Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTEK PROFESI

CASE BASED DISCUSSION TENTANG EFEKTIFITAS


PEMBERIAN FOTOTERAPI TERHADAP PENYEMBUHAN
BAYI YANG MENGALAMI IKTERIK DI RUANG KUNTHI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Stase Asuhan Kebidanan Nifas

Disusun oleh :
Nurul Widyastuti
2210106105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

CASE BASED DISCUSSION TENTANG EFEKTIFITAS


PEMBERIAN FOTOTERAPI TERHADAP PENYEMBUHAN
BAYI YANG MENGALAMI IKTERIK DI RUANG KUNTHI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Stase Asuhan Kebidanan Nifas

Disusun oleh :
Nurul Widyastuti
2210106105

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui


Hari dan Tanggal

…………………………………………………………….

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Mahasiswa

Sri Lestari, S.ST., MMR Wahyu Dani R, S.Kep Nurul Widyastuti

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat, hidayah
serta innayah-Nya sehingga Iman dan Islam tetap terjaga dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya karena berkah dan rahmat Allah SWT,
serta pertolongan-Nya lah, sehingga kami dapat menyelesaikan Case Based
Discussion yang berjudul “Efektivitas Pemberian Fototerapi terhadap
Penyembuhan Bayi yang Mengalami Ikterik di Ruang Kunthi RSUD Panembahan
Senopati Bantul” dapat terlaksana.
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi penugasan
praktek profesi stase kebidanan kehamilan. Penyusunan laporan ini tidak bisa
terlaksanakan tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari semua pihak untuk
itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat, Selaku Rektor Universitas ’Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh.Ali Imron, S.Sos., M.Fis., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.
3. Nidatul Khofiyah, S.Keb., Bdn., MPH Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Program Profesi
4. Wahyu Dani R, S.Kep., selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
masukan dan bimbingan yang sangat membangun bagi penulis dalam
menyelesaikan laporan ini.
5. Sri Lestari., S.ST, MMR. selaku pembimbing pendidikan yang telah
memberikan masukan dan bimbingan yang sangat membangun bagi penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga laporan
ini dapat menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi
penulis sendiri.

Wassalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuh,

Yogyakarta, 01 Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 4
C. Manfaat ........................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... 6
A. Pengertian Bayi Baru Lahir………………………………………………...6
B. Pengertian Ikterus Neonatorum.................................................................... 6
C. Penyebab Ikterus .......................................................................................... 7
D. Faktor resiko Ikterus…………………………………………….................8
E. Tanda gejala Ikterus ……………………………………………………….9
F. Penanganan Ikterus ...................................................................................... 10
BAB III ASUHAN KEBIDANAN SOAP ......................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 20
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ikterus neonatorum termasuk masalah kesehatan yang sering


ditemukan pada bayi-bayi baru lahir yang jika tidak ditangani sejak dini
dapat berakibat fatal. Ikterus merupakan keadaan klinis berupa pewarnaan
kuning yang tampak pada sklera dan kulit akibat penumpukan bilirubin
dalam darah (Mathindas, dkk, 2018).
Ikterus neonatorum dapat bersifat fisiologis atau patologis. Ikterus
neonatorum fisiologis timbul akibat peningkatan kadar bilirubin < 5
mg/dl/24 jam yaitu yang terjadi 24 jam pasca salin. Ikterus neonatorum
fisiologis timbul akibat metabolisme bilirubin neonatus yang belum
sempurna yaitu masih dalam masa transisi dari masa janin ke masa
neonatus. Ikterus neonatorum patologis adalah ikterus yang timbul dalam
24 jam pertama pasca salin dimana peningkatan dan akumulasi bilirubin
indirek >5 mg/dl/24jam dan icterus akan tetap menetap hingga 8 hari atau
lebih pada bayi yang cukup bulan (matur) sedangkan pada bayi kurang
bulan (prematur) ikterus akan tetap ada hingga hari ke-14 atau lebih (Anik,
dkk, 2019).
Ikterus neonatorum dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut
Zaben B, dkk, factor risiko yang sering menyebabkan ikterus di wilayah
Asia Tenggara antara lain: inkompatibilitas ABO, defisiensi enzim G6PD,
prematuritas, asfiksia, BBLR, sepsis neonatorum. Terjadinya ikterus pada
bayi baru lahir yaitu 2 25-50% neonates cukup bulan dan lebih tinggi pada
neonatus kurang bulan (Novianti, dkk, 2018).
Faktor yang menyebabkan kejadian ikterus pada Neonatus yaitu ras,
penyakit rhesus, ABO inkompatibilitas, usia ibu, kelas sosial, primipara,
riwayat keluarga dengan penyakit kuning, BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah), Premature, pemberian ASI yang kurang adekuat. Berdsarkan
penelitian Olusanya, dkk (2019).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus


neonaterum di RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan menggunakan
manajemen kebidanan sesuai dengan kewenangan yang berlaku di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data meliputi data subjektif, data
objektif pada By.Ny.N dengan ikterus neonatorum di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
b. Mampu menginterprestasikan data sesuai dengan diagnosa kebidanan,
masalah terhadap By.Ny.N dengan ikterus neonatorum di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
c. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan By.Ny.N dengan ikterus
neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang ilmu kebidanan
mengenai asuhan kebidanan neonatus dengan ikterus terkait dengan
patologi dan penanganan bayi yang mengalami ikterus.
2. Bagi Institusi Pendidikan dan Akademik
Orangtua dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan yang akan
diberikan pada bayi yang mengalami ikterus neonatorum sesuai teori dalam
Asuhan Kebidanan dan memperbanyak literatur-literatur khususnya buku-
buku kebidananan menurut varneys sehingga mahasiswa dapat lebih
memahami dan dapat menerapkan Asihan Kebidanan pada pasien. Dapat
menyatukan presepsi dalam penyuluhan Asuhan Kebidanan dengan SOAP.
Agar tetap mempertahankan kesabarannya dalam membimbing mahasiswa
yang seringkali tidak menerapkan teori yang ada dan mengalami kejenuhan
dalam melakukan aktifitas kuliah.

2
3. Bagi Orang Tua
Orang tua dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan yang akan
diberikan pada bayi yang mengalami ikterus neonatorum sesuai teori dalam
Asuhan Kebidanan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
Apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan (Yulianti dan Rukiyah, 2013). Bayi
baru lahir adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu dengan usia
kehamilan 38-42 minggu (Marmi dan Rahardjo, 2012). Berdasarkan dari
beberapa referensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan aterm dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan.

B. Pengertian Ikterus
Ikterus neonatorum adalah keadaan dimana bilirubin terbentuk lebih
cepat dari pada kemampuan hati bayi yang baru lahir (neonatus) untuk dapat
memecahnya dan mengeluarkan dari dalam tubuh (Rohani, dkk, 2017). Ikterus
neonatorum atau penyakit kuning adalah kondisi umum pada neonatus yang
mengacu pada warna kuning didaerah kulit dan sklera yang disebabkan karena
terlalu banyaknya bilirubin dalam darah (Marmi, 2012). Ikterus neonatorum
adalah warna kuning yang nampak pada sklera, selaput lender, kulit atau organ
lain pada nenonatus akibat kadar bilirubin dalam darah lebih dari 10 mg/dl pada
24 jam pertama kehidupan (Purnamaningrum, 2012).
Berdasarkan dari beberapa referensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Ikterus neonatorum adalah suatu kondisi dimana kadar bilirubin dalam darah
lebih dari 10 mg/dl yang ditandai dengan warna kuning pada sclera, kulit atau
organ tubuh lain.

C. Penyebab Ikterus
Penyebab utama ikterus Neonatorum adalah kelebihan bilirubin dalam
tubuh bayi. Bayi baru lahir menghasilkan bilirubin yang lebih banyak dan

4
kerusakan sel darah merah yang lebih cepat dibandingan dengan orang dewasa.
Hati yang belum matang pada bayi baru lahir,seringkali tidak dapat bilirubin
dengan cukup cepat. Hal ini menyebabkan kelebihan bilirubin dan badan bayi
menjadi kuning. Penyebab lain ikterus neonatorum adalah:
1. Pendarahan internal (hemoragi)
2. Infeksi dalam darah bayi (sepsis)
3. Infeksi virus atau bakteri lainnya
4. Darah bayi dan darah ibu tidak cocok
5. Kerusakan hati
6. Kekurangan enzim dan
7. Kelainan sel darah merah bayi.

D. Faktor risiko ikterus


Faktor risiko ikterus neonatorum, terutama dapat menyebabkan komplikasi
adalah :
a) Kelahiran prematur.
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 38 minggu mungkin tidak dapat
memproses bilirubin secepat bayi yang lahir cukup bulan. Bayi prematur
juga dapat menyusu lebih sedikit dan buang air besar lebih sedikit, sehingga
pengeluaran bilirubin berkurang melalui tinja.
b) Adanya memar signifikan saat kelahiran.
Bayi baru lahir yang memiliki memar selama persalinan. Memar ini
diakibatkan karena memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi dan kerusakan
sel darah merah yang lebih banyak.
c) Golongan darah.
Jika golongan darah bayi dan ibu memiliki perbedaan, maka bayi tersebut
mungkin telah menerima antibodi dari plasenta yang menyebabkan
kerusakan sel darah merah yang cepat dan tidak normal.
d) Menyusui.
Bayi yang menyusu, terutama yang mengalami kesulitan menyusui atau
mendapatkan cukup nutrisi dari menyusui, berisiko lebih tinggi terkena

5
penyakit kuning. Dehidrasi atau konsumsi kalori yang kurang dapat
menimbulkan penyakit kuning.
e) Ras atau etnis.
Dari hasil penelitian, bayi yang berasal dari Asia Timur memiliki risiko
tinggi terkena penyakit kuning.

E. Pemeriksaan Ikterus
1) Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus terlihat lebih berat jika
dilihat dengan sinar lampu dan dapat terlihat dengan pencahayaan yang
kurang. Tekan kulit dengan ringan menggunakan jari tangan untuk
memastikan warna kulit dan jaringan subkutan.
2) Ikerus muncul pada daerah wajah dan menjalar ke daerah klaudal tubuh dan
ekstremitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda
klinis ikterus pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar.
3) Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat warna
kuning pada tubuh.

Keterangan :
a. Jika ikterus di bagian mana saja dari tubuh bayi pada hari ke 1, hal ini
menunjukkan kondisi bayi yang sangat serius. Lakukan terapi sinar

6
sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil
pemeriksaan kadar bilirubin serum.
b. Jika ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai tangan dan kaki
pada hari ke 2, hal ini menunjukkan kondisi bayi yang sangat serius.
Lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar
dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum.
c. Jika ikterus menetap sampai minggu ke 2 pasca kelahiran, dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar bilirubin serum total dan bilirubin langsung
serta kadar bilirubin dalam urine dengan pemeriksaan penunjang yang
lebih teliti.

F. Pencegahan Ikterus
Cara terbaik untuk menghindari ikterus fiisologis adalah dengan memberi
bayi cukup ASI. Pencegahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pencegahan primer
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya 8-12 kali/hari untuk beberapa
hari pertama dan tidak memberikan cairan tambahan air pada bayi yang
mendapat ASI.
b. Pencegahan sekunder
1. Semua wanita hamil harus di periksa golongan darah ABO dan rhesus
serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa.
2. Semua bayi harus dimonitor secara rutin terhadap timbulnya ikterus dan
menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat
memeriksa tanda-tanda vital bayi yang dilakukan setiap 8-12 jam.

F. Penanganan Ikterus
1. Ikterus fisiologis
a. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
b. Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti :
1. Memandikan
2. Melakukan perawatan tali pusat

7
3. Membersihkan jalan napas
4. Menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 3o menit
c. Mengajarkan ibu mengenai cara :
1. Memandikan bayi
2. Melakukan perawatan tali pusat
3. Menjaga agar bayi tidak hipotermi
4. Menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit
d. Jelaskan pentingnya hal-hal seperti
1. Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
2. Menjemur bayi dibawah sinar matahari dengan kondisi telanjang
selama 30 menit, 15 menit dalam kondisi terlentang dan 15 menit
sisanya dalam posisi tengkurap
3. Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu
4. Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber KB sesegera mungkin
e. Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah seperti feses berwarna putih
keabu-abuan anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke
puskesmas.
f. Anjurkan ibu untuk kontrol ulang setelah 2 hari atau jika ada keluhan.
2. Hiperbilirubin sedang
a. Berikan ASI secara adekuat
b. Lakukan pencegahan hipotermi
c. Letakan bayi ditempat yang cukup sinar matahari kurang lebih
30menit,selama 3-4 hari
d. Lakukan pemeriksaan ulang 2 hari kemudian
e. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan bayi
bertambah parah serta mengeluarkan feses berwarna putih keabu-abuan
3. Hiperbilirubin berat
a. Berikan informed consent pada keluarga untuk segera merujuk bayinya
b. Selama persiapan merujuk ,berikan ASI secara adekuat
c. Lakukan pencegahan hipotermi
d. Bila mungkin, ambil darah ibu sebanyak 2,5 ml.(18)

8
4. Komplikasi
Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum
akibat efek toksis bilirubin tak terkonjungasi terhadap susunan saraf pusat.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian atau apabila bertahan hidup dapat
menimbulkan gejala sisa yang berat. Komplikasi yang dapat ditimbulkan
penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak.30 35 Pada kern ikterus gejala klinik pada
permulaan tidak jelas antara lain: bayi tidak mau menghisap, letargi mata
berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang tonus
otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Selain itu dapat juga
terjadi infeksi/sepsis, peritonitis,pneumonia. Untuk kasus hiperbilirubin yang
cukup tinggi perlu dilakukannya terapi sinar/fototerapi.
Terapi sinyal (light therapy)bertujuan untuk memecah bilirubin
menjadi senyawa dipirol yang nontoksik dan dikeluarkan melalui urine dan
feses. Indikasinya adalah kadar bilirubin darah lebih dari 10 mg% dan setelah
atau sebelum dilakukanya transfusi tukar.
a. Alat alat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Lampu fluoresensi 10 buah masing masing 20 watt dengan gelombang
sinar
2. 425-475 nm, seperti pada sinar cool white atau daylight
3. Jarak sumber cahaya bayi kurang lebih 45 cm , diantaranya diberi kaca
pleksi
4. setebal 0,5 inci untuk menahan sinar ultraviolet
5. Lampu diganti setiap 200-400 jam.
b. Cara melakukan terapi
1. Bayi telanjang, kedua mata ditutup, sedangkan posisinya diuban setiap
6 jam
2. Suhu tubuh bayi dipertahankan sekitar 36,5 – 37 ℃
3. Perhatikan keseimbangan elektrolit
4. Mungkin timbul skin rash yang sifatnya sementara dan tak berbahaya
(bronze baby)

9
Pengukuran kadar bilirubin serum dilakukan setiap 24 jam , kecuali
pada kasus kasus khusus. Terapi sinar ini dihentikan bila kadar serum
bilirubin kurang dari 13 mg/dl.
Transfusi tukar
1) Indikasi
1. Kadar bilirubin indirect lebih dari 20 mg%
2. Kenaikan kadar bilirubin indirect darah yang cepat, sebesar 0,3-1
mg% perjam
3. Anemia berat disertai tanda payah jantung
4. Bayi dengan Hb tali pusat kurang dari 14 mg% dan tes Coombs
positif.
2) Alat alat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Spet tiga cabang
2. Dua buah spet berukuran 5 atau 10 ml yang berisi Ca-glukonat 10%
dan larutan heparin encer ( 2 ml masing masing 1000 U dalam 250
ml NaCL 0,9 % )
3. Kateter polietilen kecil 15-20 cm atau pipa lambung berukuran F5-
F8
4. Bengkok dan botol kosong
5. Alat pembuka vena (vena seksi)
6. Alat resusitasi seperti oksigen ,laringoskop, ventilator, dan airway
3) Teknik
1. Kosongkan lambung bayi (3-4 jam sebelumnya jangan diberi minum,
bila kemungkinan 4 jam sebelumnya diberi infus albumin 1 gram/kg
BB atau plasma manusia 20 ml/kgBB )
2. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik pada daerah tindakan
3. Awasi selalu tanda-tanda vital dan jaga agar jangan sampai
kedinginan
4. Bila tali pusat masih segar , potong kurang lebih 3-5 cm dari dinding
perut. Bila tali pusat sudah kering ,potong rata dengan dinding perut

10
untuk mencegah bahaya perdarahan tali pusat, lalu buat jahitan laso
dipangkal tali pusat
5. Kateter polietilen diisi dengan larutan heparin kemudian salah satu
ujungnya dihubungkan dengan semprit tiga cabang ,sedangkan
ujung yang lain dimasukan kedalam vena umbilikus sedalam 4-5 cm
6. Periksa tekanan pada vena umbilikus dengan mencabut ujung luar
dan mengangkat kateter naik kurang lebih 6 cm
7. Dengan mengubah- ubah keran pada semprit tiga cabang, lakukan
penukaran dengan cara mengeluarkan 20 ml darah dan memasukan
20 ml darah. Demikian berulang-ulang sampai jumlah total yang
keluar adalah 190 ml/kg BB dan darah yang masuk adalah 170
ml/kgBB. Selama proses pertukaran, semprit harus sering dibilas
dengan heparin
8. Setelah darah masuk sekitar 150 ml lanjutkan dengan memasukan
CaGlukonat 10% sebanyak 1,5 ml dan perhatikan denyut jantung
bayi. Apabila lebih dari 100 kali/menit waspadai adanya henti
jantung.
9. Bila vena umbilikalis tak dapat dipakai , maka gunakan vena safena
magna kurang lebih 1 cm dibawah ligamen inguinal dan medial dari
arteri femoralis
4) Pascatindakan
1. Vena umbilikus dikompres, kateter dapat ditinggalkan lalu ditutup
secara steril
2. Berikan antibiotik spektrum luas , misalnya kombinasi Penisilin
50.000U/kgBB perhari dengan Kanamicin 15 mg/kgBB selama 5-
7 hari
3. Pemeriksaan Hb dan bilirubin darah dilakukan setiap 12 jam sekali
4. Berikan terapi sinar

11
5) Kewenangan Bidan
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan bahwa
lingkup asuhan kebidanan pada bayi baru lahir ( Neonatus ) usia 0 – 28
hari dengan masalah kulit kuning atau icterus megenai manajemen
komplikasi selama periode kritis berupa asuhan yang efektif,
berkualitas tinggi termaasuk upaya pencegahan dapat menurunkan
jumlah kematian pada neonates dini secara signifikan. Upaya upaya
asuhan berupa pencegahan dan manajemen pada kondisi kondisi
diperiode akhir kehamilan, kelahiran bayi dan BBL dini secara efektif
adalah untuk menurunkan jumlah kematian ibu selama antepartum dan
intrapartum berhubungan dengan stillbirths/bayi lahir mati serta
kematian neonates secara signifikan. Oleh karena itu, perbaikan
kualitas asuhan baik dalam rangka preventif dan kuratif selama periode
kritis dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi upaya
bertahan hidup neonates. Terdapat beberapa area yang
dipertimbangkan sebagai prioritas utama. Kewenangan bidan untuk
perawatan bayi dengan icterus hanya pada kremesr 3. Karena
kewenangan bidan pada kasus.

12
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY NY.N KURANG BULAN UMUR 3


HARI DENGAN IKTERIK DI RUANG KUNTHIRSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Tanggal pengkajian : 16 November 2022


Jam pengkajian : 17:10 WIB
Tempat : Ruang Kunthi RSUD Panembahan Senopati Bantul

DATA SUBJEKTIF

a. Biodata

Identitas Bayi

Nama : By.Ny.N

TTL : 14 November 2022

Jam : 13:41

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke- :1
Ibu Ayah
Nama : Ny.N Ny. S

Umur : 21 tahun 26 tahun

Suku/bangsa : Jawa Jawa

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Buruh

Alamat : Barongan, sumberagung, Jetis, Bantul

13
b. Data Kesehatan

1) Riwayat Kehamilan G1P0A0AH0

Komplikasi pada kehamilan : presentasi bokong hipertensi

2) Riwayat Persalinan

a) Tanggal/jam persalinan : 14 November 2022/13:41 WIB

b) Jenis Persalinan : Seksio casarea

c) Lama persalinan : 60 menit

d) Anak lahir seluruhnya jam : 13:41 WIB /Uk 37 minggu

e) Warna air ketuban : Jernih

f) Trauma persalinan : Tidak ada

g) Penolong persalinan : Dokter

h) Penyulit persalinan : presentasi bokong

i) Bonding attachment : Tidak dilakukan

DATA OBYEKTIF

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Tanda tanda vital

Heart rate : 132x/menit

Respiratory rate : 48x/menit

Temperature : 36,70 C

Taksiran Berat Janin :2100 gram

3) Antropometri

Berat Badan/Panjang badan : 2500gram/49 cm

14
Lingkar dada/lingkar kepala : 30cm/34cm

Lila : 8 cm

4) APGAR SCORE
Sign 1 5 10
Appearannce 0 1 2
Pulse 1 1 2
Grimace 1 1 2
Activity 0 0 1
Respiration 1 1 1
APGAR 3 4 8

b. Pemeriksaan Fisik

Kulit : Tampak kuning pada bagian kepala,leher,tubuh bagian atas


hingga daerah telapak tangan dan kaki .

Kepala : Tidak ada molase bentuknya normal dan tidak ada kelainan
seperti caput succedaneum dan mikrocepali

Mata : Simetris, konjungtiva berwarna kuning , tidak ada tanda


infeksi, refleks pupil normal

Telinga : Bentuk daun telinga normal, simetris kiri dan kanan, tidak
ada serumen, terdapat lubang telinga ,dan letak daun telinga
sejajar dengan mata.

Hidung : Bentuk normal, tidak ada secret

Leher : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran pada kelenjar


tiroid

Klavikula : Normal, tidak ada penonjolan sekitar pusat, tidak perdarahan


tali pusat

Dada : Simetris, pernapasan sesuai gerakan dada

Umbikulus : Normal, tidak ada penonjolan sekitar pusat, tidak


perdarahan tali pusat

15
Ekstermitas : Jari-jari lengkap, tidak ada kelainan

Punggung : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan

Genetalia :Testis berada pada skrotum, terdapat lubang penis Anus


:Terdapat lubang pada anus

Eliminasi : Sudah BAB meco dan BAK

c. Pemeriksaan Refleks

Moro : Kuat, apabila dikagetkan lengan dan kaki terangkat.

Rooting : Lemah, apabila menyentuh pipi bayi sedikt menoleh ke arah


sentuhan.

Sucking : Lemah, pada saat diberi ransangan pada bibir bayi, bayi
menghisap dengan lemah.

Grasping : Kuat, apabila benda diletakan di telapak tangan bayi secara


spontan bayi akan mengengam

Tonic Neck : Kuat, kepala bayi reflek mengerakan kearah semula ketika
diputar kesisi samping

Babinski : Kuat, kaki bergerak ke atas dan ke bawah saat disentuh.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pada tanggal 16 November 2022 dilakukan permeriksaan laporatorium


glukosa darah sewaktu, didapatkan hasil 81 mg/dl

Pada tanggal 17 November 2022 dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin,


didapatkan hasil 13,27 mg/dL.

ANALISA

a. Diagnosa : By.Ny.N, kurang bulan, usia 4 hari dengan icterus neonatorum


derajat IV dengan BBLR.

b. Masalah : kurang bulan, tidak menysuu, hisapan lemah, kecukuoan asi

16
kurang

c. Kebutuhan : Fototerapi sesuai advis dokter dan pendidikan kesehatan


mengenai memberikan ASI sesering mungkin

d. Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya Kern Ikterus

e. Antisipasi tindakan segera : Kolaborasi dengan dokter Sp.P dilakukan


fototerapi dan penkes pemberian ASI sesering mungkin

PERENCANAAN

Tanggal : 17 November 2022

Waktu : 18. 00 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Beritahu ibu untuk rencana Tindakan Foto Terapi 24 Jam (sesuai advis
dokter).
3. Berikan rasa nyaman posisi positioning pada saat dilakukan fototerapi

4. Memberikan ASI peras selama fototerapi.

5. Beritahu ibu untuk menyiapkan ASI peras.

6. Anjurkan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

7. Beritahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi.

8. Berkolaborasi dengan dokter Sp.P,Untuk Tindakan dilakukan fototerapi

9. Berkolaborasi dengan dokter untuk cek ulang pada saat fototerafi.

PELAKSANAAN
Tanggal : 17 November 2022

Waktu : 18. 10 WIB

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya mengalami

17
ikterus neonatorum adalah keadaan dimana bilirubin terbentuk lebih
cepat dari pada kemampuan hati bayi yang baru lahir (neonatus) yang
dimana kulit By.Ny.N tampak berwarna kuning mulai dari kepala, leher,
bagian lengan hingga telapak kaki dan hasil pemeriksaan kadar bilirubin
13.27mg/dL

2. Memberitahu ibu untuk rencana tindakan Fototerapi selama 24 jam


(sesuai advis dokter) bertujuan untuk mengubah bilirubin menjadi bentuk
yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.

3. Berikan rasa nyaman pada bayi dengan posisi positioning pada saat
dilakukan fototerapi ,dan cara penangananya pada saat fototerapi
diusahakan tubuh bayi terkena sinar fototerapi dan posisi bayi dengan
terlentang dibawah sinar fototerapi .

4. Memberikan ASI peras selama tindakan fototerapi yaitu 2 jam


sekali. Pemberian ASI bertujuan agar saat tindakan kebutuhan cairan
cukup karena bilirubin dikeluarkan melalui urin dan tinja

5. Memberitahu ibu untuk menyiapkan ASI peras dan mamberikan ASI


Ekslusif yaitu selama 6 bulan pertama kehidupan yang dapat mencukupi
kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang tanpa makanan
tambahan apapun

6. Menganjurkan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui


untuk pencegahan terjadinya risiko penyakit.

7. Berkolaborasi dengan dokter Sp.P untuk dilakukan fototerapi.

8. Berkolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan Kembali pada


bayi setelah dilakukan fototerapi selama 24 jam dengan 6x 4 jam
Tindakan fototerapi.

EVALUASI

Tanggal : 17 November 2022

18
Waktu : 18. 36 WIB

1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan bayinya.

2. Ibu mengerti akan dilakukan foto terapi pada bayinya selama 24 jam.

3. Ibu sudah mengerti dengan posisi bayinya pada saat dilakukan fototerafi
selama 6x4 jam .
4. Pemberikan ASI peras selama tindakan Fototerapi telah dilakukan.

5. Ibu mengerti dan bersedia untuk menyiapkan ASI peras 2 jam sekali dan
mamberikan ASI Ekslusif yaitu selama 6 bulan pertama tanpa tambahan
makanan apapun.
6. Ibu mengerti dan bersedia untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
menyusui.
7. Kolaborasi dengan dokter Sp,P sudah dilakukan.

8. Kolaborasi dengan dokter Sp.P sudah dilakukan untuk melakukan


pemeriksaan Kembali .
Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan Mahasiswa

Wahyu Dani R, S.Kep Sri Lestari, S.ST.,MMR Nurul Widyastuti

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Catatan Perkembangan TTD
Jam/Tempat
Rabu,16- S:- Mahasiswa
November- O: Keadaan Umum Sedang,menangis +,
2022 Jam: injeksi D 10%.
15:00 Suhu : 36,5 Nurul Widyastuti

19
Spo2 : 98% Preceptor
Nadi : 140x/menit
RR : 50x/menit
BAB :-
BAK :-
A:By. Ny N kurang bulan umur 3 hari dengan Wahyu Dani R,
ketidak efektifan termoregulasi S.Kep
P : 1. Monitor keadaan umum dan vital sing, Pembimbing
Suhu : 36,5 Pendidikan
Spo2 : 98% ,Nadi : 140x/menit ,RR :
50x/menit ,BAB :- , BAK :- , BBS: 2490
2. Pemberian antibiotik amoxilin
3. Menjaga kehangatan bayi,dengan
memastikan pakaian bayi kering dan bersih Sri Lestari, S.ST.,
4. Memberikan ASI kepada bayi setiap 2 jam MMR
sekali
5. Melatih ibu untuk memeras ASI
6. Melatih ibu untuk belajar menyusui bayi

Rabu, 16- S:- Mahasiswa


November-
2022 Jam: O: Kedaan Umum Sedang,Gerakan
18:00 +,menangis +,infus+
Suhu : 36,6
Spo2 : 98% Nurul Widyastuti
Nadi : 132x/menit
RR : 50x/menit
BAB : Meco +
BAK : +
A : By. Ny N kurang bulan umur 3 hari
dengan ketidak efektifan termoregulasi

20
P :1. Monitor keadaan umum dan vital Preceptor
sing,Suhu : 36,6
Spo2 : 99% ,Nadi : 132x/menit ,RR :
50x/menit ,BAB :Meco+ , BAK :+
2. Menjaga kehangatan bayi,dengan
memastikan pakaian bayi kering dan bersih Wahyu Dani R,
3. Memberikan ASI kepada bayi setiap 2 jam S.Kep
sekali Pembimbing
4. Melatih ibu untuk memeras ASI Pendidikan
5. Melatih ibu untuk belajar menyusui bayi

Sri Lestari, S.ST.,


MMR
Kamis,17- S:- Mahasiswa
November-
2022 O: Keadaan umum sedang,gerakan
Jam: 14:00 +,menangis+,infus+,
S:36,5
Spo2: 90% Nurul Widyastuti
RR: 50X/menit Preceptor
Nadi: 120X/menit
BAB: -
BAK:-
A: By. Ny N kurang bulan umur 4 hari dengan
ketidak efektifan termoregulasi Wahyu Dani R,
P: 1. Monitor keadaan umum dan vital S.Kep
sing,Suhu : 36,5
Spo2 : 90% ,Nadi : 120x/menit ,RR :
50x/menit ,BAB :- , BAK :+, BBS:2490

21
2. Pemberian Asi menggunakan gelas oleh Pembimbing
perawat Pendidikan
3. Mengambil sample darah untuk dicek
bilirubin
4. Kelola antibiotik
5. Di lakukakn terapi sinar hasil bilirubin Sri Lestari, S.ST.,
13,27 dengan konsultasi dokter, start jam MMR
14:30-14: 30 tgl 18-11-2022

22
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidaan yang telah diberikan kepada bayi Ny.N didapatkan
hasil bahwa jenis persalinan dan bayi secara seksio caesaria dan juga kelahiran
belum cukup bulan yaitu 37 minggu dengan presentasi bokong. Pengkajian
yang saya lakukan yang,saya dapatkan:
1. Pada hari Senin, 14 November 2022 telah lahir bayi laki-laki jam 13:41 dari
ibu G1P0A0 UK 37minggu SC Presbo Hipertensi. Lahir presentasi kaki Ak
Jernih BBL: 2500, PB: 49cm, LK:34, LD:30, LILA:10,Anus:+,Meco-
,BAK:-, O2 nasa 1 epm.
Spo2:98%, HR: 135X/menit, RR:58X/menit, Suhu: 36,4 dan terpasang
Infus KA-EN 1B 5,2 cc/jam.
2. Pada hari Selasa, 15 November bayi Ku lemah,menangis-,gerakan+,
retraksi dada+, Spo2:98%, HR: 140X/menit, RR:62X/menit, Suhu: 36,5
Belum di berikan ASI peras dan terpasang infus KA-EN 1B 5,2 cc/jam.
3. Pada Rabu, 16 November pemberian ASI peras diberikan sebanyak 20 cc
diberikan selama 2 jam sekali dan terpasang Infus KA-EN 5,2 cc/jam.
4. Pada Kamis, 17 November 2022 bayi terlihat kuning maka dari itu
dilakukan fototerafi oleh dokter di bangsal Kunthi selama 24 jam dan
pemberian ASI peras diberikan sebanyak 20 cc diberikan selama 2 jam
sekali dan terpasang Infus KA-EN 5,2 cc/jam.. Hasil evaluasi dari
pengkajian Berdasarkan dari pembahasan diatas maka disimpulkan bahwa
memberikan ASI sesering mungkin, terapi fototerapi dapat menurunkan
kadar bilirubin pada bayi ikterus dan dalam penanganan bayi ikterik
By.Ny.N mengalami kemajuan, maka dari itu antara tinjauan teori dan
praktik lapangan selama dilakukan pengkajian tidak ditemukan
kesenjangan.

23
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang telah dilaukan pada bayi
Ny,N dengan ikterus neonatorum di bangsal Kunthi RSUD Panembahan Senopati
Bantul, maka saya dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengumpulan data dasar bayi Ny.N dengan ikterus
neonatorum dilaksanakan dengan mengumpulkan data subyektif yang
diperoleh dari hasil wawancara dimana ibu mengatakan kulit bayinya
terlihat kuning dan dan objektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
seperti kulit dan sklera bayi nampak kuning.
2. Identifikasi diagnosa atau masalah aktual dilakukan dengan pengumpulan
data dan didapatkan diagnosa kebidanan pada bayi Ny.N, SC atas indikasi
Presentasi Bokong Hipertensi dengan ikterus neonatorum yang disertai
dengan masalah BBLR sehingga dibutuhkan pemenuhan kebutuhan nutrisi
cukup.
3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul karena penanganan yang
cepat dan tepat.
4. Merencanakan asuhan yang menyeluruh, pada kasus ini rencana asuhan
yang dilakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, observasi
KU dan tanda-tanda vital bayi tiap 2 jam, memberikan ASI tiap 2 jam dan
jaga kehangatan bayi, memberikan informasi dan penjelasan tentang hasil
pemeriksaan pada keluarga bayi.Ny.N tentang kondisi bayinya saat ini.
5. Melaksanakan perencanaan dan penatalaksanaan pada By.Ny.N merupakan
pelaksanaan dari rencana Tindakan
B. Saran
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus yang telah didapatkan,
saya memberikan masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi rumah sakit

24
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan asuhan pada bayi agar dapat
mempercepat proses penyembuhan khususnya pada bayi dengan ikterus
neonatorum dan dapat mencegah terjadinya komplikasi.
2. Bagi pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan dan menambah
referensi sehinggga dapat membantu kami atau mahasiswa yang akan
mengambil kasus yang sama.
3. Bagi profesi
Meningkatkan mutu penanganan dan pelayanan bagi bayi dengan ikterus
neonatorum secara cepat, tepat dan komprehensif.

25
DAFTAR PUSTAKA
Kementian Kesehatan RI. 2019. Profil kesehatan indonesia.

BPS, BKKBN & Kemenkes. SDKI. 2019 Survei Demografi dan Kesehaan.
Indonesia.

Dinas Kesehatan DIY. 2018. Hasil analisis data & informasi tahun 2015-
2018.

Imron, R. dan D. M. 2020. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan


Kejadian Hiperbilirubinemia Pada Bayi di Ruang Perinatologi.

Muslihatun, W. 2021. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:


Fitramaya

Rohani, S. & Wahyuni, R. R. 2017. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Ikretus Pada Neonatus.

Bahar, I. K. A. N. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Ikterus


Pada Neonatus di RSKDIA Siti Fatimah Makassar.

Wanda, NN. 2018. Karya Tulis Ilmiah Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Neonatorum di RSUD Syekh Yusuf
Gowa Tanggal 8-24 Juli 2018. Makassar: Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Dahlia, 2020. Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru lahir dengan
Ikterus. Banjarmasin: Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Listyarini, Ika. 2020. Gambaran Kejadian Ikterus Neonatorum di RS


Bhayangkara Polda DIY. Yogyakarta: Prodi Kebidanan Sarjana
Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta

26

Anda mungkin juga menyukai