Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KASUS PEMICU KE-V

PERSALINAN PRESIPITATUS DAN PERSALINAN


PADA PASIEN HIV
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan
Dosen Pembimbing : Sultanah Zahariah Bd., M.Keb

Disusun Oleh :

Amelia Zisca Devy (NIM. 200550002)


Ratira Wadya Paramita Rosadiah (NIM. 200550012)
Ulfatul Aliyah (NIM. 200550015)

PROGRAM STUDI DIPLOMAIII KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah berjudul:

Persalinan Presipitatus dan Persalinan pada pasien HIV

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan

Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Dosen PJMK

Nunik Hindrawati, M. MKes Sultanah Zahariah, Bd., M.Keb

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang Persalinan
Presipitatus dan Persalinan pada Pasien HIV, diharapkan dapat memberi
pengetahuan serta menambah wawasan bagi siapapun yang membaca makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Nurul Aini, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.
2. Ibu Linda Ika P, M.Keb. selaku Ka Prodi Akademi Kebidanan Jember.
3. Ibu Sultanah Zahariah, Bd., M.Keb selaku pengajar mata kuliah Asuhan
Kebidanan Persalinan Akademi Kebidanan Jember.
4. Teman-teman tingkat 2 Akademi Kebidanan Jember.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi
penulis sendiri untuk mempermudah pemahaman dan peningkatan pengetahuan.

Jember, November 2021

Tim Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Cover
Lembar Pengesahan...............................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I MATERI
1.1 Persalinan Presipitatus.............................................................................. 1
1.2 persalinan Pada Pasien HIV..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................5
3.2 Saran.........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
MATERI

1.1 Persalinan Presipitatus


1.1.1 Definisi Persalinan Presipitatus
partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat.
Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari
awitan kelahiran, dan melahirkan di luar rumah sakit adalah situasi
kedaruratan yang membuat terjadi peningkatan resiko komplikasi
dan/atau hasil yang tidak baik pada klien. Jarang terjadi pada
primipara, sering terjadi pada kehamilan lebih dari satu (multipara).
Partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat.
Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari
awitan kelahiran, dan melahirkan di luar rumah sakit adalah situasi
kedaruratan yang membuat terjadi peningkatan resiko komplikasi
dan/atau hasil yang tidak baik pada klien/janin.
1.1.2 Etiologi Persalinan Presipitatus
a) Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir
b) Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat
c) Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya rasa
nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses-
proses persalinan yang sangat kuat itu.
Penyebab kejadian ini adalah terlalu kuatnya kontraksi dan
kurang lunaknya jaringan mulut rahim. Kasus sepeti ini sering terjadi
pada ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari sekali (anak kedua
dan seterusnya). (Deri, reski. 2013)
1.1.3 Tanda Gejala Persalinan Presipitatus
Tanda dan gejala partus presipitatus Dapat mengalami ambang
nyeri yang tidak biasanya atau tidak menyadari kontraksi abdominal.
Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi pada
ibu yang obesitas. Ketidaknyamanan punggung bagian bawah (tidak
dikenali sebagai tanda kemajuan persalinan). Kontraksi uterus yang

1
lama/hebat, ketidakadekuatan relaksasi uterus diantara kontraksi.
Dorongan invalunter lintula mengejan.
1.1.4 Penatalaksanaan Persalinan Presipitatus
Kontraksi uterus spontan yang kuat dan tidak lazim, tidak
mungkin dapat diubah menjadi derajat kontraksi yang bermakna oleh
pemberian anastesi. Jika tindakan anastesi hendak dicoba, takarannya
harus sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang akan dilahirkan itu
tidak bertambah buruk dengan pemberian anastesi kepada ibunya.
Penggunaan anastesi umum dengan preparat yang bisa mengganggu
kemampuan kontraksi rahim, seperti haloton dan isofluran, seringkali
merupakan tindakan yang terlalu berani. Tentu saja, setiap preparat
oksitasik yang sudah diberikan harus dihentikan dengan segera.
Preparat tokolitik, seperti ritodrin dan magnesium sulfat parenteral,
terbukti efektif. Tindakan mengunci tungkai ibu atau menahan kepala
bayi secara langsung dalam upaya untuk memperlambat persalinan
tidak akan bisa dipertahankan. Perasat semacam ini dapat merusak
otak bayi (Sarwono, 2010).
1.2 Persalinan Pada Pasien HIV
1.2.1 Definis HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sebuah
retrovirus yang memiliki genus lentivirus yang menginfeksi, merusak,
atau menggangu fungsi sel sistem kekebalan tubuh manusia sehingga
menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi
melemah. Virus HIV menyebar melalui cairan tubuh dan memiliki
cara khas dalam menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia
terutama sel Cluster of Differentiation 4 (CD4) atau sel-T. HIV
menyerang sel - sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama sel-T
CD4+ dan makrofag yang merupakan sistem imunitas seluler
tubuh.11, 12 Infeksi dari virus ini akan menyebabkan kerusakan
secara progresif dari sistem kekebalan tubuh, menyebabkan defisiensi
imun sehingga tubuh tidak mampu melawan infeksi dan penyakit.
Seiring dengan berjalannya waktu, HIV dapat merusak banyal sel

2
CD4 sehingga kekebalan tubuh semakin menurun dan tidak dapat
melawan infeksi dan penyakit sama sekali, infeksi ini akan
berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
AIDS merupakan tahap infeksi yang terjadi akibat menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. AIDS merupakan
stadium ketika sistem imun penderita jelek dan penderita menjadi
rentan terhadap infeksi dan kanker terkait infeksi yang disebut infeksi
oportunistik.12, 14 Infeksi oportunistik adalah infeksi yang terjadi
akibat sistem kekebalan tubuh yang menurun dan dapat terjadi
penyakit yang lebih berat dibandingkan pada orang yang sehat.
Seseorang dapat didiagnosis AIDS apabila jumlah sel CD4 turun di <
200 sel/mm3 darah, selain itu seseorang dapat terdiagnosis dengan
AIDS jika menderita lebih dari satu infeksi oportunistik atau kanker
yang berhubungan dengan HIV dan perlu waktu 10-15 tahun bagi
orang yang sudah terinfeksi HIV untuk berkembang menjadi AIDS.
1.2.2 Etiologi Persalinan Pasien HIV
AIDS disebabkan oleh masuknya HIV kedalam tubuh. HIV
merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. HIV
merupakan retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus (Santoso,
2008). Retnovirus merupakan virus yang memiliki enzim (protein)
yang dapat mengubah RNA, materi genetiknya, menjadi DNA.
Kelompok ini disebut retrovirus karena virus ini membalik urutan
normal yaitu DNA diubah (diterjemahkan) menjadi RNA (Gallant,
2010).
1.2.3 Tanda Gejala
Pada awalnya, seseorang yang terkena virus HIV umumnya
tidak menunjukkan gejala yang khas (asimtomatik). Penderita hanya
mengalami demam selama 3-6 minggu, tergantung dari daya tahan
tubuh saat mendapatkan kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi
mulai membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam
beberapa tahun. Namun demikian, perlahan-lahan kekebalan tubuhnya

3
mulai menurun sehingga jatuh sakit karena serangan demam yang
berulang (Rimbi, 2014).
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak
memperlihatkan gejala-gejala khusus. Baru beberapa minggu sesudah
itu orang yang terinfeksi sering menderita penyakit ringan sehari-hari
seperti flu atau diare. Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita
tidak memperlihatkan gejala khas atau disebut juga sebagai periode
tanpa gejala, pada saat itu penderita merasa sehat dan dari luar juga
tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5-6 mulai timbul gejala diare
berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di
mulut dan terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada
akhirnya bisa terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker bahkan
kematian. (Yessi, 2015).
1.2.4 Penatalaksanaan
Sebagian besar bayi tertular infeksi HIV pada saat persalinan,
maka cara persalinan bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV sangat
menentukan terjadinya penularan vertikal. Adanya trauma dan
kerusakan pada jaringan tubuh ibu maupun bayi akan mengakibatkan
terjadinya penularan vertikal. Untuk menghindari penularan vertikal,
maka pecah ketuban dini dan penggunaan elektrode kepala perlu
dihindari. Selain itu, jangan melakukan pertolongan persalinan yang
mengakibatkan trauma seperti menggunakan forsep atau vakum untuk
persalinan lama dengan penyulit.
Cara persalinan harus ditentukan sebelum umur kehamilan 38
minggu untuk meminimalkan terjadinya komplikasi persalinan.
Sampel plasma viral load dan jumlah CD4 harus diambil pada saat
persalinan. Pasien dengan HAART harus mendapatkan obatnya
sebelum persalinan, jika diindikasikan, sesudah persalinan. Semua ibu
hamil dengan HIV positif disarankan untuk melakukan persalinan
dengan seksio sesaria.
Operasi seksio sesarea pada usia kehamilan 38 minggu sebelum
onset persalinan atau mencegah ketuban pecah dini direkomendasikan

4
untuk wanita yang telah mendapatkan terapi HAART dengan kadar
viral load yang masih >1000 kopi/ml, wanita yang mendapatkan
monoterapi alternative dengan zidovudin.
Operasi seksio sesarea elektif dapat dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Pemberian zidovudin intravena diberikan sesuai indikasi, dimulai 4
jam sebelum operasi dimulai sampai dengan pemotongan tali pusat.
b. Sedapat mungkin meminimalisir perdarahan selama operasi dan
diusahakan kulit ketuban dipecah sesaat sebelum kepala dilahirkan
c. Antobiotika spectrum luas diberikan sebelum operasi sebagaimana
umumnya.
Persalinan pervaginam yang direncanakan hanya boleh
dilakukan oleh wanita yang mengkonsumsi HAART dengan viral load
<50 kopi/mL. Pada persalinan pervaginam, amniotomi harus
dihindari, tetapi tidak jika proses kelahiran kala 2 memanjang. Jika
terdapat indikasi alat bantu persalinan, forsep dengan kavitas rendah
lebih disarankan untuk janin karena insiden trauma fetal lebih kecil.
Persalinan Pervaginam Persalinan Per Abdnominan
Syarat : Syarat :
 Pemberian ARV mulai  Ada indikasi obstrektik, dan
pada ≤ 14 minggu (ARV  VL kurang dari 1.000
6 bulan), atau kopi/µL atau
 VL lebih dari 1.000  Pemberian ARV dimulai
kopi/µL pada usia kehamilan ≥ 36
minggu
Tabel 1.8. Alur Pemberian Terapi Antiretroviral pada ibu hamil

5
BAB II
PEMBAHASAN

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat.
Penyebab kejadian ini adalah terlalu kuatnya kontraksi dan kurang
lunaknya jaringan mulut rahim. Kasus sepeti ini sering terjadi pada ibu
yang sudah pernah melahirkan lebih dari sekali. Tanda dan gejala
partus presipitatus Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya
atau tidak menyadari kontraksi abdominal. Kemungkinan tidak ada
kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi pada ibu yang obesitas.
2. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sebuah retrovirus
yangmemiliki genus lentivirus yang menginfeksi atau menggangu
fungsi sel sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan
sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi melemah. HIV
awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Baru beberapa
minggu sering menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau
diare. Sesudahnya, tahun ke 5-6 mulai timbul gejala diare berulang,
penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan
terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa
terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker bahkan kematian.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini di harapkan bidan dapat mengetahui
persalinan presipitatus dan persalinan pada pasien HIV sehingga bisa
menerapkan di masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Deri Rizki.2013, Kupas Tuntas Seputar Kehamilan. Jakarta :


AgroMedia Pustaka.
Gallant, J. (2010). 100 tanya jawab mengenai HIV dan AIDS. Alih bahasa:
Alexander indoro. Indeks, Jakarta
Harnani, Yessi, dkk. 2015. Teori Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Deepublish
Publisher
Nursalam, Ninuk Dian Kurniawati. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Cetakan II. Maret 2008. Jakarta: Salemba Medika.
Rimbi, N. (2014) Buku Cerdik Penyakit-Penyakit Menular. Yogyakarta: saufa.
Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai