Anda di halaman 1dari 19

Makalah Kasus Pemicu Ke-VI

Upaya Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan


dengan Kasus “Balita Kurang Gizi”
disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan
Dosen Pengampu : Nurul Aini, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Irfina (200550006)
2. Novia Shinta Putri (200550011)
3. Ratira Wadya Paramita Rosdiah (200550012)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JEMBER
Tahun Ajaran 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah berjudul:

Upaya Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan dengan Kasus


“Balita Kurang Gizi”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pengampu

i
Nurul Aini, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang Upaya
Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan dengan Kasus “Balita Kurang
Gizi” diharapkan dapat memberi pengetahuan serta menambah wawasan bagi
siapapun yang membaca makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Nurul Aini, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Jember.


2. Ibu Linda Ika Puspita Arianti M. Keb. selaku Ka Prodi Akademi
Kebidanan Jember.
3. Ibu Nurul Aini, M.Kes selaku pengajar mata kuliah Promosi Kesehatan
Akademi Kebidanan Jember.
4. Teman-teman tingkat 2 Akademi Kebidanan Jember.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, terutama bagi
penulis sendiri untuk mempermudah pemahaman dan peningkatan pengetahuan.

Jember, November 2021

iii
Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PEMBUKAAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II RENCANA PROMOSI KESEHATAN..................................................3

2.1 Kasus.........................................................................................................3

2.2 Mengkaji Kebutuhan.................................................................................3

2.3 Menetapkan Masalah.................................................................................4

2.4 Menentukan Prioritas Masalah..................................................................4

2.5 Langkah Upaya Promosi Kesehatan..........................................................4

2.6 Lampiran Materi........................................................................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................11

3.2 Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

v
BAB I PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi
masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara
langsung disebabkan oleh asupan yang kurang dan tingginya penyakit infeksi.
Hal ini berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan yang
tidak memadai, gangguan akses makanan, perawatan ibu yang tidak adekuat
serta kurangnya pengetahuan ibu tentang cara pemberian makanan yang baik
untuk anak usia penyapihan (World Health Organization ,1998).
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang
mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi
keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Selama kurun waktu
1989 sampai 2004 terdapat sekitar 40 juta balita mengalami kurang gizi dari
keseluruhan 211 juta balita yang ada di Indonesia. Meningkatnya jumlah anak
balita yang mengalami kurang gizi tersebut karena tidak terpenuhinya
makanan seimbang (Depkes RI, 2006). Prevalensi kurang gizi di Jawa
Tengah, terutama pada bayi dibawah 5 tahun dinilai masih tinggi. Tahun
2002, tercatat sebanyak 4.378 balita atau 1,51% balita di Jawa Tengah bergizi
buruk. Sebanyak 40.255 balita atau 13,88% balita bergizi kurang (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2005).
Keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan
pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu 3 tentang manfaat
dan cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga berpengaruh terhadap
perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI (Depkes RI, 2006). Hal ini diperkuat
dengan penelitian Sulistyowati (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dengan status gizi
balita umur 4-24 bulan. Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan
juga memegang peranan penting dalam menentukan perilaku karena
pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan
memberikan perspektif, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan
menentukan perilaku terhadap obyek tertentu. (Kusriadi, 2019).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian kebutuhan dalam upaya promosi kesehatan?
2. Bagaimana menetapkan masalah dalam upaya promosi kesehatan?
3. Bagaimana cara menentukan prioritas masalah upaya promosi kesehatan?
4. Bagaiamana susunan rencama upaya penyuluhan dalam promosi kesehatan
dengan balita kurang gizi

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian kasus dalam upaya promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui penetapan masalah dalam upaya promosi kesehatan
3. Untuk mengetahui penentuan prioritas masalah dalam promosi kesehatan
4. Untuk mengetahui pembuatan susunan rencana upaya penyuluhan dalam
promosi kesehatan dengan balita kurang gizi

2
BAB II RENCANA PROMOSI KESEHATAN

2.1 Kasus
Desa L Kecamatan M merupakan salah satu desa tertinggal yang terletak
Di dataran tinggi di kabupaten jember. Sebagian besar (70%) penduduk
memiliki pendapatan dibawah UMR Jember.Persentase penduduk miskin di
Desa L cukup tinggi yaitu 35 %.Mayoritas penduduk desa L bekerja di pabrik,
peternakan dan perkebunan, yang bekerja di siang hari. Komoditi utama di
daerah tersebut adalah hasil peternakan, umbi-umbi2an dan
perkebunan:sayurmayur (katu, bayam, kacang panjang, terung, kenikir, daun
singkong) dan buah (buah naga, pisang dan Pepaya), Pengambilan keputusan
sebagian besar dilakukan oleh kepala keluarga, tokoh agam dan tokoh
masyarakat. Beberapa permasalahan kesehatan yang ada di desa L yaitu tidak
memiliki MCK (60%), perokok aktif (55%), angka balita gizi buruk (20%),
balita gizi kurang (40%). Buatlah langkah-langkah upaya promosi kesehatan
di Desa L

2.2 Mengkaji Kebutuhan


a. Faktor predisposisi
1) Desa L daerah tertinggal di dataran tinggi
2) Pendapatan di bawah UMR = 70%
3) Penduduk miskin di Desa L = 35 %.
b. Faktor Pemungkin
1) Mayoritas bekerja di pabrik, peternakan dan perkebunan, yang bekerja
di siang hari.
2) Produk utama = hasil peternakan, umbi-umbian dan perkebunan
a) Sayur mayur = Katu, bayam, kacang panjang, terung, kenikir,
daun singkong
b) Buah = Buah naga, pisang dan pepaya
c. Faktor Penguat
Faktor penguat dalam kasus yaitu dari pengambil keputusan
1) Kepala keluarga
2) Tokoh agama dan

3
3) Tokoh masyarakat

2.3 Menetapkan Masalah

a. Tidak memiliki MCK (60%)


b. Perokok aktif (55%)
c. Agka balita gizi buruk (20%)
d. Balita kurang gizi (40%)

2.4 Menentukan Prioritas Masalah


Dari data kasus tersebut, prioritas masalah adalah balita kurang gizi yang
merupakan lingkup bidan dalam KIA

2.5 Langkah Upaya Promosi Kesehatan

1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat diharapkan mendapatkan
informasi dan pengetahuan tentang MCK
b. Tujuan Instuksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan dapat :
1) Menjelaskan pengertian MCK.
2) Apa saja komponen MCK.
3) Pemanfaatan dan pengelolaan MCK.
2. Sasaran
Ibu Balita, Kepala Keluarga dan Tokoh Masyarakat
3. Tempat
Balai Desa
4. Media
Brosur
5. Metode
Penyuluhan
6. Materi
Terlampir

4
7. Waktu pelaksanaan
Hari : Senin, 15 November 2021
Pukul : 15.00 WIB-Selesai
8. Rencana kegiatan (rundown acara)

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

        
Pembukaan :

- Menjawab salam
1 5 Menit - Memberi salam
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Menjelaskan kegiatan pembelajaran
- Menyebutkan materi atau pokok bahasan
yang akan disampaikan

2 10 Menit Pemberian Pre-Test Mengerjakan Pre-Test

Pelaksanan :         

Menjelaskan materi ; - Mendengarkan


2. 20 Menit - Memperhatikan dan menanyakan
apabila ada pertanyaan.
- Pengertian gizi buruk
- Faktor penyebab gizi buruk
- Jenis-jenis gizi buruk

Evaluasi :
        

3. 15 Menit
- Memberikan pertanyaan dan menyuruh
- Mengulang apa yang telah dijelaskan
mengulang tentang materi balita kurang
dan menjawab pertanyaan.
gizi

4. 10 Menit Pemberian Post-Test Mengerjakan Post-Test

Penutup :

4. 5 Menit - Mengucapkan terima kasih dan kontrak


waktu lagi untuk melakukan - Menyepakati kontrak  waktu
implementasi dan evaluasi - Menjawab salam
- Mengucapkan salam

5
9. Evaluasi
a. Selama penyuluhan, peserta memperhatikan penjelasan yang
disampaikan yang sudahdicapai
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang
disampaikan
c. Selama penyuluhan, peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan
yang sudah dicapai

2.6 Lampiran Materi

1. Pengertian Balita
Anak bawah lima tahun atau sering disebut sebagai anak balita adalah
anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih populer
dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris H, 2006) atau
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan. Para ahli
menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan anak yang
cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu
(Kemenkes RI, 2017).
2. Pengertian Status Gizi
Menurut Oktavianis (2016) gizi (nutrition) adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ-organ, serta
menghasilkan energi.
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu.
3. Klasifikasi Status Gizi
Menurut Ariani (2017), dalam menentukan klasifikasi status gizi
harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Buku antropometri
yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS (World

6
Health Organization – National Centre for Health Statistic). Berdasarkan
buku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas
b. Gizi baik untuk well nourished
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan
moderate PCM (Protein Calori Malnutrition).
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-
kwashiorkor dan kwashiorkor.

Menurut Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderan Bina Gizi


dan Kesehatan Ibu dan Anak (2010), menyatakan bahwa
klasifikasi status gizi balita menurut BB/U dibagi menjadi 4, yaitu :

a. Gizi buruk : <-3 SD


b. Gizi kurang : -3 SD sampai <-2 SD
c. Gizi baik : -2 SD sampai 2 SD
d. Gizi lebih : >2 SD
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
a. Penyebab Langsung
1) Asupan Makanan
Pengukuran asupan makanan/konsumsi makanan sangat
penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh
masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status
gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan
malnutrisi.
2) Pola Makan
Pola makan yang baik, frekuensi ysng sesuai dengan
kebutuhan, jadwal makan yang teratur dan hidangan yang
bervariasi dapat terpenuhinya kecukupan sumber tenaga,
asupan zat pembangun, zat pengatur bagi kebutuhan gizi anak
balita sehingga proses tumbuh kembang anak balita tetap sehat.
3) Pemberian ASI Ekslusif

7
ASI ekslusif yang dimaksud adalah pemberian hanya ASI saja
tanpa makanan dan cairan lain sampai berusia 6 bulan kecuali
obat dan vitamin. Menurut Kusriadi (2019) menyebutkan bahwa
balita yang diberikan ASI ekslusif cenderung berstatus gizi bak
atau tidak BGM sedangkan yang tidak diberikan ASI ekslusif
cenderung berstatus gizi kurang.
4) Penyakit Infeksi
Adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi
merupakan suatu hal yang saling berhubungan satu sama lain
karena anak balita yang mengalami penyakit infeksi akan
membuat nafsu makan anak berkurang sehingga asupan makanan
untuk kebutuhan tidak terpenuhi yang kemudian menyebabkan
daya tahan tubuh anak balita melemah yang akhirnya mudah
diserang penyakit infeksi (Oktavianis, 2016)
Nainggolan dan Zuraida R. (2016) menyatakan bahwa ada
hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan
parasit) dengan malnutrisi mereka menekankan interaksi yang
sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga
infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat
malnutrisi.
b. Penyebab Tidak Langsung
1) Pelayanan Kesehatan
a) Puskesmas
Puskesmas sebagai lembaga mempunyai bermacan-
macam aktivitas. Salah satunya adalah posyandu, dimana pada
posyandu terdapat skrining pertama dalam pemantauan
status gizi balita, adanya penyuluhan tetag gizi, PMT, Vit A
dan sebagainya (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2016).
Hal tersebut menyebabkan ibu yang tidak aktif
berkunjung keposyandu mengakibatkan ibu kurang
mendapatkan informasi mengenai status balita, tidak

8
mendapat dukungan dan dorongan dari petugas kesehatan
apabila ibu menyusui permasalahan kesehatan pada balitanya,
serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
yang tidak dapat terpantau secara optimal, karena pemantauan
pertumbuhan balita dapat dipantau melalui KMS. (Oktavianis,
2016)
Ibu yang rutin ke posyandu dapat dipantau status
gizi anak balitaya oleh petugas kesehatan dan begitu juga
sebaliknya ibu yang tidak rutin ke posyandu maka status
gizi anak balitanya akan sulit terpantau. (Oktavianis, 2016)
b) Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan Lainnya
Data-data dari rumah sakit dapat memberikan
gambaran tentang keadaan gizi di dalam masyarakat. Apabila
masalah pencatatan dan pelaporan rumah sakit kurang baik,
data ini tidak dapat memberikan gambaran yang
sebenarnya. (Oktavianis, 2016)
2) Sosial Budaya
a) Tingkat Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya
memiliki pendapatan yang relative tinggi pula. Semakin tinggi
pendidikan maka cenderung memiliki pendapatan yang lebih
besar, sehingga akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi. Dengan pendidikan yang
tinggi maka seseorang cenderung untuk mendapatkan
informasi baik dari orang lain maupun media massa.
Pengetahuan erat hubunganya dengan pendidikan,
seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin
luas pula pengetahuan yang dimiliki (Ariani, 2017).
b) Pendapatan
Pendapatan menunjukkan kemampuan keluarga untuk

9
membeli pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi
kualitas pangan dan gizi. Keluarga dengan pendapatan tinggi
memiliki kesempatan untuk membeli makanan yang bergizi
bagi anggota keluarganya, sehingga dapat mencukupi
kebutuhan gizi setiap anggota keluarganya (Adriani,
Wiradjadmani., 2017).
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan pangan
tergantung pada besar kecilnya pendapatan dan pengeluaran
harga baha makanan itu sendiri. Pengaruh peningkatan dari
penghasilan akan berdampak pada perbaika status gizi.
Apabila pendapatan meningkat maka jumlah makanan dan
jenis makanan akan cenderung membaik. Semakin tinggi
penghasilan semakin tinggi pula presentase yang digunakan
untuk membeli makanan yang bergizi. (Adriani,
Wiradjadmani., 2017).
c) Tingkat pengetahuan
Gizi buruk dapat dihindari apabila dalam keluarga
terutama ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
mengenai gizi, orang tua yang memiliki pengetahuan yang
kurang tentang gizi dan kesehatan, cenderung tidak
memperhatikan kandungan zat gizi dalam makanan
keluarganya terutama untuk anak balita, serta kebersihan
makanan yang di makan, sehingga akan mempengaruhi status
gizinya (Ariani, 2017).
d) Tradisi/Kebiasaan
Dalam hal sikap terhadap makanan masih banyak
terdapat pantangan, tahayul dan tabu dalam masyarakat,
sehingga menyebabkan konsumsi makanan yang bergizi pada
masyarakat menjadi rendah. (Ariani, 2017).

10
LEMBAR PRE TES DAN POST TEST

1. Balita adalah anak usia di atas 1 tahun atau di bawah 5 tahun. (BENAR atau
SALAH)
2. Ibu yang jarang datang ke posyandu tidak akan mendapatkan informasi status
gizi yang baik dan benar (BENAR atau SALAH)
3. Balita yang sering makan-makanan warung akan menapatkan gizi yang baik
(BENAR atau SALAH)
4. Pola makan yang baik seperti tempe, tahu dan nasi (BENAR atau SALAH)
5. Apakah balita yang mendapatkan nutrisi baik akan mudah terkena infeksi
(BENAR atau SALAH)
6. Apakah makanan yang seimbang harus mahal (BENAR atau SALAH)
7. Balita yang gemuk adalah balita yang sehat (BENAR atau SALAH)
8. Makanan yang banyak nasinya merupakan makanan yang tidak sehat
(BENAR atau SALAH)
9. Pemberian vitamin tambahan adalah tindakan yang benar (BENAR atau
SALAH)
10. Balita perlu diberi asupan tambahan sayur dan buah (BENAR atau SALAH)

11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wiradjadmadi, B. (2017). Gizi dan Kesehatan Balita Peranan


Micro Zinc Pada Pertumbuhan Balita. Jakarta: Kencana

Ariani. (2017). Ilmu Gizi. Yogyakarta: Nuha Medika

KemenKes RI. (2017). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2016-


2019. Jakarta

Kusriadi. 2019. Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Kurang


Gizi pada Anak Balita di Provisi Nusa Tenggara Barat (NTB). Karya
Tulis Ilmiah. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Nainggolan dan Zuraida R. 2016. Hubungan Antar Pengetahuan dan Sikap Gizi
Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa
Indah Kelurahan Rajabasa Raya Bandar Lampung. Skripsi. Lampung:
Fakultas Kedokt Univ Lampung

Oktavianis. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita
di puskesmas lubuk kilangan. J. Hum. Care

13

Anda mungkin juga menyukai