Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

“Pemeriksaan Laboratorium Sederhana Untuk Ibu Bersalin”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Dosen Pengampu :

Fitrah Ivana Paisal, SST., M. Keb

Disusun Oleh:

Kelompok 11 Kelas 2B Kebidanan


Nadifa Widianingtyastuti (P17124022056)
Rapiqoh Habibah M (P17124022064)
Rasendriya Astrella Kesya (P17124022065)
Salsabila Azzahra (P17124022068)
Samira Hasan. (P17124022069)
Veni Coralia Tarigan. (P17124022076)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1

2023/2024
VISI MISI JURUSAN KEBIDANAN

VISI

“Menjadi Program Studi DIII Kebidanan yang unggul dalam bidang kewirausahaan
kebugaran pada ibu dan bayi”.

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan bidan yang terampil dalam


bidang kewirausahaan kebugaran pada ibu dan bayi.
2. Melakukan penelitian dalam bidang kebugaran pada ibu dan bayi.
3. Melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kebugaran pada ibu
dan bayi.
4. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak.

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “Pemeriksaan Laboratorium


Sederhana Pada Ibu Bersalin”. Telah dikoreksi oleh dosen pengampu Mata Kuliah
Asuhan Persalinan dan Bayi Batu Lahir.

Jakarta, 23 Agustus 2023

Fitrah Ivana Paisal, SST., M. Keb

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir mengenai “Pemeriksaan laboratorium
sederhana untuk ibu bersalin” dapat selesai pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Persalinan dan
bayi baru lahir dan bertujuan agar pembaca dapat mengetahui Pemeriksaan
laboratorium sederhana untuk ibu bersalin. Pada kesempatan ini juga, penulis
menyampaikan ucapakan terima kasih yang ditujukan kepada:

1. Tuhan yang selalu menjadi penuntun dan yang menyertai kami dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Vera Suzana Dewi Haris, SST., M.Keb selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah Asuhan Persalinan dan bayi baru lahir di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1.
4. Fitrah Ivana Paisal, SST., M. Keb selaku dosen pengampu mata kuliah
Asuhan Persalinan dan bayi baru lahir di Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta 1.
Materi yang kami sampaikan dalam makalah ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh
karena itu arahan, koreksi, dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Jakarta,

23 Agustus 2023

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

VISI MISI JURUSAN KEBIDANAN ................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DESKRIPSI SINGKAT ....................................................................................... vi

CAPAIAN PEMBELAJARAN .......................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah ...........................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah .........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................3

2.1 Pengertian .....................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................4

3.1 Pemeriksaan Protein Urine...........................................................................4


3.2 Pemeriksaan Glukosa urine ........................................................................10

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................14

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 14


4.2 Saran ................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

v
DESKRIPSI SINGKAT

Mata kuliah ini memberikan kemampun kepada mahasiwa tentang asuhan


kebidanan persalinan normal ; asuhan persalinan, penceghan infeksi, kebutuhan dan
kesehtan perempuan, Pemberian Obat, Kebutuhan posisi dan Mobilisasi Pasien,
Therapy intravena, Perawatan luka, Kebutuhan nutrisi, Kebutuhan oksigen,
Kebutuhan istirahat dan tidur dan melakukan pendokumentasian asuhan persalinan.

vi
CAPAIAN PEMBELAJARAN

A. Capaian pembelajaran program studi (Program Learning Outcome) :


1. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan praktik kebidanan
berdasarkan agama, moral, dan filosofi, kode etik profesi, serta standar
kebidanan
2. Mampu memecahkan masalah dalam pelayanan dan asuhan kebidanan sesuai
dengan kompetensi, kewenangan yang berbasis bukti ilmiah dan bertanggung
jawab atas hasilnya secara mandiri
3. Mampu bekerja sama, berkomunikasi teknis dan prosedural dalam
pekerjaannya
4. Menguasai metode, tekhnik dan pengetahuan prosedural dalam asuhan
kebidanan pada persalinan dan bayi baru lahir;
5. Menguasai pengetahuan tentang jenis, tanda dan gejala tentang komplikasi pada
masa persalinan dan bayi baru lahir secara umum;
6. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada persalinan normal sesuai standar
mutu yang berlaku*), dan kode etik profesi;
7. Mampu melakukan deteksi dini kelainan pada persalinan dan bayi baru lahir
dan penanganan awal kegawatdaruratan, serta melakukan rujukan kepada
profesional lain yang relevan;
8. Mampu mencatat dan mendokumentasikan asuhan kebidanan sesuai sistem
rekam medis yang berlaku;
9. Mampu berkomunikasi teknis dan prosedural secara verbal dan non-verbal
dengan perempuan, keluarganya, dan masyarakat, serta teman sejawat untuk
meningkatkan kesehatan perempuan, ibu, dan anak;
10. Mampu melaksanakan upaya pencegahan infeksi dalam asuhan kebidanan;

B. Capaian pembelajaran mata kuliah (Courses Learning Outcome) : Setelah


mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu :
1. Faktor-faktor yang persalinan dan bayi baru lahir.
2. Kebutuhan dasar bersalin dan bayi baru lahir.
3. Evidence based dalam asuhan persalinan dan bayi baru lahir.
4. Prosedur keterampilan persalinan dan bayi baru lahir.
5. Prinsip Pencegahan Infeksi.
6. Manajemenasuhanpersalinandanbayibarulahir.
7. Deteksidinipadapersalinan,bayibarulahirdanpenanganankegawatdaruratan.
8. Komunikasi terhadap perempuan, keluarga dan teman sejawat
9. Memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan normal.
10. Pendokumentasian asuhan kebidanan pada persalinan dan bayi baru lahir.

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan laboratorium adalah merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk kepentingan klinik. Pemeriksaan laboratorium bertujuan
untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit pada penderita atau
menegakkan diagnosa penyakit, memantau perjalan penyakit dan
menentukan prognosis. Hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan oleh
bagian laboratorium harus melalui berbagai tindakan atau penanganan
(Purwanto AP, 2010).

Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan prosedur


untuk pemeriksaan khusus. Pemeriksaan khusus dengan mengambil dan
sampel dari pasien bertujuan menentukan dan membatu diagnosis penyakit
dari pasien.

Protein urin merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi


protein urin pada umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai pre-eklampsia tanpa protein urin, karena janin sudah lahir
lebih dulu. Protein urin timbul sebelum hipertensi, umumnya merupakan
gejala penyakit ginjal, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan.

Glukosa urine adalah adanya glukosa di urin yang disebabkan oleh


tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar
bersamaan dengan urin, yang dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang kurang
baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah untuk melihat kadar
glukosa urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit diabetes
melitus.

1
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari makalah yang berjudul “Asuhan persalinan
dan bayi baru lahir” adalah sebagai berikut:
1. Apa itu pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu bersalin?
2. Bagaimana pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu bersalin?

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan pembuatan makalah yang berjudul “Asuhan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir” yaitu untuk menunjukan dan menjelaskan perihal:
1. Pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu bersalin
2. Prosesur pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu bersalin
3.
1.4 Manfaat Makalah
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan agar mahasiswi dapat
memahami, mengerti, dan mengetahui mengenai pemeriksaan laboratorium
sederhana pada ibu bersalin.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

3.1 Pengertian
Pemeriksaan laboratorium adalah merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk kepentingan klinik. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit pada penderita atau menegakkan
diagnosa penyakit, memantau perjalan penyakit dan menentukan prognosis.
Hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan oleh bagian laboratorium harus
melalui berbagai tindakan atau penanganan (Purwanto AP, 2010).

Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan prosedur untuk


pemeriksaan khusus. Pemeriksaan khusus dengan mengambil dan sampel dari
pasien bertujuan menentukan dan membatu diagnosis penyakit dari pasien.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Protein Urine


A. Definisi
Protein urin adalah terdapatnya protein dalam urin manusia
yang melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari. Protein urin baru
dikatakan patologis bila kadarnya melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali
pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Protein urin persisten jika protein
urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya
sedikit dari atas nilai normal. Protein urin merupakan syarat untuk
diagnosis preeklampsia, tetapi protein urin pada umumnya timbul jauh pada
akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai pre-eklampsia tanpa
protein urin, karena janin sudah lahir lebih dulu. Protein urin timbul
sebelum hipertensi, umumnya merupakan gejala penyakit ginjal, sehingga
dapat dipertimbangkan sebagai penyulit kehamilan. Tanpa kenaikan
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, umumnya
ditemukan padainfeksi saluran kencing atau anemia. Jarang ditemukan
protein urin pada tekanan < 90 mmHg.

B. Tujuan
Pemeriksaan protein dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui
komplikasi adanya preklampsia pada ibu hamil yang sering kali
menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera
diantisipasi. Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan protein dengan
menggunakan asam asetat 5%, dan apabila setelah dipanaskan urine
menjadi keruh berarti ada protein dalam urine.

4
C. Waktu dilakukannya Pemeriksaan Protein Urine
Pemeriksaan Protein urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester II dan III,
atas indikasi. Pemeriksaan protein urin juga harus segera dilakukan apabila
ditemukan salah satu tanda trias preeklampsi, yaitu hipertensi atau udem.
Preeklampsi merupakan hipertensi yang didiagnosis berdasarkan
protein urin, jika protein urin 1+, dan tekanan darah 140/90 mmHg, maka
interpretasinya adalah preeklampsi ringan. Apabila hipertensi dengan
tekanan darah sistol >160 mmHg, tekanan darah diastol >110 mmHg dan
protein urin 2+ atau 3+ (merupakan protein setara>0,3 gram/L atau 0,3
gram/24 jam pada pemeriksaan dipstik, menunjukkan keadaan preeklampsi
berat).
Hipertensi menyebabkan vasospasme arteriol aferen yang
menurunkan aliran darah ginjal, menimbulkan udema sel endotelial kapiler
glomerulus, sehingga memungkinkan protein plasma terutama dalam
bentuk albumin, tersaring masuk ke dalam urin, menyebabkan terjadinya
protein urin. Kerusakan ginjal diperlihatkan dengan penurunan kreatinin
dan peningkatan serum kreatinin serta kadar asam urat. Oliguri terjadi jika
kondisi tersebut memburuk yang merupakan tanda-tanda preeklampsi berat
dan kerusakan ginjal. Maka pemeriksaan protein urin menjadi komponen
yang penting untuk deteksi dini pada keadaan preeklamsi.

D. Mekanisme Pemeriksaan Protein Urine


Dinding pembuluh darah dan struktur jaringan yang
ada disekitarnya berperan penting sebagai barrier terhadap
melintasnya makromolekuler seperti pglobulin dan albumin. Hal ini terjadi
karena peran sel endotel pada kapiler, membran berasal dari glomerulus dan
epitel visceral. Makromolekuleryang melintasi dinding kapiler berbanding
terbalik dengan ukurannya. Hal ini akibat heparin sulfat proteoglikans yang
terdapat pada dinding kapiler glomerulus menyebabkan pengaruh
hambatan negative pada makromolekuler seperti albumin. Adanya proses

5
peradangan pada glomerulus berakibat perubahan ukuran barrier dan
hilangnya hambatan anionic sehingga terjadilah protein urine.

E. Macam-Macam Pemeriksaan Protein Urine


1. Proteinuria fisiologis
Dalam mendiagnosis adanya kelainan atau penyakit ginjal tidak
selalu adanya proteinuria. Proteinuria juga dapat ditemukan dalam
keadaan fisiologis yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat
sementara. Pada keadaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik
yang kuat dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari. Proteinuria fisiologis
dapat terjadi pada masa remaja dan juga pada pasien lordotik.

2. Proteinuria Patologis
Indikator perburukan fungsi ginjal merupakan menifestasidari
penyakit ginjal. Dikatakan patologis bila protein dalam urine lebih dari
150 mg/24 jam atau 200 mg/24 jam. Tiga macam proteinuria patologis:
a) Proteinuria Glomerulus
Bentuk ini hamper semua penyakit ginjal, dimana albumin protein
yang dominan pada urine (60-90%) pada urine, sedngkan sisanya
protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah
sedikit.

Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan protein urine :

1. Kerusakan ginjal
2. Stress
3. Preeklampsia
4. Hipertensi
5. Obat obatan

6
F. Kadar Dalam Protein Urine Pada Ibu Hamil
1. Kadar protein urin pada ibu hamil trimester II dan III
Terjadinya preeklamsia dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan protein dalam urin ibu hamil. Pada penelitian ini
pemeriksaan protein urin bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
protein dalam urin ibu hamil trimester II dan III di Puskesmas II
Denpasar Barat yang hasilnya dinyatakan secara semi kuantitatif.
Sampel yang digunakan adalah urin sewaktu yang dikeluarkan pada
satu waktu yang tidak ditentukan dan diperlakukan dengan khusus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan protein urin terhadap 39 ibu
hamil trimester II dan III. Diperoleh 10 (25,64%) sampel positif dan 29
(74,36%) sampel negatif. Sampel positif ditemukan pada urin ibu
hamil trimester II dan III dengan nilai yang cukup bervariasi antara lain
tujuh sampel (17,95%) positif + (1+), dua sampel (5,13%) positif ++
(2+) dan satu sampel (2,56%) positif+++ (3+). Hasil ini sesuai dengan
penelitian Febrianti (2008) terhadap 30 sampel didapatkan hasil
pemeriksaan proteinuria pada ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin
Bhakti Ibu Semarang yaitu19 sampelnegatif, sembilan sampel positif +
(1+), dan dua sampe positif ++ (2+).

Sedangkan pada penelitian Kasmian (2010) terhadap 37 sampel di dapatkan


hasil pemeriksaan proteinuria pada ibu hamil trimester II di
bidan praktek swasta Citra Mulia Kudus yaitu 9 sampel negatif, 19 sampel
positif + (1+), dan 9 sampel positif ++
(2+).Diagnosis preeklamsiaringanditegakkan dengan kriteria minimum,
yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah gestasi lebih dari 20 minggu
dan proteinuria ≥300 mg/24 jam atau ≥+1 pada dipstik. Ibu hamil dengan
protein urin positif, ditemukan dua ibu hamil yang memiliki tekanan darah
140/100 mmHg dengan hasil protein urin positif +++ (3+) dan positif ++
(2+), sekaligus mengalami edema yang merupakan tanda ibu hamil

7
mengalami preeklamsia. Apabila tekanan darah dan derajat proteinuria
terus meningkatdapat mengancam keselamatibu dan janin.

2. Kadar protein urin ibu hamil trimester II dan III berdasarkan usia
kehamilan
Pada pemeriksaan protein urin yang telah dilakukan terhadap 15
orang ibu hamil trimester II diperoleh hasil positif + (1+) sebanyak 3
orang (20,00%) sedangkan pada 24 orang ibu hamil trimester III
diperoleh hasil positif + 1+) sebanyak 4 orang (16,67%), positif ++ (2+)
sebanyak 2 orang (8,33%), dan positif +++ (3+) sebanyak 1 orang
(8,33%). Hasil ini menunjukan ibu hamil trimester III lebih banyak
kemungkinan mengalami preeklamsia dibandingkan ibu
hamil trimester II.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa lebih
banyak ibu hamil trimester III mengalami preeklamsia dibandingkan
dengan ibu hamil trimester II. Kondisi ini diduga karena reaktivitas
vaskular dimulai umur 20 minggu, meskipun demikian hal ini terdeteksi
umumnya pada kehamilan trimester II, sehingga pemeriksaan
protein urin pada ibu hamil penting dimulai dari trimester 1. Pada
kehamilan trimester II pemantauan kehamilan lebih sering dilakukan,
mengingat pertumbuhan kehamilan yang sangat pesat serta
pentingnya memantaukemungkinan timbulnya suatu penyakit yang
membahayakan kehamilan. Hal ini juga dilakukan lebih sering dimasa
kehamilan trimester III guna memantau lebih teliti setiap pertumbuhan
bayi dan kemungkinan yang terjadi saat persalinan.

8
3. .Kadar protein urin ibu hamil trimester II dan III berdasarkan umur
Dalam penelitian ini jumlah ibu hamil yang berisiko (<20 tahun dan
>35 tahun) sebanyak 10 orang sedangkan kelompok ibu hamil tidak
berisiko (20-35 tahun) sebanyak 29 orang. Berdasarkan pemeriksaan
protein urin yang telah dilakukan dari 10 ibu hamil umur berisiko,
terdapat 2 orang dengan protein urin positif16. Astuti(2015)
menyatakan umur merupakan bagian dari status reproduksi yang
penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi
tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia yang
baik untuk hamil adalah 20 sampai 35 tahun.

Sedangkan usia yang berisikomengalami preeklamsiaadalah usia


<20 tahun dan >35 tahun. Pada kehamilan <20 tahun, keadaan
reproduksi yang belum siap untuk menerima kehamilan akan
meningkatkan keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsia.
Sedangkan pada usia 35 tahun. Preeklamsia/eklamsiaterbanyak
pada usia 20-24 tahun yang terjadi pada kehamilan
pertama. Preeklamsia/eklamsia lebih sering terjadi pada usia muda
dan primipara diduga karena adanya suatu mekanisme
imunologi disamping endokrin dan genetik dan pada kehamilan pertama
pembentukan blockingantibodies terhadap antigen plasenta belum
sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan berikutnya.

4. Kadar protein urin ibu hamil trimester II dan III berdasarkan


pertambahan berat badan tiap minggu
Peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di trimester II dan
III, pada periode inilah perlu dilakukan pemantauan ekstra terhadap
berat badan ibu hamil. Dalam penelitian ini tidak dijumpai rata-rata
pertambahan berat badan ibu hamil trimester II dan III.
Memasuki trimesterIijanin tumbuh pesat dengan pertumbuhan kurang
lebih 10 gram per hari, minggu ke 16 sekitar 90 gram, minggu ke 20

9
sekitar 256 gram, minggu ke 24 sekitar 680 gram, minggu ke 27 sekitar
900 gram. Salah satu risiko penambahan berat badan berlebih bagi ibu
hamil adalah preeklamsia.

3.2 Pemeriksaan Glukosa urine


A. Definisi
Glukosa urine adalah adanya glukosa di urin yang disebabkan oleh
tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar
bersamaan dengan urin, yang dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang kurang
baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah untuk melihat kadar
glukosa urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit diabetes
melitus.
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah
melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang
disebut diabetes melitus yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh
kekurangan hormon insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran
darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan
oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia
ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang
parah dan pandangan yang kabur. Hiperglikemia dapat dipengaruhi oleh
obat-obatan yang dapat menaikan kadar glukos antara lain adalah hormon
steroid, beberapa obat anti hipertensi, dan obat untuk menurunkan
kolesterol.
Kadar glukosa normal dalam darah berkisar antara 70 s.d120 mg/dl
pada saat puasa, <140 mg/dl 2 jam setelah makan, dan <200 mg/dl pada
pemeriksaan gula dara sewaktu. Kadar glukosa sedikit meningkat setelah
selesai makan, namun keadaan ini tidak disebut hiperglikemia.

10
B. Tujuan
Pemeriksaan glukosa urine pada ibu hamil didapatkan semua ibu
hamil negatif (100%). Pemeriksaan glukosa urine dalam kehamilan berguna
untuk mengetahui fungsi ginjal, kadar gula darah dan infeksi saluran kemih.
Urine normal biasanya tidak mengandung glukosa. Glukosa dalam urine
merupakan tanda ibu hamil mengalami komplikasi penyakit
diabetes gestasional. Ibu hamil dengan diabetes gestasional dapat
mengakibatkan komplikasi pada ibu tetapi juga dan janinnya antara lain
hiperglikemia, makrosomia, hipoglikemia, hambatan pertumbuhan
janin, hiperbilirubenemia dan sindrom gagal nafas (Septiyaningsih et al.,
2020). Hal ini sejalan dengan penelitian Adli bahwa
diabetes gestasional yang tidak tertangani sejak dini dapat menimbulkan
komplikasi yang berakibat kepada kesehatan ibu dan bayi.

C. Gejala hiperglikemia
- Terus haus atau mengalami dehidrasi
- Mudah lapar
- Buang air kecil lebih sering, dan kadang tidak bisa ditahan
- Penurunan berat badan secara drastis
- Kelelahan
- Penglihatan terganggu
- Luka yang tidak sembuh sembuh
- Kulit menjadi gelap di lipatan leher, ketiak, dan lainnya

11
D. Waktu dilakukannya Pemeriksaan Glukosa Urine
Waktu untuk Pemeriksaan glukosa urin dilakukan kepada ibu hamil
trimester II dan III untuk menentukan kadar glukosa urine, biasanya
dilakukan pada pasien diabetes untuk memantau kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita DM, misalnya mempunyai
riwayat keluarga DM, pertumbuhan janin cenderung lebih besar dari usia
kehamilan, progres pertumbuhan janin sangat cepat, maka lakukan
Pemeriksaan glukosa urin. DM merupakan kondisi medis yang paling sering
terjadi pada kehamilan dan terjadi kira-kira 4/1000 kehamilan.

E. Jenis pemeriksaan glukosa urine


1. Cara benedict
Cara untuk menentukan hasil reduksi urin yang sebelumnya
ditambahkan reagen benedict sesuai prosedur untuk menentukan kadar
glukosa dalam urine semi kuantitatif, apabila hasil (-) warnanya tetap
biru jernih atau sedikit kehijauan, (1+) warnanya hijau ke kuning-
kuningan dan keruh, positif (2+) warnanya kuning keruh, positif (3+)
warnanya jingga atau warna lumpur keruh, positif (4+) warnanya merah
keruh.

2. Carik celup
Carik celup berupa strip yang dilekati kertas berisi dua macam
enzim yakni glukosa-oksidase dan peroxidasabersama dengan semacam
zat seperti otolidine yang berubah warna jika dioxidasi. Apabila
ditemukan glukosa maka enzim tersebut menghasilkan asam glukonat
dan hidrogen peroksida, karena
pengaruh peroxidasa hydrogenperoxida yang
mengalihkan oxigen kepada otolidine yang berubah warna menjadi
biru. Lebih banyak glukosa warna biru yang dihasilkan lebih tua.

12
F. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Glukosa Urine
1. Faktor Internal
- Pengaruh obat-obatan: menyebabkan terjadinya respontubuh
terhadap obat tersebut sehingga menyebabkan enzim yang
dikandung dalam otot tersebut masuk kedalam darah dan
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan melalu urine.
- Alkohol: menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa,
laktat, asam urat, dan terjadinya asidosis metabolik dalam waktu 2-4
jam setelah mengkonsumsialkohol.
- Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah.
- Aktifitas fisik: menyebabkan perubahan kadar glukosa karena
berkeringat dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan.

2. Faktor Eksternal
- Suhu ruang
- Waktu penundaan
- Volume urin yang diperiksa
- Jumlah Pengawet

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu bersalin terdiri dari


pemeriksaan protein urine dan glukosa urine. Pemeriksaan protein urine
bertujuan untuk memeriksa adanya kemungkinan resiko preeklamsi,
sedangkan pemeriksaan glukosa urine dilakukan untuk melihat kadar
glukosa dalam darah untuk melihat kemungkinan adanya diabetes.

Jenis pemeriksaan glukosa urine bisa dilakukan dengan menggunakan


larutan benedict dan carik celup. Adapun faktor yang mempengaruhi
pemeriksaan protein urine adalah kerusakan ginjal, stress, preeklampsi,
hipertensi, obat-obatan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
glukosa urine adalah faktor internal (konsumsi obat-obatan), dan faktor
eksternal (suhu ruang, waktu penundaan, volume urine, jumlah pengawet).

4.2 Saran

Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, namun penulis berharap


agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Pemeriksaan
laboratorium pada ibu bersalin penting untuk dilakukan guna mendeteksi
adanya kemungkinan komplikasi pada ibu bersalin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Metty Nurherliyany, 2023. Pemeriksaan Lab pada ibu hamil

Kurniawati, 2017. Definisi pemeriksaan protein urine

Yulita Safitri, dkk, 2020. Sistem Pakar Penentuan Pemeriksaan Laboratorium


Metode Case Base Reasoning: Jakarta

Nawangsari, Harnanik, dkk. 2022. Modul Praktikum Asuhan Kebidanan: Jawa


Barat. CV Jejak

15
SESI TANYA JAWAB KELOMPOK 11

1. Pertanyaan dari Laila,


Pada saat hamil trimester 1 glukosa urin nya negatif, lalu pada saat trimester
3 menjelang persalinan glukosa urin nya menjadi postif, dari kasus tersebut
apa yang bisa menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam urin pada
saat kehamilan?
Jawaban:

Dijawab oleh Nadifa Widianingtyastuti


Penyebab peningkatan kadar glukosa dalam urin pada trimester akhir
kehamilan (trimester 3) setelah sebelumnya negatif pada trimester pertama
bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:
1) Diabetes Gestasional:
Ini adalah penyebab umum peningkatan glukosa dalam urin selama
kehamilan. Diabetes gestasional adalah kondisi di mana tubuh tidak
dapat mengatur kadar gula darah dengan baik selama kehamilan yaitu
mengalami resistensi insulin yang meningkat. Hormon-hormon
kehamilan dapat mengurangi respons sel-sel tubuh terhadap insulin,
yang mengarah pada peningkatan kadar gula darah dan glukosa dalam
urin. Ini bisa muncul terutama pada trimester kedua atau ketiga.
2) Makanan dan Pola Makan:
Peningkatan asupan gula dan karbohidrat dalam makanan selama
kehamilan bisa meningkatkan kadar glukosa dalam darah dan urin.
Kebiasaan makan yang tidak sehat atau konsumsi makanan tinggi gula
dapat berkontribusi pada hasil positif dalam ujian glukosa urin.
3) Pemeriksaan yang Sensitif:
Metode pemeriksaan glukosa dalam urin yang lebih sensitif dapat
mendeteksi kadar glukosa yang lebih rendah, sehingga dapat
memberikan hasil yang positif pada trimester akhir kehamilan,
meskipun kadar gula darah masih dalam kisaran normal.

16
2. Pertanyaan dari Alvina
Adakah deteksi diabetes gestasional, apakah hanya cukup dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa urine? atau perlu pemeriksaan penunjang lain?

Dijawab oleh Veni


Dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral dan skrining oleh dokter.
tes toleransi glukosa oral meliputi tes glukosa darah puasa, tes glukosa darah
setelah 1-2 jam pembebanan glukosa.
3. Pertanyaan dari Zulfa
Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa urine seseorang terindikasi
penyakit diabetes melitus?

Dijawab oleh Samira


Pengidap diabetes biasanya memiliki kadar gula dalam urine yang tinggi.
selain itu, warna urine juga tampak lebih merah ini disebabkan oleh adanya
penumpukan gula dalam urine, serta beraroma manis seperti buah.

4. Pertanyan dari Safira Putri


Apa dampak penggunaan obat-obatan tertentu terhadap hasil pemeriksaan
glukosa urine dan protein urine?

Dijawab oleh Rasendriya Astrella Kesya:


Penggunaan beberapa obat itu dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan glukosa dan protein dalam urine. Misalnya, obat-obatan
tertentu seperti diuretik, kortikosteroid, dan beta-blocker dapat
mempengaruhi hasil tes glukosa dan protein dalam urine. Diuretik dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan protein dalam urine,
sementara kortikosteroid dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa.
Sebaliknya, beta-blocker biasanya tidak memiliki dampak signifikan pada
hasil pemeriksaan glukosa atau protein dalam urine.
Obat diabetes seperti metformin bisa mengurangi kadar glukosa
dalam urine. Sedangkan obat-obatan tertentu, seperti ACE inhibitor dan
ARB yang digunakan untuk tekanan darah tinggi, dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan protein dalam urine.
Penggunaan obat-obatan tertentu bisa memengaruhi hasil
pemeriksaan glukosa dan protein dalam urine. Sebagai contoh, beberapa
obat diabetes seperti metformin bisa mengurangi kadar glukosa dalam urine.
Sedangkan obat-obatan tertentu, seperti ACE inhibitor dan ARB yang
digunakan untuk tekanan darah tinggi, dapat mempengaruhi hasil

17
pemeriksaan protein dalam urine. Penting untuk berbicara dengan dokter
Anda tentang obat yang Anda konsumsi dan bagaimana hal tersebut dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan urine.
Jadi sebaiknya sblm pemeriksaan itu dpt berbicara dengan dokter
atau tenaga medis lain terkait tentang obat yang di konsumsi dan bagaimana
hal tersebut dapat memengaruhi hasil pemeriksaan urine.

18

Anda mungkin juga menyukai