Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KELUARGA BERENCANA PADA


NY. “D” USIA 30TH P1A0 CALON AKSEPTOR KB IMPLANT DI
TPMB Hj. Karwati.,SST.Bd

Oleh :

WINDAA AYU SETIYORINI


NIM : 202308070

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2024
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “KELUARGA BERENCANA PADA NY. “D” USIA
30TH P1A0 CALON AKSEPTOR KB IMPLANT DI TPMB Hj.
Karwati.,SST.Bd” , telah disetujui oleh pembimbing penyusunan asuhan pada :

Hari/Tanggal :

Kediri,

Mahasiswa

Winda Ayu Setiyorini

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Wahyu Wijayati, SSiT,M.Keb Hj.Karwati, SST


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang merupakan

salah satu tugas pendidikan profesi dalam Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Stikes Karya Husada Pare Kediri.

Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga dengan hati yang tulus kepada yang terhormat:

1. DR.Ns. Ratna Hidayati, S.Kep.M.Kep.Sp.Mat selaku Ketua STIKES Karya

Husada Kediri.i

2. Tintin Hariyani, SSiT,M.Kes selaku ketua Program Studi pendidikan Profesi

Bidan STIKES Karya Husada Kediri,

3. Wahyu Wijayati,SSiT, M.Keb selaku Pembimbing Akademik Program Studi

Pendidikan Profesi BidanSTIKES Karya Husada Kediri

4. Hj. Karwati, SST selaku pembimbing lahan praktek.

5. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Program Studi pendidikan Profesi atas segala

bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,

semoga laporan ini bermanfaat baik bagi peneliti maupun pihak lain yang

memanfaatkannya.

Kediri,
Penulis

Winda Ayu Setiyorini


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................

1.2 Tujuan ......................................................................................

1.3 Manfaat ....................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga Berencana ....................................................

2.2 Implant .....................................................................................

2.3 Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan ..................................

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Pada KB Implant .......................................

BAB 4PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan ...............................................................................

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan ...............................................................................

5.2 Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Purwoastuti (2020), Keluarga Berencana (KB) merupakan

suatu usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang

diinginkan. Usaha yang dimaksudkan adalah pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga dengan metode kontrasepsi. Prinsip daras metode

kontrasepsi yaitu mencegah sel sperma mencapai dan membuahi sel telur

(fertilisasi) atau mencegah sel telur yang telah dibuahi untuk berimplantasi /

melekat dan berkembang di dalam rahim. Keluarga berencana adalah usaha

untuk mengukur jumlah dan jarak kehamilan anak yang diinginkan. Agar

dapat tercapainya hal tersebut, maka dibuatlah program alternatif untuk

mencegah atau menunda kehamilan. Cara tersebut adalah metode kontrasepsi

atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.

Tujuan Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan

jarak kehamilan anak yang diinginkan. Agar dapat tercapainya hal tersebut,

maka dibuatlah program alternatif untuk mencegah atau menunda kehamilan.

Cara tersebut adalah metode kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga.

Peningkatan dan perluasan pelayanan kesehatan KB merupakan salah

satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang tinggi

akibat kehamilan. Sebagian besar wanita harus menentukan pilihan

kontrasepsi yang beraneka ragam. Ragam metode yang ditawarkan oleh

program KB didasarkan pada banyak faktor, misalnya kebijakan program

nasional, ketersediaan fasilitas dan petugas kesehatan, biaya, kecenderungan


penyedia layanan, analisis pilihan pemakai, lama program dan ketersediaan

kontrasepsi yang diberikan secara cuma-cuma (Brahm, 2019).

Menurut data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2022, pola

pemilihan jenis metode kontrasepsi modern sebagian besar akseptor memilih

menggunakan suntik sebesar 61,9%, diikuti penggunaan pil sebesar 13,5%.,

implan sebesar 10,6%, IUD sebesar 7,7%, MOW 3,8%, kondom 2,3% MOP

0,2% dan MAL 0,0%. hasil ini menunjukkan dimana peserta KB lebih banyak

memilih metode kontrasepsi jangka pendek dibandingkan kontrasepsi jangka

panjang (MKJP). MKJP merupakan kontrasepsi yang dapat dipakai dalam

jangka waktu yang lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan

pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari tiga tahun atau mengakhiri

kehamilan pada PUS yang sudah tidak ingin menambah anak lagi. Alat

kontrasepsi MKJP yaitu IUD/AKDR, Implan, MOP dan MOW.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan suatu perumusan

masalah yaitu “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Akseptor Keluarga Berencana

pada Ny. “D” usia 30 th di TPMB Hj. Karwati, SST.,Bd ?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada akseptor

Keluarga Berencana pada Ny. “D” umur 30 th di TPMB Hj. Karwati, SST.,Bd.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. “D” umur 30 th di TPMB

Hj. Karwati, SST.,Bd.


2) Melakukan pengkajian data objektif pada Ny. “D” umur 30 th di TPMB

Hj. Karwati, SST.,Bd.

3) Melakukan analisa data pada Ny. “D” umur 30 th di TPMB Hj. Karwati,

SST.,Bd.

4) Melakukan penatalaksanaan pada Ny. “D” umur 30 th di TPMB Hj.

Karwati, SST.,Bd.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi diri sendiri

Penulis memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan

Kontrasepsi sesuai dengan teori yang telah diberikan.

1.4.2 Bagi profesi

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan untuk meningkatkan

mutu layanan asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana.

1.4.3 Bagi TPMB

Dapat memberikan masukan pada TPMB dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan khususnya mengurangi resiko kesakitan dan kematian

pada kehamilan .

1.4.4 Institusi Pendidikan

Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan terutama

pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap

individu sebagai makhluk sosial. Keluarga Berencana adalah usaha

untuk mengukur atau menjarangkan kehamilan dan jarak kelahiran

anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah mengadakan program

atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati,

2019).

Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), tujuan umum

program KB nasional adalah memenuhi permintaan masyarakat akan

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Keduanya menyatakan

bahwa pelayanan keluaraga berencana yang berkualitas, berguna

dalam menurunkan (AKI) dan (AKB) serta penanggulangan masalah

kesehatan reproduksi untuk membentukkeluarga kecil berkualitas.

Tujuan khusus KB adalah meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi

dan kesehatan KB dengan cara pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti

dan Walyani, 2015: 182).

2.2 Implan

2.2.1 Definisi

Implan adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah lapisan

kulit (subkutin) pada lengan atas bagian samping dalam. Kontrasepsi


yang populer dengan nama susuk KB ini berisikan progestin yang

memiliki efektivitas yang cukup tinggi 99% - 99,8% dengan angka

kegagalan kurang dari 1% (Yuhedi dan Kurniawati, 2015: 83).

Implan merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang

dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon

progesteron, implan ini kemudian dimasukkan di dalam kulit bagian

lengan atas (Purwoastuti dan Mulyani, 2015:203). Kontrasepsi implan

sangat efektif, dikarenakan cara bekerjanya lama dan cocok untuk

hampir semua wanita untuk menunda atau membatasi kehamilan/ dan

implan memberikan perlindungan yang sangat efektif 3-5 tahun (Samal

dan Ranjit, 2015).

2.2.2 Jenis - Jenis Implan

Menurut Affandi dkk (2019: MK-55), jenis- jenis alat

kontrasepsi hormonal implan dibagi atas tiga antara lain:

a. Norplan

Norplan terdiri dari 6 kapsul yang secara total mengandung 216

mg levonorgestrel, panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4

mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik yang fleksibel dimana

kedua ujungnya terdapat penyumbat sintetik yang tidak menganggu

kesehatan klien, enam kapsul yang dipasang menurut konfigurasi

kipas di lapisan subdermal lengan atas.

b. Implanon
Terdiri dari satu batang putih yang lentur memiliki panjang

kira-kira 40 mm dan diameter 20 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-

ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

c. Jadena atau Norplant II

Jadena terdiri dari 2 batang yang berisi levonorgestrel dan

memilki daya kerja 3 tahun (Yuhedi dan Kurniawati, 2015). Alat

tersebut telah dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu dan setelah

diproduksi dan penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan obat

internasional, implan ini banyak digunakan dibanyak negara, cara kerja

jadena ini adalah sama dengan norplan yaitu dengan melepaskan secara

perlahan kandunganhormon levonorgestrel.

2.2.3 Cara Kerja Implan

Menurut Affandi (2019) mekanisme kerja implan yaitu implan

mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara sama halnya

dengan mekanisme kerja kontrasepsi yang mengandung progestin

pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan lendir

serviks sehingga tidak bisa dilewati oleh sperma, perubahan terjadi

setelah pemasangan implan progestin menekan pengeluaran FSH dan

LH dari hipotalamus dan hipofisis, levonogestrel yang terkandung

pada kapsul implan menekan lonjakan LH agar tidak terjadi ovulasi,

penggunaan progestin dalam jangka panjang dapat menyebabkan

hipotropisme pada endometrium sehingga dapat menganggu proses

implantasi.

2.2.4 Efektifitas
Implan merupakan metode yang sangat efektif untuk mencegah

kehamilan lebih dari 99,9% efektif. Menekan ovulasi, menganggu

proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,

mengurangi transportasi sperma, lendir serviks menjadi kental

(Tresnawati, 2018).

2.2.5 Keuntungan

Saifuddin (2010), menyatakan bahwa keuntungan implan

dibagi atas dua yaitu keuntungan sebagai kontrasepsi dan

nonkontrasepsi. Adapun keuntungan implan sebagai kontrasepsi, yaitu

daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun),

pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak

memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak

mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI, pasien hanya

perlu kembali ke klinik apabila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat

sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan nonkontrasepsi yaitu

mengurangi rasa nyeri dan jumlah darah haid serta menurunkan angka

kejadian endometriosis (Saifuddin, 2010 dan BKKBN, 2017).

2.2.6 Kerugian

Kerugian implan yaitu tidak memberikan efek protektif

terhadap penyakit menular seksual, termasuk AIDS, membutuhkan

tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor tidak

dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai

keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan, memiliki

semua resiko sebagai layaknya setiap tindak bedah minor (infeksi,


hematoma dan perdarahan), pada kebanyakan klien dapat

menyebabkan terjadinya perubahan pola haid. Keluhan-keluhan yang

mungkin berhubungan dengan pemakaian susuk norplan seperti

peningkatan/penurunan berat badan, dermatitis atau jerawat (Saifuddin,

2010).

2.2.7 Indikasi

Indikasi implan pada wanita dengan usia reproduksi, wanita

nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang belum

mempunyai anak, wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka

panjang dan yang memiliki efektivitas yang tinggi, wanita yang setelah

keguguran dan setelahmelahirkan, yang menyusui atau tidak menyusui,

wanita yang tidak menginginkan anak lagi tapi menolak untuk

sterilisasi, wanita yang tekanan darahnya kurang dari 180/110 mmHg,

wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.

2.2.8 Kontra Indikasi

Kontra indikasi KB Implan, yaitu w a n i t a hamil atau

diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,

kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima

perubahan pola haid yang terjadi, menderita mioma uterus, penyakit

jantung, hipertensi, diabetes militus, penyakit tromboemboli, gangguan

toleransi glukosa.

2.2.9 Prosedur Pemasangan

Ada beberapa prosedur pemasangan kontrasepsi implan, salah

satunya menurut Affandi (2019), sebagai berikut :

A. Persiapan pemasangan
1) Pelaksanaan pelayanan untuk pemasangan maupun pencabutan

implan, ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan

atau ramai di rumah sakit serta harus memilih pencahayaan

yang cukup, terbebas dari debu dan serangga, memiliki

ventilasi yang baik selain itu juga perlu ada fasilitas untuk

mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir.

2) Peralatan untuk pemasangan harus tersedia lengkap di setiap

klinik atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah

maupun swasta. Yang penting, semua peralatan dan bahan harus

dalam kondisi baik (misalnya: trokar dan skapel harus tajam).

Pastikan semua alat dan bahan dalam keadaan steril atau DTT.

3) Kapsul implan-2 dikemas dalam wadah steril, tertutup baik dan

tetap steril selama tiga tahun sesuai dengan jaminan sterilitas

dan masa aktif dari produsennya, kemasannya tidak rusak dan

disimpan di tempat yang sejuk dan kering.

4) Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah

sebagai berikut:

a. Tempat tidur.
b. Sabun untuk mencuci tangan.
c. 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril (sudah terdapat
skapel dan trokar 1 set dengan pendorong).
d. Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
e. 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk betadine, 1 tempat air
DTT/steril, kasa).
f. Sepasang sarung tangan steril/DTT.
g. Larutan antiseptik.
h. Anestesi lokal (lidokain 5cc).
i. Tabung suntik dan jarum suntik (5 atau 10 ml).
j. Jika ingin menandai posisi kapsul dapat digunakan bolpoin.
k. Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan
plester.

Gambar 2.4 Persiapan Alat

Sumber : Buku Acuan Implan‐2 untuk Program Keluarga Berencana


dan dokumentasi pribadi

B. Persiapan pemasangan
1) Langkah 1
Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga
bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat
menurunkan efektivitas antiseptik tertentu.
2) Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan dengan kain bersih.
3) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan, ditempatkan di atas kain yang telah disiapkan, lengan
atas membentuk sudut 30° terhadap bahu dan sendi siku 90°
untuk memudahkan petugas melakukan pemasangan
4) Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) di
atas lipat siku. Tandai posisi lengan yang dengan berbentuk V
5) Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada di dalamnya.
C. Tindakan sebelum pemasangan
1) Langkah 1
Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air, keringkan dengan
kain bersih.
2) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT.
3) Langkah 3
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik (betadine)
menggunakan kasa. Mulai mengusap dari tempat yang akan
dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar
8-13 cm (3-5 inci) dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum
memulai tindakan.
4) Langkah 4
Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang
untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar
untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat
juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan
dengan kain steril.
5) Langkah 5
Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi
terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi
(lidocaine 1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk
menghilangkan rasa sakit selama memasang dua kapsul implan-
2.
6) Langkah 6
Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi,
kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak
masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit (0,3 cc)
obat intrakutan, kemudian tanpa memindahkan jarum,
masukkan ke subdermal. Hal ini akan membuat kulit terangkat
dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong jarum menelusuri
bawah kulit hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil
menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing
1 ml) membentuk huruf V
D. Pemasangan Kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anestesi telah
berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
1) Langkah 1
Ingat kegunaan kedua tanda pada trokar. Trokar harus dipegang
dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada
trokar, tanda (1) dekat pangkal menunjukkan batas trokar
dimasukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul.
Tanda (2) dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus
tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul.
2) Langkah 2
Dengan trokar dimana posisi angka dan panah menghadap
keatas masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan posisi 45°
(saat memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 30°
saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan kulit
saat mendorong hingga tanda 1 (3-5 mm dari pangkal trokar).
3) Langkah 3
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke
atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-
lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar
harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama
pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada tepat di
bawah kulit. Jangan menyentuh trokar terutama bagian tabung
yang masuk ke bawah kulit untuk mencegah trokar
terkontaminasi pada waktu memasukkan dan menarik keluar.
4) Langkah 4
Saat trokar masuk sampai tanda (1), dorong trokar (posisi panah
disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai sambil meraba dan
menahan bagian kapsul untuk memastikan bahwa kapsul sudah
keluar dari trokar dan sudah berada dalam kulit.
5) Langkah 5
Tarik trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah
luka insisi atau mendekati pangkal pendorong sampai tanda 2
muncul di luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan
pendorong. Pangkal trokar tidak akan mencapai pangkal
pendorong karena akan tertahan di tengah karena terhalang oleh
ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul
kedua.
6) Langkah 6
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke
arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula. Untuk
memastikan kapsul pertama bebas, kapsul kedua ditempatkan
setelah trokar didorong kembali mengikuti kaki V sebelahnya
hingga tanda 1, kemudian dorong pendorong sampai kapsul
keluar dari trokar.
7) Langkah 7
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua
kapsul telah terpasang. Pastikan ujung dari kedua kapsul harus
cukup jauh dari luka insisi.
8) Langkah 8
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah
di pastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat
insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit
untuk menghentikan pendarahan. Bersihkan tempat
pemasangan dengan kasa antiseptik.
E. Tindakan Setelah Pemasangan
1) Menutup luka insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester
dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Periksa adanya
perdarahan, selanjutnya buang sampah sekali pakai yang telah
terkontaminasi oleh klien, cuci alat lalu rendam dengan larutan
klorin selama 10 menit dan sterilkan. Cuci tangan segera dengan
sabun dan air.
2) Perawatan klien
Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan
kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.
Amati klien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk
kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum
memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi
setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis .
F. Petunjuk perawatan luka insisi di rumah
1) Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah
insisi selama beberapa hari.
2) Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48
jam. Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi
atau mencuci pakaian.
3) Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan
band aid di tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5
hari).
4) Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau
lukadi daerah tersebut atau menambahkan tekanan.
5) Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dibersihkan dengan tekanan normal.
6) Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama
beberapa hari, segera kembali ke klinik.
G. Kunci keberhasilan pemasangan
1) Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang
jarang digunakan.
2) Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
3) Pastikan kapsul-kapsul tersebut di tempatkan sedikitnya 8 cm
(3inci) di atas lipat siku, di daerah medial lengan.
4) Insisi untuk pemasangan harus kecil, hanya sekedar menembus
kulit. Gunakan trokar tajam untuk membuat insisi.
5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil,
superfisial tepat di bawah kulit. Waktu memasukkan trokar
jangan dipaksakan. Trokar harus dapat mengangkat kulit setiap
saat, untuk memastikan pemasangan tepat di bawah kulit.
Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum
memasang kapsul berikutnya (untuk mencegah kerusakan
kapsul sebelumnya, pegang kapsul yang sudah terpasang
tersebut dengan jari tengah dan masukkan trokar pelan-pelan
disepanjang tepi jari tersebut.
6) Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol
keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut
dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat.
7) Jangan mencabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua
kapsul dipasang dan diperiksa seluruh posisi kapsul. Hal ini
untuk memastikan bahwa kedua kapsul dipasang dengan posisi
yang benar dan pada bidang yang sama di bawah kulit.
8) Melakukan dokumentasi pada rekam medik dan buat catatan
bila ada kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama
pemasangan.

2.2.10 Intruksi Untuk Akseptor


Menurut Saifuddin (2020), instruksi untuk klien atau akseptor
implan yaitu pada daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan
bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka insisi, perlu dijelaskan bahwa
mungkinakan sedikit menimbulkan rasa perih, pembengkakan atau
lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan, pekerjaan
rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari benturan, gesekan atau
penekanan pada daerah insersi. Balutan penekan jangan dibuka selama
48 jam, sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh
(biasanya 5 hari). Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh
dan dicuci dengan tekanan yang wajar, bila ditemukan adanya tanda-
tanda infeksi seperti demam, peradangan atau bila rasa sakit menetap
selama beberapa hari segera kembali ke klinik.

2.3 Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan


2.3.1 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana
A. Subjektif
Menurut teori Muslihatun, 2010 data subjektif dari calon atau
akseptor kb, yang harus dikumpulkan meliputi:
1) Keluhan utama atau alasan datang ke institusi pelayanan
kesehatan dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama
atau kunjungan ulang
2) Riwayat perkawinan, terdiri atas status perkawinan, perkawinan
ke, umur klien saat perkawinan dan lama perkawinan,
3) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche,
siklus menstruasi, lama menstruasi, dismenore, perdarahan
pervaginan, dan keputihan
4) Riwayat obstetric meliputi riwayat persalinan dan nifas yang
lalu
5) Riwayat keluarga berencana meliputi jenis metode yang pernah
dipakai, kapan dipakai, tenaga dan tempat saat pemasangan dan
berhenti, keluhan atau alasan berhenti.
6) Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit sistemik yang
pernah diderita dan riwayat penyakit sistemik keluarga
7) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi,
eliminasi, personal hygiene, aktifitas dan istirahat
8) Keadaan psiko sosio meliputi pengetahuan dan respon pasien
terhadap semua metode atau alat kontrasepsi yang digunakan
saat ini, keluhan yang dihadapi saat ini, respon keluarga
terhadap metode kontrasepsi yang digunakan saat ini,
pengambilan keputusan dalam keluarga

B. Objektif
1. Pemeriksaan fisik meliputi
1) Keadaan umum meliputi kesadaran, keadaan emosi, dan postur
badan pasien selama pemeriksaan
2) Tanda tanda vital
3) Kepala dan leher meliputi edema wajah, mata ,pucat, warna
skera, mulut (kebersihan mulut, keadaan gigi karies, tongsil)
leher (pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe)
4) Payudara meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi aerolla,
keadaan putting susu, adanya benjolan atau masa dan
pengeluaran cairan
5) Abdomen meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan
atau masa, pembesaran hepar, nyeri tekan.
6) Ekstremitas meliputi edema tangan, pucat atau ikhterus pada
kuku jari, varises berat, dan edema pada kaki
7) Genetalia meliputi luka, varises, kondiloma, cairan berbau,
hemoroid dll
8) Punggung meliputi ada kelainan bentuk atau tidak
9) Kebersihan kulit adakah ikhterus atau tidak
10) Pemeriksaan ginekologi bagi akseptor kb IUD
11) Pemeriksaan inspekulo meliputi keadaan serviks (cairan darah,
luka, atau tanda tanda keganasan),
12) Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adakah
dilatasi dan nyeri tekan atau goyang. Palpasi uterus untuk
menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya
masa atau pembesaran.

2. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada calon akseptor kb yaitu pemeriksaan tes
kehamilan, USG, radiologi untuk memastikan posisi IUD atau
implant, kadar haemoglobin, kadar gula darah dll

C. Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.

D. Penatalaksanaan
1) Pergertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan
atau memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta-
fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya. Adapun
tujuan konseling KB yaitu untuk meningkatkan penerimaan,
menjamin pilihan yang cocok, menjamin penggunaan yang
efektif, menjamin kelangsungan yang lebih lama (Purwoastuti
dan waliyani 2015).
2) Langkah konseling KB SATU TUJU
SA : Sapa dan salam
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri, gunakan
komunikasi verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua
arah.
TU : Tanya dan Uraikan
Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya pada kunjungan
ini. Berikan informasi obyektif dan lengkap tentang berbagai
metode kontrasepsi yaitu efektivitas, cara kerja, efek samping
dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk
menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan
tersebut.
TU : Bantu
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan
sesuai bagi dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk
mempertimbangkan pilihannya
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang
telah dipilih ibu. Setelah ibu memilih metode yang sesuai
baginya, jelaskan mengenai :
1. Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian
alat kontrasepsi.
2. Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
3. Cara mengenali efek samping/komplikasi.
4. Lokasi klinik KB atau tempat pelayanan untuk kunjungan
ulang bila diperlukan.
U : Kunjungan ulang
3) KIE dalam Pelayanan KB
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) adalah suatu proses
penyampaian pesan, informasi yang di berikan kepada
masyarakat tentang program KB dengan menggunakan media
seperti radio, TV, pers, film, mobil unit penerangan,
penerbitan, kegiatan promosi dan pameran, dengan tujuan
utama untuk memecahkan masalah dalam lingkungan
masyarakat dalam meningkatkan program KB atau sebagai
penunjang tercapainya program KB.
4) Informed Consent
Menurut Prijatni, dkk, (2016) pengertian informed
consent berasal dari kata “informed” yang berarti telah
mendapat penjelasan, dan kata “consent” yang berarti telah
memberikan persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud
dengan informed consent ini adanya perstujuan yang timbul
dari informasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap suatu
tindakan medik yang akan dilakukan kepadanya sehubungan
dengan keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas

Nama :Ny. D Nama Suami : Tn. K


Umur : 30 tahun Umur : 33 tahun

Agama : Islam Agama : Islam


Pendidikan : S1 Pendidikan : S2

Pekerjaan : Dosen Pekerjaan : PNS

Alamat : Jati Kapur, Tarokan

B. ANAMNESE

Pada tanggal : 22-1-2024 Pukul : 08.20 WIB

1. Alasan masuk : ingin menggunakan KB

2. Riwayat persalinan

Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 hari

Lamanya : 3-5 hari

Banyaknya : 3 x ganti

Sifat darah : Encer

Warna : Merah

3. Riwayat perkawinan

Kawin ke :I

Lama perkawian : ±5 tahun

4. Riwayat persalinan terakhir


Tanggal persalinan : 22-3-2020
Jenis persalinan : Spontan
Apakah sedang menyusui : tidak

5. Riwayat KB sebelumnya
Riwayat 2 tahun terakhir apakah ada memakai alat kontrasepsi:
Metode KB Ada / Tidak
PIL TIDAK
IUD TIDAK
SUNTIK TIDAK
KONDOM TIDAK
IMPLAN TIDAK

6. Riwayat penyakit lainnya


Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak adaSaat ini sedang
menderita penyakit kronis : Tidak ada
7. Riwayat sosial
Merokok : Tidak merokok
Minuman keras : Tidak mengkonsumsi
8. Riwayat Ginekologi
Tumor : Tidak ada
Operasi ginekologi : Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
Sifilis : Tidak ada
Herpes : Tidak ada
Keputihan : Tidak ada
Perdarahan tanpa sebab : Tidak ada
9. Riwayat kesehatan yang lalu
DM : Tidak ada
Jantung: Tidak ada
Hepatitis: Tidak ada
Hipertensi: Tidak ada
TBC : Tidak ada
C. DATA OBJEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK)
1. Keadaan Umum :
TD :95/71 mmHg RR : 20 x/i
Pols : 80 x/i Temp : 36.5 0C
TB : 155 cm
BB : 56 Kg
2. Pemeriksaan kasus obstetric

AbdomenPembesaran : SimetrisVagina dan vula

Varices : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada

Tanda peradangan : Tidak ada

Pemeriksaan dalam VT : Tidak dilakukan

Portio : Tidak dilakukanInspekulo

Tumor : Tidak ada

Perdarahan : Tidak ada

Panjang uterus : Tidak dilakukan


3. Pemeriksaan penunjang
Test urine : Tidak dilakukan

I. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA, DAN


KEBUTUHAN

Data dasar : Ny. D Akseptor KB Implant baru

Masalah : Tidak ada


Kebutuhan : Berkeinginan memasangan KB Implant

II. ANTISIPASI MASALAH

TIDAK ADA MASALAH

III. IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA

TIDAK DIPERLUKAN

IV. PERENCANAAN TINDAKAN


1. Beri informasi kepada ibu tentang keadaan umumnya

2. Beri Pendidikan kesehatan keuntungan dan kerugian KB

3. Menyiapkan info consent bagi ibu

4. Menyiapkan alat-alat dan memberitahu ibu langkah


pemasanganimplant
5. Beri jadwal kunjungan ulang

V. PELAKSANAAN TINDAKAN

1. Melakukan pemeriksaan fisik dengan hasil keadaan umum ibu


baik, TD : 95/71 mmHg, N : 80 x/m, S: 36,5’C, RR : 20x/m, ibu
sedang tidak hamil.

2. Melakukan penapisan / skrining bahwa ibu telah memenuhi


persayaratan untuk dilakukan pemasangan KB implant “ ibu
bersedia memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemasangan
KB implant”.

3. Memberikan KIE pada ibu tentang KB implant yakni


merupakan kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal dan
dimasukan dibawah kulit bagian atas lengan dengan lama
pemakaian 3-5 tahun,

Efek samping atau keterbatasan KB ini kebanyakan


menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan, bercak,
hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorrhea (tidak haid),

Cara kerja KB implant yakni ; lendir serviks menjadi kental,


mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, menekan
ovulasi.

Keuntungan KB implant yaitu, daya guna tinggi, perlindungan


jangka panjang, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutanm tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI,
px hanya kembali jika ada keluhan, dicabut sesuai kebutuhan,
mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid,
mengurangi dan memperbaiki anemia, melindungi terjadinya
kanker endometrium. “ibu mengerti dan memahami”

4. Memberikan inform consent. “ibu mengerti dan bersedia”

5. Menjelaskan tentang prosedur pemasangan “ibu mengerti dan


memahami”.

6. Melakukan pemasangan implant ; alat -alat yang disiapkan ;

a) Kasa steril

b) Kain steril yang mempunyai lubang

c) Obat anastesi local

d) Spuit

e) Trokar no 10

f) Sepasang sarung tangan steril

g) Satu set kapsul norplant (2 buah)

h) Scapel yang tajam

i) Bersihkan lengan dengan cairan desinfektan

j) Pasang kain steril yang berlubang

k) Melakukan penyuntikan anestesi lidocaine di daerah lengan


yang akan dipasang implan

l) Melakukan insisi kecil menggunakan scapel

m) Memasukan satu set kapsul implant dibawah kulit

n) Setelah selesai pemasangan pasang plester/perban anti air

o) Pastikan px tidak pusing dan diperbolehkan pulang.

“pemasangan sudah dilakukan”

7. Memberikan konseling setelah pemasangan kepada px


“ibu mengerti dan memahami”

8. Memberikan terapi obat

R/ Amoxicillin 3x1 (Antibiotik), Asam mefenamat 3x1 (Anti


nyeri). “sudah diberikan”.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada saat melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “D” usia 30tahun P1A0

pemasangan KB implan dan memandingkan dengan teori maka didapatkan

kesenjangan antara teori dan praktik. Adapun identifikasi masalah disesuaikan

dengan masalah yang muncul serta intervensi yang dicantumkan secara rasional serta

implementasinya sesuai dengan masalah yang ada. Sedangkan, evaluasi dilakukan

berdasarkan tujuan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil.

Berdasarkan fakta pada Ny D usia 30 tahun dilakukan pengkajian hasilnya

adalah TD : 95/71 mmHg, N : 80 x/m, S: 36,5’C, RR : 20x/m, dan dalam batas

normal. Ny. D sudah memiliki 1 anak dan ingin menjarak kelahiran selanjutnya

dengan menggunakan kontrasepsi jangka panjang yaitu implant.

Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), Implan adalah alat kontrasepsi yang
dipasang dibawah lapisan kulit (subkutin) pada lengan atas bagian samping
dalam.Kontrasepsi yang populer dengan nama susuk KB ini berisikan progestin yang
memiliki efektivitas yang cukup tinggi 99% - 99,8% dengan angka kegagalan kurang
dari 1%.
Menurut Samal dan Ranjit (2015), Kontrasepsi implan sangat efektif,
dikarenakan cara bekerjanya lama dan cocok untuk hampir semua wanita untuk
menunda atau membatasi kehamilan/ dan implan memberikan perlindungan yang
sangat efektif 3-5 tahun .

Menurut Tresnawati (2018), Implan merupakan metode yang sangat efektif


untuk mencegah kehamilan lebih dari 99,9% efektif. Menekan ovulasi, menganggu
proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi
transportasi sperma, lendir serviks menjadi kental.

KB implant sesuai dengan px karena berdasarkan hasil penapisan, Ny.D telah


memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemasangan implant karena tidak ada riwayat
penyakit lain seperti hiperteni, hepatitis, ataupun penyakit jantung, ibu tidak anemia,
dan tidak memiliki riwayat kanker reproduksi sehingga pemasangan KB implant bisa
dilakukan.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. “D” memilih

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sudah sesuai dengan melakukan

penapisan dan telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemasangan KB

implan.

5.2 Saran

 Bagi Pasien

Pasien mendapatkan suatu sumber informasi dan sebagai sumber

pengetahuan mengenai masalah keluarga berencana

 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi dapat menerapkan pendidikan asuhan kebidanan pada

akseptor KB dengan meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai

masalah keluarga berencana (KB)

 Bagi Penulis

Meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan tentang keluarga

berencana sehingga untuk kedepannya dapat memberikan asuhan secara

komprehensif dan meningkatkan pelayanan yang berkualitas kepada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Profil Kesehatan Indonesia 2022.Dinas Kesehatan. 2022. Profil Kesehatan


Indonesia . Jakarta : Dinkes.
Muslihatun, Wafinur. (2010). Pendokumentasian Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Saifuddin, Abdul Bari. 2020. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Elli Hidayati. dkk. 2023. Pemasangan Kontrasepsi Implan dan IUD Pada Wanita
Usia Subur.Jurnal Abdimas Kedokteran dan Kesehatan.

Dwi Sartika.dkk. 2023. Faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan KB


implant pada wanita PUS di Puskesmas Belawan. Maieftiki Journals.
LAMPIRAN

Dokumentasi
Vol. 1 No. 2 Tahun 2023
jurnal.umj.ac.id/index.php/JARAS
jarasfkk@umj.ac.id
e-ISSN 2986-8246

Pemasangan Kontrasepsi Implan dan IUD Pada Wanita Usia Subur

Elli Hidayati1, Astrid Kizy Primadani1*, Heri Rosyati1*, Vianita Aprilianada1, Yuni Anisa
Pratiwi1
1Prodi Profesi Bidan, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

*Corresponding author: astridkizy@umj.ac.id

ABSTRACT
Indonesia still has a relatively high population growth rate of 1.1% per year in 2005-2010.
The long-acting and permanent method (LAPM) is the government’s attempt to suppress
population growth. The purpose of this service is to help the government achieve coverage of
LAPM use through free counseling and installation. The partner of this service is the Pratama
Auditya Medica Clinic. The result showed that most of them chose pills and injections because
they were afraid to use implants and IUDs. The fear is caused by the method of installation
and the side effects that can be caused. The result that has been achieved in this service is that
56% of the acceptor's group is interested in installing LAPM, indicating the success of this
service. We will continue to run this program by continuing to provide counseling to acceptors
so that they can clearly see that the effectiveness of LAPM is more significant than non-LAPM
at 99.4%.

Keywords: implant, IUD, long-acting and permanent method

ABSTRAK
Indonesia masih memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi, sebesar 1,1% per
tahun pada 2005-2010. MKJP merupakan usaha pemerintah dalam menekan pertumbuhan
penduduk. Tujuan pengabdian ini adalah untuk membantu pemerintah untuk mencapai
cakupan penggunaan kontrasepsi jangka panjang melalui konseling dan pemasangan secara
gratis. Mitra yang kami ajak kerja sama adalah Klinik Pratama Auditya Medika. Hasil
wawancara singkat dengan akseptor KB, kebanyakan mereka memilih pil dan suntik karena
takut untuk menggunakan implan dan IUD. Ketakutan tersebut disebabkan oleh cara
pemasangan dan efek samping yang dapat ditimbulkan. Hasil yang telah dicapai pada
pengabdian ini adalah 56% kelompok akseptor KB di wilayah tersebut berminat untuk
dilakukan pemasangan MKJP, yang menunjukkan keberhasilan kegiatan ini. Harapan kami
kedepannya cakupan ini dapat terus meningkat. Program ini akan terus kami jalankan dengan
terus memberikan konseling dan Pendidikan Kesehatan pada akseptor KB sehingga mereka
dapat tergambar dengan jelas efektivitas MKJP lebih besar dibandingkan non MKJP sebesar
99,4%.

Kata kunci: implan, IUD, metode kontrasepsi jangka panjang

LATAR BELAKANG 2010 (1). Pertambahan jumlah penduduk


Indonesia masih memiliki laju yang tidak seiring dengan peningkatan
pertumbuhan penduduk yang tergolong kualitas penduduk akan berimbas pada
tinggi, sebesar 1,1% per tahun pada 2005- beratnya beban pemerintah dalam

Disubmit: 04/06/2023 Diterima: 05/08/2023 Dipublikasi: 10/10/2023 DOI: 10.24853/jaras.1.2.77-82 | 77


Vol. 1 No. 2 Tahun 2023
jurnal.umj.ac.id/index.php/JARAS
jarasfkk@umj.ac.id
e-ISSN 2986-8246

mensejahterakan rakyatnya (2). Pada tahun pendidikan (7). Kegagalan mencakup pada
2019 Indonesia hanya mencapai peringkat penggunaan kontrasepsi implan, IUD, pil,
ke-111 dunia dengan nilai Human kondom, suntik, dan senggama terputus (8).
Development Index (HDI) sebesar 0,71% Fakta bahwa program KB sudah berjalan
(3). Semakin tinggi nilai HDI memberi arti cukup lama, nyatanya banyak target yang
semakin baik kualitas penduduk di suatu belum tercapai hingga saat ini. Beberapa
negara. penyebabnya pertama, TFR Indonesia
Laporan survei Lembaga Demografi masih berada pada angka yang stagnan dari
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 2002 hingga tahun 2012, yakni 2,6%
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk (9). Kedua, peserta KB aktif baru hanya
di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor sebesar 57,2% masih jauh dari target yaitu
demografi salah satunya adalah kelahiran 61,1% (10). Ketiga, pengguna kontrasepsi
(4). Indonesia yang memiliki jumlah jangka panjang hanya 13,2% pada RPJMN
penduduk besar juga memiliki angka 2015-2019 dimana harus mencapai 21,1%
penggunaan kontrasepsi lebih tinggi pada tahun 2016 (11).
diantara Negara ASEAN lainnya (5). MKJP merupakan usaha pemerintah
Berdasarkan data BKKBN, jumlah peserta dalam menekan pertumbuhan penduduk.
baru yang menggunakan metode Usaha ini akan berhasil dengan adanya
kontrasepsi IUD sebanyak 7,75%, MOW Kerjasama antara pemerintah dan
1,52%, MOP 0,25%, kondom 6,09%, masyarakat (12). Dijelaskan bahwa
implant 9,23%, suntik 48,56% dan pil perempuan yang memiliki paritas rendah
26,60%. Dari data tersebut dapat kita lihat lebih mudah gagal dalam penggunaan
bahwa penggunaan kontrasepsi jangka kontrasepsi IUD dibandingkan dengan
panjang terutama implant tergolong lebih Wanita yang memiliki paritas tinggi (13).
rendah dibandingkan pil dan suntik (6). MKJP dipercaya dapat mencegah satu dari
Angka kegagalan dan komplikasi menjadi tiga penyebab kematian ibu dengan
penyebab, akseptor KB enggan membiarkan perempuan mengatur
menggunakan kontrasepsi jangka panjang kelahiran, menghindari kehamilan yang
(5). Alasan pengabdian dilaksanakan di tidak diinginkan dan aborsi, serta berhenti
klinik berikut karena terletak di wilayah melahirkan ketika mereka telah mencapai
padat penduduk serta memiliki jumlah ukuran keluarga yang diinginkan (4).
kunjungan akseptor KB yang cukup banyak Umur, paritas, pekerjaan, biaya ber
yaitu 150 kunjungan setiap bulannya. Dari KB, dan pengambilan keputusan dianggap
sekian banyak kunjungan, sedikit akseptor memiliki peran terhadap pemilihan metode
yang menggunakan metode kontrasepsi kontrasepsi dan penggunaan kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) seperti implant dan jangka panjang (14). Keterlibatan suami
IUD. Rata-rata akseptor KB di wilayah memegang peranan penting dalam
tersebut menggunakan kontrasepsi non pengambilan keputusan penggunaan alat
MKJP seperti pil dan suntik. kontrasepsi (4). Diskusi tentang
Data Demographic and Health penggunaan alat kontrasepsi dengan
Survey dari 43 negara menunjukkan tingkat pasangan dapat memiliki efek yang nyata
kegagalan penggunaan kontrasepsi yang pada kelanjutan penggunaan kontrasepsi
dipengaruhi oleh karakteristik sosio- modern atau MKJP. Analisis multivariat
demografi seperti usia, paritas, dan menunjukkan bahwa pengambilan

Disubmit: 04/06/2023 Diterima: 05/08/2023 Dipublikasi: 10/10/2023 DOI: 10.24853/jaras.1.2.77-82 | 78


Vol. 1 No. 2 Tahun 2023
jurnal.umj.ac.id/index.php/JARAS
jarasfkk@umj.ac.id
e-ISSN 2986-8246

keputusan Bersama dengan pasangan pengabdian ini merupakan salah satu


berpengaruh 4,10 kali dalam penggunaan kelanjutan dari pengabdian sebelumnya
kontrasepsi jangka Panjang (4). yaitu memberikan Pendidikan Kesehatan
Solusi yang diinginkan pada terkait kontrasepsi metode jangka panjang.
pengabdian ini yaitu meningkatnya Kami melakukan promosi pada grup yang
cakupan akseptor KB lama maupun baru telah kami bentuk untuk kegiatan
yang menggunakan kontrasepsi jangka pemasangan implant dan IUD secara gratis.
panjang. Dengan inisiatif memberikan (2) Selain bekerja sama dengan klinik
pelayanan pemasangan implant dan IUD pratama auditya medika untuk penyediaan
secara gratis diharapkan banyak peserta tempat dan peserta kami juga bekerja sama
atau wanita usia subur yang tertarik. dengan PLKB untuk penyediaan alat
Pelayanan ini diharapkan dapat membantu kontrasepsi implant dan IUD. (3) Saat hari
masyarakat khususnya wanita usia subur pelaksanaan, akseptor yang berminat akan
dalam mendapatkan pelayanan atau metode datang ke klinik dimana akan dilakukan
kontrasepsi yang tidak bisa mereka pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan,
dapatkan karena keterbatasan biaya, akses dan tes antigen. Pelayanan yang diberikan
ke pelayanan kesehatan, dan akses untuk tidak hanya pemasangan saja tetapi
mendapatkan pelayanan (15). pelepasan alat kontrasepsi. (4) Setelah
dilakukan pemasangan kontrasepsi IUD
METODE dan implant kami juga memberikan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat konseling dan observasi pasca pemasangan
pemasangan alat kontrasepsi implant dan alat kontrasepsi.
IUD terdiri dari tiga anggota dosen dan dua
anggota mahasiswa. Selain memberikan HASIL DAN PEMBAHASAN
pelayanan pemasangan implant dan IUD Kegiatan pengabdian masyarakat di Klinik
secara gratis, dilakukan juga penyuluhan Pratama Auditya Medika diawali dengan
terkait metode kontrasepsi jangka Panjang. pemberian Pendidikan Kesehatan secara
Klinik mitra yang kami ajak untuk online pada kegiatan pengabdian
bekerjasama adalah Klinik Pratama sebelumnya. Tim pengabdian memiliki
Auditya Medika. Klinik ini terletak di grup WhatsApp untuk mempermudah
wilayah padat penduduk serta memiliki apabila ada akseptor KB yang ingin
jumlah kunjungan akseptor KB sekitar 150 berkonsultasi.
peserta setiap bulannya. Rata-rata akseptor Berkelanjutan dari kegiatan
KB menggunakan kontrasepsi non jangka pengabdian masyarakat pemberian
panjang seperti pil dan suntik. Dikarenakan Pendidikan Kesehatan terkait MKJP, pada
kurangnya cakupan akseptor MKJP seperti tanggal 02 Februari 2022 kami melakukan
implan dan IUD pada klinik mitra, kami pemasangan alat kontrasepsi jangka
berinisiatif untuk melakukan pemasangan Panjang (implant dan IUD) secara gratis.
kontrasepsi secara gratis. Adapun indikator Bagi akseptor KB baru maupun lama yang
keberhasilan dari kegiatan ini adalah berminat dapat hadir di klinik pratama
minimal 50% partisipan bersedia untuk auditya medika.
dilakukan pemasangan implan atau IUD. Dari dua puluh enam orang akseptor
Langkah-langkah pelaksanaan yang mengikuti Pendidikan Kesehatan
kegiatan sebagai berikut: (1) Kegiatan sebelumnya, ada 13 akseptor yang berminat

Disubmit: 04/06/2023 Diterima: 05/08/2023 Dipublikasi: 10/10/2023 DOI: 10.24853/jaras.1.2.77-82 | 79


Vol. 1 No. 2 Tahun 2023
jurnal.umj.ac.id/index.php/JARAS
jarasfkk@umj.ac.id
e-ISSN 2986-8246

untuk melakukan pemasangan implant dan kontrasepsi, indikasi, kontraindikasi, efek


IUD secara gratis. Peserta yang telah hadir samping, dan cara pemasangan. Setelah
di klinik kami lakukan penapisan terlebih diberikan penjelasan, peserta diberikan
dahulu, meminta persetujuan untuk informed choice dan informed consent
dilakukan pemasangan implant/IUD, terkait alat kontrasepsi apa yang akan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pengukuran dipilih. Peserta yang memilih IUD akan
berat badan, dan pemeriksaan antigen. dipasang dengan IUD jenis Copper T
Tiga belas peserta yang telah sedangkan untuk implant dengan jenis
diperiksa antigen, terdeteksi dua peserta indoplant (2 batang).
yang memiliki hasil positif sehingga total
peserta yang melakukan pemasangan
maupun pelepasan kontrasepsi sebanyak 11
orang. Pemasangan dilakukan oleh dua
orang Bidan. Masing-masing bidan dibantu
oleh satu orang asisten mahasiswa.
Sedangkan anggota dosen yang lain
melakukan pemeriksaan antigen dan juga
tanda-tanda vital serta penapisan.

Tabel 1. Distribusi Akseptor KB Berdasarkan


Jenis Kontrasepsi
Jenis
Partisipan % Gambar 2. Pemasangan Alat Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi
Implan 5 38,4
IUD 7 53,8 Peserta yang telah dilakukan
Jumlah 13 100,0 pemasangan, akan diobservasi selama lima
belas menit untuk mengetahui kondisi klien
dan tingkat keberhasilan dari pemasangan
alat kontrasepsi tersebut. Selama dilakukan
observasi akseptor diberikan penjelasan
terkait kapan waktu kunjungan dan apabila
mengalami efek samping apa yang harus
dilakukan serta kemungkinan diperlukan
tindakan rujukan. Peserta yang telah
menyelesaikan prosedur tatalaksana
pemasangan/pelepasan alat kontrasepsi
akan diberikan kartu KB untuk dibawa saat
kunjungan ulang dan kontrol.
Kendala yang dihadapi selama
Gambar 1. Pemasangan Alat Kontrasepsi IUD kegiatan pengabdian: (1) Terdeteksinya
hasil antigen positif pada dua peserta
Monitoring yang kami lakukan pada sehingga target tidak sesuai dengan
kegiatan ini adalah melakukan penapisan harapan. Penatalaksanaan yang kami
dengan konseling terkait penjelasan metode lakukan adalah melaporkan kasus tersebut

Disubmit: 04/06/2023 Diterima: 05/08/2023 Dipublikasi: 10/10/2023 DOI: 10.24853/jaras.1.2.77-82 | 80


Vol. 1 No. 2 Tahun 2023
jurnal.umj.ac.id/index.php/JARAS
jarasfkk@umj.ac.id
e-ISSN 2986-8246

kepada Puskesmas dan meminta ibu untuk UCAPAN TERIMA KASIH


isolasi mandiri di rumah sampai petugas Kami ucapkan terima kasih kepada mitra
Kesehatan datang, (2) Terdapat salah satu kami klinik auditya medika yang berkenan
ibu yang telah menggunakan IUD selama untuk meluangkan waktu, tempat, tenaga
10 tahun, sehingga pada kunjungan ini ibu serta peserta pada kegiatan pengabdian ini.
tersebut harus melepas IUD yang lama dan Terima kasih kami haturkan kepada PLKB
menggantinya dengan yang baru. ketika Cakung yang bersedia membantu untuk
akan dicabut IUD tersebut, benang tidak menyediakan alat kontrasepsi copper T dan
tampak sehingga harus dilakukan pencarian indoplant. Terima kasih kepada LPPM
IUD di Rahim ibu menggunakan alligator. UMJ yang memberikan bantuan dana
Selama berjalan 30 menit tidak ditemukan sehingga kegiatan pengabdian ini dapat
IUD tersebut sehingga kami melakukan terlaksana dengan baik dan lancar.
kolaborasi dengan bidan koordinator di
wilayah tersebut. Setelah dibantu oleh 3 KONFLIK KEPENTINGAN
bidan akhirnya IUD ditemukan. Proses Tidak ada konflik kepentingan, afiliasi,
pemasangan IUD yang baru dapat berjalan ataupun koneksi dengan pihak manapun
dengan baik. dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Pemilihan lokasi maupun peserta
SIMPULAN DAN SARAN berdasarkan data dan keinginan peserta
Kegiatan pemasangan alat kontrasepsi sendiri serta tidak ada paksaan dari pihak
implant dan IUD di klinik pratama auditya kami.
medika mendapat respon positif. Dari 13
peserta yang mendapat, 11 peserta yang REFERENSI
dilakukan pemasangan dan pelepasan. 1. International Conference.
Enam peserta dilakukan pemasangan IUD International Conference Population
dan lima peserta dilakukan pemasangan and Development. 2012.
implant. 2. Syahidah SA, Budyanra B.
Keberagaman kasus pada kegiatan Determinan Status Penggunaan
pengabdian ini memberikan manfaat bagi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
dosen dan juga mahasiswa. Mahasiswa Di Indonesia Tahun 2017. Semin
yang belum pernah melihat secara langsung Nas Off Stat. 2021;2020(1):472–81.
pemasangan kontrasepsi pada pasien 3. Booklet D. Family Planning and the
memiliki gambaran sehingga 2030 Agenda for Sustainable
meningkatkan pengalaman mahasiswa Development (Data Booklet). Fam
ketika akan terjun ke profesi bidan. Plan 2030 Agenda Sustain Dev (Data
Harapannya kegiatan ini dapat dilanjutkan Booklet). 2020;
dengan skala yang lebih luas terutama 4. Husnul Khatimah, Yunita Laila
memfokuskan pada komunikasi dan Astuti, Vini Yuliani. Determinan
konseling pada akseptor maupun keluarga Penggunaan Metode Kontrasepsi
mengingat keberhasilan cakupan MKJP Jangka Panjang Di Indonesia
dilihat dari pengambilan keputusan (Analisis SDKI 2017). INSOLOGI J
pasangan dan keluarga. Sains dan Teknol. 2022;1(2):117–
26.
5. Kemenkes RI. Profil Kesehatan

Disubmit: 04/06/2023 Diterima: 05/08/2023 Dipublikasi: 10/10/2023 DOI: 10.24853/jaras.1.2.77-82 | 81


Vol. 1 No. 2 Tahun 2023
jurnal.umj.ac.id/index.php/JARAS
jarasfkk@umj.ac.id
e-ISSN 2986-8246

Indonesia 2021. 12. Febriyanti SNU, Yustina EW,


Pusdatin.Kemenkes.Go.Id. 2022. Hardjono H. Peran Bidan Dalam
Kementrian Kesehatan Republik Pelaksanaan Program Keluarga
Indonesia. Berencana Berdasarkan Permenkes
6. Badan Kependudukan dan Keluarga 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang
Berencana Nasional Republik Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Indonesia. Rencana Strategis Bidan (Studi Kasus Di Kota
BKKBN 2020-2024. 2020;11–62. Semarang). Soepra. 2018;1(1):91–
7. Survey D and H. Survey Data 105.
Kesehatan Reproduksi Indonesia 13. Bradley SEK, Polis CB, Bankole A,
2017. Jakarta; 2017. Croft T. Global Contraceptive
8. Simanjuntak NM, Siregar DA, Failure Rates: Who Is Most at Risk?
Margareth F. Pemasangan Stud Fam Plann. 2019;50(1):3–24.
Kontrasepsi Implan dan AKDR di 14. Hossain M, Khan M, Ababneh F,
Dusun XVIII Kecamatan Percut Sei Shaw J. Identifying factors
Tuan. J Pengabdi Masy Darma Bakti influencing contraceptive use in
Teuku Umar. 2020;1(1):190. Bangladesh: Evidence from BDHS
9. BPS; BKU. Contraception Report. 2014 data. BMC Public Health.
Jakarta; 2018. 2018;18(1):1–14.
10. Pusdatin Kemenkes RI. 15. Triyanto L. Faktor Yang
InfoDATIN : Situasi dan Analisis Mempengaruhi Penggunaan Jenis
Keluarga Berencana. Pusat Data dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Informasi Kementerian Kesehatan (Mkjp) Pada Wanita Menikah Usia
RI. 2014. p. 1–6. Subur Di Provinsi Jawa Timur.
11. BKKBN, BPS, Kemenkes U. Survey Indones J Public Heal.
Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2019;13(2):246.
Jakarta; 2017.

Disubmit: 04/06/2023 Diterima: 05/08/2023 Dipublikasi: 10/10/2023 DOI: 10.24853/jaras.1.2.77-82 | 82


Maieftiki Journals

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN


KB IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR
DI PUSKEMAS BELAWAN

Dewi Sartika1, Jitasari Tarigan Sibero2, Eni Wulandari 3


1,2 Dosen D4 Kebidanan, Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
3 Prodi D4 Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
1dewisartika@helvetia.ac.id

ABSTRACT
Long-term contraceptive methods such as implants are the most effective contraceptive
methods that are durable, efficient, convenient and relatively low cost compared to non-
MKJP which are less attractive to the public. This study aims to determine the factors that
influence the low number of implanted birth control users in women of Childbearing Age
Couples (PUS) at the Belawan Health Center. This study used a descriptive design as a
research design by taking a total sample of 374 people from 13,076 PUS populations who
visited the Belawan Health Center based on calculations with the Slovin formula and
sampling using accidental sampling. Based on the results of research with chi square
statistical tests, it is known that education (p = 0.000), economic level (p = 0.000), sources of
information (p = 0.000), knowledge (p = 0.000) and attitudes (p = 0.000) towards the low
use of birth control implants in women of childbearing age couples. Based on multivariate
results, attitudes (Exp(B)/OR 87,919) and education (Exp(B)/OR 6,914) were obtained. The
conclusions in this study are related to age, education, monthly income, sources of
information, knowledge and attitudes with the low use of birth control implants in women
couples of childbearing ages at the Belawan Health Center.
Keywords: Knowledge, Attitudes, Age, Education, and Family Planning Implants.

ABSTRAK
Metode kontrasepsi jangka panjang seperti implan adalah metode kontrasepsi paling efektif
yang tahan lama, efisien, nyaman dan biayanya relatif murah dibandingkan non-MKJP yang
kurang diminati masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi rendahnya pengguna KB implan pada wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di
Puskesmas Belawan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sebagai desain penelitian
dengan mengambil jumlah sampel sebanyak 374 orang dari 13.076 populasi PUS yang
berkunjung ke Puskesmas Belawan berdasarkan perhitungan dengan rumus Slovin serta
pengambilan sampel yang menggunakan accidental sampling. Berdasarkan hasil penelitian
dengan uji statistik chi square diketahui bahwa pendidikan (p=0,000), level ekonomi
(p=0,000), sumber informasi (p=0,000), pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000) terhadap
rendahnya penggunaan KB Implant pada wanita pasangan usia subur. Berdasarkan hasil
multivariat didapat sikap (Exp(B)/OR 87,919) dan pendidikan (Exp(B)/OR 6,914).
Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan umur, pendidikan, pendapatan perbulan,
sumber informasi, pengetahuan dan sikap dengan rendahnya penggunaan KB Implant pada
wanita pasangan usia subur di Puskesmas Belawan.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Umur, Pendidikan, dan KB Implan.

1
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari

PENDAHULUAN
Program untuk kelangsungan hidup para ibu adalah keharusan hak asasi manusia, dan
itu adalah prioritas dalam pembangunan. Konferensi Internasional tentang Penduduk dan
Pembangunan dan Tujuan Pembangunan Milenium menganjurkan untuk mencapai
pengurangan 75% dalam kematian ibu antara tahun 1990 dan 2015 ini tetap menjadi agenda
yang belum selesai. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang baru, juga dikenal sebagai
Tujuan Global, menganjurkan agar rasio kematian ibu turun menjadi 70 kematian per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Cara terbaik untuk mencapai target ini adalah
untuk: memastikan semua wanita memiliki akses menggunakan kontrasepsi untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Tetapi penurunan yang signifikan dalam
mortalitas ibu adalah mungkin, dan itu terjadi.
Rasio kematian ibu global telah turun dari 385 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1990 menjadi 216 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Di banyak negara - termasuk Kuba, Mesir, Jamaika, Malaysia, Maroko, Sri Lanka, Thailand
dan Tunisia – kematian ibu telah menurun karena perempuan telah memperoleh akses ke
keluarga berencana dan persalinan terlatih dengan perawatan kebidanan darurat cadangan.
Banyak dari negara-negara ini telah mengurangi separuh kematian ibu mereka dalam waktu
satu dekade. Wanita usia reproduksi di negara berkembang yang ingin menghindari
kehamilan tidak menggunakan metode kontrasepsi modern sebanyak 214 juta. Beberapa
metode keluarga berencana, seperti kondom, membantu mencegah penularan HIV dan infeksi
menular seksual lainnya. Keluarga berencana/ kontrasepsi dapat mengurangi aborsi, terutama
aborsi yang tidak aman.
Keluarga berencana memperkuat hak orang untuk menentukan jumlah dan jarak anak-
anak mereka. Dengan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga
berencana/kontrasepsi mencegah kematian ibu dan anak. Keluarga berencana memungkinkan
orang untuk mencapai jumlah anak yang diinginkan dan menentukan jarak kehamilan. Ini
dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan pengobatan infertilitas (lembar fakta ini
berfokus pada kontrasepsi). Promosi keluarga berencana dan memastikan akses ke metode
kontrasepsi pilihan untuk wanita dan pasangan sangat penting untuk mengamankan
kesejahteraan dan otonomi wanita, sambil mendukung kesehatan dan pengembangan
masyarakat. Kemampuan seorang wanita untuk memilih apakah dan kapan untuk hamil
memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya.
Keluarga berencana memungkinkan jarak kehamilan dan dapat menunda kehamilan
pada wanita muda dengan peningkatan risiko masalah kesehatan dan kematian akibat
persalinan dini. Ini mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk wanita yang lebih
tua yang menghadapi peningkatan risiko terkait kehamilan. Keluarga berencana
memungkinkan wanita yang ingin membatasi ukuran keluarga mereka untuk melakukannya.
Bukti menunjukkan bahwa wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko lebih tinggi
mengalami kematian ibu. Data BKKBN 2020 menunjukan bahwa pengguna alat kontrasepsi
implant di seluruh Indonesia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil dan IUD. Persentase
pengguna alat konrasepsi KB suntik yaitu 78.184 orang, KB pil yaitu 33.755 orang, KB IUD
yaitu 5482, MOWS yaitu sebanyak 1.047, MOP yaitu sebanyak 31 orang, kondom yaitu
sebanyak 2.479, sedangkan KB Implant 11.828.
Keluarga Berencana merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan dan keselamatan ibu, anak serta perempuan. Program KB
dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran.
Sasaran program ini adalah pasangan usia subur (PUS) yang lebih menitiberatkan pada
kelompok wanita usia subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
2
Maieftiki Journals Vol 1 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari

Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia
Subur (PUS/ pasangan suami istri, istri berusia 15 sampe dengan 49 tahun)yang sedang
menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB Aktif) serta metode kontrasepsiyang paling
banyak digunakan Pasangan Usia Subur (PUS). Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur
yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Dari metode
kontrasepsi yang paling banyak digunakan peserta KB aktif adalah suntikan (33.9%), PIL
(30.1%), Implant (10%), IUD (12%), MOW (5%), sedangkan metode yang paling sedikit
adalah Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 1%. Sedangkan untuk peserta KB baru adalah
pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau
pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah
melahirkan/keguguran. Untuk penggunaan KB suntik (39%), Pil (29%), Implant 10%,
Kondom (9%), IUD (6%), MOW (5%), dan paling sedikit MOP (2%).
Keluarga berencana (KB) adalah proses yang biasanya melibatkan diskusi antar wanita,
pria, dan pelayanan KB terlatih berfokus pada kesehatan keluarga dan keinginan pasangan
untuk membatasi keluarga mereka. Ada yang berbeda metode yang digunakan. Metode
kontrasepsi yang digunakan untuk KB dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori secara
terprogram, yaitu metode jangka panjang dan permanen (alat kontrasepsi, implan, dan
sterilisasi) dan metode jangka pendek (pil, kondom, spermisida, injeksi, metode modern
lainnya, dan semua metode tradisional).
Metode jangka panjang dan permanen, metode ini biasanya digunakan untuk
membatasi persalinan, sedangkan metode jangka pendek lebih cocok untuk wanita yang ingin
untuk menunda tetapi tidak kehilangan memiliki anak. Meskipun pelayanan KB sudah
digalakkan oleh pemerintah Indonesia, dalam kenyataannya laju pertumbuhan penduduk
Indonesia masih tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah pemilihan metode kontrasepsi
yang tidak tepat. Dalam kenyataannya, banyak kesulitan yang dialami para wanita dalam
menentukan alat kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan
timbul akibat kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan kontrasepsi yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan munculnya efek
samping, kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki, jumlah kisaran
keluarga yang diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan
serta keluarga dan lain sebagainya.
Kenyataannya banyak kesulitan yang dialami para wanita dalam menentukan alat
kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan timbul akibat
kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
kontrasepsi yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan munculnya efek samping,
kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki, jumlah kisaran keluarga
yang diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan serta
keluarga dan lain sebagainya. Metode kontrasepsi jangka panjang IUD dan implan adalah
metode kontrasepsi paling efektif yang tahan lama, efisien, nyaman dan biayanya relatif
murah dibandingkan non-MKJP.
Tingkat kegagalan MKJP pada setahun pertama sangatlah rendah yakni 0,05% untuk
implan dan 0,1% sampai 0,8% untuk IUD. MKJP tidak bergantung pada kemampuan
mengingat kalender haid ataupun kepatuhan minum pil atau kunjungan suntikan ke dokter.
MJKP sayangnya kurang diminati masyarakat. Cakupan preferensi MKJP di Indonesia dari
tahun 2009 sampai 2012 hanya berkisar antara 12,60% sampai 25,37%. Persentase peserta
MKJP baru tahun 2012 adalah implant 10,65%, IUD 7,15% dan MOW atau MOP 1,71%.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013-2018, penggunaan metode kontrasepsi didominasi
oleh metode kontrasepsi modern (59,3%). Jenis kontrasepsi yang rata-rata digunakan di
Indonesia antara lain suntik (48,5%), pil (8,5%), Intra Uterine Devices (6,6%), implant
(4,7%), Metode Operatif Wanita (MOW) (3,7%), Metode Operatif Pria (MOP) (0,4%),
3
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari

metode kalender (1,6%), metode senggama terputus (1,5%), dan kondom (0,9%).
Berdasarkan data Puskemas Belawan (2020) jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak
13076 orang, yang menggunakan KB implant (864 orang), penggunaan KB suntik (4768
orang), pengguna KB PIL (2920 orang), penggunaan KB IUD sebanyak (122 orang).
Pengguna KB Kondom (225 orang) pengguna KB MOW (377 orang) dan pengguna KB
MOP (162 orang). Adapun faktor yang di perkirakan tinggi nya yang mempengaruhi
rendahnya penggunaan KB Implant pada wanita pasangan usia subur di puskesmas belawan
adalah tingkat Pendidikan formal, tingkat ekonomi, sumber informasi, tingkat pengetahuan
dan sikap.
Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
faktor yang mempengaruhi masih rendahnya penggunaan KB Implant pada wanita pasangan
usia subur di Puskesmas Belawan tahun 2022, melalui wawancara kepada 10 orang wanita
pasangan usia subur.

METODE
Desain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-uraian tentang
gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam melakukan
penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain deskriptif untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
rendahnya penggunaan KB implant diPuskesmas Belawan tahun 2022.(27) Lokasi penelitian
ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Belawan. Peneliti tertarik melakukan
penelitian di Puskesmas tersebut karena tempatnya yang strategis, belum pernah dilakukan
penelitian sebelumnya, mudah dijangkau oleh peneliti, dan karena banyak ibu yang
memakai KB implant di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Waktu yang akan digunakan
untuk penelitian ini adalah dari bulan April – Mei 2019. Populasi pada penelitian ini adalah
jumlah PUS di Puskesmas belawan sebanyak 13.076.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Responden: Tabel 1 pada kategori umur menunjukkan bahwa dari 99
responden yang diteliti diketahui responden yang umur beresiko sebanyak 36 orang (36,4%)
dan responden yang berumur tidak beresiko sebanyak 63 orang (63,6%). Kategori pendidikan
dari 99 responden yang diteliti diketahui responden yang berpendidikan rendah sebanyak 62
orang (62,6%), dan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 37 orang (37,4%).
Kategori tingkat ekonomi dari 99 responden yang diteliti diketahui responden yang memiliki
tingkat ekonomi kurang dari UMR (<2.700.000) sebanyak 63 orang (63,6%) Kategori sumber
informasi dari 99 responden yang diteliti diketahui responden yang memiliki sumber
informasi kurang sebanyak 67 orang (67,7%), dan responden yang memiliki sumber
informasi baik sebanyak 32 orang (32,3%). Kategori pengetahuan dari 99 responden yang
diteliti diketahui responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 60 orang (60,6%),
responden yang berpengetahuan baik sebanyak 39 orang (39,4%). Kategori sikap dari 99
responden yang diteliti diketahui responden yang bersikap negatif sebanyak 57 orang (57,6%)
dan responden yang bersikap positif sebanyak 42 orang (42,4%). Kategori penggunaan KB
Implant dari 99 responden yang diteliti diketahui responden tidak menggunakan KB Implant
sebanyak 57 orang (57,6%) dan responden menggunakan KB Implant sebanyak 42 orang
(42,4%).

4
Maieftiki Journals Vol 1 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari

Table 1. Analisa Univariat


Jumlah
Karrakteristik Responden
f %
Umur
Beresiko 36 36,4
Tidak beresiko 63 63,6
Pendidikan
Rendah 62 62,6
Tinggi 37 37,4
Sumber Informasi
Kurang 67 67,7
Baik 32 32,3
Pengetahuan
Kurang 60 60,6
Baik 39 39,4
Sikap
Negatif 57 57,6
Positif 42 42,4
Penggunaan KB Implant
Tidak Menggunakan 57 57,6
Menggunakan 42 42,4

Analisa Bivariat: Tabel 2 menunjukkan bahwa 99 responden yang diteliti diperoleh


bahwa responden yang berpendidikan rendah sebanyak 62 orang (62,6%) dengan tidak
menggunakan KB Implant sebanyak 49 orang (49,5%) dan yang menggunakan KB Implant
sebanyak 13 orang (13,1%), sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 37
orang (37,4%) dengan tidak menggunakan KB Implant sebanyak 8 orang (8,1%) dan yang
menggunakan KB Implant sebanyak 29 orang (29,3%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-
square dengan batas kemaknaan 95% atau nilai sig α (0,05), diperoleh nilai p-value 0,000 <
0,05, yang artinya ada hubungan antara pendidikan dengan rendahnya pengguna KB Implant
pada wanita pasangan usia subur. Dari 99 responden yang diteliti diperoleh bahwa responden
yang tingkat ekonomi kurang dari UMR sebanyak 63 orang (63,6%) dengan tidak
menggunakan KB Implant sebanyak 49 orang (49,5%) dan yang menggunakan KB Implant
sebanyak 14 orang (14,1%), sedangkan responden yang memiliki tingkat ekonomi sesuai
dengan UMR sebanyak 36 orang (36,4%) dengan tidak menggunakan KB Implant sebanyak
8 orang (8,1%) dan yang menggunakan KB Implant sebanyak 28 orang (28,3%). Berdasarkan
hasil uji statistik chi-square dengan batas kemaknaan 95% atau nilai sig α (0,05), diperoleh
nilai p-value 0,000 < 0,05, yang artinya ada hubungan antara ekonomi keluarga dengan
rendahnya pengguna KB Implant pada wanita pasangan usia subur.
Dari 99 responden yang diteliti diperoleh bahwa responden yang memiliki sumber
informasi kurang sebanyak 67 orang (67,7%) dengan tidak menggunakan KB Implant
sebanyak 48 orang (44,4%) dan yang menggunakan KB Implant sebanyak 19 orang (19,2%),
sedangkan responden yang memiliki sumber informasi baik sebanyak 32 orang (32,3%)
dengan tidak ditemukan yang tidak menggunakan KB Implant sebanyak 9 orang (9,1%) dan
yang menggunakan KB Implant sebanyak 23 orang (23,2%). Berdasarkan hasil uji statistik
chi-square dengan batas kemaknaan 95% atau nilai sig α (0,05), diperoleh nilai p-value 0,000
< 0,05, yang artinya ada hubungan antara sumber informasi dengan rendahnya pengguna KB
Implant pada wanita pasangan usia subur. Dari 99 responden yang diteliti diperoleh bahwa
responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 60 orang (60,6%) dengan tidak
menggunakan KB Implant sebanyak 47 orang (47,5%) dan yang menggunakan KB Implant
sebanyak 13 orang (13,1%), sedangkan responden yang berpengetahuan baik sebanyak 39

5
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari

orang (39,4%) dengan tidak menggunakan KB Implant sebanyak 10 orang (10,1%) dan yang
menggunakan KB Implant sebanyak 29 orang (29,3%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-
square dengan batas kemaknaan 95% atau nilai sig α (0,05), diperoleh nilai p-value 0,000 <
0,05, yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan rendahnya pengguna KB
Implant pada wanita pasangan usia subur. Dari 99 responden yang diteliti diperoleh bahwa
responden yang bersikap negatif sebanyak 57 orang (57,6%) dengan tidak menggunakan KB
Implant sebanyak 53 orang (53,6%) dan responden yang menggunakan KB Implant sebanyak
4 orang (4,0%), sedangkan responden yang bersikap positif sebanyak 42 orang (42,4%)
dengan tidak menggunakan KB Implant sebanyak 4 orang (4,0%) dan yang menggunakan
KB Implant sebanyak 38 orang (38,4%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan
batas kemaknaan 95% atau nilai sig α (0,05), diperoleh nilai p-value 0,000 < 0,05, yang
artinya ada hubungan antara pendapatan perbulan dengan rendahnya pengguna KB Implant
pada wanita pasangan usia subur.

Tabel 2. Analisa Bivariat

Pengguna KB Implant
Jumlah
Analisa Bivariat Tidak menggunakan Menggunakan Sig.α
f % f % f %
Rendah 49 49,5 13 13,1 62 62,6
Tinggi 8 8,1 29 29,3 37 37,4 0,000
Sumber Informasi
Kurang 48 48,5 19 19,2 67 67,7
Tinggi 9 9,1 23 23,2 32 32,3 0,000
Pengetahuan
Kurang 47 47,5 13 13,1 60 60,6
Baik 10 10,1 29 29,3 39 39,4 0,000
Pengetahuan
Negatif 53 53,6 4 4,0 57 57,6 0,000

Analisa Multivariat: Tabel 3. menunjukkan bahwa ada 2 variabel penelitian yang


paling signifikan. Variabel signifikan tersebut adalah sikap diperoleh nilai sig=0,000 dengan
nilai Exp(B)/OR 87,919 yang artinya sikap mempengaruhi sebesar 88 kali terhadap
rendahnya penggunaan KB Implan pada wanita pasangann usia subur dan pendidikan
diperoleh nilai sig=0,016 dengan nilai Exp(B)/OR 6,914 yang artinya pendidikan
mempengaruhi sebesar 6 kali terhadap rendahnya penggunaan KB Implan pada wanita
pasangann usia subur.

Tabel 3. Analisa Multivariat

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Kat_Sikap 4.835 .738 42.885 1 .000 125.875
Constant -7.419 1.163 40.721 1 .000 .001
b
Step 2 Kat_Pendidikn 1.934 .801 5.832 1 .016 6.914
Kat_Sikap 4.476 .778 33.143 1 .000 87.919
Constant -9.569 1.768 29.299 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Kat_Sikap.
b. Variable(s) entered on step 2: Kat_Pendidikan.

6
Maieftiki Journals Vol 1 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul faktor yang
berhubungan dengan rendahnya pengguna KB implant pada wanita pasangan usia subur,
ditemukan bahwa ada hubungan antara pendidikan, tingkat ekonomi, sumber informasi,
pengetahuan dan sikap dengan rendahnya pengguna KB Implant pada wanita pasangan usia
subur dengan nilai p-value 0,000 < 0,05. Disarankan bagi puskesmas agar selalu memberikan
penyuluhan, atau promosi kesehatan tentang alat konstrasepsi terutama bagi petugas
kesehatan dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan KB terutama alat Kontrasepsi Implant
kepada masyarakat luas khususnya bagi wanita pasangan usia subur untuk menggunakan KB
Implant. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi panduan atau bahan perbandingan
untuk penelitian yang akan datang dan sebagai bahan bacaan bagi institusi pendidikan dalam
keagiatan proses belajar. Sebagai informasi pengembangan ilmu pengetahuan asuhan
kebidanan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti yang berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhi rendahnya penggunaan KB implant pada wanita pasangan usia subur sebagai
alat kontrasepsi. Bagi masyarakat dapat menjadi sumber pengetahuan, saran dan masukan
bagi akseptor KB dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai alat kontrasepsi implant.

DAFTAR PUSTAKA
United Nations Population Fund. World population trends | UNFPA - United Nations
Population Fund [Internet]. United Nations Population Fund. 2017. Available from:
http://www.unfpa.org/world-population-trends.
UNFPA. Maternal health | UNFPA - United Nations Population Fund [Internet]. 2015.
Available from: http://www.unfpa.org/maternal-health
Family planning_Contraception.
BKKBN. (2015). Kualitas Sumber Daya Manusia Dalam Menggapai Bonus Demografi. J
Popul. 2(1):102–14.
Profil Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan RI 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2015. 2016. 125 p.
Gebremariam A, Addissie. (2014) A. Knowledge and Perception on Long Acting and
Permanent Contraceptive Methods in Adigrat Town , Tigray , Northern Ethiopia : A
Qualitative Study.
Affandi. Buku panduan praktis kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono. 2010.
Stoddard A, McNicholas C, Peipert JF. Efficacy and safety of long-acting reversible
contraception. Vol. 71, Drugs. 2011. p. 969–80.
Indonesia KKR. Indonesia Health Profile 2016. Pus data dan Inf Kementrian Kesehat Ri
[Internet]. 2017;1–168. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan Informasi
Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size - web.pdf
Indonesia KKR. Hasil utama Riskesdas 2018. (2018). Jakarta Badan Penelit dan Pengemb
Kesehatan, Kementrian Kesehat Republik Indones.
Arikunto S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

7
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari

Imroni M, Fajar NA, Febry F. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2009. J
Publikasi Ilmu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Prof. DR. Soekidjo Notoatmodjo, S.K.M. MC. (2008). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Anggraeni P. (2015). Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014. Kti.
Budiarti I, Nuryani DD, Hidayat R. (2017). Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB. J Kesehat, 8(2):220–4.
Alfiah ID. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.
Siti Handayani. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Berhubungan Dengan Pengguna KB
Implant Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Partihaman Saroha Kecamatan
Padang Sidempuan Hutaimbaru. Skripsi Mhs D4 Kebidanan Helvetia.

Anda mungkin juga menyukai