Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kasus Pemicu Ke-II

Upaya Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan


dengan Kasus “Tidak Memiliki MCK”
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan
Dosen Pengampu : Nurul Aini, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Irfina (200550006)
2. Novia Shinta Putri (200550011)
3. Ratira Wadya Paramita Rosdiah (200550012)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER
Tahun Ajaran 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah berjudul:

Upaya Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan dengan Kasus


“Tidak Memiliki MCK”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pengampu

Nurul Aini, M.Kes

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang Upaya
Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan dengan Kasus “Tidak Memiliki
MCK” diharapkan dapat memberi pengetahuan serta menambah wawasan bagi
siapapun yang membaca makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Nurul Aini, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.
2. Ibu Linda Ika Puspita Arianti M. Keb. selaku Ka Prodi Akademi
Kebidanan Jember.
3. Ibu Nurul Aini, M.Kes selaku pengajar mata kuliah Promosi Kesehatan
Akademi Kebidanan Jember.
4. Teman-teman tingkat 2 Akademi Kebidanan Jember.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi
penulis sendiri untuk mempermudah pemahaman dan peningkatan pengetahuan.

Jember, November 2021

Tim Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... I
KATA PENGANTAR ...................................................................... II
DAFTAR ISI ............................................................................................ III
BAB I PEMBUKAAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................ 1
BAB II RENCANA PROMOSI KESEHATAN
2.1 Kasus ............................................................................................. 2
2.2 Mengkaji Kebutuhan ..................................................................... 2
2.3 Menetapkan Masalah .................................................................... 2
2.4 Menentukan Prioritas Masalah ..................................................... 2
2.5 Langkah Upaya Promosi Kesehatan ............................................. 2
2.6 Lampiran Materi ........................................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 8
3.2 Saran ............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 9

III
BAB I PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang


MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu sarana fasilitas umum
yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci,
dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk cukup padat
dan tingkat kemampuan ekonomi rendah. MCK komunal/umum adalah sarana umum
yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang
air di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi
(300-500 orang/Ha). (Lukman S. 2017)
Kondisi di Indonesia, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan rendahnya
kualitas lingkungan merupakan permasalahan yang hampir sama bagi seluruh
permukiman. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah tercermin dari kualitas
lingkungan dan rumah yang mereka tinggali. Lingkungan yang buruk dapat
diidentifikasi dengan melihat aspek-aspek yang berpengaruh pada kualitas hunian
tersebut seperti jaringan air bersih, drainase, persampahan, fasilitas MCK, tingkat
kepadatan dan kZemiskinan. (Ainun, dkk. 2016)
Berkenaan dengan hal tersebut perlu kiranya memberikan informasi dan
pengetahuan kepada masyarakat untuk menciptakan lingkungan permukiman yang
sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan sekaligus menjadi motor bagi upaya
hidup sehat dan nyaman yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan
berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan,
proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan
pemeliharaan. (Lukman S. 2017)
Perilaku masyarakat di Desa L Kecmatan M cenderung tidak ramah
lingkungan karena dibentuk oleh kebiasaan yang sudah turun temurun selama
berpuluh tahun. Kebiasaan ini salah satunya dipengaruhi oleh rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang MCK akibat latar belakang pendidikan yang
didominasi tamatan sekolah dasar serta minimnya penyuluhan tentang
penggunaan MCK yang baik dan benar. Kemudian dipengaruhi oleh lemahnya
pengawasan akibat tidak adanya sanksi yang mengatur dan sulitnya penerapan
kebijakan MCK, dan terakhir dipengaruhi oleh tidak adanya pencontohan. (Lukman
S. 2017)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian MCK?
2. Berapa jenis MCK?
3. Berapa komponen MCK?
4. Bagaimana cara mengelola limbah?
5. Bagaimana mebuat langkah upaya promosi kesehatan dengan masalah
tidak memiliki MCK?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian MCK
2. Untuk mengetahui jenis-jenis MCK
3. Untuk mengetahui Komponen dari MCK
4. Untuk mengetahui bagaiana cara mengolah limbah
5. Untuk mengetahui langkah upaya promosi kesehatan dengan masalah
tidak memiliki MCK

1
BAB II RENCANA PROMOSI KESEHATAN

2.1 Kasus
Desa L Kecamatan M merupakan salah satu desa tertinggal yang terletak
Di dataran tinggi di kabupaten jember. Sebagian besar (70%) penduduk
memiliki pendapatan dibawah UMR Jember.Persentase penduduk miskin di
Desa L cukup tinggi yaitu 35 %.Mayoritas penduduk desa L bekerja di pabrik,
peternakan dan perkebunan, yang bekerja di siang hari. Komoditi utama di
daerah tersebut adalah hasil peternakan, umbi-umbi2an dan
perkebunan:sayurmayur (katu, bayam, kacang panjang, terung, kenikir, daun
singkong) dan buah (buah naga, pisang dan Pepaya), Pengambilan keputusan
sebagian besar dilakukan oleh kepala keluarga, tokoh agam dan tokoh
masyarakat. Beberapa permasalahan kesehatan yang ada di desa L yaitu tidak
memiliki MCK (60%), perokok aktif (55%), angka balita gizi buruk (20%),
balita gizi kurang (40%). Buatlah langkah-langkah upaya promosi kesehatan
di Desa L
2.2 Mengkaji Kebutuhan
a. Faktor predisposisi
1) Desa L daerah tertinggal di dataran tinggi
2) Pendapatan di bawah UMR = 70%
3) Penduduk miskin di Desa L = 35 %.
b. Faktor Pemungkin
1) Mayoritas bekerja di pabrik, peternakan dan perkebunan, yang bekerja
di siang hari.
2) Produk utama = hasil peternakan, umbi-umbian dan perkebunan
a) Sayur mayur = Katu, bayam, kacang panjang, terung, kenikir,
daun singkong
b) Buah = Buah naga, pisang dan pepaya
c. Faktor Penguat
Faktor penguat dalam kasus yaitu dari pengambil keputusan
1) Kepala keluarga
2) Tokoh agama dan
3) Tokoh masyarakat
2.3 Menetapkan Masalah
a. Tidak memiliki MCK (60%)
b. Perokok aktif (55%)
c. Agka balita gizi buruk (20%)
d. Balita kurang gizi (40%)

2.4 Menentukan Prioritas Masalah


Dari data kasus tersebut, prioritas masalah adalah tidak memiliki MCK
dengan persentase 60%
2.5 Langkah Upaya Promosi Kesehatan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

2
Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat diharapkan mendapatkan
informasi dan pengetahuan tentang MCK
b. Tujuan Instuksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan santriwan dan santriwati diharapkan
dapat :
1) Menjelaskan pengertian MCK.
2) Apa saja komponen MCK.
3) Pemanfaatan dan pengelolaan MCK.
2. Sasaran
Kepala Keluarga dan Tokoh Masyarakat
3. Tempat
Balai Desa
4. Media
PPT (Power Point)
5. Metode
Penyuluhan
6. Materi
Terlampir
7. Waktu pelaksanaan
Hari : Senin, 15 November 2021
Pukul : 15.00 WIB-Selesai
8. Rencana kegiatan (rundown acara)

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


Pembukaan : -
- Memberi salam - Menjawab salam
- Menjelaskan kegiatan - Mendengarkan dan
1 5 Menit
pembelajaran memperhatikan
- Menyebutkan materi atau pokok
bahasan yang akan disampaikan
Pelaksanan : -
Menjelaskan materi ; - Mendengarkan
- MCK - Memperhatikan dan
2. 20 Menit - Jenis-jenis MCK menanyakan apabila ada
- Apa saja komponen MCK. pertanyaan.
- Pengelolaan MCK.

Evaluasi : -
- Memberikan pertanyaan dan - Mengulang apa yang telah
3. 15 Menit menyuruh mengulang tentang dijelaskan dan menjawab
materi MCK pertanyaan.

Penutup :
- Mengucapkan terima kasih dan - Menyepakati kontrak waktu
4. 5 Menit kontrak waktu lagi untuk
melakukan implementasi dan - Menjawab salam
evaluasi

3
- Mengucapkan salam
9. Evaluasi
a. Selama penyuluhan, peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan yang sudahdicapai
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan
c. Selama penyuluhan, peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan
yang sudah dicapai
2.6 Lampiran Materi
1. Pengertian MCK
MCK singkatan dari Mandi, Cuci, Kakus adalah salah satu sarana
fasilitas umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk
keperluan mandi, mencuci, dan buang air di lokasi permukiman tertentu
yang dinilai berpenduduk cukup padat dan tingkat kemampuan ekonomi
rendah (Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D), 2002). MCK
komunal/umum adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh
beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi
pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi
(300-500 orang/Ha) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
2001).
2. Jenis-Jenis MCK
Jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan fungsinya
pelayanannya yaitu:
a. MCK lapangan evakuasi/penampungan pengungsi. MCK ini berfungsi
untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi
bencana, sehingga lokasinya harus berada tidak jauh dari lokasi
pengungsian (dalam radius +/- 50 m dari lapangan evakuasi).
Bangunan MCK dibuat Typical untuk kebutuhan 50 orang, dengan
pertimbangan disediakan lahan untuk portable MCK.
b. MCK untuk penyehatan lingkungan pemukiman. MCK ini berfungsi
untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat
mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang
dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan
buang airnya. Lokasi MCK jenis ini idealnya harus ditengah para
penggunanya/ pemanfaatnya dengan radius 50 – 100m dari rumah
penduduk dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah
3 ha. (Lukman S. 2017)
Desain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya masyarakat
setempat sehingga disain tersebut perlu dimusyawarahkan dengan
masyarakat pengguna dengan tetap menjaga kaidah kaidah MCK yang
sehat.
Tujuan dibangun MCK dengan sistem komunal di pemukiman padat
adalah, sebagai berikut : (Soenarto, 1992)
a. Untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar
limbahnya mudah dikendalikan dan pencemaran lingkungan dapat
dibatasi,
b. Serta memudahkan pengadaan air bersih.

4
c. Di samping itu juga untuk melestarikan budaya mandi bersama, seperti
di daerah asal mereka.
d. Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di bawah
luas hunian baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mencari
ruang untuk lokasi sumur maupun kakus. Kawasan tersebut terutama
dihuni oleh warga masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang
cenderung tidak dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk
membangun kakus atau kamar mandi sendiri. Apalagi jika mereka
belum mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, yang
mempunyai kaitan erat dengan kualitas air tanah. (Lukman S. 2017)
3. Komponen MCK
a. Bilik/Ruangan MCK
Disain bilik/ruang MCK dilaksanakan dengan mempertimbangkan
kebiasaan dan budaya masyarakat penggunanya sehingga perlu
dimusyawarahkan. Hal hal tersebut biasanya terkait dengan antara lain
tata letak, pemisahan pengguna laki laki dan perempuan, jenis jamban
dan lain lain. Perlu dipertimbangkan disain untuk pengguna yang
menggunakan kursi roda(defabel) Untuk kapasitas pelayanan, semua
ruangan dalam satu kesatuan dapat menampung pelayanan pada waktu
(jam-jam) paling sibuk dan banyaknya ruangan pada setiap bilik.
(Lukman S. 2017)
b. Kamar Mandi
Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan dibuat
tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan
kurang lebih 1 %. Pintu, ukuran: lebar 0,6 - 0,8 dan tinggi minimal 1,8
m, untuk pengguna kursi roda (defabel) digunakan lebar pintu yang
sesuai dengan lebar kursi roda. Bak mandi / bak penampung air untuk
mandi dilengkapi gayung. Bilik harus diberi atap dan plafond yang
bebas dari material asbes. (Lukman S. 2017)
c. Sarana Tempat Cuci
Luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak
licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang
lebih 1 %. Tempat menggilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau
berdiri, tinggi tempat menggilas pakaiandengan cara berdiri 0,75 m di
atas lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m.
(Lukman S. 2017)
d. Kakus/Jamban
Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membuang tinja/kotoran manusia bagi keluarga, lazimnya
disebut kakus. Penyediaan sarana pembuangan kotoran manusia atau
tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari usaha sanitasi yang cukup
penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan penularan
penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan
lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat
mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber
air (Soeparman dan Suparmin, 2002). Untuk blok fasilitas sanitasi
toilet dengan sistem komunal/umum, disarankan bahwa 1 toilet
digunakan 25-50 orang dengan pembagian bilik terpisah antara lakilaki

5
dan permpuan. Namun untuk daerah dengan kepadatan tinggi (>1000
jiwa/ hektar) jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh 1 blok toilet
adalah 200-500 jiwa. Tipe ideal taoilet untuk fasilitas sanitasi sistem
komunal adalah toilet tuang siram (jamban leher angsa), dengan
jumlah air yang digunakan 15-20 liter/orang/ hari (Ainun, dkk. 2016)
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.
Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin
beberapa hal, yaitu :
1) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,
2) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana
yang aman,
3) Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor
penyakit,
4) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan
lingkungan.
5) Pemeliharaan Jamban Jamban hendaknya selalu dijaga dan
dipelihara dengan baik.
Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004
adalah sebagai berikut :
1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,
2) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3) Tidak ada sampah berserakan
4) Rumah jamban dalam keadaan baik
5) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7) Tersedia alat pembersih
8) Bila ada yang rusak segera diperbaik
Hubungan Penyakit dengan Air dari Tinja Penyakit menular seperti
polio, kolera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang
disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.
Bakteri E.Coli dijadaikan sebagai indikator tercemarnya air, dan
seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan
manusia sebagai flora normal. (Ainun, dkk. 2016)
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan
manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui
berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan,
susu serta sayuran. Menurut Anderson dan Arnstein (dalam Wagner
dan Lanoix, 1958) dalam buku M.Soeparman dan Suparmin, 2002,
terjadi proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :
1) Kuman penyebab penyakit,
2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab,
3) Cara keluar dari sumber,
4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru potensial,
5) Cara masuk ke inang baru,
6) Inang yang peka (succeptible). (Ainun, dkk. 2016)
e. Pencahayaan & Ventilasi
Pencahayaan alami diupayakan optimal agar pada siang hari
pengguna MCK tidak perlu menyalakan lampu penerangan listrik,

6
demikian juga lubang ventilasi dirancang sedemikian rupa agar
mendapatkan pergantian udara dari dua arah. (Ainun, dkk. 2016)
f. Bahan Bangunan
Bahan yang dapat dipergunakan adalah: kemudahan penyedian
bahan bangunan, awet / berkualitas dan mudah dilaksanakan, dapat
diterima oleh masyarakat pemakai. (Ainun, dkk. 2016)
4. Pengolahan Limbah
a. Tangki Septik Komunal
Proses pengolahan limbah domestik yang terjadi pada tangki septik
adalah proses pengendapan dan stabilisasi secara anaerobik. Tangki
septik bisa dianggap sebagai proses pengolahan awal (primer). Tangki
septik tidak efektif untuk mengurangi jumlah bakteri dan virus yang
ada pada limbah domestik. Jarak antara resapan dan sumber air untuk
keamanannya disyaratkan minimal 10 m. (tergantung aliran air tanah
dan kondisi porositas tanah). (Purna Wirawan, dkk. 2017)
b. Konstruksi tangki septik
Terdiri dari dua buah ruang. Ruang pertama merupakan ruang
pengendapan lumpur.Volume ruang pertama ini memiliki volume 40–
70% dari keseluruhan volume tangki septik. Pada ruang kedua
merupakan ruang pengendapan bagi padatan yang tidak terendapkan
pada ruang pertama. Panjang ruangan pertama dari tangki septik
sebaiknya dua kali panjang ruangan kedua, dan panjang ruangan kedua
sebaiknya tidak kurang dari 1 m dan dalamnya 1,5 m atau lebih, dapat
memperbaiki kinerja tangki. Kedalaman tangki sebaiknya berkisar
antara 1,0 – 1,5 m. Sedangkan celah udara antara permukaan air
dengan tutup tangki (free board) sebaiknya antara 0,3 sampai 0,5 m .
Tangki septik harus dilengkapi dengan lubang ventilasi (dipakai pipa
Tee) untuk pelepasan gas yang terbentuk dan lubang pemeriksaan yang
digunakan untuk pemeriksaan kedalaman lumpur serta pengurasan.
(Purna Wirawan, dkk. 2017)

7
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desa L, Kecamatan M merupakan salah satu desa tertinggal yang terletak
di dataran tinggi Kabupaten Jember. Dapat disimpulkan dengan melihat data
dan presentase tertinggi yaitu sebesar 60% yang didapatkan oleh kelompok
bahwa Desa L, Kecamatan M memiliki kekurangan sarana prasarana umum
yaitu MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Hal tersebut tentu menunjukkan angka
yang menggambarkan bahwa sebuah desa tersebut adalah desa tertinggal dari
segi kesejahteraan masyarakat dalam hal sanitasi lingkungan yang bersih.
Berdasarkan pernyataan diatas kelompok berinisiatif untuk memberikan
sebuah penyuluhan Promosi Kesehatan mengenai sarana prasaranan MCK
kepada Desa L, Kecamatan M dengan harapan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dalam hal kesehatan. Tujuan penyuluhan
Promosi Kesehatan mengenai MCK kepada masyarakat desa adalah besar
harapan supaya masyarakat mampu mengendalikan limbah yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan, serta memudahkan pengadaan air
bersih.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh kelompok mengenai penyuluhan Promosi
Kesehatan saranan prasarana MCK Desa L, Kecamatan M, maka dapat
disampaikan saran sebagai berikut:
1. Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan bagi pemerintah daerah
setempat khususnya pemerintah Desa L, Kecamatan M agar dapat
membangun fasilitas sanitasi lingkungan desa yang bersih, sehat dan
berkesinambungan, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat melalui terciptanya kesehatan masyarakat
2. Bagi penulis selanjutkan diharapkan dapat terus menjalankan dan
melanjutkan amanah sebagai pengemban yang memiliki bekal untuk dapat
melakukan Promosi Kesehatan yang diharapkan dapat membantu dan
bermanfaat bagi masyarakat

8
DAFTAR PUSTAKA

Lukman S. 2017. Manual Teknis Pemberdayaan Masyarakat: MCK (Mandi, Cuci,


Kakus). Pengembangan Prasarana Perdesaan:Jakarta

Najib Ainun Anshori, Joko Christanto. 2016. Jurnal Penelitian:Efektivitas Sarana


Sanitasi (MCK Komunal) di Kota Kediri: Kediri

Wirawan Purnama, Abdul Razak, dkk. 2017, Jurnal Kesehatan: Hubungan


Pendidikan, Penghasilan, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan
Pemanfaatan MCK Komunal. Universitas Negeri Padang:Padang

Anda mungkin juga menyukai