil kombonasi adalah metode
pilihan terakhir.
e) Riwayat KB terdahulu
Perlu dikaji karena ketika bergonta-ganti KB ,jika tidak cocok
akan menimbulkan iritasi, infeksi,
Macam-macam KB
(1) Suntik
(2) Pil
(3) AKDR
(4) Implan
Lama pemakaian KB diketahui untuk mengetahui apakah pasien
ber KB dengan KB yg tidak cocok di vagina dan kurangnya
personal hyegene dan bisa menimbulkan infeksi seperti
penggunaan IUD ,
Keluhan-keluhan selama pemakaian alat kontrasepsi: IUD
dengan tembaga
(7) Perdarahan menstruasi yang lebih banyak
(8) Perdarahan vaginal yang tidak teratur atau hebat
(9) Kram akibat menstruasi
(10) Menambah kram atau sakit akibat menstruasi
(11) Bisa menyebabkan berkembangnya bakteri dan infeksi
IUD dengan progestin: Amenorrhea atau perdarahan menstruasi/
bercak yang ringan
7) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Menurut Walyani (2015) dalam pola kebiasaan sehari-hari yang
perlu dikaji diantaranya:
a) Pola Nutrisi: jenis makanan, porsi, frekuensi

10
b) Kebiasaan Merokok/Minuman Keras/Obat Terlarang Hal ini
perlu ditanyakan karena ketiga kebiasaan tersebut secara
langsung dapat mempengaruhi kesehatanreproduksi
c) Pola Eliminasi
Yang dikaji adalah pola BAB (Buang Air Besar) dan BAK
(Buang Air Kecil), poin yang perlu ditanyakan yaitu frekuensi,
warna, dan masalah dalam pola eliminasi.
d) Pola Seksual
Dikaji apakah ada keluhan selama berhubungan sexsual sebelum
dan sesudah berhubungan, kapan terakhir berhubungan seksual
pelepasan IUD bisa dilaksanakan jika tidak melakukan
hubungan seksual 7 hari sebelum pelepasan IUD
e) Personal Hygiene
Yang perlu dikaji adalah frekuensi mandi, ganti celana dalam,
membasuh alat kelamin sebelum dan sesudah coitus, pasien
dengan penggunaan KB IUD harus memiliki hyegene yang baik
karena jika memiliki hygiene yang jelek akan menimbulkan
infeksi
f) Pola Istirahat dan Tidur
Yang perlu dikaji adalah lama waktu untuk tidur siang dan tidur
malam.
g) Pola Aktivitas
Tanyakan bagaimana aktivitas klien.
9) Menanyakan Riwayat Kesehatan
Menurut Walyani (2015) dalam riwayat kesehatan yang perlu dikaji
yaitu:
a) Riwayat Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat
penyakit menular atau menurun, pada kehamilan ektopik kaji
kembali apakah pasien pernah mengalami KE sebelumnya.
Jantung Ginjal Asma Hepatitis
DM Hipertensi HIV TBC
Gemeli
Pasien dengan penggunaan KB IUD biasanya jika memiliki
penyakit HIV akan memperparah penyakitnya dan bisa
menyebabkan infertilitas dan mortalitas
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
penyakit menular atau menurun.
Jantung Ginjal Asma Hepatitis
DM Hipertensi HIV TBC

11
Gemeli
Jika keluarga pasien ada yang memiliki penyakit HIV
menurun kepada pasien dan pasien menggunakan kontrasepsi
IUD maka akan memperparah penyakit nya dan
menyebabkan infertilitas sampai mortalitas

10) Riwayat Sosial Ekonomi


a) Status Perkawinan : Kawin/Tidak
b) Kawin ....kali
c) Umur istri
d) Umur suami
e) Lama perkawinan
(untuk mengetahui apakah klien melakukan coitus dengan orang
selain suami) Penapisan untuk Kontrasepsi iud . Pil KB,
sprmisid
Pada kesehatan reproduksi Gonta ganti pasangan sangat
mempengaruhi kesehatan reproduksi karena jika bergontagan
ganti rentang terkena infeksi seperti Vulvovaginistis
11) Keadaan psikososial
Poin yang perlu di tanyakan adalah sebagai berikut
a) Respon ibu dan keluarga : mendukung atau tidak mendukung
dalam pemakaian KB
b) Persepsi ibu terhadap respon keluarga tentang KB
c) Pengambil keputusan dalam keluarga
suami biasanya menjadi pengambil keputusan dalam keluarga
berencana
12) Kebiasaan hidup tidak sehat :
perlu di ketahui apakah pasien memiliki gaya hidup yang tidak
sehat misalnya jarang ganti CD, jarang ganti pembalut dan tidak
pernah membersihkan vagina sebelum sesudah bak.
13) Riwayat Perekonomian
a) Pekerjaan suami
b) Penghasilan suami
c) Pekerjaan istri
d) Penghasilan istri

12
e) Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggsuami
14) Persetujuan suami
Memastikan bahwa suami menyetujui pilihan akseptor (Informe
Consent)
15) Pola Sexsualitas
Perlu ditanyakan kapan terakhir berhubungan seksual, pelepasan
IUD bisa dilaksanakan jika tidak melakukan hubungan seksual 7
hari sebelum pelepasan IUD
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Pasien dengan pelepasan KB IUD biasanya keadaan
umumnya Lemah ,karena banyaknya darah yang keluar
bertambahnya sakit saat menstruasi menyebabkan ibu
menjadi lemah
b) Kesadaran
Pasien dengan keluhan ingin melepas KB IUD karena
perdarahan dan nyeri saat menstruasi kesadaran nya
composmentis
c) Keadaan emosional
Keadaan emosional pasien dengan keluhan ingin melepas
KB IUD biasanya keadaannya nya cemas kenapa banyak
darah yang keluar Ardan anne-marie yang bertambah saat
menstruasi
d) Tanda-Tanda Vital
(1) Tekanan Darah
tekanan darah yang normal adalah 110/80 mmHg sampai
140/90 mmHg.
(2) Nadi
Normal denyutnadiorang dewasa 60-100/menit
(3) Pernafasan
untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya
16-20 kali/menit.
(4) Suhu
Suhu normal 36.5-37.5°C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Muka
Yang perludikaji adalah ada/tidaknya pucat,cloasma.

13
Pasien yang datang yang untuk pelepasan ayudi dengan
adanya perdarahan biasanya mukanya pucat
b) Mata
Ada/tidaknya anemi dan ikterus.anemimerupakan
salahsatupenapisan klien tubektomi. Ikterus merupakan
salah satu penapisan klien metode hormonal (pil, progestin,
pil kombinasi,suntikan dan susuk)
c) Dada
Ada /tidak pembesaran payudara. Hiperpikmentasi pada
puting dan areola mammae sebagai pengaruh dari
peningkatan hormon estrogen dan progestron dalam
kehamilan. Adakah benjolan yang mengarah ke tumor . ada
atau tidak nyeri payudara
d) Abdoment
Pemeriksaan perut perlu inspeksi pembesaran perut (bila
pembesaran perut itu berlebihan kemungkinan asites,
tumor, ileus, dan lain-lain), pigmentasi di linea alba,
nampaklah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah
striae gravidarum atau luka bekas operasi.
e) Pemeriksaan Genitalia dan anus
(1) Hygen pada vulva dan vagina. Pasien perlu dikaji
apakah ada varises, oedem, hematoma, peradangan
(vulvitis,vaginitis,kolpitis, bartholinistis), kondilom
akuminata, kista vagina,fistula obstetri,gonorhoe,
karena pasien dengan vulvovaginitis jika tidak segera
diobati akan menyebabkan kanker serviks
(2) Melakukan pemeriksaan dalam
(3) inspekulo
f) Ekstremitas
Ada atau tidaknya nyeri hebat pada betis, paha,tungkai
bengkak (odema) dan ikterus→ merupakan salah satu
penapisan klien metode hormonal (pil, progestin, pil
kombinasi,suntikan dan susuk)
g) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah golongan
darah, kadar haemoglobin , pemeriksaan secret vagina

14
2.7.2 Interpretasi data
Diagnosa :
PAPAH dengan (Untuk kasus kespro)

P =Paritas, hamil anak ke berapa


A= Aterm , apakah persalinan sebelumnya di lahirkan cukup
bulan
P =Prematur, apakah persalinan sebelumya di lahirkan prematur
A= Abortus , apakah pernah mengalami abortus
H= Hidup , berpa jumlah anak yang hidup

Masalah aktual adalah sebuah peristiwa atau hal yang benar


benar terjadi pada masa kini.
tergantung dari keluhan atau penyulit/ komplikasi ibu contoh

Keuhan/penyulit/komplikasi Masalah aktual


Pelepasan Kontrasepsi IUD 1. Perdarahan yang hebat saat
menstruasi
2. Nyeri kram saat menstruasi yang
bertambah daripada sebelum
menggunakan IUD
3. Perdarahan pervaginam yang
tidak teratur dan hebat
4. Pasien memiliki penyakit menular
seksual
5. IUD rusak di dalam atau di luar
rahim
6. IUD kadaluarsa

15
2.7.3 Diagnosa potensial

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain


berdasarkan rangakaian masalah dan diagnosa yang sudah di
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial benar-benar terjadi.
Contoh diagnosa potensial dari kasus berikut :
Keuhan/penyulit/komplikasi Diagnosa Potensial

Pelepasan Kontrasepsi IUD Syok , PMS, Ca Cervix,


invertilitas,Anemia ,

2.7.4 Antisipasi penanganan segera :


Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi
dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan. (Hidayat, 2016)
Contoh Antisipasi Penaganan Segera
Keuhan/penyulit/komplikasi Antisipasi Penaganan Segera
Pelepasan Kontrasepsi IUD Pelepasan iud oleh dokter

2.7.5 Intervensi
Intervensi perencana adalah segala tindakan yang dikerjakan
oleh tenaga kesehatan yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Pengklasifikasian rencana dilakukan berdasarkan
analisis kesehatan (similiarity analysis) dan penilaian klinis
(clinical judgement). Rencana keperawatan yang bersifat
multikategori
contoh intervensi :
Keluhan Intervensi
Pelepasan IUD 1. Anjurkan pasien untuk berbaring di meja
pemeriksaan, seperti posisi saat pemasangan
iud (lithotomi)

16
2. Anjurkan pasien untuk datang kembali jika
ada efek pelepasan IUD seperti perdarahan,
nyeri dan kram perut yang hebat, demam
atau menggigil, keputihan berbau tidak sedap

3. Anjurkan ibu untuk melakukan hijrah pada


genetalia yang baik

4. Berikan Antibiotik sesuai anjuran dokter


untuk mencegah sepsis

2.7.6 Implementasi
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Hidayat, 2016)
Contoh implementasi :
Keluhan Implementasi
Pelepasan IUD 5. MengAnjurkan pasien untuk

berbaring di meja

pemeriksaan, seperti posisi

saat pemasangan iud (lithotomi)

6. MengAnjurkan pasien untuk datang


kembali jika ada efek pelepasan IUD
seperti perdarahan, nyeri dan kram
perut yang hebat, demam atau
menggigil, keputihan berbau tidak
sedap

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan


hijrah pada genetalia yang baik

17
8. Berikan Antibiotik sesuai anjuran
dokter untuk mencegah sepsis

2.7.7 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan.
Contoh evaluasi :
Keuhan Gangguan Evaluasi
Menstruasi
Gangguan Menstruasi 1. Pasien mengerti dan mau

untuk berbaring di meja

pemeriksaan, seperti posisi

saat pemasangan iud (lithotomi)


untuk pelepasan IUD

9. Pasien mengerti untuk datang


kembali jika ada efek pelepasan IUD
seperti perdarahan, nyeri dan kram
perut yang hebat, demam atau
menggigil, keputihan berbau tidak
sedap

10. ibu mengerti untuk melakukan hijrah


pada genetalia yang baik

11. Berikan Antibiotik sesuai anjuran


dokter untuk mencegah sepsis

18
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti B, Baharuddin dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2014.
BKKBN. Data Pengguna KB Aktif Di Makassar Tahun 2015, (2016).
Https://Sulsel.Bps.Go.Id/
Benson R.C, Martin L.P. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC, 2013.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan, Makassar: SIK, 2015.
Gustikawati , “Hubungan Penggunaan KB IUD dengan Erosi Portio di
Poli KB dan Kandungan RSUP NTB Tahun 2012-2013”, Jurnal
Kesehatan Prima, Vol 8, No 2, 2014.
Rismawati, “Asuhan Kebidanan pada Ny”D” Umur 45 Tahun P3A0
Akseptro KB .2012
Handayani. IUD dengan Erosi Portio di Puskesmas Jaten 1 Karanganyar”,
2016.
Hartanto “ Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD Ny”S” P2A0 Umur
46 Tahun dengan Menoragia di RSUD Karanganyar” 2014.
Sulistyowati. Berencana Perspektif Islam dalam Bingkai
Keindonesiaan.JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan
Dan Teknologi. (2017). 3(1): 1-24 ).
Kementerian Kesehatan RI.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta:
Kementrian Kesehatan Indonesia, 2017. Http://Www.
Manuaba, Ida. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC, 2010.

19

Anda mungkin juga menyukai