Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EVIDANCE BASED DALAM FAMILY PLANNING ATAU


KELUARGA BERENCANA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Keluarga
Berencana dan Pelayanan kontrasepsi

Disusun Oleh:
1. Maharani Nuke Fauziah (31221231001)
2. Surati (31221231002)
3. Sri Sundari (31221231003)
4. Nikmatul Muvidati (31221231004)
5. Murni Nur Azizah Wati (31221231005)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL IRSYAD CILACAP
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“EVIDANCE BASED DALAM FAMILY PLANNING ATAU KELUARGA
BERENCANA” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen Frisca Dewi Yunadi, S.ST., M.Kes
pada mata kuliah Keluarga Berencana dan Pelayanan kontrasepsi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang EVIDANCE
BASED DALAM FAMILY PLANNING ATAU KELUARGA BERENCANA bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
Frisca, selaku dosen mata kuliah Keluarga Berencana dan Pelayanan
Kontrasepsi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................1
C. Manfaat Penulisan.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Definisi Evidance Based................................................................3
B. Tujuan Evidance Based.................................................................3
C. Manfaat Evidance Based...............................................................4
D. Definisi KB....................................................................................4
E. Tujuan Program KB......................................................................4
F. Manfaat Program KB....................................................................5
G. Evidance Based dalam Family Planning atau Pelayanan
Kontrasepsi....................................................................................5
BAB III PENUTUP ..........................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................13
B. Saran..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya
ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif
tinggi. Esensi tugas program keluarga berencana (KB) dalam hal ini telah jelas
yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi bahan pembangunan demi
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Seperti yang disebutkan dalam UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Bukan berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan inipun
bukan sekedar bukti biasa namun bukti imiah terkini yang bisa dipertanggung
jawabkan.
Keluarga berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan
keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi
setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi baru bisa memilih alat kontrasepsi yang
cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah satu jenis pelayanan
KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri
berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.

B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat mengetahui informasi tentang Evidence Based
dalam Family Planning atau Keluarga Berencana.

1
2

C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Sebagai informasi mengenai Evidance Based dalam Family Planning atau
Keluarga Berencana.
2. Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-
penulisan berikutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Evidance Based


Evidence based adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi
terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang
efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada
pasien (Bingan, 2022).
Evidence based practice merupakan suatu strategi dalam memperoleh
pengetahuan dan keterampilan untuk dapat meningkatkan tingkah laku yang
positif dengan menggabungkan bukti penelitian terbaik sehingga Evidence
based practice dapat diterapkan ke dalam praktik keperawatan dan membuat
suatu keputusan perawatan kesehatan yang lebih baik (Puteri dkk, 2023).
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM
adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh,
eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan
pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based Midwifery (EBM)
ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya
EBM maka dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diperlukan/tidak
bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien, terutama pada proses persalinan
yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
B. Tujuan Evidance Based
Tujuan Evidence based practice yaitu untuk memberikan data pada
perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan
secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik,
menyelesaikan masalah yang ada pada pemberian pelayanan kepada pasien,

3
4

mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan, jaminan


standar kualitas dan memicu inovasi (Puteri dkk, 2023).
C. Manfaat Evidance Based
Menurut Harwijayanti, dkk (2023) Beberapa manfaat adanya evidence based,
diantaranya adalah :
1. Keselamatan tenaga Kesehatan, karena Tindakan berdasarkan bukti ilmiah.
2. Meningkatkan ketrampilan (kognitif)
3. Pemenuhan persyaratan dan tugas professional sebagai penyedia
perawatan berkualitas tinggi.
4. Memenuhi keinginan pengguna jasa, karena dalam kebidanan pasien
menginginkan pertolongan yang efektif sesuai hasil penelitian,
perkembangan ilmu penelitian, dan teknologi.
D. Definisi KB
Keluarga Berencana (KB) atau Family Planning merupakan aktivitas
perencanaan jumlah anak dengan prevensi kehamilan atau melebarkan jarak
kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi (Harwijayanti, dkk. 2023).
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali. Untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini adalah 2% kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi (Jayanti,
2019).
E. Tujuan Program KB
Tujuan keseluruhan program keluarga berencana adalah membentuk keluarga
yang sesuai dengan kemampuan sosial ekonomi mereka dengan mengatur
kelahiran anak, sehingga keluarga dapat hidup bahagia dan sejahtera dengan
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tujuan tambahan mencakup pengaturan
kelahiran, meningkatkan usia perkawinan, meningkatkan keberlanjutan dan
kesejahteraan keluarga (Harwijayanti, dkk 2023).
5

F. Manfaat Kontrasepsi dan KB


Menurut Harwijayanti, dkk (2023) ada beberapa manfaat kontrasepsi dan KB
yang meliputi :
1. Pencegahan masalah kesehatan terkait kehamilan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode kontasepsi
2. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
3. Membantu mencegah Human Imunodefisiensi Virus (HIV) atau AIDS.
4. Meningkatkan otonomi masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan
adalah tujuan utama program perencanaan keluarga.
5. Mengurangi angka kehamilan pada remaja dapat mengurangi risiko
kelahiran bayi premature atau bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
6. Menghambat peningkatan jumlah penduduk.
G. Evidance Based dalam Family Planning atau Pelayanan Kontrasepsi
(KB)
Menurut World Health Organization (WHO) keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan mengatur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Mandang, 2016).
Pelayanan kontrasepsi yang optimal dapat dicapai dengan
mengimplementasikan layanan yang berbasis bukti ilmiah. Evidence based
dalam pelayanan kontrasepsi berperan dalam menjembatani kesenjangan
antara penelitian/teori keilmuan dengan praktik layanan kontrasepsi di tatanan
klinik. Evidence based practice memfasilitasi integrasi dari keahlian klinis
tenaga kesehatan dalam memberikan layanan kontrasepsi, penghargaan
terhadap nilai-nilai yang dianut oleh pasien dalam memutuskan layanan
kontrasepsi yang diinginkan dan bukti ilmiah terbaik terkait kontrasepsi yang
diinginkan, dan bukti ilmiah terbaik terkait kontrasepsi yang tersedia dalam
mendukung proses pengambilan keputusan pasien bersama tenaga kesehatan.
6

Dengan demikian evidence based practice menjadi salah satu faktor


pendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengaturan jarak
kehamilan, menjarangkan kehamilan atau menghentikan peluang hamil
(Angraini, 2021).
Dalam 30 tahun terakhir, terdapat banyak kemajuan yang berarti
dalam pengembangan teknologi kontrasepsi baru, termasuk pergantian dari
kontrasepsi oral kombinasi dosis-tinggi ke dosis rendah, dan dari AKDR inert
AKDR-Cu serta AKDR-LNG. Selain itu, kontrasepsi suntik kombinasi,
kombinasi patch dan cincin hormon, dan progestogen suntik serta implan juga
mulai diperkenalkan. Akan tetapi, kebijakan serta praktik layanan kesehatan
di beberapa negara saat ini masih didasarkan pada penelitian ilmiah terhadap
produk kontrasepsi yang sudah lagi tidak banyak digunakan, pada berbagai
mitos yang belum pernah dibuktikan kebenarannya, atau pada pilihan sendiri
atau pengaruh penyedia layanan.
Kebijakan atau praktik yang sudah kuno tersebut sering membatasi
mutu dan akses layanan keluarga berencana bagi klien. Beberapa contoh
evidence based dalam KB yang telah ada saat ini adalah:
1. Metode Penggunaan Kontrasepsi selama masa post partum
Pembaruan Kriteria Penggunaan kontrasepsi Berdasarkan CDC,
2010, revisi metode penggunaan kontrasepsi selama masa postpartum.
Pada tahun 2010 CDC telah mempublikasikan U.S. Medical Eligibility
Criteria for Contraceptive Use (US MEC) yang merupakan pedoman
penggunaan kontrasepsi, yang dilengkapi dengan evidence-based sebagai
pertimbangan dalam pemilihan metode kontrasepsi. Dalam pemilihan
metode kontrasepsi ini, keamanan pengguna dengan karakteristik atau
kondisi kesehatan tertentu, termasuk wanita yang masih dalam masa
postpartum. Revisi rekomendasi ini berisi bahwa wanita post partum tidak
boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi selama masa 21 hari
setelah melahirkan oleh karena beresiko tinggi untuk mengalami
tromboemboli vena (TEV). Masa 21-42 hari postpartum, pada umumnya
wanita tanpa faktor resiko TEV dapat memulai penggunaan kontrasepsi
7

hormonal kombinasi, tetapi wanita yang memiliki resiko TEV (riwayat


TEV sebelumnya atau post melahirkan secara caesar), tidak boleh
menggunakan metode kontrasepsi ini. Nanti, setelah masa 42 hari
postpartum, barulah tidak ada pembatasan penggunaan kontrasepsi
hormonal kombinasi yang berdasarkan pada keadaan pasien tersebut
setelah melahirkan. WHO merevisi panduan penggunaan kontrasepsi
hormonal kombinasi (KHK) yang aman pada wanita postpartum yang
tidak menyusui, dimana tidak boleh menggunakan kontrasepsi ini sampai
masa 42 hari pertama postpartum, utamanya wanita-wanita yang dengan
faktor resiko TEV. Sedangkan untuk wanita yang menyusui tidak
mengalami perubahan. Oleh karena adanya revisi yang dilakukan oleh
WHO ini, CDC memulai proses penilaian apakah pedoman ini juga harus
mengalami pembaruan. Sebelum proses tersebut, US MEC
merekomendasikan bahwa wanita yang melahirkan kurang dari 21 hari
umumnya tidak harus menggunakan KHK, nanti setelah waktu tersebut,
KHK dapat digunakan tanpa adanya pembatasan. Kunci persoalan yang
perlu diingat bahwa penggunaan KHK yang terlalu cepat pada masa
postpartum memiliki resiko yang cukup tinggi untuk TEV tanpa adanya
keuntungan dalam pencegahan kehamilan karena sebagian besar wanita
yang tidak menyusui tidak akan mengalami ovulasi paling tidak setelah 42
hari setelah melahirkan. Kemudian, harus diingat kembali bahwa wanita
dengan resiko TEV yang tinggi (contohnya: wanita dengan obesitas atau
yang baru saja melahirkan secara Caesar) penggunaan KHK secara teoritis
dapat meningkatkan resiko TEV. Itulah sebabnya, penggunaan metode
kontrasepsi harus memperhatikan kategori wanita tersebut (berdasarkan
grupnya). Meskipun demikian tidak seperti metode lainnya yang harus
mengunjungi dokter (implants atau IUD, KHK dapat dimulai oleh wanita
itu sendiri sesuai dengan waktu yang direncanakan berdasarkan pada resep
obat yang telah diberikan sebelumnya (saat proses persalinan terjadi di
rumah sakit). CDC telah merekomendasikan revisi penggunaan
8

kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK) yang aman pada wanita


postpartum yang tidak menyusui.
2. AKDR Update
AKDR sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, haid
menjadi lebih banyak, namun untuk pemasangan dan pencabutan
memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua wanita dalam usia
reproduksi, tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terkena IMS. Cara
kerja AKDR yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopii, mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
memungkinakan untuk mencegah implementasi sel telur dalam uterus
(Wahyuni,2022). Tiga jenis AKDR yang tersedia saat ini adalah Cu T
380A dan levonogestrel-releasing intra uterine devices (LNG-IUDs) yang
terdiri dari 20 mcg yang dikeluarkan per 24 jam (mirena) dan dosis yang
lebih kecil 14 mcg per 24 jam (Skyla). AKDR tembaga pertama kali
dikembangkan tahun 1960 sampai 1970an dan Cu T 380A pertama kali
disetujui oleh United States Food and Drug Administration (FDA) pada
tahun 1984. Penggunaan Cu T 380A pertama kali adalah untuk 4 tahun
saja, kemudian diperpanjang sampai 10 tahun pada tahun 1994 (Rowe et
al, 2016). Pengembangan AKDR progesterone dimulai pada tahun 1970an
dan menghasilkan antara lain dalam persetujuan peraturan obat di
Finlandia tahun 1990 dimana AKDR dengan 52 mg LNG (mirena) yang
melepaskan 20 mcg perhari dapat efektif selama 5 tahun. US FDA baru
menyetujui LNG 20 mcg yang efektif selama 5 tahun pada tahun 2000.
Tahun 2014 FDA menyetujui AKDR dengan 13,5 mg LNG-IUD dan
ditahun 2015 52 mg LNG-Jenis. AKDR terbaru yaitu skyla, memiliki
ukuran yang lebih kecil dari AKDR mirena. Mengandung levonorgestrel.
Jenis Skyla ini dapat digunakan dalam jangka waktu 3 tahun, sedangkan
Mirena dapat digunakan dalam jangka waktu 5 tahun. Skyla dapat
digunakan oleh wanita yang belum memiliki anak dan mirena digunakan
pada wanita yg sudah memiliki anak.
9

Jenis AKDR yang lain adalah AKDR progestin dengan dua jenis
yaitu prigestase yang mengandung progesterone dan mirena yang
mengandung levonorgestrel. Cara kerjanya menutup jalan pertemuan
sperma dan sel telur, mengurangi jumlah sperma yang bisa masuk tuba
falopi (tempat sel telur), menjadikan selaput lender rahim tipis dan tidak
siap ditempati sel telur, serta meng-inaktifkan sperma. Kontrasepsi ini
sangat efektif dan bisa dipasang selama satu tahun. Keuntungan lainnya
adalah tidak berpengaruh terhadap ASI, kesuburan cepat kembali, dapat
digunakan bersama dengan obat tuberculosis, epilepsi, dan hormon
estrogen untuk wanita perimenopause. Keterbatasannya perlu dilakukan
pemeriksaan dalam, harga dan pemasangan relatif mahal, memerlukan
tenaga kesehatan khusus, menyebabkan amenore pada penggunaan jangka
panjang, menurunkan kadar HDL kolesterol, memicu pertumbuhan mioma
dan kanker payudara, serta meningkatkan resiko rangang panggul. Kontra
indikasi pengguna AKDR progestin adalah hamil (bisa menyebabkan
keguguran), perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya,
keputihan, menderita salah satu penyakit reproduksi, dan menderita
kanker. AKDR progestin bisa dipasang selama siklus haid, 48 jam setelah
melahirkan, enam bulan pertama untuk ibu yang menyusui secara
eksklusif, serta pasca keguguran jika tidak mengalami infeksi. Kerugian
Progestin adalah versi sintetis dari progesterone. Progestin adalah salah
satu hormon yang digunakan dalam terapi penggantian hormon yang
banyak digunakan untuk mengobati gejala-gejala menopause. Akan tetapi,
suntikan progestin juga telah dikaitkan dengan kegagalan perawatan
kesuburan. Peneliti menemukan risiko baru dalam penelitian terhadap
ketiga kelompok wanita tersebut. Semua alat control kelahiran yang
digunakan dalam penelitian ini terbukti efektif dan tidak satupun dari
peserta mengalami perubahan berat badan dan peningkatan kadar
kolesterol atau tekanan darah. Yang mana Skyla dan lilleta efektif selama
3 tahun (Rowe et al, 2016).
3. Tubektomi tanpa sayatan
10

Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa sayatan pada


perut mulai dikembangkan, teknik ini disebut dengan sterilisasi
transservikal. Prosedur sterilisasi transservikal itu merupakan salah satu
jenis tindakan endoskopi, yakni tindakan pemeriksaan ataupun operasi
yang dilakukan dengan bantuan endoskop (teropong untuk melihat
jaringan dalam tubuh), tanpa pembedahan sama sekali. Teknik tersebut
menggunakan pendekatan histereskopi strerilisasi wanita. Sebelumnya,
ada dua teknik operasi sterilisasi wanita pada umumnya, yaitu melalui
sayatan ± 10 cm pada perut (minilaparatomi) atau menggunakan teknik
minim sayatan ± 1,5–2 cm pada perut (laparoskopi). Teknik terbaru telah
dikembangkan sejak lama dan terus dimodifikasi sehingga lebih aman dan
nyaman. Prinsipnya, metode ini dilakukan dengan memasanga sebuah alat
yang bentuknya kecil di serviks dan vagina.
4. Implant
Terkini Implant disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena
dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan
di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-
tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar
batang korek api. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Implan
akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit dan menghalangi
terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian Implan
dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan setiap tahun.
Macam Implant:
a. Non Biodegradable Implan
1) Norplant (6 kapsul), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 5
tahun.
2) Norplant-2 (2 batang), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 3
tahun.
3) Norplant 1 batang, berisi hormon ST – 1435, daya kerja 2 tahun.
4) Norplant 1 batang,1 batang berisi hormon 3 keto desogestrel, daya
kerja 2,5 – 4 tahun.
11

b. Biodegrable,
Contohnya adalah Capronor yang yaitu kapsul polymer yang berisi
hormone levonogestrel. Namun pengembangan penggunaan polimer
biodegradable ini sebagai bahan konsepsi masih sangatlah kurang.
Diketahui sebelumnya bahwa polimer yang digunakan pada implan
kontrasepsi adalah polimer non-biodegradble, namun seiring
perkembangan terdapat penelitian penggunaan polimer biodegradable
sebagai kontrasepsi.
5. Unmet Need
Menurut WHO wanita unmet need adalah mereka yang subur dan
aktif secara seksual tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi, dan
melaporkan tidak menginginkan anak lagi atau ingin menunda anak
berikutnya. Menurut BKKBN tahun 2017 unmet need dimaknai sebagai
wanita usia subur atau yang disebut juga sebagai WUS dengan rentang
usia 15-49 tahun yang tidak memakai alat kontrasepsi dengan alas an ingin
anak nanti atau tidak ingin memiliki anak lagi, atau dalam kondisi hamil
yang kehamilannya tidak diinginkan atau diinginkan nanti (dalam kurun
waktu 2 tahun atau lebih). Konsep unmet need adalah kesenjangan antara
niat reproduksi wanita dengan perilaku kontrasepsi mereka. Unmet need
menjadi salah satu indicator utama sekarang ini untuk memantau program
keluarga berencana yang seharusnya dijaga serendah mungkin dan jika
mungkin dihilangkan. Unmet need terdiri dari 2 kelompok, yaitu :
a. Wanita yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan (unmet need for
spacing), mereka yang ini untuk menunda kehamilan berikutnya dalam
jangka waktu tertentu dan saat ini tidak menggunakan sebuah metode
kontrasepsi
b. Wanita yang bertujuan untuk membatasi kehamilan (unmet need for
limiting), mereka yang tidak menginginkan anak tambahan dan saat ini
tidak menggunakan sebuah metode kontrasepsi.
Adapun dampak unmeet need yaitu :
a. Dampak bagi keluarga
12

Kehamilan yang tidak diinginkan memberi dampak stress psikologi


bagi keluarga atau munculnya kecemasan pasangan usia subur
terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak terencana
akibat tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun baik istri maupun
suami, sehingga adanya kecenderungan bagi pasangan usia subur yng
tidak memeriksakan kehamilannya, tidak memberikan imunisasi yang
adekuat serta kurang benarnya perilaku ibu dalam menyusui.
b. Dampak nasional
Dampak nasional selain ledakan penduduk, dapat pula meningkatkan
unwanted pregnancy dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan
bayi.
c. Dampak ekonomi
Tingginya unmeet need yang mengakibatkan terjadinya ledakan
penduduk yang tidak terkendali dapat dilihat secara ekonomi makro
atau ekonomi nasional dan ekonomi mikro yang dinilai dari segi
ekonomi keluarga.
6. Kontrasepsi pil pria terkini
Ketersediaan kontrasepsi hormonal laki-laki memungkinkan laki-
laki untuk mengontrol kesuburan mereka sendiri dan berbagai tanggung
jawab untuk keluarga berencana. Seperti halnya pil KB Wanita, pil
percobaan ini memadukan efek androgen, yakni hormon pria seperti
testosterone dan progestin. Para peneliti di University of Washington
Medical Center menguji 3 dosis DMAU, yaitu 100, 200, 400 mg, pada pria
sehat berusia antar 18 dan 50 tahun, 83 diantaranya berhasil
menyelesaikan penelitian. Pada dosis tertinggi DMAU 400 mg, subjek
menunjukan penekanan hormon yang mempengaruhi kadar testosterone
dan dua hormon yang diperlukan untuk produksi sperma. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pil hanya efektif jika diminum dengan makanan.
(Soiza, Donaldson, and Myint 2019).
13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya
pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah
tindakan-tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan
bagi pasien, terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan
dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angkakematian ibu dan
angka kematian bayi.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi telur Wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang
sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam
rahim.
Pelayanan kontrasepsi yang optimal dapat dicapai dengan
mengimplementasikan layanan yang berbasis bukti ilmiah. Evidence based
dalam pelayanan kontrasepsi berperan dalam menjembatani kesenjangan
antara penelitian/teori keilmuan dengan praktik layanan kontrasepsi di tatanan
klinik.
Dilihat dari aspek etika, agama, dan hukum, penggunaan kontrasepsi
sebetulnya diperbolehkan, tergantung dari metode dan pelaksanaannya.
2. Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan dengan adanya Evidance Based
dalam Family Planning atau Keluarga Berencana dapat melaksanakan upaya
peningkatan kinerja dan kemampuan pelayanan Kesehatan Masyarakat untuk
berkehidupan yang lebih sehat. Dan untuk Masyarakat dapat menentukan
kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan
perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam
mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran
mengurangi risiko kematian bayi.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Angraini, dkk. (2021). Pelayanan Kontrasepsi. Medan : Yayasan Kita Menulis .

Bingan, Eline. (2022). Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (KB) dan


Kesehatan Reproduksi. Malang : Unisma Press

Firawati, dkk. (2022). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Banyumas : Amerta Media.

Harjawijayanti, dkk. (2023). Pelayanan Kontrasepsi dan KB. Padang : PT Global


Eksekutif Teknologi.

Jayanti, Ira. (2019). Evidance Based Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta :


DeePublish

Puteri, dkk. (2023). Praktik Kebidanan Berbasis Evidance Based Practice.


Padang : PT Global Eksekutif Teknologi.

Widiyastuti, dkk. (2022). Kesehatan Reproduksi dan keluarga Berencana.


Bandung : Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai