Oleh :
Laporan praktik dengan judul “KELUARGA BERENCANA PADA NY. “D” USIA
30TH P1A0 CALON AKSEPTOR KB IMPLANT DI TPMB Hj.
Karwati.,SST.Bd” , telah disetujui oleh pembimbing penyusunan asuhan pada :
Hari/Tanggal :
Kediri,
Mahasiswa
Mengetahui,
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang merupakan
salah satu tugas pendidikan profesi dalam Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Husada Kediri.i
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
semoga laporan ini bermanfaat baik bagi peneliti maupun pihak lain yang
memanfaatkannya.
Kediri,
Penulis
HALAMAN JUDUL....................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 4PEMBAHASAN
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
suatu usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
kontrasepsi yaitu mencegah sel sperma mencapai dan membuahi sel telur
(fertilisasi) atau mencegah sel telur yang telah dibuahi untuk berimplantasi /
untuk mengukur jumlah dan jarak kehamilan anak yang diinginkan. Agar
jarak kehamilan anak yang diinginkan. Agar dapat tercapainya hal tersebut,
perencanaan keluarga.
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang tinggi
implan sebesar 10,6%, IUD sebesar 7,7%, MOW 3,8%, kondom 2,3% MOP
0,2% dan MAL 0,0%. hasil ini menunjukkan dimana peserta KB lebih banyak
jangka waktu yang lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan
kehamilan pada PUS yang sudah tidak ingin menambah anak lagi. Alat
1.3 Tujuan
Keluarga Berencana pada Ny. “D” umur 30 th di TPMB Hj. Karwati, SST.,Bd.
3) Melakukan analisa data pada Ny. “D” umur 30 th di TPMB Hj. Karwati,
SST.,Bd.
Karwati, SST.,Bd.
1.4 Manfaat
pada kehamilan .
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2019).
2.2 Implan
2.2.1 Definisi
a. Norplan
mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik yang fleksibel dimana
b. Implanon
Terdiri dari satu batang putih yang lentur memiliki panjang
jadena ini adalah sama dengan norplan yaitu dengan melepaskan secara
implantasi.
2.2.4 Efektifitas
Implan merupakan metode yang sangat efektif untuk mencegah
(Tresnawati, 2018).
2.2.5 Keuntungan
perlu kembali ke klinik apabila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat
mengurangi rasa nyeri dan jumlah darah haid serta menurunkan angka
2.2.6 Kerugian
2010).
2.2.7 Indikasi
panjang dan yang memiliki efektivitas yang tinggi, wanita yang setelah
toleransi glukosa.
A. Persiapan pemasangan
1) Pelaksanaan pelayanan untuk pemasangan maupun pencabutan
ventilasi yang baik selain itu juga perlu ada fasilitas untuk
Pastikan semua alat dan bahan dalam keadaan steril atau DTT.
sebagai berikut:
a. Tempat tidur.
b. Sabun untuk mencuci tangan.
c. 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril (sudah terdapat
skapel dan trokar 1 set dengan pendorong).
d. Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
e. 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk betadine, 1 tempat air
DTT/steril, kasa).
f. Sepasang sarung tangan steril/DTT.
g. Larutan antiseptik.
h. Anestesi lokal (lidokain 5cc).
i. Tabung suntik dan jarum suntik (5 atau 10 ml).
j. Jika ingin menandai posisi kapsul dapat digunakan bolpoin.
k. Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan
plester.
B. Persiapan pemasangan
1) Langkah 1
Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga
bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat
menurunkan efektivitas antiseptik tertentu.
2) Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan dengan kain bersih.
3) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan, ditempatkan di atas kain yang telah disiapkan, lengan
atas membentuk sudut 30° terhadap bahu dan sendi siku 90°
untuk memudahkan petugas melakukan pemasangan
4) Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) di
atas lipat siku. Tandai posisi lengan yang dengan berbentuk V
5) Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada di dalamnya.
C. Tindakan sebelum pemasangan
1) Langkah 1
Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air, keringkan dengan
kain bersih.
2) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT.
3) Langkah 3
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik (betadine)
menggunakan kasa. Mulai mengusap dari tempat yang akan
dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar
8-13 cm (3-5 inci) dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum
memulai tindakan.
4) Langkah 4
Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang
untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar
untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat
juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan
dengan kain steril.
5) Langkah 5
Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi
terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi
(lidocaine 1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk
menghilangkan rasa sakit selama memasang dua kapsul implan-
2.
6) Langkah 6
Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi,
kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak
masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit (0,3 cc)
obat intrakutan, kemudian tanpa memindahkan jarum,
masukkan ke subdermal. Hal ini akan membuat kulit terangkat
dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong jarum menelusuri
bawah kulit hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil
menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing
1 ml) membentuk huruf V
D. Pemasangan Kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anestesi telah
berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
1) Langkah 1
Ingat kegunaan kedua tanda pada trokar. Trokar harus dipegang
dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada
trokar, tanda (1) dekat pangkal menunjukkan batas trokar
dimasukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul.
Tanda (2) dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus
tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul.
2) Langkah 2
Dengan trokar dimana posisi angka dan panah menghadap
keatas masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan posisi 45°
(saat memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 30°
saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan kulit
saat mendorong hingga tanda 1 (3-5 mm dari pangkal trokar).
3) Langkah 3
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke
atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-
lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar
harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama
pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada tepat di
bawah kulit. Jangan menyentuh trokar terutama bagian tabung
yang masuk ke bawah kulit untuk mencegah trokar
terkontaminasi pada waktu memasukkan dan menarik keluar.
4) Langkah 4
Saat trokar masuk sampai tanda (1), dorong trokar (posisi panah
disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai sambil meraba dan
menahan bagian kapsul untuk memastikan bahwa kapsul sudah
keluar dari trokar dan sudah berada dalam kulit.
5) Langkah 5
Tarik trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah
luka insisi atau mendekati pangkal pendorong sampai tanda 2
muncul di luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan
pendorong. Pangkal trokar tidak akan mencapai pangkal
pendorong karena akan tertahan di tengah karena terhalang oleh
ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul
kedua.
6) Langkah 6
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke
arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula. Untuk
memastikan kapsul pertama bebas, kapsul kedua ditempatkan
setelah trokar didorong kembali mengikuti kaki V sebelahnya
hingga tanda 1, kemudian dorong pendorong sampai kapsul
keluar dari trokar.
7) Langkah 7
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua
kapsul telah terpasang. Pastikan ujung dari kedua kapsul harus
cukup jauh dari luka insisi.
8) Langkah 8
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah
di pastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat
insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit
untuk menghentikan pendarahan. Bersihkan tempat
pemasangan dengan kasa antiseptik.
E. Tindakan Setelah Pemasangan
1) Menutup luka insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester
dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Periksa adanya
perdarahan, selanjutnya buang sampah sekali pakai yang telah
terkontaminasi oleh klien, cuci alat lalu rendam dengan larutan
klorin selama 10 menit dan sterilkan. Cuci tangan segera dengan
sabun dan air.
2) Perawatan klien
Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan
kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.
Amati klien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk
kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum
memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi
setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis .
F. Petunjuk perawatan luka insisi di rumah
1) Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah
insisi selama beberapa hari.
2) Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48
jam. Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi
atau mencuci pakaian.
3) Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan
band aid di tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5
hari).
4) Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau
lukadi daerah tersebut atau menambahkan tekanan.
5) Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dibersihkan dengan tekanan normal.
6) Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama
beberapa hari, segera kembali ke klinik.
G. Kunci keberhasilan pemasangan
1) Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang
jarang digunakan.
2) Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
3) Pastikan kapsul-kapsul tersebut di tempatkan sedikitnya 8 cm
(3inci) di atas lipat siku, di daerah medial lengan.
4) Insisi untuk pemasangan harus kecil, hanya sekedar menembus
kulit. Gunakan trokar tajam untuk membuat insisi.
5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil,
superfisial tepat di bawah kulit. Waktu memasukkan trokar
jangan dipaksakan. Trokar harus dapat mengangkat kulit setiap
saat, untuk memastikan pemasangan tepat di bawah kulit.
Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum
memasang kapsul berikutnya (untuk mencegah kerusakan
kapsul sebelumnya, pegang kapsul yang sudah terpasang
tersebut dengan jari tengah dan masukkan trokar pelan-pelan
disepanjang tepi jari tersebut.
6) Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol
keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut
dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat.
7) Jangan mencabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua
kapsul dipasang dan diperiksa seluruh posisi kapsul. Hal ini
untuk memastikan bahwa kedua kapsul dipasang dengan posisi
yang benar dan pada bidang yang sama di bawah kulit.
8) Melakukan dokumentasi pada rekam medik dan buat catatan
bila ada kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama
pemasangan.
B. Objektif
1. Pemeriksaan fisik meliputi
1) Keadaan umum meliputi kesadaran, keadaan emosi, dan postur
badan pasien selama pemeriksaan
2) Tanda tanda vital
3) Kepala dan leher meliputi edema wajah, mata ,pucat, warna
skera, mulut (kebersihan mulut, keadaan gigi karies, tongsil)
leher (pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe)
4) Payudara meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi aerolla,
keadaan putting susu, adanya benjolan atau masa dan
pengeluaran cairan
5) Abdomen meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan
atau masa, pembesaran hepar, nyeri tekan.
6) Ekstremitas meliputi edema tangan, pucat atau ikhterus pada
kuku jari, varises berat, dan edema pada kaki
7) Genetalia meliputi luka, varises, kondiloma, cairan berbau,
hemoroid dll
8) Punggung meliputi ada kelainan bentuk atau tidak
9) Kebersihan kulit adakah ikhterus atau tidak
10) Pemeriksaan ginekologi bagi akseptor kb IUD
11) Pemeriksaan inspekulo meliputi keadaan serviks (cairan darah,
luka, atau tanda tanda keganasan),
12) Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adakah
dilatasi dan nyeri tekan atau goyang. Palpasi uterus untuk
menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya
masa atau pembesaran.
2. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada calon akseptor kb yaitu pemeriksaan tes
kehamilan, USG, radiologi untuk memastikan posisi IUD atau
implant, kadar haemoglobin, kadar gula darah dll
C. Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
D. Penatalaksanaan
1) Pergertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan
atau memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta-
fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya. Adapun
tujuan konseling KB yaitu untuk meningkatkan penerimaan,
menjamin pilihan yang cocok, menjamin penggunaan yang
efektif, menjamin kelangsungan yang lebih lama (Purwoastuti
dan waliyani 2015).
2) Langkah konseling KB SATU TUJU
SA : Sapa dan salam
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri, gunakan
komunikasi verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua
arah.
TU : Tanya dan Uraikan
Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya pada kunjungan
ini. Berikan informasi obyektif dan lengkap tentang berbagai
metode kontrasepsi yaitu efektivitas, cara kerja, efek samping
dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk
menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan
tersebut.
TU : Bantu
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan
sesuai bagi dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk
mempertimbangkan pilihannya
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang
telah dipilih ibu. Setelah ibu memilih metode yang sesuai
baginya, jelaskan mengenai :
1. Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian
alat kontrasepsi.
2. Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
3. Cara mengenali efek samping/komplikasi.
4. Lokasi klinik KB atau tempat pelayanan untuk kunjungan
ulang bila diperlukan.
U : Kunjungan ulang
3) KIE dalam Pelayanan KB
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) adalah suatu proses
penyampaian pesan, informasi yang di berikan kepada
masyarakat tentang program KB dengan menggunakan media
seperti radio, TV, pers, film, mobil unit penerangan,
penerbitan, kegiatan promosi dan pameran, dengan tujuan
utama untuk memecahkan masalah dalam lingkungan
masyarakat dalam meningkatkan program KB atau sebagai
penunjang tercapainya program KB.
4) Informed Consent
Menurut Prijatni, dkk, (2016) pengertian informed
consent berasal dari kata “informed” yang berarti telah
mendapat penjelasan, dan kata “consent” yang berarti telah
memberikan persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud
dengan informed consent ini adanya perstujuan yang timbul
dari informasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap suatu
tindakan medik yang akan dilakukan kepadanya sehubungan
dengan keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas
B. ANAMNESE
2. Riwayat persalinan
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 3 x ganti
Warna : Merah
3. Riwayat perkawinan
Kawin ke :I
5. Riwayat KB sebelumnya
Riwayat 2 tahun terakhir apakah ada memakai alat kontrasepsi:
Metode KB Ada / Tidak
PIL TIDAK
IUD TIDAK
SUNTIK TIDAK
KONDOM TIDAK
IMPLAN TIDAK
TIDAK DIPERLUKAN
V. PELAKSANAAN TINDAKAN
a) Kasa steril
d) Spuit
e) Trokar no 10
PEMBAHASAN
Pada saat melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “D” usia 30tahun P1A0
dengan masalah yang muncul serta intervensi yang dicantumkan secara rasional serta
normal. Ny. D sudah memiliki 1 anak dan ingin menjarak kelahiran selanjutnya
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), Implan adalah alat kontrasepsi yang
dipasang dibawah lapisan kulit (subkutin) pada lengan atas bagian samping
dalam.Kontrasepsi yang populer dengan nama susuk KB ini berisikan progestin yang
memiliki efektivitas yang cukup tinggi 99% - 99,8% dengan angka kegagalan kurang
dari 1%.
Menurut Samal dan Ranjit (2015), Kontrasepsi implan sangat efektif,
dikarenakan cara bekerjanya lama dan cocok untuk hampir semua wanita untuk
menunda atau membatasi kehamilan/ dan implan memberikan perlindungan yang
sangat efektif 3-5 tahun .
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
implan.
5.2 Saran
Bagi Pasien
Bagi Penulis
Elli Hidayati. dkk. 2023. Pemasangan Kontrasepsi Implan dan IUD Pada Wanita
Usia Subur.Jurnal Abdimas Kedokteran dan Kesehatan.
Dokumentasi
Vol. 1 No. 2 Tahun 2023
jurnal.umj.ac.id/index.php/JARAS
jarasfkk@umj.ac.id
e-ISSN 2986-8246
Elli Hidayati1, Astrid Kizy Primadani1*, Heri Rosyati1*, Vianita Aprilianada1, Yuni Anisa
Pratiwi1
1Prodi Profesi Bidan, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
ABSTRACT
Indonesia still has a relatively high population growth rate of 1.1% per year in 2005-2010.
The long-acting and permanent method (LAPM) is the government’s attempt to suppress
population growth. The purpose of this service is to help the government achieve coverage of
LAPM use through free counseling and installation. The partner of this service is the Pratama
Auditya Medica Clinic. The result showed that most of them chose pills and injections because
they were afraid to use implants and IUDs. The fear is caused by the method of installation
and the side effects that can be caused. The result that has been achieved in this service is that
56% of the acceptor's group is interested in installing LAPM, indicating the success of this
service. We will continue to run this program by continuing to provide counseling to acceptors
so that they can clearly see that the effectiveness of LAPM is more significant than non-LAPM
at 99.4%.
ABSTRAK
Indonesia masih memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi, sebesar 1,1% per
tahun pada 2005-2010. MKJP merupakan usaha pemerintah dalam menekan pertumbuhan
penduduk. Tujuan pengabdian ini adalah untuk membantu pemerintah untuk mencapai
cakupan penggunaan kontrasepsi jangka panjang melalui konseling dan pemasangan secara
gratis. Mitra yang kami ajak kerja sama adalah Klinik Pratama Auditya Medika. Hasil
wawancara singkat dengan akseptor KB, kebanyakan mereka memilih pil dan suntik karena
takut untuk menggunakan implan dan IUD. Ketakutan tersebut disebabkan oleh cara
pemasangan dan efek samping yang dapat ditimbulkan. Hasil yang telah dicapai pada
pengabdian ini adalah 56% kelompok akseptor KB di wilayah tersebut berminat untuk
dilakukan pemasangan MKJP, yang menunjukkan keberhasilan kegiatan ini. Harapan kami
kedepannya cakupan ini dapat terus meningkat. Program ini akan terus kami jalankan dengan
terus memberikan konseling dan Pendidikan Kesehatan pada akseptor KB sehingga mereka
dapat tergambar dengan jelas efektivitas MKJP lebih besar dibandingkan non MKJP sebesar
99,4%.
mensejahterakan rakyatnya (2). Pada tahun pendidikan (7). Kegagalan mencakup pada
2019 Indonesia hanya mencapai peringkat penggunaan kontrasepsi implan, IUD, pil,
ke-111 dunia dengan nilai Human kondom, suntik, dan senggama terputus (8).
Development Index (HDI) sebesar 0,71% Fakta bahwa program KB sudah berjalan
(3). Semakin tinggi nilai HDI memberi arti cukup lama, nyatanya banyak target yang
semakin baik kualitas penduduk di suatu belum tercapai hingga saat ini. Beberapa
negara. penyebabnya pertama, TFR Indonesia
Laporan survei Lembaga Demografi masih berada pada angka yang stagnan dari
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 2002 hingga tahun 2012, yakni 2,6%
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk (9). Kedua, peserta KB aktif baru hanya
di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor sebesar 57,2% masih jauh dari target yaitu
demografi salah satunya adalah kelahiran 61,1% (10). Ketiga, pengguna kontrasepsi
(4). Indonesia yang memiliki jumlah jangka panjang hanya 13,2% pada RPJMN
penduduk besar juga memiliki angka 2015-2019 dimana harus mencapai 21,1%
penggunaan kontrasepsi lebih tinggi pada tahun 2016 (11).
diantara Negara ASEAN lainnya (5). MKJP merupakan usaha pemerintah
Berdasarkan data BKKBN, jumlah peserta dalam menekan pertumbuhan penduduk.
baru yang menggunakan metode Usaha ini akan berhasil dengan adanya
kontrasepsi IUD sebanyak 7,75%, MOW Kerjasama antara pemerintah dan
1,52%, MOP 0,25%, kondom 6,09%, masyarakat (12). Dijelaskan bahwa
implant 9,23%, suntik 48,56% dan pil perempuan yang memiliki paritas rendah
26,60%. Dari data tersebut dapat kita lihat lebih mudah gagal dalam penggunaan
bahwa penggunaan kontrasepsi jangka kontrasepsi IUD dibandingkan dengan
panjang terutama implant tergolong lebih Wanita yang memiliki paritas tinggi (13).
rendah dibandingkan pil dan suntik (6). MKJP dipercaya dapat mencegah satu dari
Angka kegagalan dan komplikasi menjadi tiga penyebab kematian ibu dengan
penyebab, akseptor KB enggan membiarkan perempuan mengatur
menggunakan kontrasepsi jangka panjang kelahiran, menghindari kehamilan yang
(5). Alasan pengabdian dilaksanakan di tidak diinginkan dan aborsi, serta berhenti
klinik berikut karena terletak di wilayah melahirkan ketika mereka telah mencapai
padat penduduk serta memiliki jumlah ukuran keluarga yang diinginkan (4).
kunjungan akseptor KB yang cukup banyak Umur, paritas, pekerjaan, biaya ber
yaitu 150 kunjungan setiap bulannya. Dari KB, dan pengambilan keputusan dianggap
sekian banyak kunjungan, sedikit akseptor memiliki peran terhadap pemilihan metode
yang menggunakan metode kontrasepsi kontrasepsi dan penggunaan kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) seperti implant dan jangka panjang (14). Keterlibatan suami
IUD. Rata-rata akseptor KB di wilayah memegang peranan penting dalam
tersebut menggunakan kontrasepsi non pengambilan keputusan penggunaan alat
MKJP seperti pil dan suntik. kontrasepsi (4). Diskusi tentang
Data Demographic and Health penggunaan alat kontrasepsi dengan
Survey dari 43 negara menunjukkan tingkat pasangan dapat memiliki efek yang nyata
kegagalan penggunaan kontrasepsi yang pada kelanjutan penggunaan kontrasepsi
dipengaruhi oleh karakteristik sosio- modern atau MKJP. Analisis multivariat
demografi seperti usia, paritas, dan menunjukkan bahwa pengambilan
ABSTRACT
Long-term contraceptive methods such as implants are the most effective contraceptive
methods that are durable, efficient, convenient and relatively low cost compared to non-
MKJP which are less attractive to the public. This study aims to determine the factors that
influence the low number of implanted birth control users in women of Childbearing Age
Couples (PUS) at the Belawan Health Center. This study used a descriptive design as a
research design by taking a total sample of 374 people from 13,076 PUS populations who
visited the Belawan Health Center based on calculations with the Slovin formula and
sampling using accidental sampling. Based on the results of research with chi square
statistical tests, it is known that education (p = 0.000), economic level (p = 0.000), sources of
information (p = 0.000), knowledge (p = 0.000) and attitudes (p = 0.000) towards the low
use of birth control implants in women of childbearing age couples. Based on multivariate
results, attitudes (Exp(B)/OR 87,919) and education (Exp(B)/OR 6,914) were obtained. The
conclusions in this study are related to age, education, monthly income, sources of
information, knowledge and attitudes with the low use of birth control implants in women
couples of childbearing ages at the Belawan Health Center.
Keywords: Knowledge, Attitudes, Age, Education, and Family Planning Implants.
ABSTRAK
Metode kontrasepsi jangka panjang seperti implan adalah metode kontrasepsi paling efektif
yang tahan lama, efisien, nyaman dan biayanya relatif murah dibandingkan non-MKJP yang
kurang diminati masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi rendahnya pengguna KB implan pada wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di
Puskesmas Belawan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sebagai desain penelitian
dengan mengambil jumlah sampel sebanyak 374 orang dari 13.076 populasi PUS yang
berkunjung ke Puskesmas Belawan berdasarkan perhitungan dengan rumus Slovin serta
pengambilan sampel yang menggunakan accidental sampling. Berdasarkan hasil penelitian
dengan uji statistik chi square diketahui bahwa pendidikan (p=0,000), level ekonomi
(p=0,000), sumber informasi (p=0,000), pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000) terhadap
rendahnya penggunaan KB Implant pada wanita pasangan usia subur. Berdasarkan hasil
multivariat didapat sikap (Exp(B)/OR 87,919) dan pendidikan (Exp(B)/OR 6,914).
Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan umur, pendidikan, pendapatan perbulan,
sumber informasi, pengetahuan dan sikap dengan rendahnya penggunaan KB Implant pada
wanita pasangan usia subur di Puskesmas Belawan.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Umur, Pendidikan, dan KB Implan.
1
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari
PENDAHULUAN
Program untuk kelangsungan hidup para ibu adalah keharusan hak asasi manusia, dan
itu adalah prioritas dalam pembangunan. Konferensi Internasional tentang Penduduk dan
Pembangunan dan Tujuan Pembangunan Milenium menganjurkan untuk mencapai
pengurangan 75% dalam kematian ibu antara tahun 1990 dan 2015 ini tetap menjadi agenda
yang belum selesai. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang baru, juga dikenal sebagai
Tujuan Global, menganjurkan agar rasio kematian ibu turun menjadi 70 kematian per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Cara terbaik untuk mencapai target ini adalah
untuk: memastikan semua wanita memiliki akses menggunakan kontrasepsi untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Tetapi penurunan yang signifikan dalam
mortalitas ibu adalah mungkin, dan itu terjadi.
Rasio kematian ibu global telah turun dari 385 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1990 menjadi 216 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Di banyak negara - termasuk Kuba, Mesir, Jamaika, Malaysia, Maroko, Sri Lanka, Thailand
dan Tunisia – kematian ibu telah menurun karena perempuan telah memperoleh akses ke
keluarga berencana dan persalinan terlatih dengan perawatan kebidanan darurat cadangan.
Banyak dari negara-negara ini telah mengurangi separuh kematian ibu mereka dalam waktu
satu dekade. Wanita usia reproduksi di negara berkembang yang ingin menghindari
kehamilan tidak menggunakan metode kontrasepsi modern sebanyak 214 juta. Beberapa
metode keluarga berencana, seperti kondom, membantu mencegah penularan HIV dan infeksi
menular seksual lainnya. Keluarga berencana/ kontrasepsi dapat mengurangi aborsi, terutama
aborsi yang tidak aman.
Keluarga berencana memperkuat hak orang untuk menentukan jumlah dan jarak anak-
anak mereka. Dengan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga
berencana/kontrasepsi mencegah kematian ibu dan anak. Keluarga berencana memungkinkan
orang untuk mencapai jumlah anak yang diinginkan dan menentukan jarak kehamilan. Ini
dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan pengobatan infertilitas (lembar fakta ini
berfokus pada kontrasepsi). Promosi keluarga berencana dan memastikan akses ke metode
kontrasepsi pilihan untuk wanita dan pasangan sangat penting untuk mengamankan
kesejahteraan dan otonomi wanita, sambil mendukung kesehatan dan pengembangan
masyarakat. Kemampuan seorang wanita untuk memilih apakah dan kapan untuk hamil
memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya.
Keluarga berencana memungkinkan jarak kehamilan dan dapat menunda kehamilan
pada wanita muda dengan peningkatan risiko masalah kesehatan dan kematian akibat
persalinan dini. Ini mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk wanita yang lebih
tua yang menghadapi peningkatan risiko terkait kehamilan. Keluarga berencana
memungkinkan wanita yang ingin membatasi ukuran keluarga mereka untuk melakukannya.
Bukti menunjukkan bahwa wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko lebih tinggi
mengalami kematian ibu. Data BKKBN 2020 menunjukan bahwa pengguna alat kontrasepsi
implant di seluruh Indonesia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil dan IUD. Persentase
pengguna alat konrasepsi KB suntik yaitu 78.184 orang, KB pil yaitu 33.755 orang, KB IUD
yaitu 5482, MOWS yaitu sebanyak 1.047, MOP yaitu sebanyak 31 orang, kondom yaitu
sebanyak 2.479, sedangkan KB Implant 11.828.
Keluarga Berencana merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan dan keselamatan ibu, anak serta perempuan. Program KB
dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran.
Sasaran program ini adalah pasangan usia subur (PUS) yang lebih menitiberatkan pada
kelompok wanita usia subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
2
Maieftiki Journals Vol 1 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari
Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia
Subur (PUS/ pasangan suami istri, istri berusia 15 sampe dengan 49 tahun)yang sedang
menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB Aktif) serta metode kontrasepsiyang paling
banyak digunakan Pasangan Usia Subur (PUS). Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur
yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Dari metode
kontrasepsi yang paling banyak digunakan peserta KB aktif adalah suntikan (33.9%), PIL
(30.1%), Implant (10%), IUD (12%), MOW (5%), sedangkan metode yang paling sedikit
adalah Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 1%. Sedangkan untuk peserta KB baru adalah
pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau
pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah
melahirkan/keguguran. Untuk penggunaan KB suntik (39%), Pil (29%), Implant 10%,
Kondom (9%), IUD (6%), MOW (5%), dan paling sedikit MOP (2%).
Keluarga berencana (KB) adalah proses yang biasanya melibatkan diskusi antar wanita,
pria, dan pelayanan KB terlatih berfokus pada kesehatan keluarga dan keinginan pasangan
untuk membatasi keluarga mereka. Ada yang berbeda metode yang digunakan. Metode
kontrasepsi yang digunakan untuk KB dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori secara
terprogram, yaitu metode jangka panjang dan permanen (alat kontrasepsi, implan, dan
sterilisasi) dan metode jangka pendek (pil, kondom, spermisida, injeksi, metode modern
lainnya, dan semua metode tradisional).
Metode jangka panjang dan permanen, metode ini biasanya digunakan untuk
membatasi persalinan, sedangkan metode jangka pendek lebih cocok untuk wanita yang ingin
untuk menunda tetapi tidak kehilangan memiliki anak. Meskipun pelayanan KB sudah
digalakkan oleh pemerintah Indonesia, dalam kenyataannya laju pertumbuhan penduduk
Indonesia masih tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah pemilihan metode kontrasepsi
yang tidak tepat. Dalam kenyataannya, banyak kesulitan yang dialami para wanita dalam
menentukan alat kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan
timbul akibat kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan kontrasepsi yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan munculnya efek
samping, kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki, jumlah kisaran
keluarga yang diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan
serta keluarga dan lain sebagainya.
Kenyataannya banyak kesulitan yang dialami para wanita dalam menentukan alat
kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan timbul akibat
kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
kontrasepsi yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan munculnya efek samping,
kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki, jumlah kisaran keluarga
yang diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan serta
keluarga dan lain sebagainya. Metode kontrasepsi jangka panjang IUD dan implan adalah
metode kontrasepsi paling efektif yang tahan lama, efisien, nyaman dan biayanya relatif
murah dibandingkan non-MKJP.
Tingkat kegagalan MKJP pada setahun pertama sangatlah rendah yakni 0,05% untuk
implan dan 0,1% sampai 0,8% untuk IUD. MKJP tidak bergantung pada kemampuan
mengingat kalender haid ataupun kepatuhan minum pil atau kunjungan suntikan ke dokter.
MJKP sayangnya kurang diminati masyarakat. Cakupan preferensi MKJP di Indonesia dari
tahun 2009 sampai 2012 hanya berkisar antara 12,60% sampai 25,37%. Persentase peserta
MKJP baru tahun 2012 adalah implant 10,65%, IUD 7,15% dan MOW atau MOP 1,71%.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013-2018, penggunaan metode kontrasepsi didominasi
oleh metode kontrasepsi modern (59,3%). Jenis kontrasepsi yang rata-rata digunakan di
Indonesia antara lain suntik (48,5%), pil (8,5%), Intra Uterine Devices (6,6%), implant
(4,7%), Metode Operatif Wanita (MOW) (3,7%), Metode Operatif Pria (MOP) (0,4%),
3
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari
metode kalender (1,6%), metode senggama terputus (1,5%), dan kondom (0,9%).
Berdasarkan data Puskemas Belawan (2020) jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak
13076 orang, yang menggunakan KB implant (864 orang), penggunaan KB suntik (4768
orang), pengguna KB PIL (2920 orang), penggunaan KB IUD sebanyak (122 orang).
Pengguna KB Kondom (225 orang) pengguna KB MOW (377 orang) dan pengguna KB
MOP (162 orang). Adapun faktor yang di perkirakan tinggi nya yang mempengaruhi
rendahnya penggunaan KB Implant pada wanita pasangan usia subur di puskesmas belawan
adalah tingkat Pendidikan formal, tingkat ekonomi, sumber informasi, tingkat pengetahuan
dan sikap.
Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
faktor yang mempengaruhi masih rendahnya penggunaan KB Implant pada wanita pasangan
usia subur di Puskesmas Belawan tahun 2022, melalui wawancara kepada 10 orang wanita
pasangan usia subur.
METODE
Desain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-uraian tentang
gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam melakukan
penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain deskriptif untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
rendahnya penggunaan KB implant diPuskesmas Belawan tahun 2022.(27) Lokasi penelitian
ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Belawan. Peneliti tertarik melakukan
penelitian di Puskesmas tersebut karena tempatnya yang strategis, belum pernah dilakukan
penelitian sebelumnya, mudah dijangkau oleh peneliti, dan karena banyak ibu yang
memakai KB implant di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Waktu yang akan digunakan
untuk penelitian ini adalah dari bulan April – Mei 2019. Populasi pada penelitian ini adalah
jumlah PUS di Puskesmas belawan sebanyak 13.076.
4
Maieftiki Journals Vol 1 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari
5
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari
orang (39,4%) dengan tidak menggunakan KB Implant sebanyak 10 orang (10,1%) dan yang
menggunakan KB Implant sebanyak 29 orang (29,3%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-
square dengan batas kemaknaan 95% atau nilai sig α (0,05), diperoleh nilai p-value 0,000 <
0,05, yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan rendahnya pengguna KB
Implant pada wanita pasangan usia subur. Dari 99 responden yang diteliti diperoleh bahwa
responden yang bersikap negatif sebanyak 57 orang (57,6%) dengan tidak menggunakan KB
Implant sebanyak 53 orang (53,6%) dan responden yang menggunakan KB Implant sebanyak
4 orang (4,0%), sedangkan responden yang bersikap positif sebanyak 42 orang (42,4%)
dengan tidak menggunakan KB Implant sebanyak 4 orang (4,0%) dan yang menggunakan
KB Implant sebanyak 38 orang (38,4%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dengan
batas kemaknaan 95% atau nilai sig α (0,05), diperoleh nilai p-value 0,000 < 0,05, yang
artinya ada hubungan antara pendapatan perbulan dengan rendahnya pengguna KB Implant
pada wanita pasangan usia subur.
Pengguna KB Implant
Jumlah
Analisa Bivariat Tidak menggunakan Menggunakan Sig.α
f % f % f %
Rendah 49 49,5 13 13,1 62 62,6
Tinggi 8 8,1 29 29,3 37 37,4 0,000
Sumber Informasi
Kurang 48 48,5 19 19,2 67 67,7
Tinggi 9 9,1 23 23,2 32 32,3 0,000
Pengetahuan
Kurang 47 47,5 13 13,1 60 60,6
Baik 10 10,1 29 29,3 39 39,4 0,000
Pengetahuan
Negatif 53 53,6 4 4,0 57 57,6 0,000
6
Maieftiki Journals Vol 1 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari
DAFTAR PUSTAKA
United Nations Population Fund. World population trends | UNFPA - United Nations
Population Fund [Internet]. United Nations Population Fund. 2017. Available from:
http://www.unfpa.org/world-population-trends.
UNFPA. Maternal health | UNFPA - United Nations Population Fund [Internet]. 2015.
Available from: http://www.unfpa.org/maternal-health
Family planning_Contraception.
BKKBN. (2015). Kualitas Sumber Daya Manusia Dalam Menggapai Bonus Demografi. J
Popul. 2(1):102–14.
Profil Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan RI 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2015. 2016. 125 p.
Gebremariam A, Addissie. (2014) A. Knowledge and Perception on Long Acting and
Permanent Contraceptive Methods in Adigrat Town , Tigray , Northern Ethiopia : A
Qualitative Study.
Affandi. Buku panduan praktis kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono. 2010.
Stoddard A, McNicholas C, Peipert JF. Efficacy and safety of long-acting reversible
contraception. Vol. 71, Drugs. 2011. p. 969–80.
Indonesia KKR. Indonesia Health Profile 2016. Pus data dan Inf Kementrian Kesehat Ri
[Internet]. 2017;1–168. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan Informasi
Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size - web.pdf
Indonesia KKR. Hasil utama Riskesdas 2018. (2018). Jakarta Badan Penelit dan Pengemb
Kesehatan, Kementrian Kesehat Republik Indones.
Arikunto S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
7
Maieftiki Journals Vol 3 No 1, 2023
Dewi Sartika, Jitasari Tarigan Sibero, Eni Wulandari
Imroni M, Fajar NA, Febry F. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2009. J
Publikasi Ilmu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Prof. DR. Soekidjo Notoatmodjo, S.K.M. MC. (2008). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Anggraeni P. (2015). Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014. Kti.
Budiarti I, Nuryani DD, Hidayat R. (2017). Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB. J Kesehat, 8(2):220–4.
Alfiah ID. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015.
Siti Handayani. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Berhubungan Dengan Pengguna KB
Implant Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Partihaman Saroha Kecamatan
Padang Sidempuan Hutaimbaru. Skripsi Mhs D4 Kebidanan Helvetia.