Anda di halaman 1dari 127

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN

PADA NY.”N” USIA 27 TAHUN


DI PMB RAHMI DWIYATI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Praktik Kebidanan Prodi


Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

NURUL WIDYASTUTI
2210106105

PROGRAM STUDI PENDINDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2023

i
ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN


PADA NY.”N” USIA 27 TAHUN
DI PMB RAHMI DWIYATI

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Sebagai Tugas Mataka


Kuliah Praktik Kebidanan Prodi Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan
Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :

NURUL WIDYASTUTI
2210106105

Mungkid, Juni 2023


Oleh :

Pembimbing : Dita Kristiana,S.ST.,MH Kes

Tanggal :

Tanda tangan :
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam dan
shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan benar
hingga akhir zaman. Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.
“N” Masa Hamil, Bersalin, Nifas, Neonataus dan Keluarga Berencana di
PMB Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn”. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat., selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, M. Fis, SKM., S.SiT., MPH., selaku Dekan Fakultas
Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Nidatul Khofiyah, S.Keb., Bd., MPH, Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan
Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah
Yogyakarta
4. Dita Kristiana, S.ST., MH .Kes selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan maluangkan waktu serta memberikan motivasi dalam
penyusunan laporan ini.
5. Rahmi Dwiyati, S.ST.,Bdn. selaku Pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan dan dukungan semangat untuk dapat menyusun
laporan stase Asuhan Kebidan Berkelanjutan
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan ini kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Mungkid, Juni 2023

(Nurul Widyastuti)
iv

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
D. Manfaat................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6
A. Kehamilan...........................................................................................6
B. Persalinan..........................................................................................27
C. Nifas..................................................................................................36
D. Bayi Baru Lahir................................................................................41
E. Keluarga Berencana..........................................................................47
BAB III METODELOGI PENELITIAN.................................................51
A. Rancangan Laporan...........................................................................51
B. Tempat dan Waktu Pelaporan............................................................51
C. Subjek Laporan..................................................................................51
D. Jenis Data...........................................................................................52
E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data................................................53
F. Analisi Data.......................................................................................54
G. Etika Studi Kasus...............................................................................54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................54
A. Hasil...................................................................................................54
B. Pembahasan.......................................................................................84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................72
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan perencanaan

program KB merupakan proses fisiologis dan berkesinambungan.

Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari

perempuan. Masa kehamilan dimulai konsepsi sampai lahirnya janin

lamanya 40 minggu dihitung dari HPHT. Pemeriksaan secara

komperehensif sejak masa kehamilan mutlak diperlukan untuk deteksi

dini adanya gangguan pada maternal dan neonatal. Namun, pada

kenyataannya pelayanan ante natal belum dilakukan secara komprehensif

(Adriaansz,2017).

Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien bayi baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak

prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan masa

persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, masa

klimakterium, pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan

reproduksi dan seksualitas perempuan.

Asuhan kebidanan Komprehensif adalah asuhan yang diberikan

oleh bidan dari mulai masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dan penggunaan Kb yang bertujuan untuk memeberikan pelayanan yang

berkualitas untuk mencegah terjadinya kematian pada ibu dan anak.

Peran Bidan dalam asuhan komprehensif adalah mendampingi wanita

1
2

selama masa siklus hidup dimuali dari memberikan pelayanan antenatal

care yang berkualitas untuk mendeteksi dini adanya komplikasi pada ibu

hamil, memberikan pelayanan asuhan persalinan normal yang aman yang

berfungsi untuk mencegah terjadinya kematian ibu, memberikan

perawatan BBL untuk mencegah terjadinya kematian bayi maupun

komplikasi yang terjadi perdarahan setelah persalinan, memberikan

koneling tentang keluarga berencana dan pelayanan untuk penggunaan

alat kontrasepsi,untuk meningkatkan keluarga yang sejahtera

(MENKES/320/2020).

Untuk mengukur kesejahteraan suatu Negara yaitu dengan

menentukan perbandingan tingginya angka kematian perinatal.World

Health Organization (WHO) sebanyak 99 %, kematian ibu akibat

masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang.

Rasio kematian ibu di Negara-negara berkembang merupakan yang

tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika

disbanding kan dengan ratio kematian ibu disembilan Negara maju dan

51 negara persemakmuran (Sariana,2012).

Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun

2015 Angka Kematian Ibu (AKI) 305/100.000 Kelahiran Hidup (KH),

dan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2017, Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1000 KH, adapun target

Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 adalah AKI

mencapai 70/100.000 KH, sedangkan AKB 12/1000 KH

(MENKES/320/2020).
3

Di Asia Tenggara AKI dan AKB pun masih tinggi seperti: Asia

Pasifik dan Asia Selatan. Pada tahun 2005 di Thailand AKI mencapai

129 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran

hidup, dan singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka

kematian ibu (AKI) mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup dan

Angka Kematian Bayi(AKB) 26,9 per 1000 kelahiran hidup

(Zainudin,2012).

Kementerian Kesehatan meluncurkan program “Expanding

Maternal and Neonatal Survival” (EMAS) kerjasama antara USAID

(United States Agency for International Development) dan pemerintah

Indonesia yang akan berlangsung dari tahun 2012-2016 dan bertujuan

menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir sebesar

25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah

kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar

pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian

kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga,

dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut

diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia

secara signifikan (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan

angka kematian neonatal dengan cara: 1) meningkatkan kualitas

pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah
4

Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED) dan 2)

memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan

rumah sakit. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,

perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan

melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana (Profil Kesehatan

Indonesia, 2015).

Mengenai hal untuk memberikan asuhan komperhensif atau

Continuity of Care (COC) tertuang dalam PERMENKES RI

No.2562/MENKES/PER/XII/2011. Peraturan tersebut memberikan

program pelayanan jaminan persalinan yang diantaranya terdapat

pemeriksaan ANC (Antenatal Care) terpadu, yang terdiri dari 1 kali pada

trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester

ketiga. Pelayanan ini dilakukan untuk mendeteksi dini adanya

permasalahan pada kehamilan (Menkes, 2014).

Peraturan Kementrian Kesehatan 564 tahun 2006 tentang

pengembangan desa siaga, juga diharapkan dapat membantu

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat mengurangi

angka kematian ibu dan bayi. Selain itu masyarakat dan petugas

kesehatan diharapkan mampu bekerjasama membentuk desa siaga

dimana ketika terjadi kegawatdaruratan masyarakat, petugas kesehatan


5

dapat bergerak cepat menuju pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang

lebih memadai (Menkes, 2016).

Upaya lain untuk mewujudkan asuhan yang komprehensif yaitu

dengan melakukan kolaborasi dengan kader desa sehingga tenaga

kesehatan dapat mendeteksi masalah kesehatan yang ada di desa tersebut.

Tidak hanya sampai asuhan pada hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru

lahir tapi juga sampai pada program keluasrga berencana. Program ini

bertujuan agar dapat menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera,

selain itu juga meminimalisir pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Oleh karena itu pelayanan kesehatan ibu dan perjuangan ibu dalam

proses kehamilan dan persalinan sangatlah berharga. Dalam surat

Lukman ayat 14 Al Qur’an mengabadikan perjuangan ibu selama

kehamilan, “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah

dan bertambahtambah…”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu

melahirkan melaui sabda Rasulullah saw yang artinya,”…wanita yang

meninggal karena melahirkan adalah syahid…” (HR. Ahmad)

Untuk itu dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal

diperlukan tenaga kesehatan yang professional dan terampil, sebagai

upaya penurunan AKI. Bidan mempunyai peran yang sangat penting

karena kedudukannya sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dalam

rangka meningkatkan pelayanan kesehatan melalui profesionalisme

seorang bidan.(Manuaba,2010). Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis

tertarik untuk menyusun laporan “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada

Ny. N Di Wilayah Kerja PMB Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn.”.


2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, rumusan

masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny N dengan pendekatan Continum Of Care

( COC ) ” ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan komprehensif pada Ny. N dimulai dari masa

hamil, melahirkan, nifas, perawatan bayi baru lahir dan penggunaan

kontrasepsi (KB).

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa

kehamilan di PMB Rahmi Dwiyati.

b. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa

persalinan di PMB Rahmi Dwiyati.

c. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa

nifas di PMB Rahmi Dwiyati.

d. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada masa

bayi baru lahir dan neonatus di PMB Rahmi Dwiyati.

e. Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny.N pada

pelayanan Keluarga Berencana di PMB Rahmi Dwiyati.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan

2
3

penanganan asuhan komperhensif

2. Bagi PMB

Hasil studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi bidan untuk

meningkatkan pelayanan dan standar kebidanan yang berkualitas,

agar profesi bidan dapat lebih mengembangkan asuhan kebidanan

komprehensif berdasarkan evidence based yang sudah ada.

3. Bagi Klien

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif bagi responden dan

memberikan informasi pada keluarga dalam memberikan perawatan

pada ibu pada masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan

keluarga berencana.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah hasil dari pertemuan antara sperma dan sel

telur. Dalam proses perjalanan sperma menemui sel telur (ovum),

hanya sedikit yang berhasil mencapai tempat sel telur dari 20-40

juta sperma yang dikeluarkan. Dari jumlah yang sudah sedikit itu,

cuma 1 sperma saja yang biasa membuahi sel telur. Bila dihitung

dari penyatuan (fertili sasi) hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9

bulan menurut kalender internasional (Savira & Suharsono, 2017).

Kehamilan didefinikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau

10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalendar internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-

28 hingga ke-40) (Fauzia dkk, 2021).

2. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Ibu Hamil

Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami

perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh

6
7

dan kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya

perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron selama

kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan

yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu

yang berjalan seiring dengan usia kehamilan dalam trimester.

a. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester I

Perubahan Fisik pada Trimester I Menurut Kurnia (2019,

p. 185- 189), perubahan fisik pada trimester I adalah :

1) Pembesaran Payudara Payudara akan membesar dan

mengencang, karena terjadi peningkatan hormon kehamilan

yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan untuk

mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara

sebagai persiapan menyusui.

2) Sering buang air kecil Keinginan sering buang air kecil

pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim yang membesar

dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan

menghilang pada trimester II dan akan muncul kembali

pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh

kepala janin.

3) Konstipasi Keluhan ini juga sering dialami selama awal

kehamilan, karena peningkatan hormon progesteron yang

menyebabkan relaksasi otot sehingga usus bekerja kurang

efisien. Adapun keuntungan dari keadaan ini adalah

memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik saat


8

hamil.

4) Morning Sickness, mual dan muntah Hampir 50% wanita

hamil mengalami mual dan biasanya mual dimulai sejak

awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut morning

sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi

setiap saat.

5) Merasa lelah Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara

aktif untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk

kehamilan. Juga peningkatan hormonal yang dapat

mempengaruhi pola tidur.

6) Sakit Kepala Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh

pada ibu hamil pada awal kehamilan karena adanya

peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan

mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi yang lain

(berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit

beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering

daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik

maupun emosional. Pola makan yang berubah, perasaan

tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala.

7) Kram Perut Kram perut saat trimester awal kehamilan

seperti kram saat menstruasi di bagian perut bawah atau

rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa menit

dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi

karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya


9

pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan

ligamen merenggang untuk menyokong rahim.

8) Meludah Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil

yang terus menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk

gejala morning sickness

9) Peningkatan Berat Badan Pada akhir trimester pertama

wanita hamil akan merasa kesulitan memasang kancing /

rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada

peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim

telah berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini

semua karena pengaruh hormon estrogen yang

menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progresteron

yang menyebabkan tubuh menahan air.

Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode

Penyesuaian) Menurut Sulistyawati (2019, p. 76-77),

perubahan psikologis pada trimester I adalah :

1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci

dengan kehamilannya

2) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan.

Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja

3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benarbenar

hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapat perhatian dengan seksama


10

5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan

rahasia seseorang yang mungkin akan diberitahukannya

kepada orang lain atau bahkan merahasiakannya.

b. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester II

Perubahan Fisik pada Trimester II Menurut Kurnia

(2018, p. 190-194), perubahan fisik pada trimester II adalah :

1) Perut semakin membesar Setelah usia kehamilan 12

minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga

panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm

setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas

rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu

akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya

akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu.

2) Sendawa dan buang angin Sendawa dan buang angin akan

sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal

karena akibat adanya perenggangan usus selama kehamilan.

Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan terasa

kembung dan tidak nyaman.

3) Pelupa Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit

pelupa selama kehamilannya. Ada beberapa teori tentang

hal ini, diantaranya adalah karena tubuh ibu hamil terus

bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga

menimbulkan blok pikiran.

4) Rasa panas di perut Rasa panas diperut adalah keluhan yang


11

paling sering terjadi selama kehamilan, karena

meningkatnya tekanan akibat rahim yang membesar dan

juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi otot

saluran cerna sehingga mendorong asam lambung kearah

atas.

5) Pertumbuhan rambut dan kuku Perubahan hormonal juga

menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan rambut

tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak

diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu

khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini,

karena akan hilang setelah bayi lahir.

6) Sakit perut bagian bawah Pada kehamilan 18-24 minggu,

ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah seperti

ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena

perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim

yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi

beberapa menit dan bersifat tidak menetap.

7) Pusing Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama

kehamilan trimester kedua, karena ketika rahim membesar

akan menekan pembuluh darah besar sehingga

menyebabkan tekanan darah menurun.

8) Hidung dan Gusi berdarah Hal ini juga terjadi karena

peningkatan aliran darah selama masa kehamilan. Kadang

juga mengalami sumbatan di hidung. Ini disebabkan karena


12

adanya perubahan hormonal.

9) Perubahan kulit Ibu hamil akan mengalami perubahan pada

kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan

yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis

yang disebut linea nigra. Sedangkan kecoklatan pada wajah

disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini dapat

menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark

terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya

pada paha atas, dan payudara. Akibat peregangan kulit ini

dapat menimbulkan rasa gatal, sedapat mungkin jangan

menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, tetapi

dapat diobati setelah persalinan.

10) Payudara Payudara akan semakin membesar dan

mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut

kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwarna

gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul disekitar

putting, dan itu adalah kelenjar kulit.

11) Kram pada kaki Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah

yang lebih lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan

kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena

kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-

gerakkan jarijari kaki ke arah atas.

12) Sedikit Pembengkakan Pembengkakan adalah kondisi

normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita hamil


13

mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang

menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua

akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan

terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan

kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada posisi

duduk atau berdiri yang terlalu lama.

Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode Kesehatan

Yang Baik) Menurut Sulistyawati (2013, p. 76-77), perubahan

psikologis pada trimester II adalah :

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormone yang tinggi

2) ibu sudah bisa menerima kehamilannya

3) Merasakan gerakan anak

4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

5) Libido meningkat

6) Menuntut perhatian dan cinta

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan

bagian dari dirinya

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya

atau pada orang lain yang baru menjadi ibu

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru.

c. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester III

Perubahan Fisik pada Trimester III Menurut Kurnia


14

(2009,p. 194- 197), perubahan fisik pada trimester III adalah :

1) Sakit bagian tubuh belakang Sakit pada bagian tubuh

belakang (punggung-pinggang), karena meningkatnya

beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat

mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan

tekanan ke arah tulang belakang

2) Payudara Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum,

merupakan makanan bayi pertama yang kaya akan protein.

Biasanya, pada trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal

itu, yakni keluarnya colostrum.

3) Konstipasi Pada trimester ini sering terjadi konstipasi

karena tekanan rahim yang membesar kearah usus selain

perubahan hormon progesteron.

4) Pernafasan Karena adanya perubahan hormonal yang

memengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada kehamilan

33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah

bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim

yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang

membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi turun

kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum

persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan

merasakan lega dan bernapas lebih 18 mudah, dan rasa

panas diperut biasanya juga ikut hilang, karena

berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah


15

diafragma / tulang iga ibu.

5) Sering kencing Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun

ke rongga panggul akan makin menekan kandungan

kencing ibu hamil.

6) Masalah tidur Setelah perut besar, bayi akan sering

menendang di malam hari sehingga merasa kesulitan untuk

tidur nyenyak.

7) Varises Peningkatan volume darah dan alirannya selama

kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki,

yang mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi

di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi

juga akan menekan vena daerah panggul yang akan

memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor

keturunan.

8) Kontraksi perut Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini

berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur,

dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat.

9) Bengkak Perut dan bayi yang kian membesar selama

kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki

dan pergelangan kaki 19 ibu hamil, dan kadang membuat

tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan

oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.

10) Kram pada kaki Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah

yang menurun, atau karena kekurangan kalsium.


16

11) Cairan vagina Peningkatan cairan vagina selama kehamilan

adalah normal. Cairan biasanya jernih. Pada awal

kehamilan, cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada

saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair.

Perubahan Psikologis pada Trimester III Menurut

Sulistyawati (2009,p. 76-77), perubahan psikologis pada

trimester III adalah :

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,

aneh, dan tidak menarik

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada

saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatirannya

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

6) Merasa kehilangan perhatian

7) Perasaan mudah terluka (sensitif)

8) Libido menurun

3. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Kebutuhan dasar kaitannya dengan kebutuhan fisik

diantaranya oksigenasi, nutrisi, personal, hiegienitas, pakaian,

eliminasi, seksual, mobilisasi/body mekanik, dan istirahat/tidur.


17

Kebutuhan dasar selama kehamilan sangat mempengaruhi

kesehatan ibu maupun bayi dalam kandungannya. Tidak terpenuhi

kebutuhan dasar selama kehamilan, akan berdampak pada

kesehatan ibu dan bayi dan secara langsung akan mempengaruhi

proses persalinannya kelak (Ersila et al., 2019).

a. Nutrisi

Kebutuhan energi pada kehamilan trimester 1

memerlukan tambahan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000

kkal/hari). Selanjutnya pada trimester II dan III, tambahan

energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau

sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam

atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat

badan sekitar 500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil

dengan berat badan normal per hari. (Walyani, 2015).

Baik buruknya nutrisi ibu hamil dapat dilihat dari Indeks

Masa Tubuh (IMT), IMT dapat diinterpretasikan dalam

kategori berat kurang dengan IMT kurang dari 19,8 kg kategori

normal dengan IMT 19,8 - 26 kg, kategori berat lebih atau

tinggi dengan IMT 26 - 29 kg dan kategori obesitas dengan

IMT lebih dari 29 kg. Kenaikan berat badan ibu dianjurkan

sekitar 1 - 2,5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-

rata 0,5 kg setiap minggu sampai akhir kehamilan

(Rukiah.A.Y., dkk, 2013).

b. Oksigen
18

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia

termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi

saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan

oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang

dikandung (Walyani, 2015).

Kebutuhan oksigen berkaitan dengan perubahan sistem

pernafasan pada masa kehamilan. Kebutuhan oksigen

meningkat sesuai respons tubuh terhadap akselerasi laju

metabolisme, untuk menambah masa jaringan pada payudara,

hasil konsepsi dan amsa uterus, dan lainnya. Ibu hamil

bernapas lebih dalam karena peningkatan volume tidal paru

dan jumlah pertukaran gas pada setiap kali bernapas

(Mandriwati., dkk, 2016).

Ibu hamil perlu latihan nafas selama hamil, tidur dengan

bantal yang lebih tinggi, makan tidak terlalu banyak, kurangi

atau berhenti merokok, untuk memenuhi kebutuhan oksigen

(Walyani, 2015).

c. Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga selama hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan keringat, menjaga kebersihan diri terutama

lipatan kulit, ketiak dengan cara membersihkan dengan air dan

keringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat

perhatian karena sering sekali mudah terjadi gigi berlubang,


19

terutama dengan ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual

selama hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut

dan dapat menimbulkan karies gigi (Romauli, 2014).

Ibu hamil harus melakukan gerakan membersihkan dari

depan ke belakang ketika selesai berkemih atau defekasi dan

harus menggunakan tisu yang bersih, lembut, menyerap air,

berwarna putih, dan tifak mengandung parfum, mengelap

dengan tisu dari depan ke belakang (Mandriwati., dkk, 2016).

d. Pakaian

Meskipun pakaian bukan hal yang barakibat langsung

terhadap kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika

tetap dipertimbangkan beberapa aspek kenyamanan dalam

pakaian. Pemakaian pakaian dan kelengkapannya yang kurang

tepat akan mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang

mengganggu fisik dan psikologis ibu (Romauli, 2015).

e. Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan

dengan eliminasi adalah sering buang air kecil dan konstipasi.

Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon

progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos

salah satunya otot usus. Selain itu desakan usus oleh

pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi

(Walyani, 2016).

Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah dengan


20

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air

putih, terutama ketika lambung kosong. Sering buang air kecil

merupakan keluhan utama yang dirasakan terutama pada

trimester 1 dan 3. Ini terjadi karena pembesaran uterus yang

mendesak kandung kemih. Tindakan mengurangi asupan

cairan untuk mengurangi keluhan sangat tidak dianjurkan,

karena akan menyebabkan dehidrasi (Walyani, 2017).

f. Mobilisasi

Ibu hamil boleh melakukan aktifitas fisik biasa selama

tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dianjurkan untuk

melakukan pekerjaan rumah dengan dan secara berirama

dengan menghindari gerakan menyentak, sehingga mengurangi

ketegangan tubuh dan kelelahan (Romauli, 2018).

g. Istrirahat

Romauli (2019) Tidur Ibu hamil sebaiknya memiliki jam

istirahat/ tidur yang cukup. Kurang istirahat/ tidur, ibu hamil

akan terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur

malam lebih kurang 8 jam dan tidur siang lebih kurang 1 jam.

Umumnya ibu mengeluh susah tidur kerena rongga dadanya

terdesak perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi tidak

nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi relaks,

bugar dan sehat. Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan

menganjal kaki ( dari tumit hingga betis) menggunakan bantal.

Kemudian lutut hingga pangkal paha diganjal dengan satu


21

bantal. Bagian punggung hingga pinggang juga perlu diganjal

bantal. Letak bantal bisa di sesuaikan, jika ingin tidur miring

ke kiri, bantal diletakkan demikian rupa sehingga ibu nyaman

tidur dengan posisi miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin

tidur posisi ke kanan.

h. Seksualitas

Selama kehamilan normal koitus boleh sampai akhir

kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat tidak lagi

berhubungan selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak

dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat

abortus berulang, abortus, ketuban pecah sebelum waktunya.

Pada saat orgasme dapat dibuktikan adanya fetal bradichardya

karena kontraksi uterus dan para peneliti menunjukkan bahwa

wanita yang berhubungan seks dengan aktif menunjukkan

insidensi fetal distress yang lebih tinggi (Romauli, 2020).

4. Kebutuhan Psikologi Pada Ibu Hamil

Menurut (Megasari et al, 2015) kebutuhan psikologis ibu

hamil antara lain:

a. Support Keluarga

Memberikan dukungan berbentuk perhatian, pengertian,

kasih sayang pada wanita dari ibu, terutama dari suami, anak

jika sudah mempunyai anak dan keluarga-keluarga dan

kerabat. Hal ini untuk membantu ketenangan jiwa ibu hamil.

b. Support Tenaga Kesehatan


22

Memberikan pendidikan, pengetahuan dari awal

kehamilan sampai akhir kehamilan yang berbentuk konseling,

penyuluhan, dan pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya.

Contoh: keluhan mual dan muntah, bidan akan menyarankan

sering makan tapi porsi sedikit, konsumsi biscuit pada malam

hari, sesuatu yang manis (permen, dan jus buah), hindari

makanan yang beraroma tajam, yakinkan bahwa situasi ini

akan berakhir saat bulan ke-4.

c. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa orang

yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah

suami. Wanita hamil yang diberi perhatian dan kasih sayang

oleh suaminya menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan

fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah

melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ada dua kebutuhan

utama yang ditunjukkan wanita selama hamil antara lain:

menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai, merasa

yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak yang

dikandung ibu sebagai keluarga baru.

d. Persiapan menjadi orang tua

Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa

persiapan orang tua harus dipersiapkan karena setelah bayi

lahir banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu,

ayah, dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama


23

mempunyai anak, persiapan dapat dilakukan dengan banyak

berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk membagi

pengalamannya dan memberikan nasihat mengenai persiapan

menjadi orang tua. Bagi pasangan yang sudah mempunyai

lebih dari satu anak, dapat belajar dari pengalaman mengasuh

anak sebelumnya. Selain persiapan mental, yang tak kalah

pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena bertambah

anggota maka bertambah pula kebutuhannya.

5. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan Dan Penanganannya

a. Ngidam

Sejak awal kehamilan, dorongan untuk ngemil atau

makan-makanan tertentu (ngidam) sering muncul pada ibu

hamil. Keinginan untuk ngemil mungkin saja muncul karena

kebutuhan tubuh untuk makan sedikit demi sedikit tetapi

sering.biasanya terjadi pada trimester I. Cara

Menangani/mengatasi :

a) Tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran asalkan

cukup bergizi dan makanan yang diinginkan makanan

yang sehat

b) Menjelaskan tentang bahaya makanan-makanan yang

tidak baik

b. Keputihan

Selama kehamilan keputihan akan bertambah dan tidak

berwarna. Jika tidak ada rasa gatal dan tidak tercium bau yang
24

kurang sedap maka ibu tidak perlu cemas. Jagalah kebersihan

alat kelamin dan gunakan selalu celana dalam yang bersih dan

kering. Jika keputihan berbau dan terasa gatal segera meminta

pertolongan kepada petugas kesehatan. Biasanya terjadi pada

trimester I dan III, Penatalaksanaan :

a) Menjaga kebersihan vagina

b) Mengeringkan bagian vagina dengan handuk setelah

dibersihkan

c) Menggunakan celana dalam dari katun

d) Hindarilah melakukan douche vagina

c. Rasa Mual Muntah

Keadaan ini lebih sering terjadi di pagi hari walaupun

keadaan yang dirasakan oleh sekitar 50% ibu hamil ini dapat

muncul kapan saja. Dapat terpicu hanya karena mencium bau

makanan atau parfum tertentu (yang pada kondisi normal tidak

membuat mual). Hal ini terjadi karena perubahan hormone

dalam tubuh. Biasanya, hanya berlangsung selama 3 bulan

pertama kehamilan, dan berhenti begitu masuk bulan ke-4.

Fisiologi: Perubahan hormon dan faktor psikologis, refleksi

kebahagian atau bisa juga karena rasa penolakan terhadap

kehamilan. Biasanya terjadi pada minggu ke 5-12 bisa terjadi

lebih awal (2-3 minggu setelah hpht). Penatalaksanaan :

1) Ubah kebiasaan makan

2) Konsumsi gizi seimbang


25

3) Bergerak perlahan

4) Mengkonsumsi suplemen

d. Pusing/Sakit Kepala

Biasa terjadi pada trimester II dan III. Ini Akibat

kontraksi otot/spasme otot (leher, bahu dan penegangan pada

kepala), serta keletihan. Selain itu, Tegangan mata sekunder

terhadap perubahan okuler, dinamika cairan syaraf yang

berubah. Fisiologi: Sakit kepala yang sering lebih dari biasa,

hal ini mungkin karena keadaan rasa mual, kelelahan,lpar,

tekanan darah rendah, dan dapat juga karena perasaan

tegang/depresi. Merasa pusing karena pada awal kehamilan ini

karena adanya peningkatan tuntutan darah ketubuh, sehingga

sewaktu berubah posisi dari tidur atau duduk ke posisi berdiri

secara tiba-tiba, sistem sirkulasi darah kesulitan untuk

beradaptasi. Penatalaksanaan :

a) Mencari tahu apa yang memicu rasa sakit kepala

b) Menghindari makanan memicu migren ketika rasa sakit

terasa

c) Gunakan kompres pada bagian dahi menggunakan air

hangat atau air dingin

d) Menghindari kelelahan

e. Kelelahan

Kelelahan (fatigue) adalah suatu kondisi yang memiliki

tanda berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk


26

bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi, dan biasanya hal

ini disertai dengan perasaan letih dan lemah. Fisiologi :

Peningkatan kadar estrogen progesteron serta merupakan

respon fisiologi dari kehamilan. Biasanya terjadi pada

trimester I. Penatalaksanaan :

a) Meluangkan waktu untuk beristirahat

b) Mengkonsumsi makanan sehat

c) Menjaga kadar gula darah tetap stabil

d) Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi untuk

mencegah anemia

f. Insomnia

Pada ibu hamil, gangguan tidur umunya terjadi pada

trimester I dan trimester III. Pada trimester III gangguan ini

terjadi karena ibu hamil sering kencing (dibahas pada sub

bahasan sebelumnya yaitu sering buang air kecil/nokturia),

gangguan ini juga disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang

dirasakan ibu hamil seperti bertambahnya ukuran rahim yang

mengganggu gerak ibu. Penatalaksanaan :

a) Hindari situasi stres sebelum tidur

b) Hindari minuman yang mengandung kafein

c) Hindari makanan yang berbumbu 2 jam sebelum tidur\

d) Minum susu hangat sebelum tidur

e) Lakukan relaksasi

g. Sering buang air kecil


27

Begitu haid terlambat 1-2 minggu, biasanya ada

dorongan untuk buang air kecil yang sering. Hal ini terjadi

karena meningkatnya peredaran darah ketika hamil dan

tekanan pada kandung kemih akibat membesarnya rahim.

Biar pun sering buang air kecil, ibu harus tetap banyak

minum agar tidak mengalami kekurangan cairan tubuh.

Sering buang air kecil juga dirasakan saat kehamilan sudah

mencapai umur 9 bulan, saat kepala bayi masuk ke rongga

panggul dan menekan kandung kemih. sudah Supaya tidak

mengganggu waktu tidur sebaiknya ibu menghindari waktu

minum pada malam hari dan diperbanyak pada siang hari.

Hal ini dimaksudkan agar ibu tidak sering kencing pada

malam hari oleh karena itu ibu dapat tidur dengan nyenyak.

Penatalaksanaan :

a) Meningkatkan asupan cairan untuk mengganti

kekurangan cairankecuali sebelum tidur untuk mencegah

nokturia yang dapat mengganggu tidur

b) Gunakan pad perineum jika tidak dapat mengontrol

pengeluaran urin

c) Latihan kegel untuk mengontrol kandung kemih

d) Selesai BAK, letakkan tangan pada perut bagian bawah

dan angkat untuk mengeluarkan urin yang tertahan.

F. Persalinan

1. Pengertian Persalinan
28

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau

tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 –

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin (Suparyanto, 2021).

WHO mendefinisikan persalinan normal seperti spontan pada

saat bersalin, beresiko rendah pada awal persalinan dan apa yang

tersisa hingga seluruh persalinan selesai. Bayi lahir spontan

diposisi titik antara 37 dan 42 minggu hingga selesai proses

kehamilan. Setelah kelahiran ibu dan bayi berada dalam kondisi

baik (Ahira, 2020). Bentuk persalinan berdasarkan teknik :

a. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar

dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria

c. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian

rangsang. (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2019)

Persalinan berdasarkan umur kehamilan :

a. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin

dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau


29

usia kehamilan di bawah 28 minggu.

b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada

umur kehamilan 2836 minggu. Janin dapat hidup, tetapi

prematur; berat janin antara 1.000-2.500 gram.

c. Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas

2.500 gram.

d. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi

2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin

disebut postmatur.

e. Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat,

mungkin di kamar mandi, di atas kenderaan, dan sebagainya.

f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan

untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo

pelvic Disproportion (CPD). (Rohani; dkk, 2018)

2. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda dan gejala

a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,

sering, dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih

banyak karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus

yang berasal dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar

mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai

barier protektif dan menutup servikal selama kehamilan.


30

Bloody show adalah pengeluaran dari mukus.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

Pemecahan membran yang normal terjadi pada kala I

persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih dari

80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam

24 jam.

d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan

telah ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi

serviks antara nulipara dan multipara.

1) Nulipara Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis

sekitar 50-60% dan pembukaan sampai 1 cm; dan

dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu nulipara

mengalami penipisan serviks 50-100%, kemudian terjadi

pembukaan.

2) Multipara Pada multipara sering kali serviks tidak

menipis pada awal persalinan, tetapi hanya membuka 1-2

cm. Biasanya pada multipara serviks akan membuka,

kemudian diteruskan dengan penipisan.

3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)

3. Tahapan Persalinan (Kala I-IV)

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks

membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala

pembukaan. Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh


31

karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong

keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri,

plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV

mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala

tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum.

(Rohani; dkk, 2019).

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah

berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis

servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks

mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak

terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga

mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I

dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung

lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai

pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.

2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung

selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.

a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2


32

jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2

jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi

uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika

terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi

penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve

Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1

cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/ jam. Mekanisme

membukanya serviks berbeda antara primigravida dan

multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum

akanmembuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar

dan menipis, kemudian ostium internum sudah sedikit

terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan

dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada

multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II :

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.
33

3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada

rektum dan/atau vagina.

4) Perineum terlihat menonjol.

5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan

dalam yang menunjukkan:

1) Pembukaan serviks telah lengkap.

2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi

lahir. Perubahan psikologis kala III

1) ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.

2) Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga

merasa sangat lelah.

3) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina

perlu dijahit.

4) Menaruh perhatian terhadap plasenta

d. Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir

2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan

pada kala IV :
34

1) Tingkat kesadaran.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan

pernapasan.

3) Kontraksi uterus.

4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih

normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500

cc.

Asuhan dan pemantauan pada kala IV

a) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada

uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan

secara melintang antara pusat dan fundus uteri.

c) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

d) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah

ada laserasi atau episiotomi).

e) Evaluasi kondisi ibu secara umum.

f) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala

IV persalinan di halaman belakang partograf segera

setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian

dilakukan.

4. Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang

memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek


35

sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan pelayanan asuhan

persalinan :

a. Semua persalinan harus dihindari dan dipantau oleh petugas

kesehatan terlatih.

b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai

untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal

harus tersedia 24 jam.

c. Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia

bagi seluruh petugas terlatih.

5. Kebutuhan dasar ibu dalam masa persalinan

Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan

merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang

mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan

yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka

ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir

dan membantu wanita yang sedang dalam persalinan.

6. Faktor – Faktor yang berpengaruh dalam persalinan

a. Power

Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu

melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara

bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dan

uterus.

b. Passageway
36

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar

vagina) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan

lahir tersebut

c. Passanger

Penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beebrapa factor, yakni : ukuran

kepala janin, presentasi kepala, letak, sikap, dan posisi janin.

G. Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2017). Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun

secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Kemenkes

RI, 2018). Pembagian Masa Nifas.

Pembagian tahapan masa nifas menurut Mochtar (2018)

terbagi menjadi tiga, yakni :

a. Puerperium Dini
37

Masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan

berjalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial

Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi

yang berlangsung kurang lebih 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan ibu untuk pulih secara menyeluruh

dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama pada

ibu yang mengalami komplikasi.

2. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Masa Nifas

a. Perubahan Fiologis

Setelah melewati persalinan ibu berada pada masa nifas yang

sewajarnya mengalami perubahan-perubahan pada bagian

fisiknya (Prawirohardjo, 2017). Perubahan fisiologis pada

masa nifas sebagai berikut :

1) Involusi Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan disebut involusi (Bobak et al, 2018).

Pemulihan lengkap tempat perlekatan plasenta

memerlukan waktu sampai 6 minggu. Jika terjadi

gangguan pada proses ini dapat terjadi perdarahan

postpartum sekunder (Kemenkes RI, 2018).

2) Lochea
38

Menurut (Bobak et al, 2018) selama masa nifas, lochea

terbagi menjadi 4 tahapan :

a) Lochea rubra/merah (cruenta) keluar pada hari ke

1-3 masa nifas, berwarna merah yang berisi darah

segar, jaringan sisa- sisa plasenta,dinding rahim,

lemak bayi, lanugo, dan mekonium.

b) Lochea sanguinolenta keluar pada hari ke 4-7 masa

nifas, berwarna merah kecokelatan dan berlendir

(Bobak et al, 2018).

c) Lochea serosa keluar pada hari ke 7-14 masa nifas,

berwarna kuning kecokelatan.

d) Lochea alba/putih keluar pada minggu ke 2-6 masa

nifas. Mengandung leukosit, sel desidua, epitel,

selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang

mati.

3) Payudara

Selama masa nifas payudara bagian alveolus mulai

optimal memproduksi ASI (Kemenkes RI, 2015). Air

susu ibu dibagi menjadi 3 jenis yaitu : Kolostrum

keluar pada hari ke 1-3, berwarna kuning keemasan,

kental, dan tinggi protein. ASI transisi, keluar dari hari

ke 4-10, kadar protein menurun, lemak dan karbohidrat

tinggi. ASI matur, keluar dari hari ke-10 sampai

seterusnya (Manuaba, 2017).


39

4) Serviks

Ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir

minggu pertama hanya dapat dilalui 1 jari saja (Bobak

et al, 2018).

5) Sistem Pencernaan

Sistem Pencernaan mengalami penurunan tonus dan

traktus pencernaan dalam beberapa jam setelah

melahirkan, nafsu makan meningkat, dan ibu sering

mengalami konstipasi (Kemenkes RI, 2018).

6) Tanda-Tanda Vital

Suhu tubuh naik kurang lebih 0,50 C dari keadaan

normal dan stabil dalam 24 jam. Nadi kembali normal

setelah persalinan. Tekanan darah kembali normal

dalam 24 jam setelah setelah persalinan. Keadaan

pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu

dan denyut nadi (Bobak et al, 2017).

b. Perubahan Psikologi

Perubahan psikologis mempunyai peranan sangan penting

pada ibu nifas. Adaptasi psikologis pada ibu nifas terbagi

menjadi tiga menurut (Kemenkes, 2014) yakni :

1) Fase Taking In

Fase ini periode ketergantungan yang berlangsung di

hari pertama sampai hari kedua pasca bersalin. Pada


40

fase ini ibu sering menceritakan pengalaman selama

proses persalinan, ibu mudah tersinggung.

2) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung pada hari ke-3 sampai ke-10 pasca

bersalin. Ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dalam merawat bayi, perasaannya

sangat sensitif dan mudah tersinggung.

3) Fase Letting Go

Fase ini berlangsung pada hari ke-10 pasca bersalin .

Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan perannya,

keinginan untuk merawat bayi dan dirinya mulai

meningkat serta menerima tanggung jawab barunya.

3. Kebutuhan Dasar Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Kebutuhan gizi ibu nifas akan meningkat 25% karena

berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan

untuk memproduksi air susu. Menu makanan seimbang ibu

nifas yaitu porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas

atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta

bahan pengawet atau pewarna. Ibu nifas juga dianjurkan

untuk menjaga kebutuhan hidrasi minimal 3 liter setiap

harinya, konsumsi tablet besi minimal sampai 40 hari

postpartum, dan vitamin A (200.000) untuk mempercepat

proses penyembuhan pascasalin (Maritalia 2021).


41

b. Ambulasi Dini

Ibu yang melahirkan secara normal, biasanya satu atau dua

jam sudah diperbolehkan ke kamar mandi dengan dibantu

yang sebelumnya sudah latihan mobilisasi. Mobilisasi

dilakukan secara bertahap mulai dari miring ke kanan dan ke

kiri di atas tempat tidur. Mobiliasi setiap ibu berbeda

tergantung dari ada tidaknya komplikasi persalinan, nifas,

dan status kesehatan ibu (Maritalia, 2021).

c. Eliminasi

Buang air kecil pada masa nifas sebaiknya dilakukan

secepatnya yaitu setiap 3-4 jam. Jika terdapat kesulitan BAK

akibat kandung kemih yang oedema dapat dilakukan

kateterisasi. Sedangkan apabila mengalami kesulitan BAB

sekitar 3-4 hari postpartum dapat diatasi dengan konsumsi

makanan yang berserat (Marmi, 2020).

d. Kebersihan Diri

Menjaga kebersihan diri pada masa nifas sangat penting

karena untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan diri

masa nifas meliputi perawatan perineum yang sehabis

BAK/BAB dibersihkan secara rutin dengan sabun yang

lembut dan perawatan payudara dengan menjaga payudara

tetap bersih dan kering terutama putting susu serta BH yang

menyokong payudara (Marmi, 2020).

e. Istirahat
42

Gangguan pola tidur sering muncul pada masa nifas. Hal

tersebut disebabkan karena kelelahan akibat proses

persalinan, timbulnya rasa nyeri pada luka perineum, dan

sering bangun malam untuk meneteki. Kurang istirahat dapat

membuat produksi ASI berkurang, meningkatkan perdarahan,

serta menyebabkan depresi. Oleh sebab itu, sarankan ibu

untuk tidur siang atau istirahat ketika bayi tidur (Maritalia,

2021).

H. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

a. Bayi baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm)

dengan umur antara 37 – 42 minggu, berat badan antara 2500

– 4000 gram (Sastrawinata, 2017).

b. Bayi baru lahir normal adalah bayi cukup bulan (aterm)

dengan umur antara 37 – 42 minggu, berat badan antara 2500

– 4000 gram (Prawirohardjo, 2016).

c. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan

yangaterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-

4000 gram.

d. Bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam

pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2017).

2. Adaptasi Bayi Baru Lahir

a. Perubahan Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling


43

tertantang ketika mengalami perubahan dari fase intrauterus

menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera

mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan

dalam respirasi janin sampai janin lahir adalah placenta. Paru

– paru yang bermula dari suatu titik yang muncul dari

Pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga

membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut

terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8

tahun sampai jumlah bronkhiolus dan alveolus berkembang

sepenuhnya. Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada

surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.

Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi

ketegangan permukaan dalam alveoli dan membantu dalam

pertukaran gas. Bagian ini di produksi pertama kali dari usia

kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus bertambah

hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30 – 34

minggu.

Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas

pertama kali, diantaranya; peristiwa mekanis seperti

penekanan toraks pada proses kelahiran pervagina dan

tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang

ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya

suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada

saat bayi mencapai cukup bulan, kurang dari 100 ml cairan


44

paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses

kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu

pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan

diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem limphatik

setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan SC

(Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga

paru–parunya terisi cairan dalam waktu yang lebih lama.

Cairan yang mengisi mulut dan trakhea sebagian dikeluarkan

dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini.

b. Perubahan Sirkulasi

Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan

rendah, karena paru – paru masih tertutup dan berisi cairan,

organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal.

Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan

darah dari plasentajanin. Aliran darah dari palsenta berhenti,

sistem sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan

bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat tindakan

pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan resistensi

vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini

bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir.

Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot–otot

vaskular berelaksasi dan terbuka. Paru–paru menjadi satu

sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang

meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi menurun pada


45

sirkulasi paru menimbulkan perubahan–perubahan tekanan

aliran darah pada jantung. Tekanan yang berasal dari

peningkatan aliran darah pada jantung kiri menyebabkan

foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang

mengandung oksigen melewati duktus arteriosus

menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi

arus pintas yang terjadi melalui duktus tersebut.

Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong

terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu

menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan

sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Darah yang

meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya

mengandung oksigen ketika berada dalam paru dan mengalir

ke seluruh jaringan tubuh yang lain. Penutupan fungsional

foramen ovale dan duktus arteriosus terjadi segera setelah

kelahiran.

c. Termogulasi

Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress

akibat perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat

mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi meninggalkan

lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C,

kemudian bayi masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan

persalinan yang suhu 25 0C sangat berbeda dengan suhu di

dalam rahim. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui


46

empat mekanisme yaitu :

1) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi

saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi

yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan

yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.

Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi

aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui

ventilasi atau pendingin ruangan.

2) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena

bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang

mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh

bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini

karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas

tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara

langsung).

3) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui

kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan

yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang

temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan

menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme

konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda

tersebut.

4) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.

Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan


47

cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh

bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak

segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada

bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak

segera dikeringkan dan diselimuti.

d. Glukosa

Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60

hingga 70 % dari kadar darah ibu. Dalam persiapan untuk

kehidupan luar rahim seorang janin yang sehat

mencadangkan glukosa sebagai glikogen terutama di dalam

hati. Sebagian penyimpangan glikogen berlangsung pada

trimester III.

Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus

mendapat cara untuk mempertahankan glukosa yang sangat

diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru

lahir, glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1 hingga

2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat hendaknya

didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah

dilahirkan. Seorang bayi yang mengalami stress berat pada

saat kelahiran seperti hipotermia mengakibatkan hipoksia

mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah

banyak pada jam–jam pertama kelahiran.

I. Keluarga Berencana

1. Pengertian KB
48

Keluarga berencana merupaakan usaha suami istri untuk

emngukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang di

maksud termasuk kontrasepsi atau pencegah kehamilan dan

perencanaan keluarga (Purwoastuti dan Walyani, 2018).

Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang ingin memiliki

keluarga yang sejahtera. Salah satu cara yang mereka tempuh itu

dengan memperkecil jumlah anak sehingga mereka merasa cukup

dan sejahtera dengan keluarga kecil mereka. Adapun faktor

ekonomi yakni banyak masyarakat yang merasa jika banyak anak

maka kebutuhan ekonomi mereka meningkat sehingga mereka

harus bekerja keras lagi. Maka dari itu mulai muncul anggapan

orang untuk melakukan program keluarga berecana yang memang

merupakan salah satu program pemerintah.

Keluarga berencana merupakan suatu proses pengaturan

kehamilan agar terciptanya suatu keluarga yang sejahtera. Adapun

menurut Undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 1 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur

kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai

dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1992 pasal 1 ayat 12 tentang perkembangan kependudukan

dan pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa


49

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga

kecil, bahagia, dan sejahtera.

Namun dalam islam , keluarga berencana menjadi persoalan

yang polemik karena ada beberapa ulama yang menyatakan

bahwa keluarga berencana dilarang tetapi ada juga ayat al-qur’an

yang mendukung program keluarga berencana . Dalam al-qur’an

dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga

berencana , diantaranya :

‫ض َعافًا خَ افُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل‬


ِ ً‫ش الَّ ِذينَ َلوْ تَ َر ُكوا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

y‫َس ِدي ًدا‬

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang

lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

endaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

(Qs.AnNisa : 9).

Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam

mendukung adanya keluarga berencana karena dalam QS. An-

Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa “hendaklah takut kepada Allah

orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka

anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang dimaksud adalah


50

generasi penerus yang lemah agama , ilmu , pengetahuan

sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang

Sakinah.

Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara

prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud

menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan

keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at

Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu,

KB juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah

timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB

yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan

maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga

Berencan (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha

pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan

kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi

dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.

Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim

al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah

tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl

(pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan

aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.Kebolehan KB

dalam batas pengertian diatas sudah banyak difatwakan , baik

oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat


51

nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kebolehan KB dengan pengertian batasan ini sudah hampir

menjadi Ijma`Ulama.

MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan

fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang

Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983.

Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang

membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap

memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang

akan digunakan untuk ber-KB.

Terlepas dari larangan untuk ber-KB , kita harus mengetahui

dan memperhatikan jenis dan kerja alat kontrasepsi yang akan

digunakan. Alat kontrasepsi yang diharamkan adalah yang

sifatnya pemandulan.Vasektomi (sterilisasi bagi lelaki) berbeda

dengan khitan lelaki dimana sebagian dari tubuhnya ada yang

dipotong dan dihilangkan, yaitu kulup (qulfah bhs.

Arab,praeputium bhs. Latin) karena jika kulup yang menutupi

kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong dan

dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral

disease). Karena itu, khitan untuk laki-laki justru sangat

dianjurkan.Tetapi kalau kondisi kesehatan isteri atau suami yang

terpaksa seperti untuk menghindari penurunan penyakit dari

bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir atau

terancamnya jiwa si ibu bila ia mengandung atau melahirkan


52

bayi,maka sterilisasi dibolehkan oleh Islam karena dianggap

dharurat. Hal ini diisyaratkan dalam kaidah :

‫الضرورة تبيح المحظورات‬

“Keadaan darurat membolehkan melakukan hal-hal yang

dilarang agama.”

Majlis Ulama Indonesia pun telah memfatwakan keharaman

penggunaan KB sterilisasi ini pada tahun 1983 dengan alasan

sterilisasi bisa mengakibatkan kemandulan tetap. Menurut

Masjfuk Zuhdi bahwa hukum sterilisasi ini dibolehkan karena

tidak membuat kemandulan selama-lamanya. Karena teknologi

kedokteran semakin canggih dapat melakukan operasi

penyambungan saluran telur wanita atau saluran pria yang telah

disterilkan. Meskipun demikian, hendaknya dihindari bagi umat

Islam untuk melakukan sterilisasi ini, karena ada banyak cara

untuk menjaga jarak kehamilan.

Cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’

antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom,

diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak

membahayakan nyawa sang ibu. Jenis Jenis Kontrasepsi sebagai

berikut :

Jenis
NO Keuntungan Kerugian
Kontrasepsi
1 Suntik Dapat digunaka oleh Dapat mempengaruhi
ibu menyusui, tidk siklus menstruasi,
perlu dikonsumsi menyebabkan
setiap hari atau dipakai kenaikan berat badan
sebelum melakukan pada beberapa
hubungan seksual, wanita, tidak
53

darah mentruasi melindungi terhadap


menjadi lebih sedikit penyakit menular
dan membantu seksual, harus
mengatasi kram saat mendatangu klinik
menstruasi. setiap 3 bulan sekali.
2 Kondom Bila digunakan secara Kondom mudah
tepat kondom dapat robek jika disimpan
mencegah kehamilan tidak sesuai aturan,
dan penularan dapat menimbulkan
penyakit menular alergi, mengganggu
seksual, tidak kenikmatan
mempengaruhi hubungan seksual.
kesuburan jika
digunakan jangka
panjang, kondom
mudah di dapat dan
tersedia dengan harga
terjangkau
3 Pil Mengurangi resiko Tidak terlindungi dari
terkena kanker rahim penyakit menular
dan kanker seksual, harus ruin
endometrium, untuk diminum setip hari,
pil tertentu dapat saat pertama
mengurangi timbulnya pemakaian dapat
jerawat atau hirsutism timbul pusing dan
spotting,
efeksamping yang
mungkin drasakan
sakit kepala , depresi,
letih.
4 Implant Dapat mencegah Mempengaruhi siklus
kehamilan dengan mentruasi, tidak
jangka waktu 3 tahun, melindungi dari
dapat dgunakan oleh penyakit menular
wanita menyusui, seksual, dapat
tidak perlu menyebabkan
mengkonsumsi setiap kanaikan berat badan
hari
5 IUD Dapat digunakan Tembaga pada IUD
dengan jangka waktu dapat meningkatkan
5-10 tahun, tingkat darah menstruasi dan
keefektifannya tinggi kram
Pada intinya Keluarga berencana dalam pandangan islam

diperbolehkan apabila dilakukan dengan cara yang sesuai syariat

islam , dilakukan dalam konteks pengaturan keturunan bukan


54

pembatasan keturunan dan dilakukan apabila dalam kondisi yang

darurat yang dapat mengancam keselamatan masyarakat itu

sendiri.

J. Standar Asuhan Kebidanan Dan Kewenangan Bidan

1. Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan diatur dalam KEPMENKES No.

938/MENKES/SK/VII/2007. Standar tersebut adalah acuan dalam

proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh

bidan sesuai wewenang dan ruang lingkupnya. Standar asuhan

kebidanan yaitu :

a. Standar I (Pengkajian)

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien.

b. Standar II (perumusan Diagnosa dan atau Masalah

Kebidanan)

Bidan menganalisis data yang diperoleh dari pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk

menegakkan suatu diagnosa dan masalah kebidanan yang

tepat.

c. Standar III (Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa

dan masalah yang telah ditegakkan.

d. Standar IV (Implementasi)
55

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

e. Standar V (Evaluasi)

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien.

f. Standar VI (Pencatatan Asuhan Kebidanan)

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat

dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan. Pencatatan

dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir

yang disediakan (rekam medis/ KMS/ status pasien/ buku

KIA), ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

(Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan).

2. Kewenangan Bidan

Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun

2017 bagian kedua tercantum pada pasal 18 bahwa dalam

penyenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan

untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan

anak dan pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga


56

berencana.

Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No. 28 Tahun 2017

menjelaskan bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi :

a. Konseling pada masa sebelum hamil.

b. Antenatal pada kehamilan normal.

c. Persalinan normal.

d. Pelayanan kesehatan ibu nifas normal.

e. Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui.

f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.

Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

ibu dijelasakan pada Pasal 19 ayat (3), bidan berwenang

melakukan:

a. Efisiotomi dan pertolongan persalinan normal.

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.

c. Memberikan penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan

dengan perujukan.

d. Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil.

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

f. Memfasilitasi atau membimbing dalan Inisiasi Menyusu Dini

dan promosi ASI eksklusif.


57

g. Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum.

h. Memberikan penyuluhan dan konseling.

i. Memberikan bimbingan pada kelompok inu hamil, serta

berwenang memberikan keterangan hamil dan kelahiran.

Bidan juga berwenang memberikan pelayanan kesehatan

anak yang dijelaskan pada Pasal 20, meliputi :

a. Memberikan pelayanan neonatal esensial.

b. Penanganan kegawatdaruratan, dialnjutkan dengan

perujukan.

c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

d. Memberikan konseling dan penuyuluhan.

Pasal 21 Permenkes RI No. 28 tahun 2017 menjelaskan

wewenang bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana, meliputi:

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana.

b. Pelayanan kotrasepsi oral, kondom, dan suntikan

Selain wewenang yang telah dijelaskan pada Pasal 18, bidan

juga memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan

penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan pelimpahan

wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan sencara

mandat dari dokter.


58

K. Manajemen Kebidanan Dan Dokumentasi

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan

dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu

keputusan yang terfokus pada klien. Manajemen kebidanan

adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan

metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi (Jannah,

2018).

2. Tahap Dalam Manajemen Kebidanan

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan

yang dimulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan

evaluasi. Tahapan dalam proses asuhan kebidanan ada 7 langkah,

yaitu :

a. Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan

pengumpulan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan klien secara lengkap seperti, riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya,

meninjau catatan terbaru atau catatan selanjutnya, meninjau

data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil

study (Rukiah, 2013). Data yang diperoleh untuk kasus


59

anemia dilakukan dengan cara mengumpulkan data lengkap

dari klien dengan menilai keadaan klien melalui anamnese,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (Laboratorium).

Data subjektif yaitu data yang didapatkan dari ibu

seperti ibu mengeluh sering merasa lelah dan sering

mengantuk, merasa pusing dan lemah, merasa tidak enak

badan, mengeluh sakit kepala. Data objektif yaitu merupakan

data dari hasil pemeriksaan yang dilakukan seperti, tampak

kuku pada tangan pucat, konjungtiva pucat dan hasil

pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb.

b. Langkah 2. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah actual

Mengidentifikasi data dengan cepat untuk

mengidentifikasi diagnose atau masalah aktual dengan klien

berdasarkan data dasar, menguraikan bagaimana suatu data

pada kasus diinterpretasikan menjadi suatu diagnose atau

secara teori data apa yang mendukung untuk timbulnya

diagnose tersebut. Masalah lebih sering berhubungan dengan

bagimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan,

sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan

yang difokuskan pada apa yang di alami oleh klien (Rukiah,

2018).

Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan pada

saat pengkajian data maka diagnosa yang ditegakkan.

c. Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah


60

potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosis yang telah di identifikasi, langkah ini

membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-

benar terjadi.

Adapun Masalah potensial anemia pada ibu hamil

dimasa kehamilan, dapat mengakibatkan abortus, dapat

menyebabkan persalinan prematur, dapat menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

terganggu (Bothamley, 2017).

d. Langkah 4. Penetapan kebutuhan/ tindakan

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan aggota tim kesehatan yang lain sesuai

dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan

kesinambungan dari proses manejemen kebidanan. Jadi

manejemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau

kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut

bersama bidan terus menerus misalnya pada waktu tersebut

dalam persalinan (Jannah, 2018).

e. Langkah 5. Intervensi/ Perencanaan tindakan asuhan


61

kebidanan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang

menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap

diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau di

antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang

tidak lengkap dapat di lengkapi (Jannah, 2018).

f. Langkah 6. Implementasi/ pelaksanaan asuhan

Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh

dilangkah lima harus dilaksanakan secara efesien.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan

dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

maka keterlibatan bidan dalam manejemen asuhan bagi klien

adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.Implementasi

yang diberikan pada ibu adalah hasil pemeriksaan kepada ibu

dan jelaskan hal-hal yang di anggap penting, agar ibu dapat

mengetahui perkembangan kehamilannya serta merupakan


62

tujuan utama pelayanan antenatal.

g. Langkah 7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi kebutuhan akan

bantuan apakah benar- benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah

dan diagnosis. Rencana tersebut dapat di anggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Adapun

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif

sedang sebagian belum efektif (Jannah, 2018). Pada prinsip

tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien

untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya

rencana yang dilakukan.

3. Pendokumentasian Tindakan Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian

mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang

pasien. Menurut Varney, didalamnya tersirat proses berfikir bidan

yang sitematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-

langkah manajemen kebidanan maka didokumentasikan dalam

bentuk SOAP ,yaitu :

a. S (Data Subjektif)

Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah

pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh


63

melalui anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan dengan

masalah dari sudut pandang pasien. Expresi pasien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan

lansung atau ringkasan yang akan berhubungan lansung atau

ringkasan yang akan berhubungan lansung dengan diagnosis.

b. O (Data Objektif)

Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostic lain.

c. A (Assessment)

A (Analysis/ Assessment), merupakan

pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam

pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan

pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data

objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan

analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti

perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat

mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat

diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan


64

diambil keputusan/ tindakan yang tepat.

Analysis/ assessment merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah kedua,

ketiga, dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:

diagnosis/ masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial

serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

untuk antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan kebutuhan

tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan

bidan, meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan

tindakan merujuk klien.

d. P (Planing)

Planning/ perencanaan, adalah membuat rencana

asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.

Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien secara optimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus

bidan mencapai criteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas

waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus

mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus

sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, anatara

lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/

perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga


65

merupakan gambaran pendokumentasi implementasi dan

evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi

pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen

Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan

keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila

tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan

keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus

dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien

berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun

implementasinyapun kemungkinan besar akan ikut berubah

atau harus disesuaikan.


66

L. Kerangka Alur Pikir

Ny. N Umur 27  Persalinan berjalan


Tahun G2P1A0 secara normal,
Uk 40+6 hari dilakukan IMD selama
bersalin secara 1 jam, Kolustrum (+)
spontan di PMB
Rahmi Dwiyati

 Luka jahitan perineum tidak ada


masalah.
Ny. N umur 27 th  Pengeluaran perdarahan normal
nifas normal  Proses menyusui lancar, kolostrum
dengan perawatan (+)
luka perineum  Observasi kontraksi dan
perdarahan selama 2 jam
 Edukasi perawatan luka
 Edukasi personal hygiene
Ny. N umur 27  KIE ASI Eksklusif
tahun G2P1A0  KIE Tanda Bahaya Nifas
UK 39+4 hari

 Tidak ada keluhan


 Hitung Gerakan Bayi normal, tidak
janin ada kelainan,rawat  Bayi lahir pukul 22.35 WIB
 Konsul SpOg gabung dengan ibu,  Jenis Kelamin perempuan
 Follow up 1x menghisap kuat,  Berat Badan 2800 gram
Mekonium (+), BAK  Panjang Badan 49 cm
 KIE persiapan
(+)  Lingkar Kepala 30 cm
persalinan

Melakukan edukasi
KB dan ibu ingin
menggunakan KB
IUD
67
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Laporan

Laporan asuhan kebidanan berkelanjutan diawali dengan asuhan

kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan diakhiri dengan asuhan

keluarga berencana. Metode pelaporan asuhan ini menggunakan studi

kasus. Diawali dengan pengkajian awal dilanjutkan pelaksanaan asuhan

berkelanjutan mulai dari fase kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir,

dan keluarga berencana. Seluruh dokumentasi kegiatan dibuat dengan

jelas holistic, kompleks, dinamis. Lampiran dokumentasi tertulis secara

sistematis mengambarkan proses dan hasil asuhan kebidanan yang

dilakukan pada subjek asuhan. Instrument dokumentasi menggunakan

SOAP lengkap diawali pengkajian dan follow up selanjutnya ditulis

dalam laporan perkembangan, pedoman wawancara, dan kuesioner

disesuaikan kondisi masing-masing pasien.

B. Tempat dan Waktu Pelaporan

1. Tempat

Asuhan kebidanan berkelanjutan dilakukan di PMB Rahmi Dwiyati

2. Waktu

Pelaksanaan asuhan kebidanan berkelanjutan dilakukan pada tanggal

11 Mei 2023 – 8 Juni 2023)

C. Subjek Laporan

Subjek laporan kali ini adalah ibu hamil di PMB Rahmi Dwiyati

51
52

yang telah didampingi dari masa kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi

Baru lahir dan Keluarga Berencana.

D. Jenis Data

1. Data Primer

Pemeriksaan fisik head to toe dilakukan dengan cara inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi menggunakan satu set alat

pemeriksaan ANC, bersalin dan nifas serta dilakukan pemeriksaan

laboratorium.

a. Wawancara

Pada asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. N umur 27

tahun penulis memperoleh data melalui wawancara dengan klien

untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan

keterangan atau pemberian informasi secara lisan.

b. Observasi/ pengamatan/ pengukuran

Menurut Kamus Ilmiah Populer adalah kata observasi berarti

suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara

berulang-ulang.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis

1) Inspeksi

Inpeksi merupakan proses opservasi yang di lakukan secara

sistematik. Inspeksi dilakukan dengan penglihatan,

pendengaran dan penciuman.


53

2) Palpasi

Palpapsi adalah teknik pemeriksaan dengan jari atau

instrumen yang sensitive

3) Perkusi

Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetuk

jari kebagian tubuh klien yang di kaji untuk membandingkan

bagian kiri dan kanan. Untuk mengetahui perut kembung atau

tidak.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemerksaan menggunakan stetoskop untuk

mendengarkan bunyi yang, di hasilkan oleh tubuh.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari buku KIA, jurnal atau hasil

laporan asuhan kebidanan berkelanjutan terdahulu.

E. Alat Dan Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis)

sehingga lebih mudah diolah. Alat dan bahan yang digunakan untuk

mengumpulkan data, yaitu format askeb SOAP perkembangan,

pedoman wawancara, catatan medik atau status pasien, buku KIA

dan kamera. Pada pemeriksaan fisik diperlukan tensimeter,

stetoskop, dopler, timbang berat badan, thermometer, jam tangan,

dan handscoon.
54

F. Analisi Data

Analsisis data pada penulisan studi kasus ini dilakukan secara

deskriptif dengan SOAP yakni S (Subjektif), O (Objektif), A

(Assesment), P (Perencanaan dan Evaluasi) yang mengacu pada

kemenkes RI No. 938/Menkes/VIII/2007 tentang standar asuhan

kebidanan.

G. Etika Studi Kasus

1. Mendapat persetujuan (Informed Consent)

Persetujuan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengajukan

permohonan izin untuk menjadi responden dalam memberikan

asuhan pada ibu hamil diwilayah kerja PMB Rahmi Dwiyati.

2. Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi responden dijamin penulis, hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

3. Keamanan Responden

Untuk menjaga kerahasiaan, penulis tidak mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberi kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas kesesuaian antara teori dalam bab 2 dengan

tinjauan kasus dalam bab 3. Pembahasan ini bertujuan untuk merumuskan

kesenjangan dan persamaan antara teori dengan kasus nyata pada Asuhan

Kebidanan yang dilakukan pada Ny. N usia 27 tahun di PMB Rahmi

Dwiyati dengan menggunakan standar asuhan kebidanan yang terdiri dari

pengkajian data, perumusan masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan

evaluasi.

A. Hasil

A. ASUHAN KEBIDANAN DALAM KEHAMILAN

Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny “N” Usia 27 Tahun G2P1A0 Usia

Kehamilan 39 Minggu 4 Hari dengan Kehamilan Normal di PMB Rahmi

Dwiyati

Kunjungan pertama di TM3


Tanggal Pengkajian : 11 Mei 2023
Waktu Pengkajian : 16.35 WIB
Pengkaji : Nurul Widyastuti

BIODATA
Ibu Ayah
Nama : Ny N Tn A
Umur : 27 Tahun 39 Tahun

54
55

Gol Dar :A -
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Agama : Islam
No Telp : 0856-4374-1814
Alamat : Banar RT.01/RW. 04, Deyangan, Mertoyudan,
Magelang
Jaminan :-

Data Subjektif (S)


1. Keluhan Ibu : Ibu mengatakan sudah mulai merasakan mules.
2. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus Haid : 26 hari
c. Lama Hait : 5-6 hari
d. Dismenorhea : tidak ada
e. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali dalam sehari
f. HPHT : 7 Agustus 2022 HPL : 14 Mei 2023
3. Riwayat Kehamilan :
a. Hamil Pertama G2P1A0
b. Kehamilan ini di rencanakan : Ya
c. Kehamilan ini di inginkan : Ya
d. Mengikuti Kelas Ibu hamil : Ya
e. Memanfaatkan Kelas ibu hamil : Ya
4. Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dirinya tidak punya riwayat penyakit menurun,
menaun, dan menular, untuk keluarga ada yang mempunyai riwayat
diabetes yaitu bapak mertua. Ibu mengatakan bahwa dirinya atau
keluarga tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menular
seperti : TB , PMS, Jantung, HIV, AIDS, dll.
5. Perencanaan Persalinan
a. Penolong Persalinan : Bidan
56

b. Tempat Persalinan : PMB Rahmi Dwiyati


c. Pendamping Persalinan : Orang Tua / Suami
d. Donor Darah : Suami
e. Stiker P4 Di pasang : Ya
f. Transportasi : Mobil
g. Pembiayaan : Tabungan
h. Rencana KB : IUD
6. Lingkungan dan Perilaku
a. Pemenuhan Nutrisi
1) Pola Gizi seimbang : Ya
2) Porsi lebih banyak dari sebelum hamil : Tidak, tetapi ibu
mengatakan bahwa sering makan walaupun dalam porsi yang
sedikit.
3) Ibu mengatakan makan makanan beragam makanan yang
bervariasi setiap hari (nasi, sayur – sayuran, telur, daging ayam,
tahu , tempe, dll)
4) Ibu mengatakan bahwa setiap hari mengkonsumsi protein hewani
maupun nabati seperti tempe dan daging ayam.
b. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat
1) Tidur Malam : 4 - 6 jam
2) Tidur Siang : 1 jam
3) Posisi Tidur : miring kiri atau terlentang
4) Bersama dengan suami melakukan stimulasi pada janin dengan
sering sering mengelus perut ibu dan mengajak berbicara janin
sejak usia 4 bulan : Ya, setelah suami pulang kerja
c. Hubungan Seksual Selama Kehamilan : pernah melakukan hubungan
1 minggu terakhir ii
d. Personal Hygiene
1) Ibu mengatakan sering cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum makan, dan setelah BAK/ BAB.
2) Ibu mengatakan jarang menyikat gigi setelah makan dan sebelum
tidur , tetapi selalu sikat gigi setiap mandi pagi dan sore.
57

3) Mandi : 2x sehari
4) Membersihkan payudara dan daerah kemaluan : Dibersihkan 2x
sehari saat mandi pagi dan sore dan daerah kemaluan setiap
setelah BAB ataupun BAK.
5) Ganti pakain 2x sehari saat setelah mandi dan aktifitas fisik.
e. Aktifitas Fisik
1) Beraktifitas sesuai kondisi : Ya
2) Suami membantu untuk melakukan pekerjaan sehari – hari :
terkadang
3) Mengikuti senam hamil sesuai anjuran nakes : terkadang
7. Lingkungan dan Perilaku yang merugikan pasien
a. Ibu sering terpapar asap rokok atau polusi : Ya
b. Beban pekerjaan ibu terlalu berat : Tidak
c. Kebiasaan minum jamu atau obat tanpa resep dokter : Tidak
d. Memiliki hewan peliharaan / lingkungan sekitar dengan dengan
pertenakan: tidak
e. Lingkungan Tempat tinggal Ibu
1) Kebiasaan cuci tangan pakai sabun : Ya
2) Kepemilikan jamban : Ya
3) Sumber air bersih : Ya
4) Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL ) : Tertutup
5) Sarana Pembuangan Sampah : Terbuka
8. Hasil pemantuan Pada Masa Hamil
a. Ibu mengatakan sudah memiliki buku KIA
b. Ibu mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya ketenaga
kesehatan 2 bulan sekali saat trimester 1 dan 2 minggu sekali saat
trimester 2 sampai trimester 3.
c. Ibu mengatakan sudah mendapatkan tablet tambah darah, asam folat
serta kalsium dan diminum menggunakan air putih , roti atau pisang
d. Ibu mengatakan rutin menimbang berat badan ketika periksa
kehamilan dan sudah di ukur tinggi badannya serta selalu melakukan
pemeriksaan Tekanan Darah.
58

e. Ibu mengatakan status TT saat ini adalah TT 5 ( TT Terahkir adalah


TT Hamill trimester 2 )
f. Ibu mengatakan sudah melakukan pemeriksaan ANC terpadu d
puskesmas, ibu sudah periksa oleh dokter umum, dokter gigi, petugas
gizi, laboratorium, dan petugas psikologi.
g. Ibu mengatakan bahwa sudah memahami tentang ASI Eksklusif dari
anak sebelumnya

Data Obyektif (O)


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: BB : 65,5 Kg TB : 148 cm TD : 110/70 mmHg
4. Status TT : TT 5
5. Lila : 27 cm
6. Tablet FE : diberikan untuk 1 minggu diminum 2 kali sehari
7. Palpasi Leopod : Presentasi Janin : Preskep
a. Leopod I : bagian fundus terasa bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), TFU 30 cm.
b. Leopod II : bagian kanan perut ibu terasa keras, memanjang, ada
tahanan, bagian kiri ibu teraba kecil-kecil (ekstermitas) janin.
c. Leopod III : bagian bawah perut ibu teraba bagian keras, bulat,
melenting (kepala).
d. Leopod IV : kedua ujung jari pemeriksa tidak saling bertemu,
(Divergen)
8. Pemeriksaan penunjang : Hb : 12.8 mg/dl Protein Urin :
(-) Gula Darah Sewaktu : ( - )
9. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) :
a. Kepala : simetris, tidak ada edema, tidak terdapat
nyeri tekan
b. Muka : simetris, tidak terdapat pembengkakan,
tidak ada nyeri tekan, agak pucat
59

c. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih dan


tidak cekung
d. Telinga : tidak ada cairan yang keluar, bersih
e. Hidung : bersih, simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada polip
f. Mulut : bibir kemerahan, gusi bersih, gigi tidak ada
yang berlubang dan tidak ada caries
g. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
limfe
h. Payudara : putting susu menonjol, bersih,dan belum
ada pengeluaran kolostrum.
i. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
10. Konseling : Meminta ibu untuk selalu menjaga kesehatannya dan
selalu makan – makanan bergizi seimbang.
11. Rujukan : Tidak dilakukan

Analisa (A)
Ny N Usia 27 Tahun G2P1A0 UK 39 Minggu 4 Hari dengan kehamilan
normal.

Penatalaksanaan (P)
1. Memberitahu tujuan mahasiswa, untuk melakukan pendampingan
selama hamil hingga ibu melahirkan dan mengambil keputusan ber KB.
Mahasiswa akan melakukan kunjungan kerumah atau tempat lain yang
disetujui bersama. Ibu paham dengan penjelasan yang di berikan.
2. Melakukan informed consent bila ibu menyetujui akan dilakukan
pemdampingan. Ibu menyetujui akan dilakukan pendampingan untuk
beberapa bulan kedepan dan mendatangani informed consent.
3. Melakukan anamnesa identitas, riwayat kehamilan, perencanaan
persalianan, dll Ibu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan
jelas
4. Menanyakan keluhan selama kehamilan saat ini Ibu mengatakan
60

merasakan lelah tiap kali perjalanan dari tempat kerja dan nafsu makan
menurun.
5. Melakukan pemeriksaan TTV dan penilaian sepintas seperti melihat
conjunctiva , warna kuku, dan ada pembekakan pada kaki atau tidak.
TD : 110/70 mmHg , BB : 65,5 Kg , Konjunctiva merah muda, kuku
pendek, tidak pucat, bersih, tidak terjadi pembengkakan.
6. Menyarankan pada ibu untuk selalu menjaga kesehatannya, beistirahat
ketika lelah, banyak minum air putih dan makan – makanan bergizi
seimbang. Menyarankan ibu untuk makan sedikiti sedikt tapi sering,
makan sesuai keinginan tapi disarankan makanan yang bergizi dan
makan buah – buahhan. Ibu paham dan mengerti yang sudah di jelaskan
dan akan menjalankan saran saat nanti dirumah.
7. Menganjurkan ibu untuk selalu meminum obat yang sudah diberikan
oleh nakes seperti Tablet FE, dan Asam Folat Yang didapatkan Ibu
paham dan mnegerti dan akan minum obat sesuai anjuran.
8. Menganjurkan ibu untuk segera mempersiapkan diri dan keluarga agar
bisa rawat inap di PMB karena sudah akan memasuki waktu persalinan.

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati,S.ST,Bdn) (Nurul Widyastuti)


61

2. ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN

Data Perkembangan Kebidanan Persalinan Pada Ny “N” Usia 27 Tahun


G2P1A0 dengan Persalinan Normal

Tanggal : 20 Mei 2023


Jam : 22.00 wib

Data Subjektif (S)


Ibu mengatakan perut semakin kenceng dan mules seperti ingin BAB, sudah
keluar lendir darah.

Data Objektif (O)


1. Ku : Lemah
2. TTV : TD : 110/ 70 mmHg
3. Palpasi Leopold:
a. Leopold 1 : bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), TFU 3 jari dibawah posessus xyphoideus
b. Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba keras, memanjang,
ada tahanan, bagian kiri ibu teraba kecil-kecil (ekstremitas) janin
c. Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bagian keras,
bulat, melenting (kepala)
d. Leopold IV : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling
bertemu (Divergen)
e. TFU : 30 cm
f. TBJ : 2790 gram
g. DJJ : 135x/menit
h. HIS : 2x 10’30’’
i. Periksa Dalam vagina teraba licin, porsio lunak, tipis, pembukaan
2 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, kepala di hodge III.
Analisa (A)
Ny. N Umur 27 Tahun G2P1A0 Usia Kehamilan 40 +6 Minggu inpartu Kala
1 fase Laten dalam Persalinan
62

Penatalakasanaan (P)
1. Beritahu ibu bahwa hasil pemeriksaan TTV keadaan ibu baik TD:
110/70 mmHg, periksa dalam pembukaan 2 cm selaput ketuban (+),
presentasi kepala, kepala di hodge III, detak jantung janin normal, DJJ
135x/menit.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu sebelum
pembukaan lengkap agar tidak terjadi pembengkakan jalan lahir/
kehabisan tenaga sebelum persalinan dan meminta ibu untuk miring
kiri agar kepala janin dapat segera turun .
Ibu bersedia untuk tidak meneran terlebih dahulu
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi saat ada kontraksi yaitu dengan tarik
napas panjang dari hidung dan hembuskan secara perlahan dari mulut.
Ibu bersedia menerapkan teknik relaksasi dan sudah
mempraktikannya.
4. Menganjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan minum)
pada ibu di antara HIS, sebagai penambah energi untuk tenaga saat
meneran.
Suami dan keluarga bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
5. Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi:
a. Partus set:
1) 2 klem tali pusat
2) Benang umbilical
3) Gunting tali pusat
4) ½ kocher
5) Kassa steril
6) Kateter
7) Gunting episiotomi
8) Spuit berisi oxytocin 10 iu
b. Heacting set:
1) Jarum steril
2) Benang steril (catgut)
63

3) Kassa steril
4) Kom berisi betadine
5) Pinset anatomis
6) Spuit berisi lidocaine
c. Alat resusitasi:
1) Penghisap lendir
2) Sungkup
3) Amfubag
4) Meja resusitasi
5) Lampu
d. Pakaian ibu:
1) Jarik
2) Pakaian bersih
3) Celana dalam
4) Pembalut
e. Pakaian bayi:
1) Popok
2) Baju
3) Bedong
4) Topi
5) Sarung tangan dan kaki
f. Persiapan Penunjang
1) Kendil
2) Underpad
3) Infus set
4) Spuit Vitamin K
5) Salep Mata
Partus set, kebutuhan ibu, bayi dan keperluan penunjang sudah
lengkap
6. Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi: DJJ, Kontraksi, nadi, dan
tekanan darah setiap 30 menit sekali, pembukaan serviks setiap 4 jam
sekali
64

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan aktifitas jalan-jalan apabila ibu


masih kuat atau menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk membantu
kemajuan persalinan.

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn) (Nurul Widyastuti)

Deskripsi Kegiatan
65

Tanggal : 20 Mei 2023


Jam : 22.10 WIB
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan perut mules dan kenceng-kenceng semakin sering
2. Ibu sangat ingin mengejan
Data Obyektif
1. Ku : lemah
2. TTV : TD : 110/80 mmHg,
3. Djj : 133x/menit
4. HIS : 3x10’35’’
5. Genetalia : Periksa Dalam vagina teraba licin, porsio lunak, tipis,
pembukaan 9 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, UUK
berada dijam 9 di hodge I.
Analisis
Ny. N Umur 27 Tahun G2P1A0 umur kehamilan 40+6 minggu dalam
persalinan kala I fase aktif.
Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah bertambah (9 cm), DJJ :
133x/menit, HIS 3x10’35”.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu sebelum
pembukaan lengkap.
Ibu bersedia
3. Menganjurkan keluarga atau suami untuk memberikan dukungan agar
ibu tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan.
Keluarga bersedia melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap miring kiri untuk membantu proses
kemajuan persalinan.
Ibu bersedia melakukannya.
5. Melakukan pemantauan DJJ setiap jeda HIS
Ibu sudah mengetahui penjelasan yang diberikan bidan.
6. Menganjurkan ibu memenuhi nutrisi disela -sela kontrasksi dengan
mengkonsumsi minuman manis seperti teh manis hangat atau roti.
66

Catatan Perkembangan Kala II


Deskripsi Kegiatan
Tanggal : 17 mei 2023
Jam : 22.15 WIB
Data Subyektif
1) Ibu mengatakan ada tekanan pada anus
2) Ibu mengatakan ingin mengejan
3) Ibu mengatakan ada cairan yang keluar dari jalan lahir
Data Obyektif
1. Ku : baik
2. TTV : TD : 120/80 mmHg
3. Djj : 133x/menit
4. HIS : 4x10’40’’
5. Genetalia : perineum menonjol, vulva membuka, ada tekanan pada
anus, pengeluaran darah, pemeriksaan dalam pembukaan lengkap
(10 cm), porsio tidak teraba penurunan kepala di Hodge IV, tidak
terdapat molase, air ketuban jernih, sutura teraba tumpang tindih.
Analisis
Ny. N Umur 27 Tahun G2P1A0 umur kehamilan 40+6 minggu, dalam
persalinan normal kala II
Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, selaput ketuban
sudah pecah, keadaan janin baik DJJ : 133x/menit.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan mencari posisi yang
nyaman untuk meneran
2. Memastikan alat sudah lengkap.
Alat sudah lengkap
3. Memakai APD dan mendekatkan partus set.
APD sudah digunakan dan partus set sudah lengkap
4. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran, membimbing ibu untuk meneran saat ibu
67

mempunyai keinginan untuk meneran, mendukung dan memberi


semangat atas usaha ibu untuk meneran.
a. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
b. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
c. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
d. Menganjurkan ibu minum untuk menambah tenaga ibu saat
meneran.
5. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Handuk bersih sudah diletakkan diatas perut ibu.
6. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Kain bersih sudah diletakkan dibawah bokong ibu.
7. Membuka partus set.
8. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Sarung tangan steril sudah digunakan
9. Saat kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva, lindungi perineum
dengan satu tangan dan tangan yang dilapisi kain bersih dan kering
dan tangan yang lain menahan kepala bayi dengan tekanan yang
lembut agar tidak terjadi defleksi secara tiba-tiba dan membiarkan
kepala keluar secara perlahan-lahan.
10. Memeriksa lilitan tali pusat dan melonggarkan lilitan bila terjadi.
Tidak ada lilitan tali pusar
11. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
12. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memposisikan tangan
secara biparietal. Dengan lembut dengan menariknya ke arah bawah
dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
13. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
68

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan


lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
14. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan
hati-hati membantu kelahiran kaki.
15. Menilai bayi dengan cepat, bayi lahir spontan pada tanggal 20 Mei
2023 pukul 22.30 WIB dengan keadaan sehat, menangis kuat, jenis
kelamin perempuan.
16. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat ke arah bayi dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. 2 cm dari klem.
17. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut dan mengikat tali
pusat dengan benang tali pusat yang steril.
18. Mengeringkan bayi menggunakan handuk yang ada di atas perut ibu
untuk mencegah bayi hipotermi.
Bayi sudah dikeringkan
19. Mengganti handuk yang basah dengan handuk baru yang kering untuk
menjaga kehangatan bayi.
Handuk basah sudah diganti dengan handuk kering
20. Meletakkan bayi di atas dada ibu dengan posisi tengkurap atau
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan tetap diselimuti dari atas
untuk menjaga kehangatan bayi.
IMD sudah dilakukan

Catatan Perkembangan Kala III


Deskripsi Kegiatan
Tanggal : 20 Mei 2023
Jam : 22.45 WIB
69

Data Subjektif
1. Ibu mengatakan merasa lelah karena meneran
2. Ibu mengatakan perutnya masih mules dan merasakan adanya keluar
darah dari kemaluannya
Data Objektif
1. Uterus teraba keras dan bulat
2. Kandung kemih kosong
3. Tampak tali pusar menjulur di vulva
4. TFU setinggi pusar
Analisis
Ny. N usia 27 tahun P2A0 dalam persalinan kala III
Pelaksanaan
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami bahwa saat ini waktu untuk
pengeluaran uri/plasenta.
2. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada janin
kedua. Tidak ada janin kedua
Memberitahu ibu bahwa akan disuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3
paha lateral secara IM yang bertujuan untuk mempercepat lahirnya
plasenta dan mencegah terjadinya perdarahan.
Ibu sudah mengetahui bahwa plasenta akan lahir dan oksitosin sudah
disuntikkan.
3. Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm dari vulva.
4. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Dilakukan PPT dengan
memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. Menunggu
uterus berkontraksi kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan
arah pada bagian bawah uterus secara dorso kranial dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uterinamun uteri
masih belum terlepas seluruhnya. Dilakukan PTT kedua, setelah
dilakukan penegangan tali plasenta terjadi tanda-tanda pelepasan
70

plasenta dengan tali plasenta bertambah panjang dan keluar


semburan darah tiba-tiba lalu plasenta terlihat di introitus vagina,
melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Plasenta lahir pada
pukul 22.50 WIB
5. Segera melakukan massase uterus menggunakan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar searah
jarum jam selama 15 detik dan mengajarkan ibu dan suami untuk
melakukan masase sendiri. Kontraksi baik, uterus bulat dan keras,
TFU 2 jari di bawah pusat.
6. Memeriksa kelengkapan plasenta dan mengevaluasi adanya laserasi
pada perineum dan vagina. Kotiledon lengkap, selaput ketuban utuh,
Panjang tali pusar 45 cm. Plasenta lengkap tidak ada bagian yang
tertinggal.

Catatan Perkembangan Kala IV


Deskripsi Kegiatan
Tanggal : 20 Mei 2023
Jam : 23.00 WIB
Data Subjektif
1. Ibu mengatakan senang dan lega karena bayi dan plasenta sudah lahir
secara normal
2. Ibu mengatakan perutnya masih mules
Data Obyektif
1. Ku : baik
2. TTV : TD : 120/ 80 mmHg
3. TFU : 2 jari dibawah pusar
4. Kontraksi : teraba keras membluat
5. Kandung kemih : kosong
6. Terdapat laserasi derajat 2
71

7. Perdarahan 150 cc
Analisis
Ny. N usia 27 tahun P2A0 dalam persalinan kala IV
Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan bagus
2. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus, yaitu
dengan cara meletakkan telapak tangan diatas perut dan melakukan
gerakan melingkar searah jarum jam.
Ibu dan suami sudah melakukan massase uterus.
3. Melakukan penjahitan luka yang menyebabkan terjadinya perdarahan.
4. Penjahitan luka dengan memberikan anastesi.
Jahitan jelujur dan sub kutis
5. Membersihkan ibu menggunakan washlap dan air DTT dan memasang
doek dan celana dalam ibu serta mengganti pakaian ibu. Dan
mendekontaminasi peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin
0,5%. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
Ibu sudah bersih dibersihkan dan peralatan bekas pakai telah direndam
dalam larutan klorin 0,5 %.
6. Menganjurkan ibu untuk memulai memberikan ASI dan bayi tetap
diselimuti dan memakai topi untuk menjaga kehangatan bayi.
Ibu bersedia menyusui bayinya
7. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
memantau keadaan ibu setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
Pemantauan Kala IV
Jam Waktu Tekanan Nadi TFU Kontraksi Kandung Perdarahan
ke Darah Uterus Kemih
1. 23.15 120/80 78 2 jr keras Kosong 25 cc
dibawah
pst
23.30 120/80 78 2 jr keras Kosong 20 cc
dibawah
pst
23.45 120/70 75 2 jr keras Kosong 20 cc
72

dibawah
pst
00.00 120/80 75 2 jr keras Kosong 15 cc
dibawah
pst
2. 00.30 120/80 75 2 jr keras Kosong 25 cc
dibawah
pst
01.00 120/80 80 2 jr keras Kosong 10 cc
dibawah
pst

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn) (Nurul Widyastuti)


72

3. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal 6 Jam Pada Ny “N” Usia 27 Tahun
P2A0 di PMB Rahmi Dwiyati

Tanggal Pengakajian : 21 Mei 2023


Jam : 07.00 WIB

Data Subjektif (S)


Ibu mengatakan perut sedikit mulas dan asi sudah sedikit keluar

Data Objektif (O)


1. Ku : Baik
2. TTV: TD: 120/70 mmHg
3. TFU : 2 Jari bawah Pusat
4. Lochea jenis rubra, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
5. Perdarahan 30 cc.
6. Luka perineum tampak kemerahan, laserasi derajat 2

Analisa (A)
Ny. N Umur 27 tahun P2A0Ah2 nifas 6 jam post partum

Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV bagus TD: 120/70 mmHg
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa semua dalam batas
normal.
2) KIE pemenuhan nutrisi ibu nifas : banyak makan buah, sayur yang dapat
meningkatkan hb seperti hati ayam, jus jambu, kacang merah, bayam,
sayuran berwarna hijau, dan makan makanan yang mengandung protein
tinggi seperti putih telur, banyak minum air putih, porsi cukup dan
teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung
alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna.
Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas.
73

3) Memberikan edukasi personal hygiene untuk mengganti pembalut 2 jam


sekali dan menjaga luka perineum tetap kering dengan mengeringkan
vagina setelah BAK dan BAB
Ibu mengerti dan bersedia
4) Memberikan terapi:
a. Amoxilin 3x1
b. Asmet 3x1
c. Vitamin A 1x1
Terapi sudah diberikan diberikan
5) Memberikan edukasi kepada ibu untuk melakukan kunjungan 2 hari
kemudian yaitu pada tanggal 23 Mei 2023 antara pukul 08.00 sampai
dengan 20.00 WIB
Ibu bersedia kunjungan ulang untuk pemeriksaan nifas pada pukul 10.00
WIB

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati.S.ST., Bdn) (Nurul Widyastuti)


74

4. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal Pada By. Ny. N 6 jam di PMB
Rahmi Dwiyati

Tanggal Pengakajian : 21 Mei 2023


Jam : 07.00 wib

Data Subjektif (S)


Ibu mengatakan bayinya menangis kuat, daya hisap bayi kuat, gerak bayi
aktif.

Data Objektif (O)


1) Ku : Baik
2) TTV : S: 36,9C
3) Antropometri : LK: 30 cm LD: 31 cm
PB : 49 cm BB : 2800 gram
Lila : 10 cm
4) Jenis kelamin : perempuan
5) Warna kulit : kemerahan
6) Terdapat caput succedanium
7) Mata : normal, anus : ada, reflek hisap : kuat
8) Genetalia : BAK (+), BAB (+)
Analisa (A)
By. Ny. N usia 6 jam normal

Penatalaksanaan (P)
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan TTV seperti suhu : 36,9 C, dan
antropometri seperti Berat badan : 2800 gram, LK : 30 cm, LD : 31 cm,
Lila : 10 cm, PB: 49 cm.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan
pernel bersih dan kering.
Ibu bersedia menjaga kehangatan bayinya.
75

3) Memberitahu ibu bahwa bayinya diberi salep mata untuk menghindari


terjadinya infeksi dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian
dalam kearah luar secara bergantian antara mata kanan dan kiri.
Ibu sudah mengetahui bayinya diberi salep mata.
4) Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah diberikan suntikan vit K pada
bagian paha luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 1 mg (0,5 ml),
untuk menghindari terjadinya perdarahan.
Ibu sudah mengetahui bayinya diberi suntikan Vit K.
5) Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar cuci tangan dengan air
bersih sebelum dan sesudah menyusui, oleskan sedikit ASI pada putting
susu hingga areola pada saat sebelum dan sesudah menyusui, bayi
dipegang pada belakang bahu dengan satu lengan, kepala bayi berada
pada lekukan siku ibu dan bokong bayi berada pada telapak tangan,
payudara dipegang dengan huruf C, kepala bayi menghadap payudara,
perut bayi menempel pada perut ibu, telinga dan lengan bayi diletakkan
satu garis lurus dan areola sepenuhnya harus masuk dalam mulut bayi
agar hisapan maksimal.
Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang benar dan sudah
menerapkannya.
6) Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya lebih baik minimal 2
jam sekali.
Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin.
7) Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan apapun pada tali pusar bayi.
Ibu bersedia untuk tidak memberikan apapun pada tali pusar bayi.
8) Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene pada bayi dan
menganti popok setelah BAK atau BAB.
Ibu bersedia menjaga kebersihan bayinya.
Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn) (Nurul Widyastuti)


76

5. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal pada Ny. N Usia 27 Tahun P2A0 Hari
Ke-3 Di PMB Rahmi Dwiyati

Tanggal : 23 Mei 2023


Jam : 10.00 WIB
Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan tak ada keluhan.
2) Ibu mengatakan pola tidur terganggu karena anaknya sering terbangun
dimalam hari.
Data Objektif (O)
1. Ku :baik
2. TTV: TD: 120/80 mmHg S: 36,5oC
3. TFU 1 jari diatas simphysis
4. Lochea jenis sanguinolenta sisa darah bercampur lendir
5. Luka perineum masih basah
Analisa (A)
Ny. N Umur 27 tahun P2A0 nifas hari ke-3 normal
Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV bagus TD: 120/80 mmHg
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa semua dalam batas
normal.
2) KIE pemenuhan nutrisi ibu nifas : banyak makan buah, sayur yang dapat
meningkatkan hb seperti hati ayam, jus jambu, kacang merah, bayam,
sayuran berwarna hijau, dan makan makanan yang mengandung protein
tinggi seperti putih telur, banyak minum air putih, porsi cukup dan
teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung
alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna.
Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas.
3) Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu : perdarahan post
partum, lokhea berbau busuk, payudara berubah menjadi merah, tegang
77

dan bengkak, pusing dan lemas berlebihan, suhu tubuh ≥ 38C, perasaan
sedih yang berkaitan dengan bayinya.
Ibu sudah mengrti dan sudah mengetahui tanda bahaya masa nifas

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn) (Nurul Widyastuti)


78

6. ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Hari Ke-3 di PMB Rahmi Dwiyati

Tanggal : 23 Mei 2023


Jam : 10.15 WIB

Data Subjektif (S)


1) Ibu mengatakan pola tidur bayinya masih sering berubah
2) Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat

Data Objektif (O)


1. KU : Baik
2. TTV : S: 36,2C
3. Gerak bayi : aktif
4. Jenis kelamin : perempuan
5. Warna kulit : agak kekuningan
6. Mata : normal, anus : ada, reflek hisap : kuat
7. Abdomen : tali pusat sudah mulai mengering

Analisa (A)
By. Ny. N usia 3 hari normal

Penatalaksanaan (P)
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan TTV seperti suhu : 36,2C. Ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan
2) Menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi dengan kain namun
tidak usah dengan ketat
Ibu mengerti dan bersedia.
3) Sering mengganti kassa penutup tali pusat bayi segera setelah mandi dan
membiarkan tali pusat bersih serta kering
Ibu mengerti
79

4) Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam sekali


dan mulai memompa apabila produksi ASI banyak
Ibu bersedia dan mengerti
5) Menjelaskan kepada ibu untuk menjemur bayinya setiap jam 7 pagi
selama 10 menit saat matahari pagi hangat tanpa menggunakan bayi baju
agar bayi tidak kuning.
Ibu bersedia melakukannya.

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati, S.ST.,Bdn)


(Nurul Widyastuti)
80

7. ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS HARI KE 19

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Hari ke-19 pada Ny. N usia 27 Tahun P2A0 di
PMB Rahmi Dwiyati

Tanggal Pengkajian : 08 Juni 2023


Jam : 10.30 WIB

Data Subjektif (S)


1) Ibu mengatakan ingin kontrol nifas hari ke-19
2) Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan
3) Ibu mengatakan darah yang keluar sedikit-sedikit berwarna merah

Data objektif (O)


1) KU : Baik
2) TTV: TD: 120/70 mmHg
3) Luka perineum sudah kering
4) TFU sudah tidak teraba
5) Lochea jenis alba, muncul setelah hari ke-14

Analisa (A)
Ny. N Umur 27 tahun P2A0 nifas normal hari ke-19

Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV bagus TD: 120/70 mmHg
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa semua dalam batas
normal.
2) Menganjurkan ibu untuk perbanyak istirahat ketika sang anak istirahat
dan tetap menjaga asupan nutrisi serta psikologis karena akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.
Ibu bersedia
3) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga area genetalia dengan
81

membersihkan dari depan ke arah belakang untuk mengurangi terjadinya


infeksi.
Ibu bersedia melakukannya.
4) Menjelaskan macam-macam jenis KB yang bisa digunakan untuk ibu
menyusui seperti suntik 3 bulan, pil progestin, kb implan (AKBK) dan
kb IUD (AKDR). Ibu bersedia untuk bermusyawarah dengan suaminya.

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn) (Nurul Widyastuti)

8. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR HARI KE-19


82

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Hari ke-19 pada By.Ny. N usia 19 Hari
di PMB Rahmi Dwiyati

Tanggal Pengkajian : 08 Juni 2023


Jam : 10.30 WIB
Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan bayinya menangis kuat
2) Ibu mengatakan daya hisap bayi kuat
3) Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan
4) Ibu mengatakan bayinya dijemur setiap pagi selama 10 menit

Data Objektif (O)


1. KU : Baik
2. TTV : S: 36,6C
3. Gerak bayi : aktif
4. Jenis kelamin : perempuan
5. Mata : normal, reflek hisap : kuat

Analisa (A)
By. Ny. N usia 19 hari, normal

Penatalaksanaan (P)
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan TTV seperti suhu : 36,6C. Ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya datang ke PMB untuk
melakukan imunisasi BCG pada saat bayi berusia 1 bulan yaitu pada
tanggal 25 Juni 2023 dari pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB.
Ibu bersedia
3) Menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya minimal 2 kali
sehari.
Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin.
83

4) Menganjurkan ibu unutuk memantau pertumbuhan bayinya dengan


menggunakan buku KIA.
Ibu bersedia
5) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya datang ke posyandu yang
sudah terjadwalkan harinya untuk memantau pertumbuhan bayi.
Ibu bersedia.
6) Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan terlebih dahulu saat akan
menyentuh bayi, karena kulit bayi masih sangat sensitif.
Ibu bersedia memcuci tangan terlebih dahulu

Preceptor Mahasiswa

(Rahmi Dwiyati,S.ST.,Bdn) (Nurul Widyastuti)


84

B. Pembahasan

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Berdasarkan hasil anamnesa usia ibu 27 tahun, Usia 20-35 tahun

merupakan usia yang dianggap aman untuk menjalani kehamilan dan

persalinan. Karena pada usia<20 tahun kondisi fisik terutama organ

reproduksi dan psikologis belum 100% siap menjalani masa

kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan pada usia>35 tahun

merupakan keadaan yang dikategorikan dalam resiko tinggi terhadap

kelainan bawaan serta adanya penyulit selama masa kehamilan dan

persalinan (Sulistyawati, 2021).

Pada masa kehamilan TM 3 ada 1 kali kunjungan. Ibu

mengatakan perut sudah mulai sering kencang dan mules pada umur

kehamilan 39 minggu 4 hari. Ibu disarankan untuk tidak panik dan

tetap melakukan aktifitas seperti biasa. Melakukan akivitas fisik dapat

mempengaruhi proses devekasi karena melalui aktivitas tonus otot

abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran proses

defekasi. Pada dasarnya wanita hamil banyak memerlukan aktivitas

fisik atau olahraga untuk menjaga stamina dan kebugaran selama

kehamilan lalu untuk mempersiapkan ibu secara fisik maupun mental

untuk menghadapi persalinan dengan optimal. Banyak manfaat

melakukan aktivitas fisik atau olahraga bagi wanita hamil, khususnya

bagi wanita hamil yang mengalami berbagai perubahan baik fisik,

mood, maupun hormonal (Hartinah et al., 2019).

Penatalaksanaan yang diberikan: memberitahu ibu hasil


85

pemeriksaan TTV : TD: 110/70 mmHg, Antropometri : BB : 65,5 kg.

Pengukuran tekanan darah (tensi), Tekanan darah normal

120/80mmHg (Kemenkes RI, 2016).

Pada kunjungan ke-2 dilakukan pemeriksaan dalam vagina

teraba licin, porsio lunak, tipis, pembukaan 2 cm, selaput ketuban (+),

presentasi kepala, kepala di Hodge III. Persalinan dimulai sejak

terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai

pembukaan lengkap (10 cm), berlangsung selama 18-24 jam. Fase

Fase laten Fase di mana pembukaan serviks berlangsung lambat

sampai pembukaan kurang dari 4 cm, berlangsung dalam 7-8 jam

(Kemenkes RI, 2016).

Memberikan penjelasan tentang pentingnya dukungan suami

dan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, dukungan dari lingkungan

sekitar dan rasa aman, nyaman dan terlindungi selama hamil untuk

mengurangi rasa cemas yang ibu rasakan. Ibu dapat mengurangi

kecemasan dan kegelisahan dengan memenuhi kebutuhan spiritual

seperti do’a ketika hamil, shalat dan tadarus, mohon pertolongan

hanya kepada Allah. Kecemasan yang dirasakan ibu seperti takut

terjadi komplikasi pada ibu dan janin, takut akan nyeri persalinan,

takut tidak bisa melahirkan secara normal, takut akan jahitan

perineum, takut akan terjadi perdarahan, takut tidak bisa memberikan

ASI pada bayinya dan takut tidak bisa merawat bayinya nanti. Beban

psikologis ibu menjadi kompleks, jika tidak ditangani dengan tepat

akan mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis ibu maupun janin


86

(Permatasari, 2020).

Menganjurkan ibu untuk melakukan aktifitas seperti biasa, dan

melakukan jalan-jalan untuk membatu penurunan kepala. Melakukan

akivitas fisik dapat mempengaruhi proses devekasi karena melalui

aktivitas tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma dapat membantu

kelancaran proses defekasi. Pada dasarnya wanita hamil banyak

memerlukan aktivitas fisik atau olahraga untuk menjaga stamina dan

kebugaran selama kehamilan lalu untuk mempersiapkan ibu secara

fisik maupun mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal.

Banyak manfaat melakukan aktivitas fisik atau olahraga bagi wanita

hamil, khususnya bagi wanita hamil yang mengalami berbagai

perubahan baik fisik, mood, maupun hormonal (Hartinah et al., 2019).

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

Ibu melahirkan secara spontan pada tanggal 20 Mei 2023. pukul

22.30 WIB dengan keadaan sehat, menangis kuat, jenis perempuan.

Persalinan adalah pengeluaran janin dari dalam uterus melalui vagina

ke dunia luar yang terjadi pada usia kehamilan 37-42 minggu, lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala, berlangsung dalam 18 jam

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah, 2018)

C. Asuhan Kebidanan Nifas

Kunjungan nifas pada Ny. N dilakukan sebanyak 3 kali yaitu

pada 6 jam pertama, kunjungan nifas ke-2 pada hari ke 3 dan

kunjungan nifas ke 3 pada hari ke 19. Pelayanan nifas yang diperoleh

Kemenkes RI tahun 2016, asuhan yang dapat dilakukan pada masa


87

nifas yaitu: kunjungan nifas pertama (KF1) diberikan enam jam

sampai 3 hari setelah persalinan. Kunjungan nifas kedua (KF2)

diberikan hari ke-28 setelah persalinan. Kunjungan nifas lengkap

(KF3), pelayanan yang dilakukan hari ke-42 setelah persalinan.

Pada kunjungan nifas pertama didapatkan hasil pemeriksaan

TTV dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik,

lochea rubra perdarahan 30 cc dan diberikan terapi Paracetamol 1x1,

Etabion 1x1.

Pada kunjungan kedua didapatkan hasil TTV dalam batas

normal. Perubahan yang terjadi tidak segnifikan seperti perubahan

tekanan darah meningkat dari 100/80 mmHg ke 120/90 mmHg, nadi

yang dihitung selama per jam berkisar antara 75-95x/m, jumlah

pernafasan permenit meningkat dari 19-30x/m, suhu berada pada

keadaan normal 36.82 C- 37C (Widiati & Halimatussakdiyah, 2016).

Kebutuhan gizi protein sangat penting, terutama protein

hewani karena berfungsi untuk mempercepat proses

penyembuhan, dan pemulihan serta untuk memperlancar

proses produksi ASI. Untuk pertumbuhan sel sebagai

pengganti jaringan yang rusak. Selama menyusui, ibu membutuhkan

tambahan protein diatas kebutuhan normal. Dasar ketentuan ini adalah

bahwa tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 g protein. Dengan demikian,

850 cc ASI mengandung 10gram protein. Efisiensi konversi protein

makanan menjadi protein susu hanya 70 % (Herlinda, 2014). .luka

perineum tampak masih basah, pemberian kie pemenuhan nutrisi ibu


88

nifas : banyak makan buah, sayur yang dapat meningkatkan hb seperti

hati ayam, jus jambu, kacang merah, bayam, sayuran berwarna hijau,

dan makan makanan yang mengandung protein tinggi seperti putih

telur, banyak minum air putih, porsi cukup dan teratur, tidak terlalu

asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta

bahan pengawet dan pewarna.

Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu : perdarahan

postpartum, lokhea berbau busuk, payudara berubah menjadi merah,

tegang dan bengkak, pusing dan lemas berlebihan, suhu tubuh ≥ 38C,

perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Tanda bahaya masa

nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya

bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak

dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu

(Yusnita, 2017).

Pada kunjungan ketiga didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu

tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, TFU tidak

teraba, lochea serosa, pengeluaran ASI lancar, serta memberikan

konseling Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV bagus.

Menganjurkan ibu untuk istirahat ketika sang anak istirahat.

Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga area genetalia dengan

membersihkan dari depan ke arah belakang untuk mengurangi

terjadinya infeksi. Menganjurkan ibu untuk tetap menerapkan

protocol kesehatan seperti menggunakan masker ketika keluar rumah,

menghindari kerumunan, sering mencuci tangan.


89

D. Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir diawali dengan

pengkajian pada tanggal 20 Mei 2023. Dimana Bersama dengan

kunjungan nifas 6 jam pertama. Pada hasil pemeriksaan data objektif

didapatkan Ku :baik TTV : S: 36,9C . Antropometri : LK: 30 cm LD:

31 cm PB : 49 cm BB : 2800 gram Lila : 10 cm. Jenis kelamin :

perempuan, warna kulit : kemerahan, terdapat caput succedanium,

mata : normal, anus : ada, reflek hisap : kuat, genetalia : labiya mayora

menutupi labia minora.

Upaya penanganan dalam mengatasi terjadinya hipotermi pada

bayi baru lahir yaitu dengan melakukan kontak langsung kulit dengan

kulit, melakukan inisiasi menyusu dini, membungkus bayi agar tetap

hangat, menyediakan ruangan atau tempat yang hangat untuk menaruh

bayi (Amelia & Izzati, 2015). Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat

menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas dan

anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya

pemberian Air Susu Ibu (ASI) harus dimulai dalam waktu satu jam

pertama kelahiran (Rahmawati & Jayanti, 2015). Sehingga

menganjurkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan membungkus

bayi menggunakan pernel bersih dan kering.

Memberitahu ibu bahwa bayinya diberi salep mata untuk

menghindari terjadinya infeksi dengan cara oleskan salep mata dari

mata bagian dalam kearah luar secara bergantian antara mata kanan

dan kiri. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah diberikan suntikan vit
90

K pada bagian paha luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 1 mg

(0,5 ml), untuk menghindari terjadinya perdarahan. Hasil kesimpulan

wawancara yang diperoleh dikombinasikan dengan referensi terkait

regulasi yang berlaku dari Depkes yaitu Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan

Kesehatan Neonatal Esensial pasal 4 ayat 2 tentang pelayanan

neonatal esensial 0 (nol) sampai 6 (enam) jam meliputi: 1) Menjaga

bayi tetap hangat; 2) Inisiasi menyusu dini; 3) Pemotongan dan

perawatan tali pusat; 4) Pemberian suntikan vitamin k1; 5) Pemberian

salep mata antibiotik; 6) Pemberian imunisasi Hepatitis B0; 7)

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir; 8) Pemantauan tanda bahaya; 9)

Penanganan asfiksia bayi baru lahir; 10) Pemberian tanda identitas

diri; 11) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi

stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu

(Karimah & Wicaksono, 2018).

Langkah-langkah menyusui, cara pengamatan teknik menyusui

dan lama frekuensi menyusui. Yang paling penting dari teknik

menyusui setelah tidak terdapat kendala dari ibu maupun bayi adalah

lama dan frekuensi yang tidak dijadwal sehingga tindakan menyusui

bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan

menetukan sendiri kebutuhannya (Angka et al., n.d.). Mengajarkan ibu

cara menyusui yang benar cuci tangan dengan air bersih sebelum dan

sesudah menyusui, oleskan sedikit ASI pada putting susu hingga

areola pada saat sebelum dan sesudah menyusui, bayi dipegang pada
91

belakang bahu dengan satu lengan, kepala bayi berada pada lekukan

siku ibu dan bokong bayi berada pada telapak tangan, payudara

dipegang dengan huruf C, kepala bayi menghadap payudara, perut

bayi menempel pada perut ibu, telinga dan lengan bayi diletakkan satu

garis lurus. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara

ondemen, Kapan saja tanpa dijadwal.

Dalam perawatan tali pusar menganjurkan ibu untuk tidak

memberikan apapun pada tali pusar bayi. Perawatan tali pusat terbuka

ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali

pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun

antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara.

Perawatan terbuka akan membantu pengeringan tali pusat lebih cepat

karena pada tali pusat terdapat Jeli Wharton yang banyak mengandung

air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya dan secara

fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan mengeklem tali pusat

secara otomatis sehingga menyebabkan aliran darah pada pembuluh

darah didalam sisa tali pusat terhambat atau bahkan tidak mengalir

lagi yang membuat tali pusat kering dan layu yang kemudian sisa tali

pusat akan terlepas. Paparan udara menyebabkan penguapan pada

kandungan air dalam Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga

kandungan air berkurang bahkan menghilang. Tali pusat mengalami

mumifikasi kemudian mengering dan mengalami perubahan morfologi

yang membuatnya cepat terlepas dari umbilikus bayi. Tali pusat pada

perawatan terbuka dianjurkan untuk tetap bersih dan kering. Selama


92

tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara

dima- sukkan ke dalam bak mandi, cukup dilap saja untuk mencegah

agar tali pusat tidak basah dan lembab (Reni et al., 2018).

Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu gejala

yang dapat mengancam kesehatan bayi baru lahir, bahkan dapat

menyebabkan kematian. Maka dari itu sudah seharusnya orang tua

mengetahui tanda-tanda bahaya terhadap bayi mereka agar dapat

mengantisipasinya lebih awal. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

yaitu: bayi tidak mau menyusu atau muntah, kejang, lemah, sesak

nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu tubuh dingin, mata

bernanah, diare, bayi kuning. Dengan mengetahui tanda bahaya, bayi

akan lebih cepat mendapat pertolongan sehingga dapat mencegahnya

dari kematian. Namun apabila terlambat dalam pengenalan dari tanda

bahaya tersebut, bayi bisa meninggal. Bayi baru lahir mempunyai

masalah berat yang dapat mengancam kehidupannya dan memerlukan

diagnosa dan pengelolaan segera, terlambat dalam pengenalan

masalah dan manajemen yang tepat dapat mengakibatkan kematian

(Annisa et al., 2020).

Sehingga memberikan KIE pada ibu tanda-tanda bahaya seperti

demam, tidak mau menyusu, sesak nafas, merintih, hipotermi, tali

pusat berdarah dan berbau, dan kejang serta menganjurkan ibu untuk

kembali jika melihat keluhan tersebut pada bayinya.

Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene pada

bayi dan menganti popok setelah BAK atau BAB. Gangguan yang
93

sering terjadi pada kisaran usia 0–10 bulan. iritasi pada kulit bayi Ibu

di daerah pantat. Ini bisa terjadi jika ia popok basahnya telat diganti,

popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur

atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok merupakan masalah

kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak

merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif

dan mudah terkena iritasi. Bercak ini akan hilang dalam beberapa hari

15 jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream

khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu

(Intan, 2020).

Pada kunjungan ke-2 dilakukan pemeriksaan TTV : S: 36,2C ,

gerak bayi : aktif, reflek hisap : kuat. Sehingga memberikan

penetalaksanaan yang sesuai dengan keadaan bayi yaitu :

memberitahu hasil TTV seperti suhu : 36,2C, menjaga kehangatan

bayi dengan membungkus bayi menggunakan pernel bersih dan kering

namun tidak ketat, menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya

minimal 2 kali sehari. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering

mungkin, menjelaskan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan tali

pusat tetap kering dan bersih tanpa diberi apapun dan kebersihan bayi.

Pada kunjungan ke 3 dilakukan pemeriksaan TTV seperti suhu :

36,6C dan memberikan KIE menganjurkan ibu untuk membawa

bayinya melakukan imunisasi BCG pada tanggal 25 Juni ,

menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya minimal 2 kali

sehari dan menganjurkan ibu unutuk memantau pertumbuhan bayinya


94

dengan menggunakan buku KIA, menganjurkan ibu untuk membawa

bayinya datang ke posyandu yang sudah terjadwalkan harinya untuk

memantau pertumbuhan bayi, menganjurkan ibu untuk mencuci

tangan terlebih dahulu saat akan menyentuh bayi, karena kulit bayi

masih sangat sensitif.


72

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penulis telah melakukan asuhan pada Ny. N dengan menggunakan

pendekatan asuhan Continuity of Care (COC) yaitu asuhan pada ibu

dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir (neonatus), serta

keluarga berencana (KB) secara berkelanjutan. Asuhan kebidanan pada

Ny. N telah dilakukan yang di mulai dari masa hamil dari usia

kehamilan 39 minggu 4 hari sampai dengan KB. Asuhan kebidanan

dilakukan di PMB Rahmi Dwiyati dengan 5 kali pertemuan yang

dimulai tanggal 11 Mei 2023 sampai dengan 8 Juni 2023, yang dapat

disimpulkan :

1. Asuhan kebidanan kehamilan trimester III pada Ny. N G2P1A0AH1

dengan kehamilan normal. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada

trimester III yaitu ibu dengan keluhan kencang-kencang.

2. Asuhan kebidanan persalinan pada Ny. N G2P1A0AH1 dengan

persalinan normal , pada tanggal 20 Mei 2023 pada jam 22.30 WIB

yang dilakukan di PMB Rahmi Dwiyati. Asuhan yang dilakukan

adalah Persalinan Normal.

3. Asuhan kebidanan nifas pada Ny. N P2A0AH2 dengan nifas normal,

dilakukan dengan 4 kali pertemuan dengan memberikan KIE kepada

ibu tentang Tanda Bahaya Nifas, ASI Ekslusif, Perawatan BBL Dan
73

Nutrisi Ibu Menyusui.

4. Asuhan kebidanan Neonatus pada Bayi Ny.N P2A0AH32 dengan

neonatus normal. Asuhan yang dilakukan dengan 3 kali pertemuan

sudah dilakukan IMD dengan memberikan asuhan terkait vital sign

bayi dan KIE untuk ibu tentang ASI eklsusif dan posisi menyusui.

5. Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. N P2A0AH2 ibu

akseptor KB MAL dan Rencana KB IUD.

B. Saran

1. Bagi Institusi

Untuk universitas ‘Aisyiyah diharapkan dapat mengembangkan

penerapan pendidikan asuhan kebidanan secara continuity of care

dengan tepat dalam proses belajar mengajar dan memperbaiki

praktik pembelajaran menjadi lebih efektif dan efesien, sehingga

kualitas sumber daya manusia di institusi meningkat.

2. Bagi PMB Rahmi Dwiyati

Bidan diharapkan dapat menerapkan Asi Ekslusif selama 6 bulan

pada bayi baru lahir dan memberikan konseling kepada semua ibu

yang memiliki bayi tentang pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang diberikan hingga usia 2 tahun.


74

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, R., & Izzati, R. (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (Imd)
Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru. ’Afiyah, 2(2).

Annisa, N. H., Idyawati, S., & Ulya, Y. (2020). Pengetahuan dan sikap Ibu
Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir.
Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 3(1), 51–56.

Angka, A. T., Karatte, S., & Hasmiruddin, O. (n.d.). Hubungan


Pengetahuan Tentang Cara Menyusui Yang Benar Dengan Perilaku
Menyusui Di Puskesmas Tolala Kolaka Utara The Relationship Of
Knowledge About The Right Breastfeeding With Breastfeeding
Behavior In Tolala Kolaka Utara Regency. 3, 95–103.

Azizah, 2015. Kecerdasan emosional/ emotional intelegent EQ


http://azizahdreams.blogspot.co.id/2015/05/kecerdasan-
emosionalemotional. html, diakses tanggal 20 Februari 2016.

Bothamley, Judy. 2017. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: penerbit


buku kedokteran EGC.

Ersila, W., Nina zuhana, & Suparni. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Ibu Hamil Melalui “Pepes” (Penyuluhan, Pemeriksaan Dan Senam).
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan, 5(2), 17–21.
https://doi.org/10.33023/jpm.v5i2.459

Fauziyah, E. N., Dinengsih, S., & Choirunissa, R. (2021). Hubungan Tinggi


Fundus Uteri, Kadar Gula Darah, Dan Kadar Hemoglobin Ibu Dengan
Berat Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(1), 51–
58.

Fitriani. (2016). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada


Pasien yang Terpasang Kateter Menetap Di ruang Rawat Inap RSUD
Tarakan. (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14 Mei 2016

Handayani, S., Pratiwi, Y. S., Fatmawati, N., Ulya, Y., Herlina, S. M.,
Ratna, R., & Lokal, T. (2022). UPAYA PENINGKATAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMANFAATAN
TANAMAN LOKAL SEBAGAI PELANCAR ASI. 2(1), 142–147.

Hartinah, D., Karyati, S., & Rokhani, S. (2019). Hubungan Pola Aktivitas
Fisik Dengan Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Puskesmas
Gribig Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2017. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 10(2), 350.
75

Hatini, E. E. (2018). Pendampingan Pengkajian Kesejahteraan Janin Pada


Ibu Hamil Trimester III di Kelurahan Kereng Bangkirai. Jurnal
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, 8(4), 152–157.

Herlinda, S. W. (2014). PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP


PENURUNAN TFU PADA IBU NIFAS DI BPM WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BASUKI RAHMAT KOTA BENGKULU. Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents, 1(69), 5–24.

Himawati, L., & Vitaloka, D. (2021). 2 Effect of Lavender Aroma Therapy


on Nifas Mother With Perineum Stitch Pain in Puskesmas Brati. 6(1),
2774–8731.

Istikhomah, H., & Mumpuni, D. A. P. (2016). Kesiapan Psikologis Ibu


Hamil Trimester III Dalam Persiapan Persalinan Pasca Relaksasi
Hypnobirthing. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 1(1),
28–33.

Jannah, Nurul. 2018. ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta:


EGC.

JNPK-KR, 2017. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.

Karimah, R. N., & Wicaksono, A. P. (2018). Prototype Sistem Informasi


Pelayanan Bayi Baru Lahir pada Fasilitas Kesehatan Primer. Khazanah
Informatika: Jurnal Ilmu Komputer Dan Informatika, 4(1), 16.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Situasi dan Analisis Keluarga


Berencana. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Asuhan Kebidanan Neonatus,


Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Asuhan Kebidanan


Nifas dan Menyusui. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Laila, A., Hindratni, F., & R, Z. Y. (2021). Difference of Smoothness Breast


Milk In Postpartum Mother Who Perfoming Lactation Massage And
Consuming Breastfeeding Supplement In Tafali Spa And Pratama
Afiyah Clinik of the Pekanbaru City Perbedaan Kelancaran ASI pada
Ibu Nifas yang Dilakukan Pijat Lak. Jurnal Proteksi Kesehatan, 10(2),
127–133.
76

Lailiyana,dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC

Manuaba, I.A.C., et al. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan


KB Untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta: EGC.

Maritalia, Dewi. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yoyakarta:


Pustaka Pelajar.

Marmi, 2021. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan.


Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Meti, D. (2016). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda-


Tanda Persalinan Di Wilayah Lampung Utara. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 12(2), 228–232.

Meti Patimah. (2020). Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil Tentang


Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester I dan
Penatalaksanaannya. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(3), 570–578.

Muliawati, S. (2020). Kata Kunci: Pelaksanaan Teknik Menyusui,


Gambaran Karakteristik. 2(1), 49–57.

Muchtar, A., & dkk. (2018). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Selatan: Pusat pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja

Nurjasmi, dkk. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus


Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Novita, K., Rompas, S., & Bataha, Y. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Trhadap Respon Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif
Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT,
5(1), 113347.

PERMENKES No. 938. (2017). Standar Asuhan Kebidanan.

PMK RI Nomor.28 tahun 2017 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik


Bidan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer.

Profil Kesehatan Indonesia 2020.

Rahmawati, & Jayanti, M. S. D. (2015). Hubungan inisiasi menyusu dini


dengan peningkatan suhu tubuh bayi baru lahir di bidan praktek
mandiri puji lestari mawung trucuk. INVOLUSI Jurnal Ilmu
Kebidanan, 1(2).
77

Reni, D. P., Nur, F. Ti., Cahyanto, E. B., & Nugraheni, A. (2018).


Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan
Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir. PLACENTUM:
Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 6(2), 7.

Rohani, Saswita, & Marisah. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa


Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika.

Romauli. 2019. Buku Ajar Askeb I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah, A.Y. 2018. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : TIM.

Saifuddin, A.B. 2018. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sali, S. (2019, Desember). Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab dan


Upaya Penanganannya. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan
Strategis, 11, 13-18.

Sari, I. D. (2020). Efektivitas Inisiasi Menyusu Di Efektivitas Inisiasi


Menyusu Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru
Lahir Di Klinik Sehati Medan. Jurnal Kebidanan, 9(1), 30–36.

Savira, F., & Suharsono, Y. (2017). identifikasi kadar hemoglobin (Hb)


pada ibu hamil trimester I,II, dan III terhadap kejadian anemia di
puskesmas poasia. Journal of Chemical Information and Modeling,
01(01), 1689–1699.

Selena, B., Nur, A. F., Selena, B., & Nur, A. F. (2020). Faktor Pendapatan
Keluarga Terhadap Perdarahan Post Partum. Mutu Pelayanan
Kebidanan 2019/2020, 2019–2021.

Setyatama, I. P., Anggraeni, I. E., & Pamuji, S. E. B. (2019). Pengaruh


Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Kontraksi Uterus Pada Ibu Nifas Di
Puskesmas Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal SMART Kebidanan, 6(1),
31.

Sintya Dewi, P. I., Aryawan, K. Y., Ariana, P. A., & Eka Nandarini, N. A.
P. (2020). Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten pada Ibu
Inpartu menggunakan Birth Ball Exercise. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(2), 456–465.
78

Sudarti, & Fauziah. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi
dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyowati, N., & Yeti, T. (2021). Tingkat Kecemasan Ibu Hamil


Terhadap Kunjungan Antenatal di Masa Pandemi Covid 19. Jurnal
Kebidanan, XIII(01), 96–103.

Suriati, I. (2018). PENGARUH PEMBERIAN TABLET PENAMBAH


DARAH (Fe) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU DI
PUSKESMAS KAMANRE. Voice of Midwifery, 5(07), 33–38.

Susanti, A. (2019). PENGUKURAN KONSUMSI MAKANAN IBU HAMIL


TRIMESTER III DI PUKESMAS KENJERAN KOTA SURABAYA.

Sutisna, E. H. (2021). Pengaruh Bimbingan Gym Ball Terhadap Kemajuan


Persalinan Ibu Primigravida. Jurnal Asuhan Ibu Dan Anak, 6(2), 83–
90.

Suwardi, S., & Mouliza, N. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui


Tentang Cara Perawatan Luka Perineum Dengan Infeksi Perineum
Article history : Public Health Faculty Received in revised form 08
October 2019 Universitas Muslim Indonesia Accepted 09 October
2019 Address : Available Email. Window of Health : Jurnal Kesehatan,
2(4), 338–344.

Wahyuni, S., Nuryuniarti, R., & Nurmahmudah, E. (2018). Mobile


Partograf: Aplikasi Untuk Memantau Kemajuan Persalinan. Jurnal
Riset Kebidanan Indonesia, 2(2), 75–80.

Widiati, D. E., & Halimatussakdiyah. (2016). Pendampingan Suami


terhadap Perubahan Tanda-Tanda Vital Ibu Bersalin di RSP Banda
Aceh. 1–6.

Winatasari, D., & Mufidaturrosida, A. (2020). HUBUNGAN


PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG ASUPAN NUTRISI
RELATED KNOWLEDGE ABOUT NUTRITION PROTEIN
INTAKE PUERPERAL WITH PRODUCTION ASI Pembangunan
kesehatan pada prinsipnya selalu di arahkan untuk termasuk kesehatan
pembangunan bulan penuh salah satunya kar. Jurnal Kebidanan,
XII(02), 202–216.

Wahyuni. 2019. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita Penuntun Belajar


Praktik Klinik. Jakarta: EGC.

Walyani. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT


Pustaka Baru.

Zuhairini, Y., Kasmanto, H., & Nugraha, G. I. (2016). Indeks Massa Tubuh
79

Awal Kehamilan Ibu sebagai Indikator yang Paling Berperan terhadap


Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Hamil. Majalah Kedokteran
Bandung, 48(3), 171–175. https://doi.org/10.15395/mkb.v48n3.84.

Anda mungkin juga menyukai