Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NY.E AKSEPTOR BARU KB IUD


DI PUSKESMAS TANAH MERAH
TAHUN 2023

Disusun oleh :
DIANA YOLANDA AMERON
NIM : 230707051

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI
NUSANTARA JAKARTA
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NY.E AKSEPTOR BARU KB IUD


DI PUSKESMAS TANAH MERAH
TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

PEMBIMBING I

(NANIK YULIWATI, SKM, S.KEB.MKM)


NIDN: 8966330021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny.M AKSEPTOR BARU KB IUD DI PUSKESMAS TANAH
MERAH TAHUN 2023”

Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan


dukungan dari berbagai pihak,baik secara moril maupun materil. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Maryati Sutarno, S.Pd, SST, Bd. Mars. MA. Ketua
Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, M.Keb. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
4. Ibu Nanik Yuliwati, SKM, S.Keb. MKM sebagai pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada
penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan
laporan penulis.
5. Kedua orang tua tercinta, Suami tercinta dan anak tersayang serta
keluarga besar yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu
dengan tulus dan kasih sayang serta selalu memberi semangat
kepada penulis.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi
pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Tuhan
YME senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua.
Papua, November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................3
C. Tujuan Penulisan ......................................................................4
D. Manfaat Penulisan.....................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................6
A. Keluarga Berencana..................................................................6
B. KB IUD ......................................................................................7
C. Asuhan Kebidanan....................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................23
BAB V PENUTUP................................................................................26
A. Kesimpulan................................................................................26
B. Saran.........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 28
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Rahayu, 2020).
Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang
berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2017).
Keluarga berencana termasuk ke dalam 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals
(SDGs) yang disepakati oleh negara-negara anggota PBB tahun 2019.
Keluarga berencana terdapat pada tujuan untuk menjamin kehidupan
sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua di segala usia. Target
ke-3 poin 7 dalam tujuan tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2030,
pemerintah menjamin akses universal terhadap layanan perawatan
kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk untuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam
strategi program nasional.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan keluarga berencana
melalui penyelenggaraan program keluarga berencana. Peraturan
Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga
berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.

1
Berdasarkan survei penduduk tahun 2019 tingkat laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% dan angka kelahiran
total atau Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 per wanita subur. Angka
tersebut masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014 yaitu tercapainya laju
pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,1% dan tingkat fertilitas 2,1%
per kelahiran (BKKBN, 2020).
Dalam mengatasi pertumbuhan penduduk pemerintah
menerapkan kebijakan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien diantaranya yaitu penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang). Secara nasional sampai bulan Juli 2014 sebanyak 4.309.830
peserta KB baru didominasi oleh peserta Non MKJP yaitu sebesar
69,99%, sedangkan untuk peserta MKJP hanya sebesar 30,01%
(BKKBN, 2018).
Pemakaian kontrasepsi di antara metode KB modern, metode
KB yang paling banyak digunakan oleh PUS berstatus kawin adalah
metode suntikan 32% dan pil 14%. Peningkatan pemakaian suntik KB
diiringi oleh turunnya peserta IUD. Pemakaian IUD mengalami penurunan
selama 20 tahun, dari 13% tahun 2017 menjadi 4% tahun 2020.
Sebaliknya peserta KB suntik mengalami peningkatan dari 12% tahun
2017 menjadi 32% tahun 2023 (SDKI, 2023).
Akseptor KB IUD di Indonesia merupakan terbanyak kedua jika
dibandingkan dengan MKJP lainnya, pengguna implant (11,20%), IUD
(10,61%), MOW (3,54%) dan MOP (0,54%) (Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2021).
Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi
diatur dalam UU No.4 tahun 2019 tentang Kebidanan. Hal ini tercantum
dalam pasal 46 “Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan bidan
bertugas memberikan pelayanan yang meliputi: c. Pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana”. Pada paragraf 3
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana,
pasal 51 “Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang melakukan komunikasi,

2
informasi,edukasi, konseling dan memberikan pelayanan kontrasepsi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan”.
Menurut KMK 320 tahun 2020 daftar ketrampilan yang harus
dimiliki bidan profesi dalam hal pelayanan Keluarag Berencana adalah:
Pemanfaatan Kriteria Kelayakan Medis Dalam Penggunaan Kontrasepsi,
Pemeriksaan fisik terfokus pada ibu yang ingin mendapatkan pelayanan
Keluarga Berencana, Konseling Keluarga Berencana, Pemberian
kontrasepsi pil, Pemberian Kontrasepsi darurat, Pemberian kondom,
Pemberian kontrasepsi suntik, Pemasangan Intrauterine Device (IUD),
Pencabutan Intrauterine Device (IUD), Pemasangan Implan, Pencabutan
Implan, Fasilitasi Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Edukasi dan
konseling Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria
(MOP).
Sedangkan Daftar Masalah dalam Lingkup Asuhan Kebidanan
pelayanan KB meliputi: Tidak haid pada pemakaian suntik hormon, Tidak
haid pada pemakaian kontrasepsi suntik, spotting pada pemakaian
kontrasepsi suntik Depo, Penggunaan pil untuk ibu menyusui, Tali IUD
tidak terlihat di ostium, Gemuk pasca pemakaian KB suntik, Perdarahan
pasca senggama, Perdarahan abnormal diluar haid, Tidak mau
menggunakan alat kontrasepsi tapi tidak mau hamil, cairan vagina
berbau, Tidak haid setelah masa nifas berakhir, Nyeri saat bersenggama,
Kehamilan pada akseptor KB, Berat badan naik, Infeksi pada bekas
insersi implant, Jerawatan, Kram perut, Akseptor KB hormonal >5 tahun,
Akseptor IUD / Implan melewati batas pemakaian, Kondom lepas di
kemaluan ibu, perdarahan tidak teratur, pengeluaran cairan pervaginam,
IUD keluar dari Rahim, Periksa benang IUD, Cabut IUD, Suntik ulang KB,
Akseptor pil KB, Akseptor Implan.
Jumlah kunjungan akseptor KB di Puskesmas Binuang Serang
tahun 2021 adalah 1.958 akseptor. Akseptor KB IUD berjumlah 14 orang
atau 0,72% dari total kunjungan. Penulis tertarik untuk membuat Laporan
Kasus Akseptor IUD karena banyaknya masyarakat yang masih takut
untuk menggunakannya. Diperlukan penjelasan yang lebih dari petugas
kesehatan agar masyarakat lebih memahami dan tidak takut untuk
menggunakan KB IUD mengingat tingkat keefektifannya yang tinggi.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk


mengambil kasus dengan judul “Bagaimana Studi Kasus Asuhan
Kebidanan Pada Ny.E Akseptor Baru KB IUD Di Puskesmas Tanah
Merah Tahun 2023”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada akseptor
KB khususnya IUD.
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu menyusun analisa asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi indikasi dan kontraindikasi
untuk pemasangan IUD
c. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan IUD sesuai
Standart Operasional yang telah ditentukan.
d. Mahasiswa mampu menganalisa efek samping dari pemasangan
IUD dan mampu mengatasinya
e. Mahasiswa mampu melakukan edukasi tentang alat kontrasepesi
IUD ke masyarakat.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi
tentang Keluarga Berencana dengan akseptor KB baru khususnya
dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny.E Akseptor Baru KB
IUD Di Puskesmas Tanah Merah Tahun 2023.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada Ny.M
Akseptor Baru KB IUD Di Puskesmas Tanah Merah Tahun 2023
dengan baik dan benar, dan untuk sumber informasi dalam
memberikan Asuhan Kebidanan sehingga dapat menerapkan asuhan
keluarga berencana tersebut untuk mencapai pelayanan yang lebih
mutu dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan kesehatan ibu
dan bayi.

4
3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi serta pengetahuan sesuai
dengan asuhan yang diberikan oleh bidan dan mendapatkan
pelayanan yang optimal sehingga masyarakat lebih mewaspadai hal
yang tidak dianjurkan baik segi pola makanan maupun dari segi life
style sehingga menurunkan angka kematian ibu dan bayi dan
mencegah terjadinya bayi prematur.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Usaha tersebut dapat bersifat sementara
dapat juga bersifat permanen (Saefuddin, 2018)
Taufan Nugroho, dkk, 2014 berpendapat bahwa
kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim.
Alat kontrasepsi yang idelal harus memenuhi beberapa
pesyaratan sebagai berikut (Saefuddin,2018):
a. Dapat dipercaya
b. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuuhan
d. Tidak manimbulkan gangguana sewaktu melakukan koitus
e. Tidak memerlukan motivasi yang terus menerus
f. Mudah pelaksanaannya
g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh lapisan
masyarakat
h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang
bersangkutan.
2. Jenis Alat Kontrasepsi
Menurut Matahari, dkk, 2018, jenis alat kontrasepsi dibagi
menjadi 2 yaitu Hormonal dan nonHormonal.
a. Kontrasepsi hormonal berupa: Pil Kb kombinasi, pil hormone
progestin, pil KB darurat, Suntik Kb kombinasi,suntik KB
progestin, Implan
b. Kontrasepsi non hormonal, yaitu: Tubektomi (MOW),
Vasektomi (MOP), Kondom, coitus interruptus, metode
amenorhoe laktasi (MAL), Diafragma, AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim).
Sedangkan menurut BKKBN metode kontrasepsi dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu metode kontrasepsi jangka pendek yang

6
terdiri dari pil KB dan suntikan KB, kondom. Kemudian, metode
kontrasepsi jangka panjang yang terdiri dari alat kontrasepsi
dalam Rahim (IUD), Implan, Tubektomi dan Vasektomi (BKKBN,
2017)
Adapun menurut Manuaba (2016), macam alat
kontrasepsi adalah sebagai berikut:
a. Kontrasepsi metode sederhana Metode KB sederhana
adalah metode KB yang digunakan tanpa bantuan orang
lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah 19
kondom, pantang berkala, senggama terputus, dan
spermisida. Metode sederhana akan lebih efektif bila
penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur.
b. Kontrasepsi metode efektif :
1) Kontrasepsi hormonal : mini pil, suntik, implan.
2) Kontrasepsi mekanisme : Alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device).
3) Kontrasepsi metode mantap : Metode Operasi Wanita
(MOW) : Tubektomi dan Metode Operasi Pria (MOP) :
Vasektomi.

B. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / Intrauterine Device (IUD)


1. Pengertian AKDR
AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang
efektif, aman dan refersible yang terbuat dari plastik atau logam
kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui kanalis servikalis
(Imelda, 2018).
Sedangkan menurut Purwoastuti, dkk, 2015, kontrasepsi
IUD IUD (Intra Uterine Device) adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversible, dan
berjangka panjang dapat di pakai oleh semua perempuan berusia
reproduktif. IUD merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T
yang lentur dan diletakkan dalam rahim untuk mencegah
kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang
ada di badan IUD.
IUD memiliki efektifitas yang tinggi, dimana
keberhasilannya 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan

7
yang menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125 sampai 170
kehamilan).
2. Macam / Jenis IUD
Jenis-jenis kontrasepsi IUD menurut Kumalasari (2015) ada dua
jenis IUD (Intra Uterine Device) menurut kandungan atau bahan
pembuatannya yaitu :
a. Non-Hormonal
Berdasarkan jenisnya ada dua bentuk IUD yaitu:
1) Bentuk terbuka (open device). Misalnya Lippes Loop, Cu
7, Marguiles, Spring Coil, Multi Load, Nova T. 21
2) Bentuk tertutup (closed dedice). Misalnya Ota-Ring, Atigon
dan Graten Berg Ring.
b. Hormonal
IUD dengan hormonal ada dua jenis yaitu :
1) Progestasert = Alza T yang mempunyai panjang 36 mm,
lebar 32 mm dengan dua lembar benang ekor warna
hitam, mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat,
melepaskan 36 µg progesteron setiap hari, tabung
insersinya berbentuk lengkung, daya kerja 18 bulan.
2) LNG (Levonogestrel) 20 mengandung 46-60 mg
levonogestrel, dengan pelepasan 20 µg per hari, dengan
angka kegagalan terendah yaitu < 0,5 per 100 wanita
pertahun.
3. Mekanisme Kerja IUD
Menurut WHO mekanisme kerja IUD menimbulkan reaksi
radang di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang
mempengaruhi enzim-enzim di endometrium, metabolisme glikogen, dan
penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada
pemakaian IUD yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa
yang mencapai saluran genitalia atas berkurang. Perubahan
cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma
atau ovum yang diambil dari pemakai IUD yang mengandung
tembaga memperlihatkan degenerasi mencolok (Kumalasari,
2017).

8
Sedangkan menurut Setyaningrum (2018) cara kerja dari
AKDR yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii karena adanya ion tembaga yang dikeluarkan AKDR
dengan cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa.
AKDR memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus karena terjadinya pemadatan endometrium oleh leukosit,
makrofag, dan limfosit menyebabkan blastoksis mungkin dirusak
oleh makrofag dan blastoksis
4. Indikasi, kontraindikasi, efek samping dan komplikasi
pemakaian IUD
Menurut Kumalasari, 2018, indikasi pemakaian KB IUD sebagai
berikut:
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi
e. Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya
f. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Perempuan dengan risiko rendah IMS
h. Tidak menghendaki metode hormonal
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama
Sedangkan kontra indikasi pemasangan IUD menurut Saefudddin,
2018 dibagi atas 2 golongan:
a) Kontra indikasi relatif:
1) Mioma dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2) Insufisiensi serviks uteri
3) Uterus dengan parut pada dindingnya seperti pada bekas
seksio secaria, enukleasi mioma
4) Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosi porsio uteri
b) Kontra indikasi mutlak:
1) Kehamilan
2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4) Adanya metrorhargi yang belum disembuhkan
5) Pasangan yang tidak lestari

9
Saefuddin, 2018 menjelaskan efek samping dari IUD adalah
sebagai berikut:
a) Perdarahan; umumnya setelah pemasangan IUD terjadi
perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti.
b) Rasa nyeri dan kejang di perut; dapat terjadi segera setelah
pemasangan IUD, biasanya rasa nyeri ini akan berangsur-
angsur hilang dengan sendirinya.
c) Gangguan pada suami; kadang-kadang suami dapat
merasakan adanya benang IUD sewaktu bersenggama. Hal ini
di sebabkan oleh benign IUD yang keluar dari portio terlalu
pendek atau terlalu panjang.
d) Ekspulsi;dapat terjadi sebgian atau seluruhnya. Ekspulsi
biasanya terjadi watu haid dan di pengaruhi oleh umur dan
paritas, lama pemakaian, ekspulsi sebelumnya, jenis dan
ukuran, faktor psikis.
Komplikasi dari pemakaian IUD adalah:
a) Infeksi; hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi
yang subakut atau menahun pada trakstus genetalis sebelum
pemasangan IUD
b) Perforasi; umumnya terjadi sewaktu pemasangan walaupun
bisa terjadi juga kemudian
c) Kehamilan; jika terjadi kehamilan dengan IUD insitu tidak akan
timbul cacat pada bayi oleh karena IUD terletak anatara
selaput ketuban dan dinding Rahim. Namun, angka keguguran
denan IUD in situ tinggi.
5. Waktu pemasangan IUD
Menurut Saefudin, 2018 waktu pemasangan Iud adalah:
a) Sewaktu haid sedang berlangsung.
Keuntungan pemasangan pada waktu ini adalah: pemasangan
lebih mudah karena serviks pada saat ini terbuka dan agak
lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang
timbul akibat pemasangan tidak begitu dirasakan,
kemungkinan tidak sedang hamil tidak ada.

10
b) Sewaktu post partum
Dibagi dalam tiga waktu yaitu:
1) Secara dini (immediate insertion) dipasang sebelum ibu
pulang dari rumah sakit. Pemasangan IUD post plasenta di
lakukan 10 menit setelah placenta lahir (Kemenkes RI,
2017)
2) Secara langsung (direct insertion) di pasang dalam masa
tiga bulan setelah partus atau abortus.
3) Secara tidak langsung (indirect insertion) dipasang setelah
tiga bulan post partum atau post abortus.
c) Sewaktu post abortus.
Perlu diperhatikan adanya septic abortion yang merupakan
kontra indikasi.
d) Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang berhubungan
badan sebelum AKDR dipasang.
6. Cara pemasangan IUD
Berdasarkan Standart Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan tahun 2019, prosedur pemasangan IUD adalah
sebagai berikut:
a) Konseling awal
(1) Menyapa ibu dengan ramah dan memperkenalkan diri lalu
menanyakan tujuan kedatangannya.
(2) Memberikan informasi umum tentang keluarga berencana
dengan media Alat Bantu Pengambilan Keputusan
(ABPK)
(3) Memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang
tersedia, keuntungan, keterbatasan masing-masing jenis
kontrasepsi, cara kerja, efek samping, masalah
kesehatanlain yang mungkin terjadi serta efek samping
yang umum sering dialami oleh ibu.
(4) Menjelaskan apa saja yang bisa di peroleh dari kunjungan.
b) Konseling Khusus
(1) Menjamin jaminan kerahasiaan yang diperlukan ibu.
(2) Mengumpulkan data pribadi ibu (nama, alamat,dsb)
(3) Menanyakan tujuan reproduksi KB yang diinginkan .

11
(4) Menanyakan agama / kepercayaan yang dianut ibu yang
mungkin menentang penggunaan salah satu metode KB
(5) Membantu ibu untuk memilih metode yang tepat.
c) Persiapan alat.
(1) Sarung tangan
(2) Speculum vagina
(3) Klem
(4) Larutan antiseptic
(5) Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)
d) Konseling Pra Pemasangan dan Seleksi Ibu
(1) Melakukan seleksi ibu secara cermat untuk
memastikantidak ada masalah kesehatan jika
menggunakan AKDR
(2) Menanyakan riwayat kesehatan reproduksi (HPHT, paritas,
riwayat persalinan,kehamilan ektopik, nyeri hebat saat
haid, anemia berat, ISG,KMS, kanker serviks)
(3) Menjelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan
pangggul
(4) Memastikan ibu sudah mengosongkan kandung kencing
dan mencuci area genetalia dengan sabun dan air.
(5) Membantu ibu untuk maik ke meja pemeriksaan
(6) Melakukan palpasi daerah perut, memeriksa apakah ada
nyeri benjolan atau kelainan di daerah supra pubik
(7) Memasang kain penutup pada ibu untuk pemeriksaan
panggul
(8) Mengatur cahaya untuk melihat serviks
(9) Memakai sarung tangan DTT
(10) Mengatur tempat peralatan dan bahan-bahan yang akan
digunakan dalam wadah steril.
(11) Melakukan inspeksi pada genetalis eksterna
(12) Melakukan palpasi kelenjar scene dan bartholini,
mengamati apakah ada nyeri atau duh vagina.
(13) Memasukkan speculum vagina
(14) Melakukan pemeriksaan inspekulo: adakah lesi atau
keputihan pada vagina, inspeksi serviks.

12
(15) Mengeluarkan speculum dengan hati-hati, menyimpan
kembali pada tempat semula dan tidak menyentuh yang
lain.
(16) Melakukan pemeriksaan bimanual: memastikan gerakan
serviks bebas, menentukan besar dan posisi uterus,
memastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa,
memastikan tidak ada kehamilan.
(17) Melakukan pemeriksaan retrovaginal (jika ada indikasi).
(18) Menyelupkan sarung tangan dalam larutan clorine 0,5%
kemudian buka secara terbalik dan merendamnya.
(19) Memastikan ibu sudah mengosongkan kandung kencing
dan mencuci area genetalia dengan sabun dan air.
e) Tindakan pra pemasangan
(1) Menjelaskan proses pemasangan AKDR serta apa yang
akan ibu rasakan pada saat proses pemasangan dan
setelah pemasanagn lalu mempersilakan ibu untuk
mengajukan pertanyaan.
(2) Memasang lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan
sterilnya:
(a) Membuka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke
belakang.
(b) Memasukkan pendorong ke dalam tabung inserter
tanpa menyentuh benda tidak steril.
(c) Meletakkan kemasan pada tempat yang datar
(d) Menyelipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR
(e) Memegang kedua ujung lengan AKDR dan mendorong
tabung inserter serta menarik tabung dari bawah
lipatan lengan
(f) Mengangkat sedikit tabung inserter, medorong dan
memutar untuk memasukkan lengan AKDR yang
sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
(3) Memasang AKDR
(a) Memakai sarung tangan DTT yang baru
(b) Memegang speculum vagina untuk melihat serviks
(c) Mengusap vagina dan serviks dengan larutan aseptic 2
sampai 3 kali.

13
(d) Menjepit serviks dengan tenaculum secara hati-hati
(takik pertama) pada jam 11-12.
(e) Memasukkan sonde uterus dengan tekhnik “tidak
menyentuh (no touch technique), yaitu secara hati-hati
memasukkan sonde ke cavum uteri dengan sekali
masuktanpa menyentuh dinding vagina ataupunbibir
speculum
(f) Menentukan posisi dan kedalaman kavum uteri lalu
mengeluarkan sonde
(g) Mengukur kedalaman cavum uteri pada tabung inserter
yang masih berada di dalam kemasan sterilnya dengan
menggeser leher biru pada tabung inserter, kemudian
membuka seluruh plastik penutup kemasan.
(h) Memegang serta menahan tenakulum dan pendorong
dengan satu lengan.
(i) Melepaskan lengan AKDR dengan menggunakan
tekhnik withdrawl yaitu menarik keluar tabung inserter
sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan
pendorong.
(j) Mengeluarkan sebagian dari tabung inserterdan
menggunting benang AKDR kurang lebih 3-4cm
(k) Mengeluarkan seluruh tabung inserter, membuang ke
tempat sampat terkontaminasi
(l) Melepaskan tenaculum dengan hati-hati lalu
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
(m) Memeriksa servik, bila ada perdarahan dari tempat
penjepitan tenaculum,menekannya dengan kasa
selama 30-60 detik
(n) Mengeluarkan seluruh tabung inserter lalu
membuangnya ke tempat sampah terkontaminasi.
(4) Tindakan pasca pemasangan
(a) Merendam seluruh peralatan yang sudah dipakaidalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi.

14
(b) Membuang bahan-bahan yang tidak dipakai lagi
(kasa,sarung tangan sekali pakai) ke tempat yang
sudah disediakan.
(c) Mencelupkan kedua tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membersihkan cemaran pada sarung tangan,
membuka secara terbalik,dan merendamnya dengan
klorin 0,5%.
(d) Mencuci tangan dengnan air dan sabun, lalu
mengeringkan dengan handuk yang kering dan bersih.
(5) Konseling pasca pemasangan
(a) Mengajarkan ibu bagaimana cara memeriksa sendiri
benang AKDR dan kapan dilakukan.
(b) Menjelaskan pada ibu yang harusdilakukan
bilamengalami efek samping.
(c) Memberitahu pada ibu kapan harus dating kembali ke
klinik untuk kontrol.
(d) Mengingatka kembali masa pemakaian AKDR Cu
T380A yaitu 10 tahun dan AKDR efektif bekerja
sebagai kontrasepsi segera setelah pemasangan
(e) Meminta ibu untuk mengulang kembali penjelasan
yang telah di berikan.
(f) Melengkapi rekam medis dan kartu AKDR untuk ibu.
(g) Memastikan ibu tidak mengalami kram hebat dan
mengamatinya selama 15 menit sebelum
memperbolehkan ibu pulang.

C. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD


1. Pengertian
Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang
kesehatan ibu pada masa hamil, persalinan, masa nifas, bayi baru
lahir serta keluarga berencana. Asuhan kebidanan adalah prosedur
tindakan yang dilakukan bidan sesuai dengan wewenang dalam
lingkup prakteknya berdasarkan ilmu kebidanan dengan

15
memperhatikan pengaruh sosial budaya, psikologis, emosional,
spiritual serta hubungan interpersonal dan mengutamakan keamanan
ibu, janin dan penolong serta kebutuhan klien (Kemenkes RI, 2017).
Akseptor KB adalah peserta KB pasangan usia subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat atau obat kontrasepsi. (BKKBN,
2016)
2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
a. Dokumentasi SOAP
Pendokumentasian adalah suatu pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap keadaan yang dilihat dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan. Pendokumentasian atau
catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan
metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif,
O adalah data objektif, A adalah analis/assessment dan P
adalah planning. SOAP merupakan catatan yang sederhana,
jelas, logis dan singkat.
b. Dokumentasi dalam bentuk Pathway
Clinical Pathways adalah suatu konsep perencanaan
pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang
diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan
medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan
hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di
rumah sakit. Clinical Pathways adalah metodologi dalam cara
mekanisme pengambilan keputusan terhadap layanan pasien
berdasarkan pengelompokan dan dalam periode waktu
tertentu. Prinsip prinsip dalam menyusun Clinical Pathways
(Firmanda D. 2000)
Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000)
Clinical pathway merupakan pedoman kolaboratif untuk
merawat pasien yang berfokus pada diagnosis, masalah klinis
dan tahapan pelayanan. Clinical pathway menggabungkan
standar asuhan setiap tenaga kesehatan secara sistematik.
Tindakan yang diberikan diseragamkan dalam suatu standar
asuhan, namun tetap memperhatikan aspek individu dari
pasien.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR BARU KB IUD

NO. REGISTER : 001/23


Tanggal Pengkajian : 10 November 2023

DATA SUBYEKTIF

A. IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. E NamaSuami : Tn.S
Umur : 36 th Umur : 37 th
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Khatolik Agama : Khatolik
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Alamat : ……………

B. ANAMNESA
1. Kunjungan saat ini :
Kunjungan pertama
Keluhan: ibu sudah melahirkan anak ke 3 dua bulan yang lalu secara normal,
pernah keguguran 1x pada kehamilan yang ke dua, memberikan ASI Ekslusif,
dan rencana ingin memakai KB IUD
2. Riwayat Perkawinan
Kawin: 1x kali, kawin pertama umur : 24 tahun, dengan suami sekarang 13 tahun
3. Riwayat Mensturasi
Menarce umur 13 tahun, siklus 25 - 28 hari, teratur . Lamanya 7 hari, sifat darah :
encer, Bau : amis, khas, Dismenorhoe : tidak, Banyaknya kurang lebih 50 Cc
Hari pertama haid terakhir tanggal : belum haid setelah melahirkan
4. Jumlah Anak : 3

17
5. Riwayat kontrasepsi yang di gunakan

N Jenis Mulai memakai Berhenti/ganti cairan


o kontraseps
Tangga Ole Tempa keluha tangga ole tempa Keluha
i
l h t n l h t n
.. Kb alami
......

6. Riwayat kesehatan

a. Penyakit yang pernah/ sedang di derita ibu dan keluarga


1. Apakah pernah operasi besar : tidak
2. Penyakit kuning : tidak
3. Postpartum sampai dengan 6 minggu : ya
4. Sepsis pada masa nifas : tidak
b. Abortus : 1x saat kehamilan ke 2, sepsis :tidak

7. Riwayat hubungan seksual:


Belum melakukan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.

8. Riwayat penyakit ginekologi


1. Kanker Serviks : tidak
2. Perdarahan pervaginam : tidak
3. Menderita Radang Panggul : tidak
4. PMS : tidak

9. Keadaan psikosocial spiritual


a. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi : ibu sudah mengetahui tentang
kontrasepsi
b. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang di pakai: ibu mengetahui
tentang KB IUD dari berbagai media
c. Dukungan suami/ keluarga : baik
d. Merokok : tidak

18
DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan

1. Keadaan umum: baik kesadaran : c.m Keadaan emosional : stabil

2. Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70mmHg Denyut Nadi : 84x/menit Suhu tubuh: 36℃
Pernafasan: 16x/menit

3. Tinggi Badan : 163 kg, Berat Badan : 67cm LILA : 30 cm

4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher
Wajah Pucat : tidak
Edema wajah : tidak ada
Mata :
Kelopak mata :tidak oedema
Konjungtiva : tidak anemis
Scelera : tidak ikterik
Kelenjar Tiroid
Pembesaran : tidak ada
b. Dada
Jantung : irama reguller
Paru : tidak ada whezing
Payudara : simetris
Pembesaran : normal
Putting susu : menonjol
Simetris : simetris
Benjolan : tidak ada
Pengeluaran : ASI
Rasa nyeri : tidak ada
Lain-lain :-
c. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada pembesaran : normal
Konsistensi : lunak benjolan: tidak ada
Pembesaran hepar : tidak ada

19
Kandung Kemih : kosong
d. Ekstremitas atas
Oedem : tidak ada
Kekakuan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak
Varices : tidak ada
e. Ekstremitas bawah
Oedem : tidak ada
Kekakuan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak
Varices : tidak ada
Reflex : (+)
f. Genetalia luar :
Varices : tidak ada
Bekas luka : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada

5. Pemeriksaan ginekologis
a. Genetalia eksterna :
Ulkus : tidak,
Pembengkakan kelenjar bartholini : tidak,
Pembengkakan Kelenjar Skene : tidak
Pengeluaran Pervaginam : tidak ada
b. Genetalia Interna :
Cairan Vagina : tidak ada
Servisitis : tidak
Nyeri goyang portio : tidak
Tumor pada adneksa : tidak
Tumor pada kavum douglasi : tidak
Besar panggul : normal, posisi : antefleksi
Mobilitas uterus : mobil
Panjang uterus : 8 cm

6. Pemeriksaan penunjang

20
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

ANALISIS DATA :
Ny.E usia 36 th P3 A1 akseptor baru KB IUD

PENATALAKSANAAN :
1. Melakukan konseling awal, memberikan informasi tentang alat kontrasepsi
dengan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK),
keunggulan dan kerugian setiap alat kontrasepsi.
2. Melakukan konseling khusus berupa jaminan kerahasiaan yang diperlukan
ibu, mengumpulkan data pribadi ibu, menanyakan tujuan reproduksi yang
diinginkan, membantu ibu untuk memilih metode yang tepat, menanyakan
agama/kepercayaan yang dianut ibu barangkali bertentangan dengan
salah satu metode KB.
3. Melakukan persiapan alat berupa: alat IUD set, sarung tangan DTT 3,
speculum vagina, klem panjang, penjepit portio/tenaculum, larutan
antiseptic, larutan klorin 0,5%.
4. Melakukan konseling pra pemasangan dan seleksi ibu untuk meyakinkan
ibu tidak ada kontra indikasi pemasangan IUD.
5. Melakukan tindakan pra pemasangan berupa menyiapkan alat IUD di
lanjutkan dengan pemasangan IUD ke ibu
6. Melakukan tindakan pasca pemasangan yaitu melakukan dekontaminasi
alat dan bahan bekas pakai untuk mencegah infeksi nosokomial.
7. Melakukan konseling pasca pemasangan yaitu cara memeriksa sendiri
benang IUD dan menjelaskan waktu untuk kunjungan ulang
8. Memberikan terapi Analgetik dan Antibiotik.

21
Nama: Ny.E
Usia: 36th
Akseptor Baru KB IUD

DOKUMENTASI
PATHWAY Patofisiologi berdasarkan teori dan
Tanda dan gejala sesuai
tanda gejala yang di rasakan pasien:
keluhan pasien:
Menurut WHO mekanisme kerja IUD
S: ibu mengatakan telah
Tanda dan gejala berdasarkan menimbulkan reaksi radang di
melahirkan 2 bulan yang
teori: endometrium, disertai peningkatan
lalu secara
Indikasi pemasangan IUD: produksi prostaglandin dan infiltrasi
normal,memberikan ASI
a) Usia reproduktif leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh
eksklusif, belum
b.) Keadaan nulipara tembaga, yang mempengaruhi
melakukan hubungan
c.) Menginginkan menggunakan enzimenzim di endometrium,
seksual setelah nifas
kontrasepsi jangka panjang metabolisme glikogen, dan
selesai dan ingin
d.) Perempuan menyusui yang penyerapan estrogen serta
menggunakan
menginginkan kontrasepsi menghambat transportasi sperma.
kontrasepsi IUD
e.) Setelah menyusui dan tidak Pada pemakaian IUD yang
O: k/u baik, kesadaran
ingin menyusui bayinya mengandung tembaga, jumlah
c.m T: 110/70mmHg
f.) Setelah abortus dan tidak spermatozoa yang mencapai saluran
Nadi : 84x/menit Suhu:
terlihat adanya infeksi genitalia atas berkurang. Perubahan
36℃ Pernafasan:
g.) Perempuan dengan risiko cairan uterus dan tuba mengganggu
16x/menit
rendah IMS viabilitas gamet, baik sperma atau
Pemeriksaan ginekologi
h.) Tidak menghendaki metode ovum yang diambil dari pemakai IUD
tidak ditemukan
hormonal yang mengandung tembaga
kelainan.
i.) Tidak menyukai untuk memperlihatkan degenerasi mencolok
mengingat-ingat minum pil setiap (Kumalasari, 2017).
hari
j.) Tidak menghendaki
kehamilan setelah 1-5 hari Asuahan Kebidanan berdasarkan teori:
sanggama 1. Pada saat konselin awal diberikan informasi tentang berbagai alat
kontrasepsi beserta keunggulan dan kerugian untuk lebih memantapkan
(Kumalasari,2017) pilihan ibu.
2. Konseling khusus dilakukan membantu ibu dalam memilih alat kontrasepsi
Asuhan Kebidanan yang diberikan: apabila ibu masih ragu dan kerahasiaan dan ibu terjamin.
3. Persiapan alat untuk memudahkan dalam prosedur pemasanagan IUD.
1. Melakukan konseling awal
4. Menggali lebih jauh masalah kesehatan ibu sebelum dilakukan pemasangan
2. Melakukan konseling khusus IUD.
3. Melakukan persiapan alat 5. Menjelaskan proses pemasangan, mulai meyiapkan alat IUD dan melakukan
4. Melakukan konseling pra pemasangan pemasangan IUD
dan seleksi ibu 6. Pasca pemasangan , melakukan dekontaminasi semua lata yang sudah
dipakai dan pengelolaan sampah medis.
5. Melakukan tindakan pra pemasangan
7. Menjelaskan pada ibu cara memeriksa sendiri benang IUD kapan harus
dilanjutkan dengan pemsangan IUD ke kontrol ulang, serta mengingatkan kembali jangka waktu IUD , melakukan
ibu pendokumentasian.
6. Melakukan tindakan pasca pemasangan. 8. Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri pasca pemasangan dan
7. Melakukan konseling pasca pemasangan. antibiotic untuk mencegah infeksi.
8. Memberikan terapi analgetik dan
antibiotik
Evaluasi:
- Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan bidan
- Ibu sudah dipasang IUD

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang


kesenjangan yang terjadi antara praktek yang dilakukan di Puskesmas
Tanah Merah dengan teori yang ada. Di sini penulis akan menjelaskan
kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah dalam manajemen
kebidanan menurut Varney. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat
diambil suatu kesimpulan serta pemecahan masalah dan kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut
dalam penerapan asuhan kebidanan.
Data subyektif di peroleh bahwa ibu telah melahirkan secara normal
dua bulan yang lalu anak ke tiga, pernah keguguran 1x saat kehamilan ke dua,
memberikan ASI eksklusif, belum melakukan hubungan seksual setelah selesai
masa nifas. Dari data obyektif yang penulis gali tidak ditemukan kelainan
gynekologi. Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena tidak ada indikasi
untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan data tersebut penulis
menegakkan diagnosa Asuhan Kebidanan pada Ny.M usia 36 th P3 A1 Akseptor
Baru KB IUD.
Berdasarkan teori, pemasangan alat kontrasepsi IUD Asuhan
Kebidanan yang diberikan berupa: Melakukan konseling awal, memberikan
informasi tentang alat kontrasepsi dengan menggunakan Alat Bantu
Pengambilan Keputusan (ABPK), keunggulan dan kerugian setiap alat
kontrasepsi, Melakukan konseling khusus berupa jaminan kerahasiaan yang
diperlukan ibu, mengumpulkan data pribadi ibu, menanyakan tujuan reproduksi
yang diinginkan, membantu ibu untuk memilih metode yang tepat, menanyakan
agama/kepercayaan yang dianut ibu barangkali bertentangan dengan salah satu
metode KB, Melakukan persiapan alat berupa: alat IUD set, sarung tangan DTT
3, speculum vagina, klem panjang, penjepit portio/tenaculum, larutan antiseptic,
larutan klorin 0,5%, Melakukan konseling pra pemasangan dan seleksi ibu, hal
ini dilakukan untuk memastikan tidak ada kontra indikasi untuk pemasangan IUD,
Melakukan tindakan pra pemasangan, dilakukan untuk mempersiapkan alat IUD
agar siap dipakai saat mulai pemasangan dilanjutkan dengan pemasangan IUD

23
pada ibu sesuai dengan Standart Operasional Prosedur pemasangan IUD,
Melakukan tindakan pasca pemasangan, merupakan tindakan dekontaminasi
alat dan bahan bekas pakai yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi nosocomial, Melakukan konseling pasca pemasangan,
dilakukan untuk mencegah kekhawatiran ibu apabila ditemukan efek samping
misalnya ekspulsi, perdarahan banyak dan mengajarkan cara mengecek sendiri
benang IUD, hal ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya ekspulsi atau
perforasi, Memberikan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri pasca
pemasangan dan antibiotik untuk mencegah infeksi. Sesuai dengan teori,
pemberian Antibiotik tidak perlu dilakukan apabila bidan bisa memastikan
kesterilan alat dan cara pemasangan yang sesuai prosedur. Dalam hal ini bidan
khawatir terjadi infeksi pasca pemasangan walaupun pada pelaksanannya
sesuai dengan prosedur yang ada.
Dalam pelaksanaannya penulis melakukan sesuai dengan teori yang
ada, sehingga semua prosedur pemasangan IUD telah penulis lakukan, IUD
sudah terpasang dengan baik. Ibu sudah diingatkan kembali untuk kunjungan
ulang dan hal-hal apa saja kemungkinan yang bisa terjadi pasca pemasangan.
Pendokumentasian telah dilakukan.

24
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang diperoleh pada laporan kasus “Asuhan Kebidanan
Pada Ny.E Akseptor Baru KB IUD di Di Puskesmas Tanah Merah Tahun
2023 maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Pengkajian data subjektif telah dilaksanakan dengan mengumpulkan


semua data dengan menggunakan lembar format yang tersedia melalui
teknik wawancara dan observasi. Data subjektif khususnya pada keluhan
utama yaitu Ny.E usia 36 tahun P 3A1 Akseptor Baru KB IUD dan ibu
mengatakan bersedia dipasangkan KB IUD.
2. Pengkajian data objektif telah dilaksanakan dengan menggunakan hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada ibu. Data objektif yang diperoleh yaitu
keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
Tekanan darah : 110/70mmHg Denyut Nadi : 84x/menit Suhu tubuh: 36℃
Pernafasan: 16x/menit.
3. Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif pada Ny.E,
didapatkan analisa bahwa Ny.E usia 36 tahun P 3A1 Akseptor Baru KB
IUD.
4. Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.E untuk Melakukan konseling
pasca pemasangan, dilakukan untuk mencegah kekhawatiran ibu apabila
ditemukan efek samping misalnya ekspulsi, perdarahan banyak dan
mengajarkan cara mengecek sendiri benang IUD, hal ini dilakukan untuk
mengetahui terjadinya ekspulsi atau perforasi
5. Pada kasus Ny. E dengan bendungan payudara, tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus.
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan laporan kasus ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa lain yang
sedang menambil kasus yang sama dengan penulis

25
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa bisa lebih memberikan edukasi ke masyarakat
tentang alat kontrasepsi IUD agar masyarakat tidak takut untuk
menggunakannya.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat mencari sumber informasi yang benar tentang
kontrasepsi IUD agar tidak mendapatkan info yang tidak benar sehingga
menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran tentang alat kontrasepsi IUD

26
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN,2020, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Imelda,Fitri, 2018, Nifas, Kotrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana

Kumalasari,Intan, 2017, Panduan Praktis Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi

Kemenkes RI, 2021, Buku Panduan Praktis Kontrasepsi

Kemenkes RI, 2020, Asuhan Persalinan Normal

Manuaba, 2018, Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana

Matahari,Ratu,dkk, 2018, Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi

Nugroho,Taufan, 2014, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas 3

Purwoastuti,Endang,dkk, 2015, Panduan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana

Riantini,Eva,dkk, 2019, Standart Operasional Pelayanan Kebidanan

Saefudin,dkk, 2018, Ilmu Kebidanan Sarwono

Setyaningrum, 2018, Pelayanan Keluarga Berencana

Yuhedi,TL dan Kurniawati, 2018, Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan


Keluarga Berencana

27
28

Anda mungkin juga menyukai