Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA DENGAN IUD

diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana

Dosen Pengampu : Istifadatul Ilmiah M.MKes

Disusun Oleh :
Lutfiah Azizatun Nizak (200550008)

AKADEMI KEBIDANAN JEMBER

JL. Pangandaran no.42, Plinggan, Antirogo, Kec. Subersari,


Kabupaten Jember, Jawa Timur 68125
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Berjudul :

Laporan Pendahuluan Keluarga Berencana Dengan IUD

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana

Telah diketahui dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Istifadatul Ilmiah M.MKes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul“Laporan Pendahuluan
Keluarga Berencana dengan IUD” Dalam penyusunan makalah ini, saya mengucapkan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Nurul Aini,M.Kes selaku Direktur akademi kebidanan Jember.

2. Sultanah Zahariah, M. Keb selaku PJMK Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana

3. Istifadatul Ilmiah M.MKeb selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Kesehatan


Reproduksi dan Keluarga Berencana

4. Semua dosen dan staf Akademi kebidanan jember.

5. Orang tua yang senantiasa selalu mendoakan dan mendukung kami.

Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Keluarga Berencana dengan IUD”. Saya menyadari bahwa penyelesaian
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan dan
penyusuna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritk dan saran dari dosen pembimbing mata
kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. untuk menyempurkan makalah ini.

Jember,20 Maret 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................................................... 2
1.3 Sasaran........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat....................................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
2.1 Pengertian KB............................................................................................................. 4
2.2 Pengertian Kontrasepsi............................................................................................... 4
2.3 Pengertian Aseptor KB............................................................................................... 5
2.4 Jenis-jenis Aseptor KB .............................................................................................. 5
2.5 Tujuan KB.................................................................................................................. 7
2.6 Manfaat Program KB.................................................................................................. 8
2.7 Macam-macam Jenis Kontrasepsi.............................................................................. 9
2.8 Manajemen varney..................................................................................................... 11
Bab 3 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21

iv
BAB 1
PENDAHULAN

1.1 Latar belakang


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health
Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak
kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi
hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen,
meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda
dan hampir sama (Gustikawati, 2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan
wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai
dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang
memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus) dan
vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami
mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas
pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2012).
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif
tercatat sebanyak 4.874.250 peserta dengan rincian, KB dengan metode IUD sebanyak
416.240 orang (8,53%), MOW sebanyak 262.760 orang (5,39%), MOP sebanyak
52.758 orang (1,08%), kondom sebanyak 92.272 orang (1,89%), implant sebanyak
463.790 orang (9,51%), suntik sebanyak 2.753.967 orang (56,50%), dan pil sebanyak
832.463 orang (17,07%).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah
pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan
seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi.
Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang
tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti

v
program keluarga berencana (Gustikawati, 2014). Dukungan suami juga
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena istri yang mendapat dukungan dari
suami akan menggunakan kontrasepsi secara terus menerus sedangkan yang tidak
mendapatkan dukungan akan sedikit yang menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).
Melihat angka tingginya angka Keluarga berencana maka penulis tertarik untuk
melakukan Studi Kasus dengan judul “Laporan Pendahuluan Keluarga Berencana
dengan IUD”

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kesehatan terhadap pemasangan KB
IUD dengan asuhan maximal perawatan untuk mencapai kesehatan reproduksi
KB yang baik.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami Pengertian KB IUD
2. Mahasiswa mampu memahami Pengertian kontrasepsi
3. Mahasiswa mampu memahami Pengertian akseptor KB
4. Mahasiswa mampu memahami Jenis-jenis aseptor KB
5. Mahasiswa mampu memahami Tujuan KB IUD
6. Mahasiswa mampu memahami Manfaat Program KB
7. Mahasiswa mampu memahami Macam-macam jenis kontrasepsi
8. Mahasiswa mampu membuat Konsep dasar manajemen asuhan Varney
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Sasaran
Sasaran dari penulisan laporan ini adalah seluruh pasien wanita ditempat PMB
Bidan Lutfiah, Amd. Keb.
1.3.2 Tempat Praktek
Tempat praktek dari penulisan laporan ini adalah PMB Bidan Lutfiah, Amd.
Keb.
1.3.3 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksaan praktek dari penulisan laporan ini adalah mulai tanggal 20
Maret 2022

vi
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi
Asuhan Kebidanan pada pemasangan kontrasepsi keluarga berencana IUD
dapat meningkatkan mutu kualitas institusi Akademi Kebidanan Jember.
Penyusunan Asuhan KB IUD ini juga akan memperkaya kepustakaan pada
institusi Akademi Kebidanan Jember
1.4.2 Bagi Lahan
Sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pelayanan kebidanan termasuk pada
Pemasangan IUD sesuai Standart Pelayanan Minimal Asuhan Kebidanan.
1.4.3 Bagi Pasien
Klien mendapat Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi sesuai Standart
Pelayanan Minimal Asuhan Kesehatan Reproduksi.

vii
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program
atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013). Keluarga
berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak
yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
Program Keluarga Berencana memungkinkan pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan jarak umur antar
anak (spacing) yang mereka inginkan, cara untuk mencapainya, serta menjamin
tersedianya informasi dan berbagai metode yang aman dan efektif . Berdasarkan (UU
No 52 Tahun 2009), Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan umur ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui mengatur waktu, jarak dan jumlah
kehamilan, kemudian untuk mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang
perempuan hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas, dan mencegah atau memperkecil terjadinya kematian
pada seorang perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan
dan nifas
2.2 Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti “mencegah” atau “melawan”
dan konsepsi yang berarti pertemuan sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan
akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN, 2013). Program
keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Kontrasepsi

viii
merupakan komponen penting dalam pelayanan Kesehatan reproduksi sehungga dapat
mengurangi risiko kematian dan kesakitan dalam kehamilan (BKKBN, 2013).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
yang dilakukan dalam pelayanan kontrasepsi dapat bersifat sementara maupun
bersifat permanen (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Pelayanan kontrasepsi adalah
pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan–tindakan lain yang
berkaitan kontrasepsi kepada calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan
dalam fasilitas pelayanan KB. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan
dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya,
etika, serta segi kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
2.3 Pengertian akseptor KB
Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB
dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB menurut
sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan,
fase penjarangan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau
kesuburan. Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Pada PUS inilah yang lebih berpeluang besar untuk
menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran (Manuaba, 2012).
2.4 Jenis-jenis Aseptor Keluarga Berencana
a. Akseptor Baru
Pasangan subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu
cara atau alat kontrasepsi setelah berakhir masa kehamilannya (baik kelahiran
yang berakhir dengan keguguran, lahir mati, ataupun yang lahir hidup)
(Hartanto, 2014).

b. Akseptor Lama
Pasangan usia subur yang melakukan kunjungan ulang termasuk
pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah atau
ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka yang pindah klinik baik dengan
menggunakan cara yang sama maupun cara atau alat yang berbeda (Hartanto,
2014).
c. Akseptor Aktif (Curent User-CU)
Pasangan usia subur yang pada saat ini masih menggunakan salah satu

ix
cara atau alat kontrasepsi (Hartanto, 2014).
d. Akseptor Aktif Kembali
Pasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan cara atau alat
kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh suatu
kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara yang
sama maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling kurang tiga
bulan berturut-turut dan bukan karena hamil (Hartanto, 2014).

Macam-macam Akseptor KB yang diikuti oleh PUS dapat dibagi menjadi tiga
macam:
a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu PUS yang pertamakali
menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir
dengan keguguran atau persalinan.
b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan
kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti


pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya
Pengertian kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Manuaba, 2012).
Menurut Word Health Organization (WHO) pengertian Keluarga
Berencana adalah kegiatan untuk membantu individu-individu atau pasangan
suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan dan memperoleh anak yang diidamkan,
menentukan jarak kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(Dalam Hartanto, 2014) adalah usaha menolong individu atau pasangan
antara lain untuk:
1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2) Mencegahterjadinya kelahiran yang tidak dikehendaki atau
sebaliknya bagi pasangan yang menginginkan anak.
3) Mengatur interval waktu kehamilan.

x
4) Mengontrol waktu kelahiran berhubungan dengan usia orang tua.
5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Ruang lingkup program KB yang modern tidak hanya sebatas pada


definisi, tetapi juga melaksanakan program sterilisasi, pendidikan seks, tes
skrining pada kelainan patologis sistem repsroduksi, konsultasi sebelum dan
sesudah perkawinan, mengajar masyarakat cara meningkatkan ekonomi dan
gizi keluarga dan kegiatan lain. Secara garis besar definisi ini mencakup
beberapa komponen dalam pelayanan Kependudukan atau KB yang dapat
diberikan sebagai berikut:
1) Komunikasi, inforasi dan edukasi (KIE).
2) Konseling.
3) Pelayanan kontrasepsi (PK).
4) Pelayanan infertilitas.
5) Pendidikan seks (sex education).
6) Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan.
7) Konsultasi genetik.
8) Test keganasan.
9) Adopsi. (Hartanto, 2014).
Keluarga berencana menurut undang-undang No.10 tahun 1992
menyatakan bahwa upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2016).

2.5 Tujuan KB
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 87 tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pengembangan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, kebijakan KB bertujuan untuk :
a. Mengatur kehamilan yang diinginkan,
b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak,
c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi,

xi
d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga Berencana,
dan
e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan
2.6 Manfaat Program KB
Manfaat KB Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut:
1) Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan
Kemampuan wanita untuk memilih untuk hamil dan kapan ingin hamil
memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya. KB
memungkinkan jarak kehamilan dan penundaan kehamilan pada wanita muda
yang memiliki risiko masalah kesehatan dan kematian akibat melahirkan anak
usia dini. KB mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk Wanita
yang lebih tua dalam menghadapi peningkatan risiko terkait kehamilan. KB
memungkinkan wanita yang ingin membatasi jumlah keluarga mereka. Bukti
menunjukkan bahwa wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko
mengalami kematian ibu. Dengan mengurangi tingkat kehamilan yang tidak
diinginkan, KB juga mengurangi kebutuhan akan aborsi yang tidak aman.
2) Mengurangi AKB
KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat dan
tidak tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada beberapa angka kematian bayi
tertinggi di dunia. Bayi dengan ibu yang meninggal akibat melahirkan juga
memiliki risiko kematian yang lebih besar dan kesehatan yang buruk.
3) Membantu Mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di antara
wanita yang hidup dengan HIV, mengakibatkan lebih sedikit bayi yang
terinfeksi dan anak yatim. Selain itu, kondom pria dan wanita memberikan
perlindungan ganda terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan terhadap
IMS termasuk HIV.
4) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan
KB memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan
informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberikan peluang
bagi perempuan untuk mengejar Pendidikan tambahan dan berpartisipasi
dalam kehidupan publik, termasuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar.

xii
Selain itu, memiliki keluarga yang lebih kecil memungkinkan orang tua untuk
berinvestasi lebih banyak pada setiap anak. Anak-anak dengan lebih sedikit
saudara kandung cenderung tetap bersekolah lebih lama daripada mereka yang
memiliki banyak saudara kandung.
5) Mengurangi Kehamilan Remaja
Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi prematur atau bayi
berat lahir rendah (BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh remaja memiliki angka
kematian neonatal yang lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil harus
meninggalkan sekolah. Hal ini memiliki dampak jangka panjang bagi mereka
sebagai individu, keluarga dan komunitas.
6) Perlambatan Pertumbuhan Penduduk
KB adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan penduduk yang
tidak berkelanjutan dengan dampak negatif yang dihasilkan pada ekonomi,
lingkungan, dan upaya pembangunan nasional dan regional
2.7 Macam-macam Jenis kontrasepsi
Jenis metode kontrasepsi bermacam-macam dari yang sederhana sampai dengan
metode yang dianggap paling mantap.:

a. Senggama Terputus (Coitus Interuptus)

Cara ini merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh
manusia, dan masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang
untuk menghindari kehamilan. Senggama terputus (coitus interuptus) adalah
metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
Keutunggannya, cara ini tidak menggunakan biaya, alat-alat maupun
persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini
dibutuhkan pengendalian diri yang lebih besar dari pria. Metode ini akan
efektif bila dilakukan dengan baik dan benar (Saifuddi.n, 2013)

b. Pantang Berkala

Cara ini mula-mula diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang


dan Hermann Knaus yaitu sekitar tahun 1931. Oleh karena itu, cara ini sering
disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan
bahawa seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari dalam tiap
daur haidnya. Masa subur yang disebut juga “fase ovulasi” mulai 48 jam

xiii
sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah
masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur. Pantang berkala
adalah tidak melakukan persetubuhan padamasa subur istri (Manuaba, dkk.
2019).

c. Kondom

Pemaikan kondom untuk tujuan kontrasepsi baru dimulai kira- kira


pada abad ke-18 di Inggris. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari
penis sewaktu melakukan koitus dan mencegah pengupulan sperma dalam
vagina. Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet),plastik (vinil) atau bahan alami
(produksi hewani) yangdipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan
muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai
bentuk seperti putting susu, berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom
baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya penambahan spermisida)
maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual Keuntungan kondom, selain untuk
memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin, bahwa kondom juga dapat
digunakan untuk tujuan kontrasepsi. Kekurangannya ialah ada kalanya
pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai
penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus (Saifuddin, 2013).

d. Pil KB

Pil KB adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah


diperkenalkan sejak tahun 1960. Pil diperuntungkan bagi wanita yang tidak
hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling
efektif bila diminum secara teratur (Hartanto, 2014).

e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang


terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya
pil. Bagi ibu menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi ASI, kelancaran
ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum
dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon pemakai
AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkaptentang seluk-beluk alat

xiv
kontrasepsi ini. Keluhan yang dijumpai pada pengguna AKDR adalah
terjadinya sedikit pendarahan, bisa juga disertai dengan mules yang biasanya
hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika pendarahan berlangsung terus-
menerus dalam jumlah banyak, pemakaian AKDR harus dihentikan (Hartanto,
2014).

f. Implant

Efektifitas progestin sebagai kontrasepsi dapat diperpanjang dengan


cara memasukan progestin tersebut ke suatu dehvery system. Ada bebrapa
delivery system antara lain cicin vagina, inplant dan mikro kapsul. Satu-
satunya kontrasepsi implant yang beredar dipasaran adalah Norplant.
Mekanisme kerja norplant antara lain adalah adalah menekan ovulasi lebih
dari 80%, pemakai norplant ada tahun-tahun pertama tidak mengalami
ovulasi, membuat getah serviks menjadi kental, dan membuat endometrium
tidak siap menerima kehamilan. Efek samping utama kontrasepsi progestin
adalah gangguan siklus haid berupa pendarahan tidak teratur, perdarahan
bercak dan amenore (Saifuddin, 2013).

g. Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang


pemakiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita
subur. Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA).
Penyuntikan dilakukan pada daerah intra muskular di bokong (gluteus) yang
dalam atau pada pangkal lengan (deltoid). Kontrasepsi suntikan tidak
diperbolehkan untuk wanita yang menderita penyakit jantung, hipertensi,
hepatitis, kencing manis, paru-paru dan kelaianan darah (Saifuddin, 2013).

h. Tubektomi dan Vasektomi

Tubektomi adalah tindakan pemotongan yang dilakukan pada kedua


tuba fallopi wanita sedangkan vasektomi adalah tindakan pemotongan pada
kedua vas deferens pria (Sarwono, 2013).

2.8 Konsep dasar manajemen asuhan Varney


2.8.1 Pengkajian data Subjektif dan Obyektif
a. Data subyektif

xv
1) Menanyakan identitas yang meliputi: :
a) Nama
Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk memperlancar
komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih
akrab serta tidak salah dalam melakukan pendataaan.
b) Umur
Mengetahui umur klien untuk melengkapi data.
c) Agama
Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktek terkait agama
yang harus diobservasi.
d) Suku/bangsa
Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien.
e) Pendidikan
Tanyakan pendidikan terakhir tujuan Informasi ini membantu
memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran
kemampuan baca tulis.
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
status ekonomi klien
g) Alamat Bekerja
Alamat bekerja klien perlu diketahui juga sebagai pelengkap
identitas diri klien
h) Alamat Rumah
Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih
memudahkan saat diperlukan keadaan yang mendesak.
i) No.RMK (Nomor Rekam Medik)
Nomor rekam medik biasanya digunakan di Rumah Sakit,
Puskesmas, atau Klinik.
j) Telepon
Pada poin ini Romauli (2012) berpendapat bahwa telepon perlu
ditanyakan bila ada, untuk memudahkan komunikasi.
2) Menanyakan Alasan Kunjungan

xvi
Romauli (2012) menuliskan apakah alasan kunjungan ini karena ada
keluhan
3) Menanyakan Keluhan Utama
Menurut Walyani (2015) keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang
ke tempat bidan. Hal ini disebut tanda atau gejala. Dituliskan sesuai dengan
yang diungkapkan oleh klien serta tanyakan juga sejak kapan hal tersebut
dikeluhkan oleh pasien.
Dikaji jeluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB IUD
tersebut antara lain amenorea/pendarahan tidak terjadiperdarahan
bercak,keputihan,nyeri saat berhubungan.
4) Menanyakan Riwayat Menstruasi
Menurut Walyani (2015) yang perlu ditanyakan tentang riwayat menstruasi
adalah sebagai berikut:
a) Menarche (usia pertama datang haid)
Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12-16 tahun. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum.
b) Siklus
21-40 hari. Hanya 15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Riwayat
haid lama >8 hari merupakan penapisan pemakain AKDR pelepas
tembaga dan progestin
c) Lamanya
Lamanya haid yang normal adalah ±7 hari. Apabila sudah mencapai 15
hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan
ataupun penyakit yang mempengaruhinya.
d) Banyaknya
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila darahnya
terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukkan gejala kelainan banyaknya
darah haid.
e) Disminorhoe (Nyeri Haid)
Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderita
atau tidak di tiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi tanda bahwa
kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri haid.
5) Riwayat Obstetri

xvii
a) Jumlah anak perlu ditanyakan karena berguna dalam konseling
pemilihan kontrasepsi.
b) Cara persalinan perlu diketahui karena dalam penapisan klien untuk
metode tubektomi diperlukan riwayat operasi abdomen /panggul yang
pernah dilakukan karena kemungkinan terjadi perlekatan masih tinggi.
c) Umur anak perlu diketahui karena dapat menentukan syarat mutlak
untuk kontrasepsi mantap
d) Menyusui / tidak diperlukan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang
akan dipilih, apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu
pascapersalinan maka pil kombonasi adalah metode pilihan terakhir.
e) Riwayat KB terdahulu diketahui untuk melihat status reproduksinya
Macam-macam KB
(1) Suntik
(2) Pil
(3) AKDR
(4) Implan
Lama pemakaian KB diketahui untuk melihat apakah klien drop-out
dalam pemakaian kontrasepsi dan alasan nya dapat dilihat dalam
keluhan.
Keluhan-keluhan selama pemakaian alat kontrasepsi: IUD dengan
tembaga
(1) Perdarahan menstruasi yang lebih banyak
(2) Perdarahan vaginal yang tidak teratur atau hebat
(3) Kram akibat menstruasi
(4) Menambah kram atau sakit akibat menstruasi
IUD dengan progestin: Amenorrhea atau perdarahan menstruasi/ bercak
yang ringan
Dikaji apakah klien pernah menjadi asebtor KB lain selain
menggunakan KB IUD dan sudah berapa lama menjadi asebtor KB
tersebut.
7) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Menurut Walyani (2015) dalam pola kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji
diantaranya:
a) Pola Nutrisi: jenis makanan, porsi, frekuensi

xviii
b) Kebiasaan Merokok/Minuman Keras/Obat Terlarang Hal ini perlu
ditanyakan karena ketiga kebiasaan tersebut secara langsung dapat
mempengaruhi kesehatanreproduksi
c) Pola Eliminasi
Yang dikaji adalah pola BAB (Buang Air Besar) dan BAK (Buang Air
Kecil), poin yang perlu ditanyakan yaitu frekuensi, warna, dan
masalah dalam pola eliminasi.
d) Pola Seksual
Perhatikan ketika sebelum dan setelah selesai coitus agar tidak
terinfeksi
e) Personal Hygiene
Poin penting yang perlu dikaji adalah frekuensi mandi, ganti celana
dalam karena jika tubuh lembab dan personal hygen jelek akan
membuat organ reproduksi mudah terinfeksi
f) Pola Istirahat dan Tidur
Yang perlu dikaji adalah lama waktu untuk tidur siang dan tidur
malam.
g) Pola Aktivitas
Tanyakan bagaimana aktivitas klien.
Personal Hygiene harus di jaga seperti mengganti pembaut beberapa
kali selama haid,menjadi kelamin tetap kering,mengganti kapaian
dalam Ketika sudah lembab mencegah terjadinya keputihan.
9) Menanyakan Riwayat Kesehatan
Menurut Walyani (2015) dalam riwayat kesehatan yang perlu dikaji yaitu:
a) Riwayat Kesehatan
Tanyakan kepada klien penyakit apa yang pernah diderita klien dan
yang sedang diderita klien. Hal ini diperlukan untuk menentukan
bagaimana asuhan berikutnya.
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada klien apakah mempunyai keluarga yang saat ini sedang
menderita penyakit menular. Apabila klien mempunyai keluarga yang
menderita penyakit menular sebaiknya bidan menyarankan kepada
klien untuk menghindari secara langsung atau tidak langsung
bersentuhan fisik atau mendekati keluarga tersebut untuk sementara

xix
waktu agar tidak menular. Tanyakan juga kepada klien apakah
mempunyai penyakit keturunan. Hal ini diperlukan untuk mendiagnosa
apakah pasien memiliki resiko penyakit reproduksi turunan yang
kemungkinan akan menderita penyakit tersebut atau tidak.
10) Riwayat Sosial Ekonomi
a) Status Perkawinan : Kawin/Tidak
b) Kawin ....kali
c) Umur istri
d) Umur suami
e) Lama perkawinan
(untuk mengetahui apakah klien mempunyai pasangan sek lain)
Penapisan untuk Kontrasepsi AKDR jenis tembaga dan progestin.
Pada kesehatan reproduksi banyaknya pasangan berhubungan sex
sangat mempengaruhi kesehatan reproduksi karena jika bergontagan
ganti pasangan sex rentang terkena infeksi menular sexsual.
Pada status perkawinan perlu di kaji karena Gonta ganti pasangan
mengakibatkan keputihan
11) Keadaan psikososial
Poin yang perlu di tanyakan adalah sebagai berikut
a) Respon ibu dan keluarga : mendukung atau tidak mendukung dalam
pemakaian KB
b) Persepsi ibu terhadap respon keluarga tentang KB
c) Pengambil keputusan dalam keluarga
12) Kebiasaan hidup sehat : perlu di ketahui apakah pasien memiliki gaya
hidup yang tidak sehat misalnya merokok karena dapat mengakibatkan
kangker contohnya kangker pada organ reproduksi
13) Riwayat Perekonomian
a) Pekerjaan suami
b) Penghasilan suami
c) Pekerjaan istri
d) Penghasilan istri
e) Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan
Pekerjaan :untuk menentukan status sosial ekonomi sebagai dasar
dalam untuk menentukan anjuran /pengobatan yang akan di berikan.

xx
Penghasilan : untuk menentukan status sosial ekonomi sebagai dasar
dalam menentukan anjuran /pengobatan yang akan di berikan
14) Persetujuan suami
Memastikan bahwa suami menyetujui pilihan akseptor (Informe Consent)
15) Pola Sexsualitas

2.8.2 Interpretasi Data


Diagnosa :
PAPAH dengan (Untuk kasus kespro)
P =Paritas, hamil anak ke berapa
A= Aterm , apakah persalinan sebelumnya di lahirkan cukup bulan
P =Prematur, apakah persalinan sebelumya di lahirkan prematur
A= Abortus , apakah pernah mengalami abortus
H= Hidup , berpa jumlah anak yang hidup
Masalah aktual adalah sebuah peristiwa atau hal yang benar benar terjadi pada
masa kini.
Tergantung dari keluhan atau penyulit/ komplikasi ibu contoh
Keuhan/penyulit/komplikasi Masalah aktual
Kb IUD Akseptor KB IUD dengan Spotting dan Erosi
Portio

2.8.3 Diagnosa Potensial


Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangakaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau
masalah potensial benar-benar terjadi.
Contoh diagnosa potensial dari kasus berikut :
Keuhan/penyulit/komplikasi Diagnosa Potensial

KB IUD Anemia dan Keganasan pada portio

2.8.4 Antisipasi Penanganan Segera

xxi
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan.
Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan
rujukan. (Hidayat, 2016)
Contoh Antisipasi Penaganan Segera
Keluhan/penyulit/komplikasi Antisipasi Penaganan Segera
KB IUD 1. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga
kebersihan genitalnya.
2. Melakukan pemasangan IUD dengan
yang baik dan benar sesuai dengan
standar yang berlaku
3. Melakukan konseling pasca pemasangan
IUD mengenai kerugian IUD
4. Mengajarkan ibu cara memeriksa benang
IUD

2.8.5 Intervensi
Intervensi perencana adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh tenaga
kesehatan yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Pengklasifikasian rencana
dilakukan berdasarkan analisis kesehatan (similiarity analysis) dan penilaian
klinis (clinical judgement). Rencana keperawatan yang bersifat multikategori
contoh intervensi :
Keluhan/penyulit/komplikasi Intervensi
KB IUD 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
kebersihan genitalnya.
3. Melakukan pemasangan IUD dengan yang
baik dan benar sesuai dengan standar yang
berlaku
4. Melakukan konseling pasca pemasangan
IUD mengenai kerugian IUD

xxii
5. Mengajarkan ibu cara memeriksa benang
IUD

2.8.6 Implementasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Hidayat,
2016)
Contoh implementasi :
Keluhan/penyulit/komplikasi Implementasi
KB IUD 1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Beritahu ibu tentang efek samping dan
komplikasi IUD.
3. Jelaskan pada ibu tentang erosi portio.
4. Jelaskan pada ibu penyebab spotting dan
erosi portio.
5. Berikan konseling KIE tentang personal
hygiene.
6. Berikan dukungan moral dan dukungan
mental kepada pasien. Melakukan
informed consent sebelum melakukan
tindakan.
7. Memberikan asam asetat atau asam cuka
dengan kadar 3-5 % yang diusapkan
pada leher rahim secara inspekulo dan
beri terapi obat.
8. Melakukan konseling pasca pemasangan
IUD.
9. Anjurkan kepada ibu untuk datang kapan
saja apabila ada masalah atau gangguan

xxiii
kesehatan lainnya.
10. Anjurkan ibu untuk datang kontrol ulang
1 minggu kemudian atau jika ada
keluhan sehubungan dengan alat
kontrasepsinya

2.8.7 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
pasien ke arah pencapaian tujuan.
Contoh evaluasi :
Keluhan/penyulit/komplikasi Evaluasi
KB IUD 1. Ibu mengerti dengan semua penjelasan
yang diberikan.
2. Ibu mengerti efek samping dan
komplikasi IUD.
3. Ibu mengerti dengan penjelasan tentang
erosi portio.
4. Ibu mengerti penyebab spotting dan erosi
portio.
5. Ibu mengerti konseling tentang KIE
tpersonal hygiene .
6. Ibu merasa tenang setelah diberikan
dukungan moral dan dukungan mental
kepada pasien. Melakukan informed
consent sebelum melakukan tindakan.
7. Ibu akan melakukan arahan dari bidan
yaitu memberikan asam asetat atau asam
cuka dengan kadar 3-5 % yang
diusapkan pada leher rahim secara
inspekulo dan beri terapi obat.

xxiv
8. Ibu mengerti dan akan Kembali jika ada
masalah atau gangguan kesehatan
lainnya.
9. Ibu akan kembali untuk datang kontrol
ulang 1 minggu kemudian atau jika ada
keluhan sehubungan dengan alat
kontrasepsinya.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN 2013.Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta.BKKBN


Manuaba. 2012.Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan
Menurut Hartono (2014).Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia. Airlangga University
Press. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP)
Saifudin, dkk. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
Saifudin.2012.Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis Kontra Sepsi yang
digunakan pada pasangan Usia Subur.YBP-SP.Jakarta

xxv

Anda mungkin juga menyukai