Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDU

EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN IBU NIFAS DAN


MENYUSUI SERTA KAJIAN JURNAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui
Dosen Pengampu : Ni Made Dwi Mahayati, SST., M.Keb

OLEH:
NI MADE AYU KARTINI DEVI
NIM: P07124222102

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN ALIH JENJANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “Laporan Evedance Based Dalam
Asuhan Ibu Nifas dan Menyusui Serta Kajian Jurnal”.
Pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan,
semangat, bimbingan dan saran kepada saya dalam menyusun laporan ini, pihak-
pihak tersebut yaitu:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M. Biomed sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed sebagai Sekretaris Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
3. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb sebagai Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar
4. Ni Made Dwi Mahayati, SST., M.Keb dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui.
5. Pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Laporan ini akan lebih baik jika menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun yang nantinya dapat dipergunakan untuk menyempurnakan laporan
selanjutnya.

Badung, Agustus 2022

Penulis

ii
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
a Latar Belakang.......................................................................................................4
b Rumusan Masalah..................................................................................................6
c Tujuan....................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7
1. Pengertian Evidence Based Pratice.....................................................................7
2. Manfaat Evidence Based Pratice.........................................................................8
3. Karakteristik Evidence Based Pratice................................................................8
4. Proses Eksplorasi Evidance Based Pratice.........................................................9
5. Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice...................................................10
6. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence Based
Practice.......................................................................................................................11
7. Based Practice Berdasarkan Kajian Jurnal.....................................................16
BAB IV PENUTUP........................................................................................................24
1. Kesimpulan.........................................................................................................24
2. Saran...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

a Latar Belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari
tentang kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat
reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk
mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI
dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan
kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih
mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan
angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan
lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya
sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi
setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %,
infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi
setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia
neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %,
trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.

Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:


1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan
pertama sangat  di butuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil
dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak
anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk
meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan
kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan
kesehatan modern.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang
dialami sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah
satu usaha yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan
pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti
secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek
terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan
kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu
dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian perinatal.
b Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evidence based practice?
2. Apa manfaat dari evidence based practice?
3. Apa saja karakteristik evidence based practice?
4. Bagaimana proses eksplorasi evidence based practice?
5. Apa saja etika pemanfaatan evidence based practice?
6. Apa saja asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan memanfaatkan
evidence based practice?
7. Apa saja based practice berdasarkan jurnal?
c Tujuan

2
1. Untuk mengetahui pentingnya melakukan pelayanan kesehatan
berdasarkan evidence based practice.
2. Untuk mengetahui mengetahui kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari
kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas
dan perdarahan.
3. Untuk mengetahui menghasilkan praktik profesi yang optimal.
4. Agar masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang optimal.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Evidence Based Pratice
Pengertian evidence base jika ditinjau dari pemenggalan kata
(Inggris) maka evidence base dapat diartikan sebagai berikut evidence
artinya bukti atau fakta dan based artinya dasar. Jadi evidence based
adalah: Praktik berdasarkan bukti.
Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam
rangka untuk membantu mengembangkan kuat professional dam ilmiah
dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. EBM secara
resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni
bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003
(Hemmings et al, 2003). Itu dirancang ‘untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama
meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi’ (Silverton, 2003). EBM
mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktik
dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai
penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohor studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk
praktik, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan
sebaagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji
menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
2. Manfaat Evidence Based Pratice
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Based antara
lain:
a. Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah.

4
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif).
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu.
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan
klien mengharapkan asuhan yang benar sesuai dengan bukti dan teori
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Karakteristik Evidence Based Pratice
Menurut Sackett et al. Evidence-based medicine (EBM) adalah
suatu pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini
untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian,
dalam praktiknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman
klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based medicine (EBM) adalah proses yang
digunakan secara sistematik untuk menemukan, menelaah/me-riview, dan
memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan
klinik.
Jadi secara rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara (1)
Bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research
evidence); dengan (2) Keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) Nilai-
nilai yang ada pada masyarakat (patient values). Publikasi ilmiah ada pada
pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang telah
ditelaah dan disetujui dengan beberapa pertimbangan baik dari accountable
aspek metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal,
artikel, e-book atau buku yang diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara
langsung tentang suatu pemasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan
dasar yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Maksudnya adalah
melalui evidence based medicine kita mengadakan survei tentang kelainan
fisik sejumlah penderita penyakit tertentu. Selain mensurvei keluhan dan
kelainan fisik penderita, melalui evidence based medicine kita juga dapat
mensurvei hasil terapinya. Sedangkan accountable aspek metodologis
adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan

5
tata cara tertentu dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah
ditelaah dan diakui kebenarannya.
4. Proses Eksplorasi Evidance Based Pratice
Pada evidence based medicine, pengobatan didasar pada bukti
ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan evidence based
practice, bukti tidak dapat hanya dikaitkan dengan bukti-bukti ilmiah saja,
tetapi juga harus dikaitkan dengan bukti/data yang ada pada saat praktik
profesi dilakukan. Dengan demikian perbedaan waktu, situasi, kondisi,
tempat dan lain-lain, mungkin akan mempengaruhi Tindakan profesi,
keputusan profesi, dan hasil dari swamedikasi.
Salah satu standar yang digunakan untuk mendapatkan kualitas
layanan yang ‘ajeg’ adalah ‘Standar Prosedur Operasional’ (SPO). Yang
mana standar ini harus disusun sesuai praktik profesi yang telah dilakukan,
bukan hanya sekedar teori belaka yang belum diuji coba, yang ujung-
ujungnya adalah membuat susah dalam penerapannya. Selanjutnya SPO
ini harus diuji cobakan secara luas dan proporsional sebelum dijadikan
standar secara nasional.
5. Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang
berperngaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Menjadi tantangan
bagi profesi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalisme
dalam menjalankan praktik kebidanan serta dalam memberikan pelayanan
berkualitas.
Sikap etis professional bidan akan mewarnai dalam setiap
langkahnya, termasuk dalam mengambil keputusan dalam merespon
situasi yang muncul dalam usaha. Pemahaman tentang etika dan moral
menjadi bagian yang fundamental dan sangat penting dalam memberikan
asuhan kebidanan dengan senantiasa menghormati nilainilai pasien.
Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang
perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan
dengan perilaku. Etik berfokus pada prinsip dan konsep yang

6
membimbang manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya
dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

6. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan Evidence


Based Practice
a. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Postnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih
dari 28 hari setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang
continue dari bidan kepada ibu dan bayi sedang diperlukan bertujuan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi dan penyulit pada masa postnatal.
b. Konsep Dasar Masa Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu ata +- 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandung kembali seperti pra hamil.
Lamanya masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari, 2000: 122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
Cunningham, Mac Donald, 1995:281).
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas
antara lain :
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

7
3) Mendorong ibu untuk menyusui ayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman.
7) Melakukan menejemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
8) Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
9) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
peranannya sebagai orangtua.

d. Tahapan Masa Nifas Nifas dapat dibagi ke dalam 3 periode :


1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan
2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurna baik selama hamil ataupun sempurna berminggu-
minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
e. Perubahan fisik masa nifas
1) Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi).
2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia).
3) Kelelahan kaena proses melahirkan.
4) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
5) Kesulitan buang sir besar (BAB) dan BAK

8
6) Ganggun otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong).
7) Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
Perubahan psikis masa nifas
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan
sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
2) Ibu merasa kuatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold hari ke 3-10)
3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase
Letting Go. (hari ke 10-akhir masa nifas)
f. Pengeluaran lochea terdiri dari:
1) Lochea rubra : Hari ke 1-2 : Terdiri dari darah yang bercampur sisa-
sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo dan
mekonium.
2) Lochea sanguinolenta : Hari ke 3-7, terdiri dari : Darah bercampur
lender, warna kecoklatan/
3) Lochea serosa : Hari ke 7—14, berwarna kekuningan
4) Lochea alba : Hari ke 14- selesai nifas, hanya merupakan cairan putih
lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
g. Tujuan kunjungan masa nifas yaitu :
1) Menilai kondisi kesehatan Ibu dan bayi
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
h. Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1) Kunjungan 1 : 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.

9
c) Memberian konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2) Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya:
a) Memastikan, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda-tanda
penyakit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan, Tujuannya: sama dengan
di atas (6 hari setelah persalinan).
4) Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan, Tujuannya : Menanyakan
ibu tentang penyakit-penyakit yang di alami, Memberikan konseling
untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

10
Table 5. Perkembangan Evidence Base dalam Praktik Kebidanan

Kebiasaan Ketrangan
Tampon vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak
menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan tetap
terjadi dan dapat menyebabkan infeksi.
Gurita atau Selama 2 jam pertama atau selanjutnya penggunaan
sejenisnya gurita akan menyebabkan kesulitan pemantauan
involusio rahim.
Memisahkan Ibu Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama setelah
dan Bayi kelahiran. Ini merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan kontak kulit ke kulit kulit ke kulit untuk
mempererat bounding attachment serta keberhasilan
pemberian ASI.

Asuhan Kebidanan Postnatal : Deteksi dini komplikasi masa postnatal,


Persiapan pasien pulang. Home visit dalam asuhan postnatal, Suport system
dalam asuhan postnatal breastfeeding, Peran menjadi orangtua, Kelompok
ibu postpartum.
7. Based Practice Berdasarkan Kajian Jurnal
1) Peningkatan Pengetahuan Perawatan Nifas dan Kepatuhan Kunjungan
Ulang
Jurnal : Efektivitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Perawatan Nifas dan Kepatuhan Kunjungan Ulang pada Ibu
Nifas di Kota Bogor Tahun 2017 oleh Sinta Nuryati tahun 2017.
1. Apakah peningkatan pengetahuan perawatan masa nifas dan
kepatuhan kunjungan ulang pada ibu nifas perlu dilakukan ?
Perlu, karena salah satu keberhasilan pencegahan kematian ibu
terletak pada keberhasilan asuhan pada masa nifas karena sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir dari 50% dari
kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan,di antaranya disebabkan oleh komplikasi masa nifas.
Keberhasilan asuhan nifas terlaksana apabila ibu nifas dan keluarga

11
memiliki pengetahuan dasar yang baik tentang masa nifas dan tanda
bahaya yang mungkin terjadi serta mendapatkan akses terhadap
pelayanan posnatal sehingga mereka bisa melalui masa nifas dengan
baik dan memiliki kesiapan menghadapi komplikasi. (Heryani, 2010,
Wiknjosastro, 2009).
2. Apakah manfaat peningkatan pengetahuan perawatan masa nifas dan
kepatuhan kunjungan ulang pada ibu nifas ?
Mencermati manfaat dari pendidikan kesehatan yaitu dapat
meningkatkan upaya kesehatan seseorang atau kelompok maka
pemberian informasi melalui media sosial dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman ibu nifas terkait masa nifasnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2010) yang menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan berbagai media pada
dasarnya dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap upaya kesehatanya.
3. Hasil penelitian
Berdasarkan hasil dari Analisa dan pembahasan, Didapatkan hasil
bahwa penggunaan media sosial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengetahuan perawatan masa nifas dengan nilai median 7 (0-
63) pada kelompok intervensi. Akan tetapi dari hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa media sosial tidak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan kunjungan ulang pada masa nifas dengan nilai
median 3 (2-4), dengan nilai P 0.534 (P<0.005).
4. Mengapa harus peningkatan pengetahuan perawatan masa nifas dan
kepatuhan kunjungan ulang pada ibu nifas dengan media sosial perlu
dilakukan ?
bidan sangat berperan dalam kunjungan nifas, setelah bersalin,
sebelum dipulangkan bidan akan menjadwalkan kunjungan ulang
nifas sesuai periode yang telah ditentukan yaitu 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu setelah persalinan untuk memberikan KB. Dalam hal ini
pasien biasanya akan mengikuti anjuran bidan dikarenakan selama
masa nifas terdapat kekhawatiran seperti mengenai jahitan perineum,

12
perdarahan, atau kekhawatiran pada bayi yang mengharuskan pasien
untuk kontak atau datang ke bidan untuk kunjungan ulang. Dalam
periode nifas juga terjadapat jadwal KB dan imunisasi bayi yang
mendorong pasien datang ke bidan atau Puskesmas untuk kunjungan
ulang. Sehingga media sosial dapat mempermudah untuk membantu
agar informasi tersampaikan pada pasien.
2) Melakukan Senam Nifas
Jurnal : Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus dan
Pengeluaran Lokia di Wilayah Kerja Puskesmas Cilembang Kota
Tasikmalaya Tahun 2015 oleh Etin Rohmatin pada tahun 2015.
1) Apakah senam nifas perlu dilakukan? Senam nifas perlu dilakukan
oleh ibu pasca melahirkan karena memiliki manfaat untuk proses
involusi uterus dan pengeluaran lokia yang normal.
2) Manfaat senam nifas
a. Membantu mencegah pembekuan (thrombus) pada pembuluh
tungkai
b.Membantu ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak
ketergantungan
c. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar
vagina maupun otot-otot dasar panggul
d.Sirkulasi darah menjadi teratur dan optimal
e. Mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi
f. Dapat menimbulkan kebugaran dan tenaga yang lebih baik
sehingga mampu meningkatkan mobilisasi pada diri ibu nifas.
3. Hasil penelitian Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan mengenai
pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus dan pengeluaran lokia
di wilayah kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya Tahun 2015
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pelaksanaan intervensi
senam nifas ini dilakukan pada 32 ibu nifas. Involusi uterus pada ibu
yang melakukan senam nifas terbanyak pada kategori normal sebanyak
24 orang (75%). Pengeluaran lokia pada ibu yang melakukan senam
nifas terbanyak pada kategori normal sebanyak 23 orang (71,9%). Ada

13
pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus dengan  value sebesar
0,005 (<0,05).
4. Mengapa harus dilakukan senam nifas?
Senam nifas harus dilakukan untuk menyadarkan ibu nifas yang
beranggapan bahwa setelah persalinan tidak boleh banyak melakukan
gerakan-gerakan karena akan mengganggu penyembuhan setelah
persalinan, padahal gerakan-gerakan yang dilakukan pasca melahirkan
dapat merangsang otot-otot untuk cepat kembali normal dan mobilisasi
sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan ibu.
3) Konseling dan Pendampingan Suami Selama Pemberian ASI Pertama
Kali Jurnal : Pengaruh Pelaksanaan Konseling dan Pendampingan Suami
Terhadap Keberhasilan Ibu Menyusui dalam Pemberian Kolostrum oleh
Nuraeni, Suryani Soepardan, Bahiyatun, Ari Soewondo pada tahun 2017.
a. Apakah pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam
pemberian kolostrum perlu dilakukan? Perlu, karena ibu nifas dan
suami perlu diberikan edukasi yang jelas dan tepat agar mereka tahu
pentingnya memberikan kolostrum pada bayinya.
b. Manfaat pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam
pemberian kolostrum Manfaat dilakukan pemberian konseling agar
ibu menyusui dapat memberikan kolostrum pada bayinya sedini
mungkin karena kolostrum mengandung protein, antibody, dan
immunoglobulin yang dapat berfungsi sebagai perlindungan terhadap
infeksi pada bayi karena zat antibody yang dimiliki dapat mencegah
dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit, serta untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare yang menduduki
peringkat ke 3 penyebab kematian bayi. Pendampingan suami dalam
pemberian kolostrum ialah memberikan dukungan penuh pada ibu
menyusui untuk memberikan kolostrumnya dengan baik.
c. Hasil penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di BPM Kota Cirebon pada tanggal
01 November 2013 – 31 Desember 2013 dengan responder berjumlah
30 ibu hamil aterm dan ibu menyusui, menunjukan bahwa responder

14
yang diberi tindakan konseling dan pendampingan suami terdapat 14
orang (93,30%) yang memberikan kolostrum pada bayinya,
sedangkan pada responder yang tidak diberikan tindakan konseling
dan pendampingan suami ada 6 orang (40%) yang memberikan
kolostrum pada bayinya. Hasil : Pengaruh dari tindakan pemberian
konseling dan pendampingan suami adalah bahwa responden yang
diberikan tindakan konseling dan pendampingan suami mempunyai
peluang 2,333 kali lebih besar untuk memberikan kolostrum pada
bayinya dibandingkan dengan responden yang tidak diberikan
konseling dan pendampingan suami.
d Mengapa harus dilakukan pelaksanaan konseling dan pendampingan
suami dalam pemberian kolostrum?
Pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian
kolostrum harus dilakukan agar wanita hamil, ibu menyusui dan para
suami mendapatkan informasi yang jelas, lengkap dan berkelanjutan
mengenai pemberian kolostrum sedini mungkin sehingga dapat
menurunkan AKB yang terjadi dengan cara pemberian kolostrum
yang memiliki banyak manfaat.
4) Pijat Oksitosin
Jurnal : Efektifitas Pijat untuk Merangsang Hormon Oksitosin Pada Ibu
Nifas Primipara oleh Murti Ani, Novita Ika Wardani, Septalia Isharyanti
2014.
a. Apakah pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas
perlu dilakukan?
Perlu
b. Manfaat pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas
1. Meminimalkan jumlah perdarahan post partum
2. Menstimulasi sekresi oksitosin yang merangsang sekresi ASI
3. Memperbanyak jumlah produksi kolostrum
4. Membuat ibu nifas lebih nyaman, rileks dan mengurangi
kelelahan setelh melahirkan

15
c. Hasil penelitian Intervensi pijat untuk merangsang hormone
oksitosin mampu memperbanyak produksi ASI yang dalam hal ini di
ukur dari perningkatan berat badan bayi. Adanya pengaruh pijat
oksitosin dapat mempercepat penurunn TFU dari kondisi normal
pada umumnya. Rata-rata perubahan TFU pada ibu nifas primipara
tertinggi pada hari ke 7 pada kelompok control sebesar 5,420 dan
kelompok perlakuan sebesar 3,330. Terdapat perbedaan penurunan
sebesar 2.090 cm.
d. Mengapa harus dilakukan pijat untuk merangsang hormone
oksitosin pada ibu nifas?
Karena penyebab kematian ibu pada waktu nifas diantaranya adalah
perdarahan post partum. Upaya untuk mengendalikan terjdinya
perdarahan di tempat plasenta yaitu dengan memperbaiki kontraksi
dan retraksi myometrium yang kuat dengan pijatan yang merangsang
pengeluaran oksitosin. Serta, pemberian ASI saat ini masih terhalang
dengan banyaknya kendala, diantaranya adalah produksi ASI yang
kurang lancer.

16
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-8 minggu. Tahap-tahap
masa nifas meliputi : puerperium dini, puerperium intermedial,
remot puerperium. Tujuan dari evidence base pada masa nifas yaitu
untuk mengetahui kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan,
kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas dan
perdarahan.
Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebaagai
asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji
menurut metodologi ilmiah yang sistematis. Manfaat yang dapat
diperoleh dari pemanfaatan Evidence Based antara lain:
a. Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang
dilakukan berdasarkan bukti ilmiah.
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif).
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu.
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan
kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar sesuai
dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Based practice dari kajian jurnal yang bisa diterapkan dalam
pelayanan asuhan kebidanan nifas dan menyusui, yaitu:
1. Analisis masukan dan proses asuhan pelayanan nifas oleh bidan
pelaksana.
2. Konseling dan pendampingan Suami agar menemani ibu saat
memberi ASI pertama kalinya.

17
3. Pemberian KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) untuk
persiapan persalinan dan nifas.
4. Dianjurkannya pijat oksitosin pada ibu nifas primipara.
5. Melakukan senam nifas
6. Melakukan tujuh kontak konseling laktasi.
2. Saran

Dewasa ini penerapan asuhan pada ibu nifas sangat diperlukan


karena sangat membantu ibu dalam menjalankan perannya sebagai
seorang ibu ketika mengalami kesulitan dalam mengasuh bayinya.
Serta, dengan adanya konseling masa nifas ibu menjadi lebih
memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan, pemenuhan
nutrisi, waspada akan terjadinya kelainan-kelainan yang dapat
membahayakan ibu dan bayi. Sehingga diharapkan setiap bidan
maupun tenaga kesehatan yang lainnya dapat melakukan asuhan
pada ibu nifas dan menyusui dengan benar. Serta untuk mahasiswa
kebidanan diharapkan dapat belajar tentang betapa pentingnya
asuhan kebidanan untuk ibu nifas dan menyusui

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahman E, Zupan J. Neonatal and perinatal mortality: country, region and global
estimates 2004. World Healt Organization, Geneva. 2007.
Asih, Yuri dan Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,
Dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan Nifas.
Jakarta: TIM.
Fort AL, Kothari MT, Abderrahim N. Postpartum Care: Levels and determinants
in developing countries: DHS Comparative Reports 15. Marylang
USA2006.
Make every mother and child count. World Healt Organization, Geneva. 2005.
Maternal mortality in 2005; Estimates developed by UNICEF, UNFPA, and The
World Bank. World Healt Organization, Geneva. 2008.
Nuryati, Sinta. (2017). Efiktivitas Penggunaan Media Sosial terhadap
Peningkatan Pengetahuan Perawatan Nifas dan Kepatuhan Kunjungan
Ulang pada Ibu Nifas di Kota Bogor. Jurnal Bidan “Midwife Journal 3(1),
52-59.
Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta : Deepublish.
Proportion of births attended by skilled helath worker; 2008 Updated — Fact
sheet. Geneva: The World Health Organization; 2008.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Repiblik Indonesia; 2012.
WHO Technical Consultation on Postpartum and Postnatal Care. World Healt
Organization, Geneva. 2010.

19

Anda mungkin juga menyukai