Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
2023/2024
VISI MISI JURUSAN KEBIDANAN
VISI
“Menjadi Program Studi DIII Kebidanan yang unggul dalam bidang kewirausahaan
kebugaran pada ibu dan bayi”.
MISI
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir mengenai “Pemeriksaan laboratorium
sederhana untuk ibu bersalin” dapat selesai pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Persalinan dan
bayi baru lahir dan bertujuan agar pembaca dapat mengetahui Pemeriksaan
laboratorium sederhana untuk ibu bersalin. Pada kesempatan ini juga, penulis
menyampaikan ucapakan terima kasih yang ditujukan kepada:
1. Tuhan yang selalu menjadi penuntun dan yang menyertai kami dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Vera Suzana Dewi Haris, SST., M.Keb selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah Asuhan Persalinan dan bayi baru lahir di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1.
4. Fitrah Ivana Paisal, SST., M. Keb selaku dosen pengampu mata kuliah
Asuhan Persalinan dan bayi baru lahir di Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta 1.
Materi yang kami sampaikan dalam makalah ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh
karena itu arahan, koreksi, dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Jakarta,
23 Agustus 2023
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
DESKRIPSI SINGKAT
vi
CAPAIAN PEMBELAJARAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari makalah yang berjudul “Asuhan persalinan
dan bayi baru lahir” adalah sebagai berikut:
1. Apa itu pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu bersalin?
2. Bagaimana pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu bersalin?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3.1 Pengertian
Pemeriksaan laboratorium adalah merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk kepentingan klinik. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit pada penderita atau menegakkan
diagnosa penyakit, memantau perjalan penyakit dan menentukan prognosis.
Hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan oleh bagian laboratorium harus
melalui berbagai tindakan atau penanganan (Purwanto AP, 2010).
3
BAB III
PEMBAHASAN
B. Tujuan
Pemeriksaan protein dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui
komplikasi adanya preklampsia pada ibu hamil yang sering kali
menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera
diantisipasi. Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan protein dengan
menggunakan asam asetat 5%, dan apabila setelah dipanaskan urine
menjadi keruh berarti ada protein dalam urine.
4
C. Waktu dilakukannya Pemeriksaan Protein Urine
Pemeriksaan Protein urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester II dan III,
atas indikasi. Pemeriksaan protein urin juga harus segera dilakukan apabila
ditemukan salah satu tanda trias preeklampsi, yaitu hipertensi atau udem.
Preeklampsi merupakan hipertensi yang didiagnosis berdasarkan
protein urin, jika protein urin 1+, dan tekanan darah 140/90 mmHg, maka
interpretasinya adalah preeklampsi ringan. Apabila hipertensi dengan
tekanan darah sistol >160 mmHg, tekanan darah diastol >110 mmHg dan
protein urin 2+ atau 3+ (merupakan protein setara>0,3 gram/L atau 0,3
gram/24 jam pada pemeriksaan dipstik, menunjukkan keadaan preeklampsi
berat).
Hipertensi menyebabkan vasospasme arteriol aferen yang
menurunkan aliran darah ginjal, menimbulkan udema sel endotelial kapiler
glomerulus, sehingga memungkinkan protein plasma terutama dalam
bentuk albumin, tersaring masuk ke dalam urin, menyebabkan terjadinya
protein urin. Kerusakan ginjal diperlihatkan dengan penurunan kreatinin
dan peningkatan serum kreatinin serta kadar asam urat. Oliguri terjadi jika
kondisi tersebut memburuk yang merupakan tanda-tanda preeklampsi berat
dan kerusakan ginjal. Maka pemeriksaan protein urin menjadi komponen
yang penting untuk deteksi dini pada keadaan preeklamsi.
5
peradangan pada glomerulus berakibat perubahan ukuran barrier dan
hilangnya hambatan anionic sehingga terjadilah protein urine.
2. Proteinuria Patologis
Indikator perburukan fungsi ginjal merupakan menifestasidari
penyakit ginjal. Dikatakan patologis bila protein dalam urine lebih dari
150 mg/24 jam atau 200 mg/24 jam. Tiga macam proteinuria patologis:
a) Proteinuria Glomerulus
Bentuk ini hamper semua penyakit ginjal, dimana albumin protein
yang dominan pada urine (60-90%) pada urine, sedngkan sisanya
protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya dalam jumlah
sedikit.
1. Kerusakan ginjal
2. Stress
3. Preeklampsia
4. Hipertensi
5. Obat obatan
6
F. Kadar Dalam Protein Urine Pada Ibu Hamil
1. Kadar protein urin pada ibu hamil trimester II dan III
Terjadinya preeklamsia dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan protein dalam urin ibu hamil. Pada penelitian ini
pemeriksaan protein urin bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
protein dalam urin ibu hamil trimester II dan III di Puskesmas II
Denpasar Barat yang hasilnya dinyatakan secara semi kuantitatif.
Sampel yang digunakan adalah urin sewaktu yang dikeluarkan pada
satu waktu yang tidak ditentukan dan diperlakukan dengan khusus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan protein urin terhadap 39 ibu
hamil trimester II dan III. Diperoleh 10 (25,64%) sampel positif dan 29
(74,36%) sampel negatif. Sampel positif ditemukan pada urin ibu
hamil trimester II dan III dengan nilai yang cukup bervariasi antara lain
tujuh sampel (17,95%) positif + (1+), dua sampel (5,13%) positif ++
(2+) dan satu sampel (2,56%) positif+++ (3+). Hasil ini sesuai dengan
penelitian Febrianti (2008) terhadap 30 sampel didapatkan hasil
pemeriksaan proteinuria pada ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin
Bhakti Ibu Semarang yaitu19 sampelnegatif, sembilan sampel positif +
(1+), dan dua sampe positif ++ (2+).
7
mengalami preeklamsia. Apabila tekanan darah dan derajat proteinuria
terus meningkatdapat mengancam keselamatibu dan janin.
2. Kadar protein urin ibu hamil trimester II dan III berdasarkan usia
kehamilan
Pada pemeriksaan protein urin yang telah dilakukan terhadap 15
orang ibu hamil trimester II diperoleh hasil positif + (1+) sebanyak 3
orang (20,00%) sedangkan pada 24 orang ibu hamil trimester III
diperoleh hasil positif + 1+) sebanyak 4 orang (16,67%), positif ++ (2+)
sebanyak 2 orang (8,33%), dan positif +++ (3+) sebanyak 1 orang
(8,33%). Hasil ini menunjukan ibu hamil trimester III lebih banyak
kemungkinan mengalami preeklamsia dibandingkan ibu
hamil trimester II.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa lebih
banyak ibu hamil trimester III mengalami preeklamsia dibandingkan
dengan ibu hamil trimester II. Kondisi ini diduga karena reaktivitas
vaskular dimulai umur 20 minggu, meskipun demikian hal ini terdeteksi
umumnya pada kehamilan trimester II, sehingga pemeriksaan
protein urin pada ibu hamil penting dimulai dari trimester 1. Pada
kehamilan trimester II pemantauan kehamilan lebih sering dilakukan,
mengingat pertumbuhan kehamilan yang sangat pesat serta
pentingnya memantaukemungkinan timbulnya suatu penyakit yang
membahayakan kehamilan. Hal ini juga dilakukan lebih sering dimasa
kehamilan trimester III guna memantau lebih teliti setiap pertumbuhan
bayi dan kemungkinan yang terjadi saat persalinan.
8
3. .Kadar protein urin ibu hamil trimester II dan III berdasarkan umur
Dalam penelitian ini jumlah ibu hamil yang berisiko (<20 tahun dan
>35 tahun) sebanyak 10 orang sedangkan kelompok ibu hamil tidak
berisiko (20-35 tahun) sebanyak 29 orang. Berdasarkan pemeriksaan
protein urin yang telah dilakukan dari 10 ibu hamil umur berisiko,
terdapat 2 orang dengan protein urin positif16. Astuti(2015)
menyatakan umur merupakan bagian dari status reproduksi yang
penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi
tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia yang
baik untuk hamil adalah 20 sampai 35 tahun.
9
sekitar 256 gram, minggu ke 24 sekitar 680 gram, minggu ke 27 sekitar
900 gram. Salah satu risiko penambahan berat badan berlebih bagi ibu
hamil adalah preeklamsia.
10
B. Tujuan
Pemeriksaan glukosa urine pada ibu hamil didapatkan semua ibu
hamil negatif (100%). Pemeriksaan glukosa urine dalam kehamilan berguna
untuk mengetahui fungsi ginjal, kadar gula darah dan infeksi saluran kemih.
Urine normal biasanya tidak mengandung glukosa. Glukosa dalam urine
merupakan tanda ibu hamil mengalami komplikasi penyakit
diabetes gestasional. Ibu hamil dengan diabetes gestasional dapat
mengakibatkan komplikasi pada ibu tetapi juga dan janinnya antara lain
hiperglikemia, makrosomia, hipoglikemia, hambatan pertumbuhan
janin, hiperbilirubenemia dan sindrom gagal nafas (Septiyaningsih et al.,
2020). Hal ini sejalan dengan penelitian Adli bahwa
diabetes gestasional yang tidak tertangani sejak dini dapat menimbulkan
komplikasi yang berakibat kepada kesehatan ibu dan bayi.
C. Gejala hiperglikemia
- Terus haus atau mengalami dehidrasi
- Mudah lapar
- Buang air kecil lebih sering, dan kadang tidak bisa ditahan
- Penurunan berat badan secara drastis
- Kelelahan
- Penglihatan terganggu
- Luka yang tidak sembuh sembuh
- Kulit menjadi gelap di lipatan leher, ketiak, dan lainnya
11
D. Waktu dilakukannya Pemeriksaan Glukosa Urine
Waktu untuk Pemeriksaan glukosa urin dilakukan kepada ibu hamil
trimester II dan III untuk menentukan kadar glukosa urine, biasanya
dilakukan pada pasien diabetes untuk memantau kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita DM, misalnya mempunyai
riwayat keluarga DM, pertumbuhan janin cenderung lebih besar dari usia
kehamilan, progres pertumbuhan janin sangat cepat, maka lakukan
Pemeriksaan glukosa urin. DM merupakan kondisi medis yang paling sering
terjadi pada kehamilan dan terjadi kira-kira 4/1000 kehamilan.
2. Carik celup
Carik celup berupa strip yang dilekati kertas berisi dua macam
enzim yakni glukosa-oksidase dan peroxidasabersama dengan semacam
zat seperti otolidine yang berubah warna jika dioxidasi. Apabila
ditemukan glukosa maka enzim tersebut menghasilkan asam glukonat
dan hidrogen peroksida, karena
pengaruh peroxidasa hydrogenperoxida yang
mengalihkan oxigen kepada otolidine yang berubah warna menjadi
biru. Lebih banyak glukosa warna biru yang dihasilkan lebih tua.
12
F. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Glukosa Urine
1. Faktor Internal
- Pengaruh obat-obatan: menyebabkan terjadinya respontubuh
terhadap obat tersebut sehingga menyebabkan enzim yang
dikandung dalam otot tersebut masuk kedalam darah dan
diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan melalu urine.
- Alkohol: menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa,
laktat, asam urat, dan terjadinya asidosis metabolik dalam waktu 2-4
jam setelah mengkonsumsialkohol.
- Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah.
- Aktifitas fisik: menyebabkan perubahan kadar glukosa karena
berkeringat dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan.
2. Faktor Eksternal
- Suhu ruang
- Waktu penundaan
- Volume urin yang diperiksa
- Jumlah Pengawet
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
SESI TANYA JAWAB KELOMPOK 11
16
2. Pertanyaan dari Alvina
Adakah deteksi diabetes gestasional, apakah hanya cukup dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa urine? atau perlu pemeriksaan penunjang lain?
17
pemeriksaan protein dalam urine. Penting untuk berbicara dengan dokter
Anda tentang obat yang Anda konsumsi dan bagaimana hal tersebut dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan urine.
Jadi sebaiknya sblm pemeriksaan itu dpt berbicara dengan dokter
atau tenaga medis lain terkait tentang obat yang di konsumsi dan bagaimana
hal tersebut dapat memengaruhi hasil pemeriksaan urine.
18