Anda di halaman 1dari 80

MAKALAH

EVIDENCE BASE DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Disusun Oleh Kelompok 3

1. Lidia Lestari
2. Murniati
3. Nicky Febriana
4. Hinggil Sri Rahayu
5. Risna Maryani
6. Sri Ekawati

UNIVERSITAS KADER BANGSA

S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat, taufiq, dan
hidayah Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Evidence for Hospital
based care,hasilpenelitian Terbaik”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga kepada sumber-sumber
yang digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah ini. Tidak lupa juga ucapan terima kasih
kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan.Tiada gading yang tak retak, begitu pula
makalah ini yang tak luput dari kekurangan.Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
menunjang keberhasilan dari makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.Amin.

Palembang, 21 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Evidence for hospital based to midwifery practice care.......................................................2


B. Evidence for hospital baset care .........................................................................................12
C. Hasil penelitian terbaik.......................................................................................................19
D. Implikasi dan pentingny EBP dalam praktik kebidanan ....................................................20
E. Prinsip aplikasi hasil enelitian dalam praktik kebidanan....................................................37
F. Prinsip dan langka dalam evidence based midwifery care..................................................55
G. Kekuatan dan kelemahan evidence based pada praktik......................................................67
H. Biomedikal ethics and there aplication to midwifery practice............................................72

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................................79
B. Saran....................................................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................80
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan
perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah (scientific
evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait dengan evidence base, diantaranya
evidence base medicine (EBM), evidence base nursing (EBN), dan evidence base practice
(EBP). Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis
berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Oleh karena itu EBP merupakan jalan
untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat
meningkatkan “quality of care” terhadap pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan
menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak positif tidak hanya bagi pasien,
perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan. Sayangnya penggunaan bukti-bukti
riset sebagai dasar dalam pengambilan keputusan klinis seperti seorang bayi yang masih
berada dalam tahap pertumbuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Evidence Based ?
2. Menjelaskan evidence for hospital based to midwifery practice care
3. Menjelaskan tentang implikasi dan pentingnya ebp dalam praktik kebidanan?
4. Kekuatan Dan Kelemahan Dalam Penerapan Evidence Based Pada Praktik

C. Tujuan
1. Mengctahui dan mcmahami definisi dari Evidence Based Midwifery
2. Mengetahui bagaimana mengaplikasikan EBM dalam Pratik Kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Evidence Based Midwifery

Evidence Based Midwifery (Practice) EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk
membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan
berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887
(Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan
pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini. peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian. dan dalam membuka kedua tas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan
Akademik. Sebua kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat
dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan.
EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada
konferensi tahunan di RCM Horrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al,2003). Itu
dirancang untuk membantu bidan dalam mendorong kemajuan yang terikat pengetahuan
kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi (Silverton,2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktik dan profesi
kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, Analisis Filosofis
dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort study, terstruktur,logis
dan transpara, sehingga bidan bear benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

Evidence Based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman
atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti.

Bukti Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bias dipertanggung
jawabkan. Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian informasi
berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi,evidence based midwifery adalah pemberian
informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Hal ini terjadi karena llmu Kedokteran berkembang sangat
pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan
temuan baru yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis yang
diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian hipotesis
baru yang lebih sempurna. Sebagai contoh, jika sebelumnya diyakini bahwa episiotomi
merupakan salah satu prosedur rutin persalinan khususnya pada primigravida, saat ini keyakinan
itu digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin justru sering
menimbulkan berbagai permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi qualityoflife
pasien. Demikian pula halnya dengan temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan
perederan hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di
populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya

Bukti ini juga mempunyai tingkat kepercayaan untuk dujadikan sebagai evidence based.
Untuk tingkat paling tinggi (1a) adalah hasil penelitian dengan meta analisa dibawahnya atau
level 1b adalah hasil penelitian dengan randomized control trial, IIa. Non randomized control
trial , IIb adalah hasil penelitian quasieksperime lalu hasil studi observasi (III) dan terakhir
expertopinion, clinicalexperience (IV).Untuk mendapatkan bukti ini bisa diperoleh dari berbagai
macam hasil penelitian yang telah dipublikasikan oleh berbagai macam media, itulah
evidencebase. Melalui paradigma baru ini maka setiap pendekatan medik barulah dianggap
accountable apabila didasarkan pada temuan-temuan terkini yang secara medik, ilmiah, dan
metodologi dapat diterima.

Tidak semua EBM dapat langsung diaplikasikan oleh semua professional kebidanan di
dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah terlebih dahulu, mempertimbangkan
manfaat dan kerugian serta kondisi setempat seperti budaya,kebijakan dan lain sebagainya.

B. Evidence Based Midwifery Dalam Praktik Kebidanan


Tujuan evidencebasedmidwifery dalam praktik kebidanan
Tujuan utama di implementasikannya evidance based di dalam praktek kebidanan adalah
untuk meningkatkan kualitas bidan dan memberikan hasil yang terbaik dari asuhan kebidanan
yang diberikan. Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas bidan tingkat kesembuhan
pasien bisa lebih cepat dan lama bidan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa ditekan.
Dalam rutinitas sehari hari para tenaga kesehatan profesional tidak hanya bidan namun
juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional lainnya bidan namun juga ahli
farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional lainnya sering kali mencari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika memilih atau membandingkan treatment terbaik yang
akan diberikan kepada pasien/klien, misalnya saja pada pasien post operasi bedah akan muncul
pertanyaan apakah teknik Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada evidence based
bertujuan untuk menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
klinis yang muncul dan kemudian mengaplikasikan bukti tersebut ke dalam praktek kebidanan
guna meningkatkan kualitas perawatan pasien tanpa menggunakan bukti-bukti terbaik, praktik
kebidana akan sangt tertinggal dans eringkali berdampak kerugian untuk pasien. Contohnya saja
edukasi untuk menempatkan bayinya pada saat tidur dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi
tersebut merupakan posisi terbaik untuk mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur. Namun
berdasarkan evidence based menyatakan bahwa posisi pronasi pada bayi akan dapat
mengakibatkan resiko kematian bayi secara tiba-tiba. Oleh karena
itu,pengintegrasianevidencebasedkedalam kurikulum pendidikan kebidanan sangatlah penting.
Manfaat Evidence Based Midwifery Dalam Praktik Kebidanan

Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang sistematik, ilmiah dan


eksplisit dari peneltian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan pasien
secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang epektif dan tidak selalu melakukan intervensi.
Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa sebagian besar komplikasi
obstetri yang mengancam jiwa bisa di prediksi atau dicegah. Intervensi harus dilaksanakan atas
dasar indikassi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab tes-tes rutin, obat, atau prosedur lain
pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan
ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti
ilmiah.

Asuhan yang dilakukan dituntut tanggap terhadap fakta yang terjadi,menyesuaikan


dengan keadaan atau kondisi pasien dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan pasien
dengan mengikuti prosedur yang sesuai dengan evidencebased asuhan kebidanan, yang tentu saja
berdasarkan kepada hal-hal yang sudah dibahas sebelumya, yaitu standar asuhan kebidanan,
standar pelayanan kebidanan, kewenangan bidan komunitas, fungsi utama bidan bagi
masyarakat. Fungsi utama profesi kebidanan, ruang lingkup asuhan yang diberikan.
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based tersebut
tentu saja bermanaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan resiko resiko dialami
selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan
masyarakat.

Menurut WHO, Ruang Lingkup Evidence Based terbagi sebagai berikut :

1. Evidence Based Medicine adalah pemberian informasi obat obatan berdasarkan bukti dan
penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan. Temuan obat baru yang dapat saja segera
ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan,
karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian
penggunanya.
2. Evidence-basedPolicy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan
kedokteran (ClinicalGovernance): suatu tantangan profesi kesehatan dan kedokteran di masa
mendatang.
3. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari
penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan.
4. Evidence based report adalah merupakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru
berkembang,memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada semua
tahapan penatalaksanaan pasien.

Langkah Langkah dalam proses EBP

Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam proses EBP. Tujuh
langkah dalam evidencebasedpractice (EBP) dimulai dengan semangat untuk melakukan
penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal. Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor
yang sangat penting untuk tetap mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang
kritis dalam praktek keseharian.Langkah-langkah dalam proses evidence based practice adalah
sebagai berikut:

1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)


2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
3. Mencari bukti-bukti terbaik
4. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik
6. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
7. Menyebarluaskan hasil (disseminate out come)

Jika diuraikan 7 langkah dalam proses evidence based prakctice adalah sebagai berikut :

1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)

Inquiry asalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis untuk selalu
bertanya terhadap fenomena fenomena serta kejadian kejadian yang terjadi saat praktik
dilakukan oleh seorang klinis atau petugas kesehatan dalam melakukan perawatan kepada
pasien. Namun demikian tanpa adanya upaya yang mendukung, semangat untuk menyelidiki
atau meneliti baik dalam lingkup individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan
dipertahankan. Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk
melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan didorong untuk
memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan pada saat ini,sebuahpilosofi, misi
dan sistem promosi klinis dengan mengintegrasikan evidencebasedpractice, mentor yang
memiliki pemahaman mengenai evidencebasedpractice,mampu membimbing orang lain, dan
mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi,ketersediaan infrastruktur
yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur seperti komputer dan
laptop,dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta motivasi dan konsistensi
individu itu sendiri dalam menerapkan evidence based paractice (Tilsonet al,2011).

2. Mengajukan pertanyaan PICO(T)question.


Menurut (Newhouseetal., 2007) dalam mencari jawaban untuk pertanyaan klinis yang
muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu dengan membuat format PICO.P adalah
pasien,põpulasi atau masalah baik itu umur, gender, ras atapun penyakit seperti hepatitis dll. I
adalah intervensi baik itu meliputi treatment di klinis ataupun pendidikan dan administratif.
Selain itu juga intervensi juga dapat berupa perjalanan penyakit ataupun perilaku beresiko
seperti merokok. C atau comparison merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk
terapi, faktor resiko, placebo ataupun non-intervensi. Sedangkan O atau outcome adalah hasil
yang ingin dicari dapat berupa kualitas hidup, patientsafety, menurunkan biaya ataupun
meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwicket al.,2013) menyatakan bahwa pada langkah
selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan fommat PICOT yaitu P(Patient
atau populasi),
Bagaimana proses pembelajaran PBL tutorial (Intercention atau tindakan )
dibandingkan dengan small group discussion (comparison atau intervensi pembanding)
berdampak pada peningkatan criticalthinking (outcome) setelah pelaksanaan dalam kurun
waktu 1 semester (timeframe). Ataupun dalam penggunaan PICOT non intervensi seperti
bagaimana seorang ibu baru (Population)yang payudaranya terkena komplikasi
(Issueofinterest) terhadap kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan
pertama pada saat bayi baru lahir. Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan akan
sangat berbeda jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat makan kita akan
mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita butuhkan
(Melnyk&Fineout, 2011).
Sedangkan dalamlobiondo&haber, (2006) dicontohkan cara memformulasikan
pertanyaan EBP yaitu pada lansia dengan fraktur hip(patient/problem), apakah patient-
analgesiccontrol (intervensi) lebih efektif dibandingkan dengan standar of care nirse
admisitratif analgesic (comparison) dalam menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
LOS (Outcome).
3. Mencari bukti-bukti terbaik.
Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan untuk memulai
pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe dan tingkatan penelitian.
Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti terbaik adalah meta-analysis
dan systematicriview. Systematicriview adalah ringkasan hasil dari banyak penelitian yang
memakai metode kuantitatif.Sedangkan meta-analysis adalah ringkasan dari banyak
penelitian yang menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi. Namun jika meta
analisis dan systematicriview tidak tersedia maka evidence pada tingkatan selanjutnya bisa
digunakan seperti RCT. Evidence tersebut dapat ditemukan pada beberapa data base seperti
CINAHL, MEDLINE, PUBMED, NEJM dan COHRANE LIBRARY (Melnyk&Fineout,
2011). Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie,2002) yaitu:
a. Bukti yang berasal dari meta-analysisataukahsystematicriview.
b. Bukti yang berasal daridisain RCT.
c. Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.
d. Bukti yang berdasar dari status kont
e. Bukti dari systematicriview yang berasal dari penelitian kualitatif dan diskriptif.
f. Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study
g. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.
h. rol study kohort
Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam proses
pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free accsess terhadap jurnal-
jurnal penelitian. Namun demikian seiring dengan perkembangan teknologi, berikut contoh
data based yang free accsess dan paling banyak dikunjungi oleh tenaga kesehatan yaitu
MIDIRS,CINAHL,Pubmed,cohranelibrary dan PsycINFO serta Medline.Berikut adalah
contoh pertanyaan EBP beserta data based yang disarankan, diantaranya adalah
(Schneider&Whitehead,2013).

B. Evidence for hospital based to midwifery practice care

Prinsip evidence based for hospital based care dalam praktik kebidanan
a. Menurut Greenberg&pyle (2006) dalam keele (2011) Evidance for hospital based adalah
penggunaan bukti untuk mendukung tindkan di pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
kebidanan.
b. Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidance for hospital based adalah penggunaan
bukti ekternal, bukti internal ( clinical expertise), serta maanfaat dan keinginan pasien untuk
mendukung tindakan di rumah sakit khususnya dalam pelayanan kebidanan

Langkah dalam penerapan evidence for hospital based care dalam praktik pelayanan kebidanan.
Berikut adalah proses/langkah dalam Evidence for hospital based care :

a. Merumuskan pertanyaan klinis yang dapat dijawab, contoh : Clinical Question : Bagaimana
efektifitas pemeriksaan kardiotokograpi untuk mendeteksi kesejahteraan janin dalam proses
persalinan ?
b. Menetukan bukti terbaik
1) Formulasi PICO Patient Intervention Comparator Infant, neonatal Carditocography
Intermitten auscultation Outcome Assessment of fetal wellbeing
2) Frase penelusuran Patient/Population Problem Intervention Comparator Outcome
Search Tems (Infant OR Neonatal) (Carditocography) (Intermitten auscultation)
(Assessment of fetal wellbeing)
3) Frase penelusuran akhir (Infant OR Neonatal) AND (Carditocography) AND
(Intermitten auscultation) AND (Assessment of fetal wellbeing).
4) Hasil penelusuran Jurnal Hasil penelusuran jurnal, Contoh : Judul Artikel : Admission
Lawrence Impey, Margaret Reynolds, Kathryn MacQuillan, Simon Gates, John
Murphy, Orla Sheil. a. Menilai dengan bukti secara kritis (mengetahui seberapa bagus
bukti tersebut dan apa artinya). Contoh : Apakah hasil dari penelitian uji diagnosis ini
valid? Apakah ada perbandingan dengan baku emas yang dilakukan secara independen
dan tersamar? Apakah alat diagnosis diuji akurasinya dalam spectrum pasien yang
merta (seperti terjadi dalam praktek rutin?)

Apakah uji yang dipakai sebagai baku emas dilakukan dengan mengabaikan
hasil dan pemeriksaan lain yang sedang diuji akurasinya? Akankah kemungkinan sakit
setelah pemeriksaan mempengaruhi manajemen dab pertolongan anda kepada pasien?
(Dapatkah hal ini menggerakan anda dari nilai ambang pemeriksaan dan terapi?

C. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam melaksankan langkah-langkah


1) PICO Contoh : PICO percobaan kardiotokograpi cocok dengan pertantaan klinis kita
yaitu bagaimanakah efektifitas pemeriksaan kardiotokograpi untuk mendeteksi
kesejahteraan janin dalam proses persalinan.
2) Validitas Internal
a) Rekrutmen Pada percobaan kardiotokograpi, subjek direkrut dari awal secara
sukarela.
b) Alokasi Penempatan kelompok secara acak tetapi metode yang dipakai bukan metode
paling efektif untuk menghilangkan bias penempatan.
c) Maintenance Sekali subjek ditempatkan ke kelompok, maka semua subjek diatur
secara sama.
d) Measurement Blinding/penyamaran – bidan yang melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan gold standar mengetahui keadaan pasien sebelumnya.
3) Overall/keseluruhan
Percobaan dilaksanakan dengan baik tapi memiliki kelemahan metodologi yang
bisa berdampak.

4) Hasil Hasil menunjukan perbedaan besar antara kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol.
5) Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan cardiotocography memiliki dua peran potensial.
Pertama, bertindak sebagai stress test untuk janin dalam proses persalinan. Kedua,
mendeteksi dan pelayanan yang cepat dan beberapa janin sudah kronis hypoxic. -
manfaat Evidence for Hospital Based Care dalam Praktik Pelayanan Kebidanan Evidence
for hospital based care dalam praktik pelayanan kebidanan memiliki manfaat:
a) Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik b.
b) Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk c.
c) Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian. d.
d) Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based” Praktik berdasarkan
penelitian merupakan penggunaan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian
terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan pasien secara individu. Hal
inimenghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi. Intervensi
harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab testes
rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin.
Degan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based tersebut
tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan risiko-risiko
yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk
memperbaiki keadaan kesehatan masyrakat.

Efektifitas Evidence for Hospital Based Care dalam praktik pelayanan kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat dan keluarga. Pelayanan kebidanan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. Adapun standar-standar pelayanan kesehatan meliputi 5 standar yang
dikelompokan sebagai berikut :

a. Standar pelayanan umum


b. Standar pelayanan antenatal
c. Standar pertolongan persalinan
d. Standar pelayanan nifas Standar pelayanan kegawatan obstetric neonatal.

Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence for Hospital Based Care adalah
penggunaan bukti ekternal, bukti internal, serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung
tindakan di rumah sakit khususnya dalam pelayanan kebidanan. Langkah dalam penerapan
evidence for hospital based care dalam praktik pelayanan kebidanan, berikut adalah
proses/langkah dalam Evidence for hospital based care :

1. Merumuskan pertanyaan klinis yang dapat dijawab.


2. Menemukan bukti terbaik.
3. Menilai bukti secara kritis (mengetahui seberapa bagus bukti tersebut dan apa artinya).
4. Mengaplikasikan bukti.
5. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan langkah-langkah 1-4 dan
mencari cara untuk meningkatkan mereka berdua untuk waktu berikutnya.

1. Evidence Based Clinical Decision Making and Scope of Practice


1. Pengertian Evidence Based Clinical

Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan yang
teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti yang berhubungan dengan keahlian
klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan
(Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada decade ini untuk
membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health,
konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya.

2. Ciri-ciri Evidence Based Clinical

Timmermans dan Angell (2011) menunjukan bahwa pertimbangan klinis berbasis


bukti memiliki lima ciri penting:

a. Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis.


b. Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang memerlukan
kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat pertimbangan mengenai
kualitas bukti-bukti yang ada.
c. Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi disuatu organisasi
dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi yang digunakan.
d. Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi secara mandiri informasi
yang digunakan dan menguji vadilitasnya dalam konteks praktik masing-masing.
e. Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang perilaku dan peran
professional da terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai bersama.
2. Langkah-langkahdalam Penerapan Evidence Based Medical-Practice :
a. Penerapan evidence based medicine-practice dimulai dari pasien, masalah klinis atau
pertanyaan yang timbul terkait perawatan yang diberikan pada klien.
b. Merumuskan pertanyaan klinis yg mungkin, yang masuk dalam pertanyaan kritis dari
kasus/ masalah ke dalam kategori.
c. Melacak atau mncari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis untuk
menjawab pertanyaan
d. Penilaian kritis akan bukti ilmiah telah didapat untuk validasi internal/kebenaran bukti.
e. Penerapan hasil dalam praktik pada klien denga membuat keputusan dengan
menggunakan atau tidak mnggunakan hasil study tersebut
f. Evaluasi kinerja yaitu melakukan evaluasi atas tibdakan yang telah dilakukan pada klien

3. Prinsip asuhan kebidanan berbasis evidence based

clinical Evidence based health care merupakan penerapan berfikir kritis berdasarkan
metode ilmiah yang digunakan dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan. Salah satu
tujuan penerapannya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dalam
pelaksanaan nya keputusan akhir dalam memberikan pelayanan kesehatan juga
menggabungkan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan. Pengalaman klinis dan kebijakan
yang berlaku. Evidence based health care (perawatan kesehatan berbasis bukti) adalah
penggunaan bukti/hasil penelitian terbaik dan terbaru dalam membuat keputusan tentang
perawatan pada individu atau layanan kesehatan. Bukti terbaru dan terbaik adalah informasi
terkini terkait masalah kesehatan, berdasarkan hasil penelitian yang valid tentang efek dari
berbagai bentuk perawatan kesehatan.

3. Kekuatan dan kelemahan dalam penerapan evidence based

pada praktik A. Kelebihan/ kekuatan dari EBP dalam praktek profesional adalah:

a) Helper dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan informasi sebanyak-


banyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah yang dialami klien, sehingga akan
membantu klien dalam membuat keputusan alternatif dari sejumlah pilihan penaganan
masalah atau penyakit (Stout & Hayes, 2005).
b) Dengan EBP memungkinkan praktisi
1) mengembangkan pedoman praktis yang bermutu yang bisa diterapkan pada diri klien,
2) mengidentifikasi literatur yang cocok yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama
klien,
3) berkomunikasi dengan para profesional lain dari kerangka acuan atas panduan
pengetahuan dan
4) meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan kemungkinan
pengobatan terbaik bagi klien.

B. Keterbatasan/kelemahan dari Evidence-Based Practice adalah:


a. Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing dengan sejumlah
bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan (Burns, 1999)
b. Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak cukup untuk
melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang ada (mungkin sangat banyak
jumlahnya) yang relevan dengan masalah klinis yang mendesak (Americal Medical
Assosiation atau disingkat AMA, 1992).

4. Tantangan dalam penerapan evidence based


A. Latar belakang pentingnya evidence based dalam praktek kebidanan
EBM Didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kua
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM
bidan jurnal terlah di publikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 dan telah lama berisi bukti
yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktik. Pada awal abad ini
peningkatan jumlah bidan terlihat dalam penelitian dan dalam membuka kedua atas dan dalam
mengekspolitas baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah penelitian yang
berkembang diakui untuk flatform untuk yng psling ketat dilakukan dan melaporkan kjadian.
Ada juga keinginan ini ditulis oleh dan untuk bidan. Aspek pemecahan masalah yang di
perlukan untuk menentukan pengambilann keoutusan klinik
a. Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi
b. Aspek pencegahan infeksi
c. Aspek pencatatan
d. Aspek rujukan

B. Tingkatan evidence based

Evidence based medicine dapat di praktikan daalam berbagai situasi, khususnya jika
tumbuh keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adaapun langkah
langkah dalam EBM adalah: Menginformasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan
masalah penykit yang di derita oleh pasien. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang
berkaitan dengan masalah yang di hadapi. Penelaah terhadap bukti bukti ilmiah yang ada
Menerapkan hasil penelaah bukti-bukti ilmiah ke dalam praktik pengambilan keputusan
Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektifitas intervensi

C. Prinsip penerapan evidence based

dalam praktik kebidanan Merupakan bagian yang terintegrasi dalam konsep holistik
dalam asuhan yang berpusat pada wanita, dan hal ini merupakan hal yang fundamental bagi
layanan praktik kebidanan. Prinsip dasar asuhan ini memastikan fokus pada kehamilan dan
kelahiran sebagai awal kehidupan keluarga, tidak hanya sebagai tahap kehidupan yang harus
dilindungi ,namun memperhitungkan makna dan nilai setiap wanita secara lengkap . Asuhan
kebidanan berkesinambung adalah landasan filosofis dari pendidikan kebidanan, yang pada
gilirannya mempromosikan pemahaman yang dibutuhkan oleh mahasiswa kebidan untuk
merawat wanita secara holistik. Proses yang digunakan secara sistematis untuk
menemukan,menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil study sebagai dasar dari pengambilan
keputusan klinis. - Jadi secara lebih rinci lagi, EBM merupakan keterpaduan antara:

a. Bukti bukti ilmia yang berasal dari study yang terpercaya


b. Keahlian klinis
c. Nilai nilai yang ada pada masyarakat Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil
penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang telah di telaah dan di setujui dengan
beberapa pertimbangan baik dari aspek metodologi maupun aspek ilmiah yang berupa
jurnal, artikel, E-book, atau buku yang diakui .
Tahapan penerapan evidence based praktik kebidanan Terdapat beberapa metode tahapan
penerapan EBL. Semua terdiri dari atas lima langkah, namun beda istilah yang
digunakan. Metode tahapan penerapan EBL tersebut sbb: Articulate: mengetahui masalah
dan mengidentifikasikannya dengn baik Assemble: mengumpulkan bukti dari berbagai
sumber yang sesuai Asses: pertimbangkan antar sumber bukti yang paling kuat dan tepat
Agree: pilih yang sesuai dan laksanakan Adapt: evaluasi yang sedang di terapkan apakah
sesuai dengan tujuan

Tantangan dalam penerapan evidence based

a. Ketersediaan dan akses terhadap buki ilmiah


b. SDM penyedia bukti ilmiah (jumlah, kualitas, dan pengelolaannya)
c. SDM pelaksana EBLM
F. REKOMENDASI PENDUKUNG PENERAPAN EVIDENCE BASED
a. Sistem yang mendukung penguatan penelitian dan publikasi jurnal kesehatan nasional
dan internasional
b. Penelitian praktisi di bidang kesehatan/kebidanan
c. Repositori subyek
C. .Hasil Penelitian Terbaik

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi terbaru yang
dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga
dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) kategori evidence based, terbagi menjadi
sebagai berikut:
a. Evidence based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan berdasarkan bukti dari
penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan obat baru yang dapat saja segera
ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut
dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada
sebagian penggunanya.
b. Evidence based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan
kedokteran (Clinical Govermance), yaitu suatu tantangan profesi kesehatan dan
kedokteran di masa mendatang.
c. Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari
penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
d. Evidence based report adalah merupakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru
berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada semua
tahapan penatalaksanaan pasien.
Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang
telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa petimbangan baik dari acountable aspek
metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang
diakui.
Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga kesehatan (Bidan) dan
pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya
dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan (Yulizawati,
2020).
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Untuk mendukung hal tersebut berbagai penelit
melakukan berbagai penelitian terkait untuk kemajuan dan peningkatan kesehatan khususnya
bagi ibu dan anak. Beberapa hasil penelitian terbaik terkait Evidence based Midewifery Practice
terdokumentasi dalam berbagai jurnal, antara lain:
1. Journal of Midewifery and Women’s Health

Berikut contoh jurnal terkait sakit punggung selama masa kehamilan:

Kebanyakan wanita mengalami sakit punggung selama kehamilan. Sakit punggung biasanya
dimulai pada paruh kedua kehamilan. Seringkali nyeri punggung ini datang dan pergi, muncul
selama beberapa hari atau mungkin seminggu, dan kemudian hilang. Sakit punggung yang
dimulai pertama kali saat hamil biasanya ringan. Bagi beberapa wanita, ini bisa sangat
menyakitkan. Terkadang, sakit punggung bisa menjadi tanda persalinan atau komplikasi serius
seperti batu ginjal atau infeksi. Untuk mengurangi hal tersebut kurangi berdiri atau duduk terlalu
lama, hindari posisi membungkuk kesamping dan memutar, usahakan tidak menambah berat
badan terlalu banyak, dan lakukan berbagai latihan kecil seperti di bawah ini:

Contoh lain terkait memotong dan menjepit tali pusar setelah melahirkan:
Dahulu tali pusar dipotong dan dijepit segera setelah lahir dikarenakan kekhawatiran
meningkatkan penyakit kuning jika tertunda dilakukan. Namun hal ini dipatahkan oleh berbagai
penelitian yang menyatakan bahwa penyakit kuning tidak lebih sering terjadi pada bayi yang
pemotongan dan penjepitan tali pusarnya tertunda. Dan hal ini terbukti bermanfaat jika tali pusar
tidak dijepit dan dipotong segera setelah bayi lahir, bayi akan mendapatkan lebih banyak
darahnya kembali ke dalam tubuhnya. Mendapatkan darah tambahan dapat menurunkan
kemungkinan bayi memiliki kadar zat besi yang rendah pada usia 4 hingga 6 bulan dan dapat
membantu kesehatan bayi. Berikutnya terkait mengejan saat lahiran:

Dari jurnal di atas disimpulkan bahwa wanita dulunya disuruh menahan napas saat mengejan.
Penelitian menunjukkan bahwa mengejan tidak sekuat saat wanita menahan napas. Wanita yang
menahan napas saat mengejan mungkin mengalami penurunan detak jantung bayi lebih cepat.
Mereka juga bisa lebih cepat lelah dibandingkan wanita yang tidak menahan napas. Cara
mendorong seperti ini sebaiknya tidak digunakan.
2. Midwifery
Kumpulan jurnal terkait praktik kebidanan, berikut ini ialah salah satu topic yang terdapat
dalam jurnal terkait intervensi yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada masa
kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.

Dalam jurnal tersebut disimpulkan bahwa intervensi non-farmakologis dapat mengurangi


kecemasan dalam transisi menjadi orang tua, terutama selama kehamilan dan periode
pascakelahiran, bisa efektif. Intervensi yang berdampak signifikan adalah sebagai berikut:
selama kehamilan, pijat oleh mitra, terapi musik dan yoga; selama persalinan, aromaterapi;
selama masa nifas, pijat; dan selama kehamilan dan nifas, pelatihan antenatal dan membaca buku
mandiri dengan konseling telepon. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk melakukan
hal tersebut memfokuskan kembali intervensi pada populasi sasaran lain, seperti mitra atau unit
keluarga. Perawat dan bidan merupakan tenaga kesehatan yangberfungsi sebagai jalur akses ke
jenis pengobatan non-farmakologis ini mengurangi kecemasan, yang menyoroti pentingnya
pelatihan.
3. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Dari jurnal tersebut disimpulkan bahwa tekanan darah berhubungan dengan berat atau bobot
lahir bayi sebagian besar ibu dengan tekanan diastole normal melahirkan bayi dengan berat
normal, hal ini bisa terjadi dikarenakan ada keadaan hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi
invasi trofoblas pada tunika muskularis arteri spiralis dan jaringan disekitarnya. Tunika
muskularis akan tetap keras dan kaku sehingga menyebabkan kegagalan distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya, tunika muskularisnya cenderung mengalami vasokontriksi dan
terjadi kegagalan "remodeling arteri spiralis". Keadaan tersebut menyebabkan aliran
darah menuju uteroplasenta menjadi menurun dan dapat mengakibatkan hipoksia dan
iskemia plasenta yang menyebabkan terjadinya bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR).
4. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah

Berikutnya jurnal Indonesia terkait praktik kebidanan dan keperawatan, di bawah ini membahas
hubungan terkait produksi ASI pada ibu hamil dengan diabetes dan tidak diabetes.
Dari jurnal di atas disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara status ibu hamil
GDM dan non GDM terhadap produksi ASI (P value < 0,05). Ibu hamil dengan GDM memiliki
produksi ASI yang lebih sedikit dibandingkan ibu hamil non-GDM. Pemberian edukasi tentang
menyusui beserta manfaat dan perawatan payudara, selain meningkatkan dukungan sosial pada
ibu, dapat meminimalisir hambatan atau permasalahan inisiasi menyusui dan meningkatkan
rawat inap. Hal ini juga dapat menjadi upaya untuk meningkatkan efikasi diri, intensitas, dan
durasi menyusui pada ibu penderita GDM. Pengamatan pengeluaran ASI pada ibu hamil dengan
dan tanpa GDM pada penelitian ini dilakukan dalam waktu satu bulan.
C. Implikasi Dan Pentingnya Ebp Dalam Praktik Kebidanan
Karena EBP adalah bentuk perilaku terkait tujuan, kami mengaturnya
tinjauan kami menggunakan integrasi teori Ajzen (1991) tentang perilaku terencana
dan teori perilaku tempat kerja Vroom (1964). Kerangka kerja terintegrasi
kemampuan, motivasi, peluang (AMO) berguna untuk menggambarkan perilaku yang
berhubungan dengan tempat kerja (misalnya, Hughes 2007, Petty & Cacioppo 1986).
Kerangka kerja ini membantu menjelaskan mengapa orang mengadopsi atau tidak
mengadopsi EBP sebagai fungsi dari kemampuan, motivasi, dan peluang mereka
untuk terlibat dalam aktivitas terkait EBP.
1. Kemampuan untuk Berlatih
Penggunaan EBP yang efektif membutuhkan individu untuk memiliki
kompetensi dasar dan fungsional. Kompetensi dasar adalah keterampilan umum
dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam semua aspek EBP.
Kompetensi fungsional adalah keterampilan dan pengetahuan khusus yang terkait
dengan aktivitas EBP yang terpisah, seperti pencarian bukti dan penilaian kritis.
Kompetensi dasar EBP mencakup kapasitas untuk berpikir kritis dan
domainnya atau pengetahuan teknis yang diperoleh melalui pendidikan dan
pengalaman praktik di bidang tertentu (Sackett 2000). Berpikir kritis adalah proses
disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menganalisis,
mengevaluasi, dan mensintesis informasi sebagai panduan untuk keyakinan dan
tindakan (Facione & Facione 2008, Profetto McGrath 2005). Ini mencerminkan
kapasitas untuk berpikir tingkat tinggi, termasuk refleksi pada pemikiran dan
pengalaman seseorang, evaluasi informasi, dan pemikiran hipotetis tentang
alternatif. Karena pengamatan individu dan model mental bisa jadi agak tidak
akurat atau tidak lengkap, praktisi yang dapat memperhatikan ketidaksesuaian dan
model mental alternatif lebih mampu mencari dan memahami ruang masalah.
Karena individu tampaknya mengalami kesulitan menggunakan lebih dari satu
model mental pada satu waktu, bagaimanapun, kemampuan untuk
mempertimbangkan beberapa model mental membutuhkan individu untuk
mengadopsi standar kritis untuk menghindari hanya menerima model mental
pertama yang memberikan jawaban yang minimal memuaskan (Simon 1990) .
Akibatnya, pemikiran kritis memaksakan standar pada pemikiran seseorang untuk

25
mengurangi bias dan distorsi serta meningkatkan kelengkapan informasi yang
tersedia. Dengan demikian, kemungkinan akan membantu proses EBP dalam
mengajukan pertanyaan terkait praktik dan mengadaptasi bukti ke praktik
(Profetto-McGrath 2005).
Berpikir kritis berhubungan positif dengan kinerja akademis (Kowalski &
Taylor 2009). Denney (1995) mengamati bahwa tampaknya meningkat seiring
bertambahnya usia, setidaknya di antara orang-orang yang berpendidikan.
Beberapa bukti dari keperawatan menunjukkan bahwa pelatihan dalam proses
berpikir dapat meningkatkan pemikiran kritis (misalnya, Allen et al.2004).
Sebaliknya, ketika individu sibuk atau kelebihan kognitif, kemampuan mereka
untuk berpikir kritis dapat terganggu (Bittner & Gravlin 2009). Tingkat kritis yang
rendah berpikir sesuai dengan realisme naïve (Lilienfeld et al. 2008), di mana
individu tidak reflektif menerima model mental awal yang dipicu oleh
pengalaman seolah-olah tidak ada kesalahan dalam persepsi. Pemikiran kritis yang
tidak memadai dikaitkan dengan preferensi untuk keputusan intuitif (Dawes 2008)
dan preferensi untuk intuisi atas bukti ilmiah (lih. Highhouse 2008, Lilienfeld et
al. 2008). Kompetensi dasar lain untuk EBP adalah domain atau pengetahuan
teknis — mis., Spesifik pengetahuan dan keterampilan prosedural yang terkait
dengan bidang praktik profesional, sesuai dengan konstruksi psikologis keahlian
(Ericsson & Lehmann 1996). Penting dalam dirinya sendiri untuk mencapai dan
mempertahankan karier profesional yang sukses, pengetahuan domain juga
memfasilitasi pemikiran kritis yang mendasari EBP, dan keduanya mungkin saling
memperkuat (Bailin 2002). Secara khusus, pengetahuan domain membantu
praktisi mengenali informasi yang tidak lengkap, mengevaluasi bukti kualitas, dan
menafsirkan bukti baru (Ericsson & Lehmann 1996). Secara lebih umum,
pengetahuan domain menyediakan model mental yang dapat memfasilitasi
kesimpulan yang sesuai mengenai masalah dan membantu praktisi menilai
relevansi bukti.
2. Motivasi untuk Berlatih
Motivasi, dorongan untuk terlibat dalam perilaku tertentu, merupakan fungsi
dari tiga keyakinan individu (Ajzen 1991). Keyakinan perilaku mewakili sikap
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap perilaku, kontrol
perilaku yang dirasakan mencerminkan keyakinan individu bahwa dia mampu
berperilaku, dan keyakinan normatif mencerminkan norma-norma sosial yang

26
dipersepsikan mengenai kesamaan perilaku.Niat individu untuk melakukan suatu
perilaku pada umumnya diharapkan menjadi yang paling kuat ketika ketiga
keyakinan tersebut tinggi (Ajzen 1991).
Keyakinan perilaku mencerminkan sejauh mana suatu perilaku dipandang
bermanfaat. Daya tarik EBP telah dikaitkan dengan keyakinan akan manfaatnya
(Aarons 2004). Praktisi yang memiliki terkait EBP pengetahuan lebih mungkin
untuk melihatnya sebagai sesuatu yang bermanfaat (misalnya, Jette et al. 2003,
Melnyk et al. 2004). Dimana pengenalan EBP secara ekonomis atau psikologis
merugikan praktisi dalam beberapa cara, itu lebih mungkin untuk ditolak (Ajzen
1991). Hanya menghentikan praktik berbasis non-bukti cenderung lebih sulit
daripada menggantinya dengan praktik berbasis bukti yang membawa manfaat
bagi pengguna (Bates et al. 2003). Misalnya, manajer cenderung menolak
mengikuti praktik perekrutan terstruktur yang hanya mengurangi kendali mereka
atas siapa yang dipekerjakan (Bozionelos 2005). Biaya seperti itu bagi praktisi
sering kali membuat intervensi tingkat tinggi dan proses implementasi yang lebih
kompleks diperlukan untuk melakukan transisi ke EBP (Bates et al. 2003).
Memiliki mentor EBP meningkatkan persepsi manfaat, pengetahuan, dan
praktik EBP (Melnyk et al. 2004). Hubungan dengan pemimpin opini EBP yang
disukai di luar organisasi juga meningkatkan manfaat yang dirasakan dari EBP
dan meningkatkan keterbukaan orang terhadap inovasi, disposisi yang
berkontribusi pada sikap EBP yang positif (Aarons 2004). Praktisi yang lebih tua
yang datang dari usia sebelum EBP cenderung lebih skeptis dan memiliki
pemahaman yang berbeda tentang bukti dibandingkan praktisi yang lebih muda
(Aarons & Sawitzky 2006), yang mungkin berkontribusi pada temuan bahwa
pengalaman berhubungan negatif dengan kepatuhan pedoman (Choudhry et al.
2005) . Apa pun sumbernya, keyakinan perilaku bahwa EBP bermanfaat
berkontribusi pada adopsi aktifnya.
Norma terkait EBP, serta keyakinan motivasi lainnya, dibentuk oleh organisasi
yang luas dan / atau budaya kelembagaan. Ketika pertama kali diadopsi dalam
suatu bidang, EBP menekankan pada ilmiah kualitas bukti dan bukti dapat
mengabaikan pengalaman praktik. Pada tahun-tahun awalnya, misalnya, protokol
dan pedoman pengobatan berbasis bukti diejek sebagai "obat buku masak"
(LaPaige 2009). Dengan cara yang sama, pengenalan EBP pada awalnya dapat
mengancam identitas profesional praktisi (misalnya, "Menurut Anda polisi

27
korup"; Sherman 2002) atau perasaan manajer diri sebagai pembuat keputusan
yang kompeten (Highhouse 2008). Penanggulangan yang sangat penting force
adalah dukungan kepemimpinan, yang membantu untuk melegitimasi EBP dan
menjelaskan saling melengkapi pengalaman praktisi (Melnyk et al. 2004, 2012).
Begitu pula dengan dukungan dari rekan professional mendorong penyerapan
inovasi secara umum, dan EBP pada khususnya (Ferlie et al. 2006), seperti halnya
pandangan para pemimpin opini pro-EBP (Soumerai et al. 1998).
Pengaturan struktural juga dapat membentuk keyakinan akan kesamaan EBP.
Misalnya, peran yang mendorong praktisi untuk berpartisipasi atau melakukan
penelitian mereka sendiri untuk mempromosikan pro-EBP norma (Kothari &
Wathen 2013, Melnyk & Fineout-Overholt 2011). Norma seperti itu lebih
mungkin menjadi lemah atau absen ketika pemimpin dan rekan kerja menolak
EBP atau tidak ada dukungan situasional lainnya. Terakhir, penelitian tentang
difusi inovasi telah menyarankan bahwa anggota suatu profesi dapat
melakukannya tidak sepenuhnya mengadopsi norma-norma baru dan transisi ke
praktik baru untuk satu generasi (Rogers 1995), dan perbedaan generasi seperti itu
dapat menjadi ciri EBP. Singkatnya, keyakinan normatif dilacak ke sebuah array
faktor organisasi dan / atau kelembagaan dan dapat memberikan pengaruh yang
kuat pada keputusan untuk terlibat dalam EBP
3. Kesempatan untuk Berlatih
Peluang untuk berlatih mengacu pada persepsi mengenai dukungan yang
diberikan konteks praktik untuk terlibat dalam EBP. Memiliki kemampuan dan
motivasi untuk terlibat dalam EBP cenderung tidak mengarah pada perilaku aktual
kecuali individu juga mengalami kesempatan untuk berlatih (Jette et al. 2003).
Pengertian bahwa kondisi praktik mengganggu EBP sering disebut sebagai
“realitas praktik” (Mantzoukas 2008, Novotney 2014). Kesempatan untuk
mempraktikkan EBP terkait dengan otonomi dan fleksibilitas di tempat kerja
(Belden et al. 2012). Tekanan waktu berhubungan negatif dengan EBP (Dalheim
et al. 2012, Jette et al. 2003) dan meningkatkan ketergantungan pada intuisi (Klein
et al. 2001). Kurangnya otoritas untuk bertindak berdasarkan bukti menciptakan
penghalang lain (Dalheim et al. 2012).
Kompleksitas dan variabilitas dalam kondisi praktik juga menimbulkan
hambatan yang dirasakan. Menghadapi beberapa masalah yang saling terkait
daripada hanya satu (misalnya, pasien alkoholik yang depresi versus sekadar

28
pasien depresi) dapat mempersulit praktisi untuk menyesuaikan bukti dengan
kondisi praktik. Selain itu, kesempatan untuk berlatih dapat dibatasi oleh beban
kasus yang heterogen, membatasi aksesibilitas bukti yang relevan dan pendukung
keputusan (Hoagwood et al. 2001), dan oleh kurangnya dukungan pengawasan
(Hoagwood et al. 2001; Melnyk et al. 2004, 2012). Khususnya Faktor penting
dalam kesempatan untuk berlatih adalah keamanan psikologis, kepercayaan
bersama diantara anggota kelompok kerja yang pengaturannya aman untuk
pengambilan risiko. Keamanan psikologis meningkatkan kemungkinan terlibat
dalam pembelajaran berdasarkan pengalaman yang diperlukan untuk
menyesuaikan EBP dengan pengaturan kerja (Tucker dkk. 2007). Dukungan
kelembagaan di luar lingkungan kerja dapat menyediakan infrastruktur yang
meningkatkan peluang EBP yang dirasakan. Pengembangan portal pencarian
online dan database penelitian (mis.,
Perpustakaan Cochrane) memiliki akses profesional tingkat lanjut ke
penelitian ilmiah selama dekade terakhir. Pada tahun-tahun awal EBP, informasi
dalam database semacam itu sebagian besar terbatas pada pertanyaan tentang
pekerjaan apa. Dalam beberapa tahun terakhir, tinjauan sistematis menggunakan
pendekatan baru telah muncul yang menjawab pertanyaan yang lebih luas
termasuk efektivitas biaya, risiko yang terkait dengan intervensi, dan masalah
implementasi (Lavis et al. 2005). Perluasan topik ulasan ini dibantu oleh
pengembangan penelitian berorientasi praktik yang menyelidiki kondisi praktik
yang berfungsi sebagai EBP hambatan dan fasilitator (Castonguay et al. 2013).
Singkatnya, kita sekarang memiliki pemahaman yang baik tentang faktor-faktor
yang meningkatkan kesempatan untuk berlatih, serta fakta bahwa, tanpa
kesempatan untuk berlatih, kemampuan dan motivasi untuk berlatih mungkin
tidak cukup.

Prinsip Dan Langkah Dalam Evidance Based Midwifery Care.


Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam
proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan
semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal. Budaya
EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap
mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek

29
keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai
berikut:
1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)
2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
3. Mencari bukti-bukti terbaik
4. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik
6. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
7. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
Jika diuraikan 7 langkah dalam proses evidence based practice adalah sebagai
berikut:
a. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry).
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis
untuk selalu bertanya terhadap fenomenafenomena serta kejadian-kejadian yang
terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas kesehatan dalam
melakukan perawatan kepada pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya
yang mendukung, semangat untuk menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup
individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan. Elemen
kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk melakukan
penyelidikan dimana semua profesional kesehatan didorong untuk
memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan pada saat ini, sebuah
pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengan mengintegrasikan evidence based
practice, mentor yang memiliki pemahaman mengenai evidence based practice,
mampu membimbing orang lain, dan mampu mengatasi tantangan atau hambatan
yang mungkin terjadi, ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari
informasi atau lieratur seperti komputer dan laptop, dukungan dari administrasi
dan kepemimpinan, serta motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam
menerapkan evidence based practice (Tilson et al, 2011).

b. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question.


Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk pertanyaan
klinis yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu dengan membuat
format PICO. P adalah pasien, populasi atau masalah baik itu umur, gender, ras

30
atapun penyakit seperti hepatitis dll. I adalah intervensi baik itu meliputi treatment
di klinis ataupun pendidikan dan administratif. Selain itu juga intervensi juga
dapat berupa perjalanan penyakit ataupun perilaku beresiko seperti merokok. C
atau comparison merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk terapi,
faktor resiko, placebo ataupun nonintervensi. Sedangkan O atau outcome adalah
hasil yang ingin dicari dapat berupa kualitas hidup, patient safety, menurunkan
biaya ataupun meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwick et al., 2013) menyatakan
bahwa pada langkah selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan
format PICOT yaitu P(Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan atau
pokok persoalan yang menarik), C(Comparison intervention atau intervensi yang
dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T(Time frame atau kerangka waktu).
Contohnya adalah dalam membentuk pertanyaan sesuai PICOT adalah pada
Mahasiswa keperawatan(population) bagaimana proses pembelajaran PBL tutotial
(Intervention atau tindakan) dibandingkan dengan small group discussion
(comparison atau intervensi pembanding) berdampak pada peningkatan critical
thinking (outcome) setelah pelaksanaan dalam kurun waktu 1 semester (time
frame). Ataupun dalam penggunaan PICOT non intervensi seperti bagaimana
seorang ibu baru (Population) yang payudaranya terkena komplikasi (Issue of
interest) terhadap kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3
bulan pertama pada saat bayi baru lahir. Hasil atau sumber data atau literatur yang
dihasilkan akan sangat berbeda jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat
makan kita akan mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa
yang kita butuhkan (Melnyk & Fineout, 2011).
Sedangkan dalamlobiondo & haber, (2006) dicontohkan cara
memformulasikan pertanyaan EBP yaitu pada lansia dengan fraktur
hip(patient/problem), apakah patientanalgesic control (intervensi) lebih efektif
dibandingkan dengan standard of care nurse administartif analgesic(comparison)
dalam menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan LOS (Outcome).

c. Mencari bukti-bukti terbaik.


Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan untuk
memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe dan
tingkatan penelitian. Tingkatan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti
terbaik adalah metaanalysis dan systematic riview. Systematic riview adalah

31
ringkasan hasil dari banyak penelitian yang memakai metode kuantitatif.
Sedangkan meta-analysis adalah ringkasan dari banyak penelitian yang
menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi. Namun jika meta
analisis dan systematic riview tidak tersedia maka evidence pada tingkatan
selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence tersebut dapat ditemukan pada
beberapa data base seperti CINAHL, MEDLINE, PUBMED, NEJM dan
COHRANE LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).
Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie,
2002) yaitu:
a. Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.
b. Bukti yang berasal dari disain RCT.
c. Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.
d. Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.
e. Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian kualitatif dan
diskriptif.
f. Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study
g. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.
Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam proses
pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free accsess
terhadap jurnal-jurnal penelitian. Namun demikian seiring dengan perkembangan
teknologi, berikut contoh databased yang free accsess dan paling banyak
dikunjungi oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL, Pubmed, cohrane
library dan PsycINFO serta Medline. Berikut adalah contoh pertanyaan EBP
beserta data based yang disarankan, diantaranya adalah (Schneider & Whitehead,
2013).
Sedangkan menurut (Newhouse, 2007) langkah-langkah atau strategi mencari
informasi melalui databased diantaranya adalah:
a. Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan
pertanyaan yang sudah disusun dengan PICO format
b. Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi yang tepat
c. Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan
controlled vocabularries, menggunakan bolean operator, serta limit. Controlled
vocabularries yang dapat menuntun kita untuk memasukkan input yang sesuai
dengan yang ada pada database. Seperti misalnya MeSH pada Pubmed serta

32
CINAHL Subject Heading pada database CINAHL. menggunakan bolean
operator misalnya AND, OR, NOT. AND untuk mencari 2 tema atau istilah,
OR untuk mencari selain dari salah satu atau kedua istilah tersebut. Namun
jika dikombinasikan dengan controlled vocabularries, OR akan memperluas
pencarian, serta AND akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih
spesifik dan fokus lagi dapat digunakan dengan menggunakan limit yang
sesuai seperti umur, bahasa, tanggal publikasi. Contohnya adalah limit terakhir
5 tahun untuk jurnal atau english or american only.
d. Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan menyimpan
hasil Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin & feldman, 2012)
khususnya pada level undergraduate student, ada beberapa contoh evidence
yang dapat digunakan dalam terapi dan prognosis yaitu:

Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh atau


dasar dan pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduatedalam
memilih evidence yang tepat. Karena undergraduate student tidak memiliki
kemampuan dalam melakukan kritik atau melihat tingkat kekuatan dan
kelemahan literatur penelitian, maka dalam pembelajaran evidence based
practice mahasiswa diarahkan untuk memilih literatur berdasarkan tingkatan
evidence terbaik terlebih dahulu.Jika beberapa evidence terbaik tidak dapat
ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah memilih literatur yang telah
diseleksi pada beberapa databased seperti MEDLINE dan CINAHL atau pada
pubmed search engine (Levin & Feldman, 2012).

33
d. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
Setelah menemukan evidence atau bukti yang terbaik, sebelum di
implementasikan ke institusi atau praktek klinis, hal yang perlu kita lakukan
adalah melakukan appraisal atau penilaian terhadap evidence tersebut. Untuk
melakukan penilaian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya
adalah (Polit & Beck, 2013) :
a. Evidence quality adalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut? (apakah
tepat atau rigorous dan reliable atau handal)
b. What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c. How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?
d. Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e. Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk mengaplikasikan bukti?
f. Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di klinis?
Sedangkan kriteria penilaian evidence menurut (Bernadette & Ellen, 2011)
yaitu:
a. Validity.
Evidence atau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian yang tepat. Contohnya adalah
apakah variabel pengganggu dan bias dikontrol dengan baik, bagaimana
bagaimana proses random pada kelompok kontrol dan intervensi, equal atau
tidak.
b. Reliability
Reliabel maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin didapatkan
dalam membuat keputusan klinis dengan mengimplementasikan evidence
tersebut, apakah intervensi tersebut dapat dikerjakan serta seberapa besar
dampak dari intervensi yang mungkin didapatkan.
c. Applicability
Applicable maksudnya adalah kemungkinan hasilnya bisa di
implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan mempertimbangkan apakah subjek penelitiannya sama,
keuntungan dan resiko dari intervensi tersebut dan keinginan pasien (patient
preference) dengan intervensi tersebut.
Namun demikian dalam (Hande et al., 2017) dijelaskan bahwa critical
appraisal merupakan proses yang sangat kompleks. Level atau tingkat critical

34
appraisal sangat dipengaruhi oleh kedalaman dan pemahaman individu dalam
menilai evidence. Tingkat critical appraisal pada mahasiswa sarjana adalah
identifikasi tahapan yang ada dalam proses penelitian kuantitatif. Namun pada
beberapa program sarjana, ada juga yang mengidentifikasi tidak hanya
kuantitatif namun juga proses penelitian kualitatif. Sedangkan pada master
student, tingkatan critical apraisalnya tidak lagi pada tahap identifikasi, namun
harus bisa menunjukkan dan menyimpulkan kekuatan dan kelemahan, tingkat
kepercayaan evidence serta pelajaran yang dapat diambil dari pengetahuan dan
praktek.

e. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik
Sesuai dengan definisi dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP ke dalam
praktik klinis kita harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi
lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan pengetahuan yang kita
miliki, ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki oleh pasien. Selain itu juga,
menambahkan penelitian kualitatif mengenai pengalaman atau perspektif klien
bisa menjadi dasar untuk mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan
intervensi terbaru (Polit & Beck, 2013). Setelah mempertimbangkan beberapa hal
tersebut maka langkah selanjutnya adalah menggunakan berbagai informasi
tersebut untuk membuat keputusan klinis yang tepat dan efektif untuk pasien.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan EBP proses sangat dipengaruhi oleh evidence
yang digunakan serta tingkat kecakapan dalam melalui setiap proses dalam EBP
(Polit & Beck, 2008).
Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap
perubahan hasil sehingga efek positif dapat didukung dan yang negatif diperbaiki.
Hanya karena intervensi efektif dalam uji coba terkontrol secara ketat tidak berarti
intervensi akan bekerja dengan cara yang persis sama dalam pengaturan klinis.
Memantau efek perubahan EBP pada kualitas dan hasil perawatan kesehatan dapat
membantu dokter menemukan kekurangan dalam implementasi dan
mengidentifikasi dengan lebih tepat.
f. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence based sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa efektif evidence yang telah diterapkan, apakah perubahan

35
yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan dan apakah evidence
tersebut berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan pasien (Melnyk &
Fineout, 2011).

g. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)


Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah menyebarluaskan
hasil. Jika evidence yang didapatkan terbukti mampu menimbulkan perubahan dan
memberikan hasil yang positif maka hal tersebut tentu sangat perlu dan penting
untuk dibagi (Polit & Beck, 2013)
Namun selain langkah-langkah yang disebutkan diatas, menurut (Levin &
Feldman, 2012) terdapat 5 langkah utama evidence based practicedalam setting
akademikyaitu Framing the question (menyusun pertanyaan klinis), searching for
evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence atau membandingkan
antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang dianut pasien dan merencanakan
pelaksanaan evidence kedalam praktek, serta evaluating your application of the
evidence atau mengevaluasi sejauh mana evidence tersebut dapat menyelesaikan
masalah klinis.

E.Prinsip Aplikasi HASIL Penelitian Dalam Praktik Kebidanan

1. Hakekat Terjadinya Penelitian

Menurut Syahza (2021), Penelitian ilmiah merupakan usaha untuk membangun

ilmu. Penelitian ilmiah tunduk pada aturan ilmiah yang ketat. Hal tersebut disebabkan

hasil penelitian harus dipertanggung jawabkan oleh sipeneliti secara empirik. Peneliti

pada pada hakekatnya adalah orang yang selalu ingin tahu secara ilmiah. Penelitian pada

dasarnya adalah suatu usaha manusia untuk memenuhi rasa ingin tahunya dalam taraf

keilmuan. Sifat dan sikap ilmiah merupakan ciri utama dari aktivitas penelitian, baik

aktivitas dalam pemikiran maupun aktivitas atau tindakan nyata di lapangan. Sejalan

dengan sifat dan sikap ilmiah itu, maka dalam kegiatan penelitian orang hanya akan

menarik dan membenarkan suatu kesimpulan jika telah dilengkapi dengan bukti-bukti

36
empirik yang benar yang dikumpulkan melalui prosedur yang jelas, sistematis, dan

terkontrol.

Salah satu ciri khas manusia adalah rasa ingin tahu. Setelah ia memperoleh

pengetahuan tentang sesuatu, maka segera kepuasannya disusul lagi dengan

kecenderungan untuk ingin lebih tahu lagi. Begitulah seterusnya. Hingga tidak sesaatpun

ia sampai kepada kepuasan mutlak untuk menerima kenyataan yang dihadapinya sebagai

suatu titik berhenti yang mapan.

Salah satu sebabnya adalah karena yang menjelma dihadapan manusia sebagai

kenyataan alamiah dianggapnya sebagai kenyataan yang beraspek ganda; disatu pihak ia

mengamati alamnya sebagai sesuatu yang mempunyai aspek statis, tetapi dilain pihak ia

mengamati pula terjadinya perubahan-perubahan, perkembanganperkembangan, dan

lain-lain sebagai-nya yang menunjukkan adanya aspek dinamis dari gejala-gejala alam

itu sendiri. Aspek statis dan dinamis itulah yang merupakan rangsangan pertama

mendorong manusia untuk selalu ingin tahu. Jadi tidak hanya fakta-fakta yang mengejala

atau terlibat dalam suatu proses yang sedang terjadi saja. Lalu apa hubungan antara

penelitian dan rasa ingin tahu manusia? Penelitian adalah penyaluran hasrat rasa ingin

tahu manusia dalam taraf keilmuan.

Manusia selalu mencari tahu sebab-musabab dari serentetan akibat. Hasrat ingin

tahu manusia yang tidak pernah padam inilah yang mendorong kegiatan penelitian yang

pada akhirnya akan mendorong pada pengembangan ilmu. Secara lebih singkat dapat

pula dikatakan bahwa; penelitian itu tidak lain berarti mempertanyakan. Karena sikap

penelitian selalu berisi dua kegiatan pokok, yaitu pertanyaan yang diajukan yang

memerlukan jawaban dan jawaban atas pertanyaan itu. Penelitian yang berhasil harus

berakhir dengan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya

penelitian. Secara keseluruhan elemen-elemen dalam setiap penelitian adalah suatu

37
persoalan, berbagai kemungkinan jawaban dan pengumpulan serta penilaian data untuk

mengarahkan pilihan atas kemungkinan-kemungkinan jawaban di atas. Adapun peranan

penelitian itu adalah sebagai berikut, antara lain:

a. Membantu manusia memperoleh pengetahuan baru

b. Memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan

c. Memberikan pemecahan atas suatu masalah.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ciri khas penelitian

adalah merupakan proses yang berjalan secara terus-menerus. Dengan kata lain suatu

penelitian tidak akan pernah merupakan hasil yang bersifat final yang tak dapat diganggu

gugat lagi. Hasil penelitian seseorang harus tunduk pada penelitian orang lain yang

datang belakangan apabila data yang baru mampu membantah kebenaran data

sebelumnya.

2. Persyaratan Untuk Menjadi Seorang Peneliti

Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi (Syahza, 2021):

a. Intelligence (kecerdasan), merupakan faktor yang sensial. Pada zaman sekarang

kecerdasan merupakan kemampuan dan potensi individu yang dimiliki. Potensi

tersebut harus dikembangkan melalui proses berfikir secara ilmiah. Kecerdasan

merupakan kekuatan yang mampu untuk mengendalikan kehidupan baik dirinya

maupun kehidupan lingkungan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

b. Interest (perhatian), keinginan tahu yang sepesifik dan mendalam atas bidang

penelitian. Peneliti harus mempunyai kemampuan untuk menemukan suatu

fenomena-fenomena. Fenomena tersebut bisa ditemukan apabila seseorang

mempunyai perhatian terhadap kejadian di lingkungan dan duniakerjanya.

38
c. Imagination (daya hayal), jadilah pemikir yang orisinil dan penghayal. Kemampuan

nalar merupakan faktor utama untuk menghasilkan suatu karya ilmiah. Kemampuan

nalar bukan diperoleh dari sifat dan keturunan, tapi dapat dimiliki dengan cara

keterlatihan dan pengamatan.

d. Initiative (inisiatif), mulai dari sekarang jangan menunggu orang lain atau mencari-

cari alasan untuk memulai sesuatu. Seorang peneliti harus mempunyai kemampuan

untuk berfikir lebih maju. Peneliti harus banyak ide dan tidak takut untuk

menuangkan ide tersebut walau orang lain membatah ide yang dikemukan.

Kebenaran suatu ide akan terbukti apabila sipeneliti mampu membuktikan secra

empirik.

e. Information (informasi), kumpulkan keterangan dan hasil penelitian terdahulu.

Apabila ingin menjadi peneliti, maka si peneliti harus mempunyai kemampuan

untuk mencari informasi. Baik dari hasil pemikiran orang lain maupun pendapat dari

pembuat kebijakan. Semuanya itu merupakan sumber informasi untuk pengkayaan

kemampuan nalar si peneliti.

f. Inventive (daya cipta), peralatan yang tepat belum tentu tersedia. Usahakan untuk

menciptakannya sendiri bila perlu. Kemampuan daya cipta yang dimaksud adalah,

bagaimana sipeneliti bisa menemukan ide dan peralatan untuk mendukung suatu

karya ilmiah. Daya cipta tersebut bisa dalam bentuk model, prototip, kebijkan, atau

pola.

g. Industrious, berusaha dan jangan segan-segan untuk menggunakan kedua tangan

atau bagian fisik lainnya. Peneliti merupakan pekerja yang tidak mudah putus asa.

Peneliti merupakan produser karya ilmiah. Hasil pemikiran peneliti akan menjadi

sumber ide bagi orang lain dan produknya akan dimanfaatkan oleh orang.

39
h. Intense observation (pengamatan yang intensif). Seorang peneliti akan selalu

mengamatai kejadian-kejadian disekitarnya. Kejadian tersebut merupakan sumber

ide baru untuk diteliti. Hiduplah dengan penelitian saudara, kerjakan pengamatan

harian dan waspadalah terhadap hal-hal yang tidak wajar.

i. Integrity (kejujuran) diperlukan secara mutlak, janganlah membohong diri sendiri.

Kejujuran merupakan modal utama bagi si peneliti ilmiah. Apabila si peneliti tidak

jujur dalam karya ilmiahnya, maka sipeneliti tersebut bukan saja membohongi

dirinya, tapi dia telah membohongi masyarakat ilmiah. Hasil pemikiran yang bohong

mungkin saja dimanfaatkan bagi pembuat kebijakan, tentu saja kebijakan yang

dihasilkan tidak akan berhasil karena dimulai dari nformasi yang bohong.

j. Infectious enthusiasm (entusiesme yang meluap-luap), ceritakan penelitian saudara

kepada yang lain dengan cara yang menarik. Tugas seorang peneliti adalah: meneliti,

melaporkan sebagai pertanggung jawaban ilmiah, mempublikasikan.

k. Indefatigable write (penulisan yang tidak mudah putus asa), penelitian baru menjadi

ilmu pengetahuan jika hasilnya sudah dipublikasikan. Hasil penelitian tidak akan

diketahui oleh orang lain kalau tidak dipublikasikan.

3. Sifat Penelitian Ilmiah

Menurut Syahza (2021), Seorang peneliti ilmiah harus bisa berfikir secara skeptik,

analitik, dan kritik. Cara berfikir yang demikian itu sangat berguna dalam merumuskan

pertanyaan secara tepat dan tajam. Perumusan pertanyaan yang demikian itu pada

hakekatnya merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh setiap peneliti dan

calon peneliti. Hanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan tajam peneliti akan

mendapat jawaban-jawaban yang tepat dari setiap data yang ditemukan atau responden

yang diwawancarai.

40
Pengetahuan dan pelajaran sekarang harus diarahkan pada kenyataan perubahan

yang cepat dan tak dapat dihindarkan. Pengetahuan lama harus dipertanyakan dan harus

diperiksa kembali dalam kemampuannya untuk membantu kita menjawab

persoalanpersoalan yang kita hadapi pada hari ini dan hari esok. Bukannya kemampuan

memecahkan persoalan kemarin terhadap masalah esok hari dan bagaimana menemukan

teori-teori baru apabila teori kemarin yang tersedia telah gagal membantu manusia.

Tinggi rendahnya mutu atau kadar ilmiah suatu penelitian dapat diukur dengan dua

kriteria pokok yaitu:

a. Kemampuannya untuk memberikan pengertian (understanding) tentang masalah

yang diteliti, sehingga masalah dan persoalan menjadi lebih jelas.

b. Kemampuannya untuk meramalkan (predictive power), artinya sampai dimana

kesimpulan yang sama dapat dicapai bila data yang sama ditemukan ditempat lain

atau diwaktu lain.

a. Prinsip Aplikasi Hasil Penelitian Dalam Praktik Kebidanan

1. Prinsip Hasil Penelitian Dalam Praktik Kebidanan

Hasil penelitian adalah proses pengaturan dan pengelompokan secara baik tentang

informasi suatu kegiatan berdasarkan fakta melalui usaha pikiran peneliti dalam

mengolah dan menganalisis objek penelitian atau topik penelitian secara

sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu permasalahan atau menguji suatu

hipotesis sehingga terbentuk prinsip-prinsip umum atau teori yang akan di aplikasikan.

Adapun prinsip-prinsip hasil penelitian dalam praktik kebidanan adalah:

a. Bersifat sistematis dan logis: Penelitian yang telah dilaksanakan melalui prosedur

atau langkah-langkah yang berurutan. Selain itu penelitian juga harus dibuat secara

logis dan tidak memanipulasi hal apa pun di dalamnya.

41
b. Bersifat ilmiah: Hasil penelitian harus bisa dipertanggungjawabkan serta bisa

dibuktikan kebenarannya. Maka penelitian harus menyajikan berbagai data atau

temuan fakta.

c. Efisien dan bermanfaat: Hasil penelitian harus disusun seefisien mungkin dan bisa

dipahami oleh banyak kalangan. Selain itu, penelitian juga harus memiliki kontribusi

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

d. Analitis: Hasil penelitian harus dilakukan, dibuktikan serta dijelaskan melalui proses

metode ilmiah. Hubungan sebab akibat antar variabel juga harus diuraikan dengan

jelas dalam penelitian.

Aplikasi Hasil Penelitian Dalam Praktik Kebidanan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diaplikasikan melalui pendidikan

kesehatan.

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, ini berarti

bahwa setiap individu berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang,

proses pendidikan tidak akan pernah berhenti, sejak seseorang lahir di dunia hingga

akhir hayatnya, salah satunya yaitu bidang pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan merupakan upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan

taraf kesehatannya (Sihombing et al., 2023).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Adapun tujuan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut (Asnita, 2021):

1) Faktor Predisposisi

42
Pendidikan kesehatan bertujuan mengunggah kesadaran, meningkatkan atau

memberikan informasi atau pengetahuan kepada masyarakat tentang

peningkatan dan pemeliharaan kesehatan untuk dirinya, keluarga ataupun

masyarakat. Bentuk promosi kesehatan dapat dilakukan dengan penyuluhan

kesehatan, pameran kesehatan, iklan layanan kesehatan dan sebagainnya.

2) Faktor Penguat

Pendidikan kesehatan dilakukan agar dapat membedayakan masyarakat

sehingga mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan

memberikan kemampuan berupa bantuan teknik, cara mencari dana, dan

memberikan arahan.

3) Faktor Pemungkin

Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengadakan pelatihan kepada stik

holder yang ada pada masyarakat dengan tujuan agar menjadi teladan

masyarakat.

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan terdiri dari empat unsur, antara lain (Nurmala et

al., 2018):

1) Individu

2) Keluarga

3) Kelompok sasaran khusus, seperti:

a) Kelompok berdasarkan pertumbuhan, mulai dari anak sampai manula.

b) Kelompok yang memiliki perilaku merugikan kesehatan

c) Kelompok yang memiliki penyakit kronis.

d. Tahap-tahap Kegiatan Pendidikan Kesehatan

43
Menurut Nurmala et al., (2018), adapun tahap-tahap kegiatan pendidikan

kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Penentuan Sasaran

Faktor yang menjadi penentu kesuksesan dari kegiatan penyuluhan adalah

ketepatan dalam penentuan sasaran kegiatan. Hal ini disebabkan oleh indikator

keberhasilan kegiatan penyuluhan adalah apabila pesan dapat diterima dengan

baik serta adanya umpan balik yang diberikan oleh sasaran kegiatan sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan oleh penyuluh.

2) Penyusunan Materi Atau Isi Penyuluhan

Materi atau isi penyuluhan yang disusun serta arah pemberian materi

menjadi faktor penting keberhasilan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan.

Pemateri sebaiknya memperhatikan materi yang dibawakan serta teknik

pemberian materi melalui perencanaan materi yang tepat dan penyusunan materi

presentasi yang memiliki daya tarik sehingga pesan yang akan disampaikan dapat

lebih mudah dipahami oleh sasaran penyuluhan.

3) Penentuan Jenis Alat Peraga (Media)

Alat peraga (media) berfungsi untuk membantu penyuluh kesehatan dalam

menyampaikan pesan kesehatan sehingga sasaran penyuluhan mendapatkan

materi dan informasi dengan jelas dan lebih terarah.

e. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan

(AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran

(channel) untuk menyampaikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran

pesan-pesan kesehatan (media) dibagi menjadi 3, yakni (Trisutrisno et al., 2022):

1) Media Cetak

44
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesanspesan kesehatan

sangat bervariasi antara lain:

a) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan dan

bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

b) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesanpesan melalui

lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun

gambar, atau kombinasi.

c) Flyer (selebaran) adalah seperti leaflet tetapi, tidak dalam bentuk lipatan. d.

Flip chart (lembar balik) adalah penyampaian pesan atau informasi-informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik seperti dalam bentuk buku.

d) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

e) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan,

yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di

kendaraan umum.

f) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2) Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi kesehatan antara lain:

1) Televisi adalah penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media

televisi dapat dalam bentuk sandiwara, forum diskusi, diskusi masalah

kesehatan dan sebagainya.

2) Radio adalah penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui radio

dalam bentuk obrolan, ceramah dan sebagainya.

3) Video adalah penyampain informasi atau pesan kesehatan dapat melalui video.

45
4) Slide juga dapat digunakan menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

3) Media Papan (Bill board)

Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan

pesan atau informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan yang

ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus atau taksi).

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Menurut Trisutrisno et al., (2022), ada beberapa faktor yang memengaruhi

keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan pendidikan kesehatan diantaranya

yaitu:

1) Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya.

Disamping itu dalam konteks promosi kesehatan juga memberikan pengertian

tentang tradisi kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan

maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan

penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan, dan sebagainya.

2) Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat memberdayakan

masyarakat dan mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara

bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan

sarana dan prasarana.

3) Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh

agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap

46
dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat

tentang hidup sehat.

g. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Nurmala et al., (2018), metode pendidikan kesehatan atau penyuluhan

terbagi menjadi dua yaitu:

1. Penyuluhan individual ialah suatu metode dalam penyuluhan untuk mengubah

sikap seorang yang sudah diatur sesuai dengan kemampuan orang tersebut.

2. Penyuluhan kelompok ialah suatu metode dalam memberikan informasi

kesehatan pada kelompok besar pada masyarakat biasanya berjumlah lebih dari

15 orang yang dilakukan dengan seminar, ceramah ataupun demonstrasi.

Membuat Artikel Dari Hasil Penelitian

Peneliti yang telah menyelesaikan penelitiannya, wajib untuk menyebarkan hasilnya

melalui publikasi atau pertemuan ilmiah karena seorang peneliti wajib berperilaku terbuka

dengan menyebarkan hasil penelitiannya. Publikasi atau pertemuan ilmiah bermanfaat untuk

melakukan tindak lanjut dari hasil penelitian atau mencegah terjadinya duplikasi penelitian.

1. Artikel Hasil Penelitian merupakan Karya Ilmiah

Menurut Rahim et al., (2021), Artikel hasil penelitian merupakan satu dari beberapa

bentuk karya ilmiah. Suatu bentuk tulisan disebut sebagai sebuah karya ilmiah apabila

memenuhi ciri-ciri berikut ini:

a. Dari isi tulisan karya ilmiah adalah pengetahuan yang berupa gagasan atau deskripsi

atau pemecahan masalah.

b. Sajian konten pengetahuan tersebut berdasarkan fakta atau data atau kajian empiris

atau dapat juga berupa teori-teori yang diakui kebenarannya.

c. Tulisan mengandung kebenaran yang bersifat objektif dan dituntut kejujuran dalam

penulisannya.

47
d. Dari sisi bahasa yang dipakai merupakan bahasa yang baku serta menggunakan

istilah teknis selain istilah denotatif.

e. Sistematika penulisan karya ilmiah mengikuti aturan tertentu.

Alasan disajikannya hasil penelitian dalam bentuk karya ilimiah dapat dibedakan

menjadi dua yaitu pertama tujuan penulisan karya akademik dalam bentuk skripsi atau

tesis atau disertasi untuk memperoleh gelar sarjana (S1), magister (S2) atau doktor (S3).

Kedua bertujuan keperluan lainnya, misalnya karya tulis ilmiah yang digunakan bagi

kepentingan umum dan dapat dimuat di suatu jurnal ilmiah (Slameto, 2016). Kemudian

karya ilimiah hasil penelitian yang ditulis untuk publikasi di jurnal merupakan satu

bentuk dari artikel ilmiah. Lebih lanjut tentang isi artikel ilmiah dari hasil penelitian

perlu menunjukkan unsur orisinalitas.

Temuan hasil penelitian yang disajikan dalam artikel ilmiah sebaiknya benar -

benar baru, atau dapat merupakan bentuk penyempurnaan dari temuan-temuan yang telah

ada lebih dulu ditemukan oleh peneliti ataupun pihak lain. Data hasil penelitian tidak

hanya disajikan sebagai koleksi data tetapi perlu disajikan sebagai bentuk analisis serta

interpretasi intelektual atas data hasil penelitian. Sajian fakta-fakta dalam artikel ilmiah

dipaparkan secara singkat dan jelas.

Selain itu artikel ilmiah seyogyanya berisi informasi sebanyak-banyaknya, tetapi

diungkapkan dengan kata dan kalimat yang efektif. Perlu diketahui bersama bahwa

artikel ilmiah dari hasil penelitian bukan merupakan ringkasan hasil penelitian. Satu

laporan hasil penelitian dapat ditulis menjadi satu atau dua artikel. Bahkan, apabila suatu

laporan hasil penelitian tersebut memuat beberapa permasalahan penelitian, maka sangat

mungkin laporan hasil penelitian tersebut dibuat menjadi beberapa artikel ilmiah hasil

penelitian. Dimana masing-masing artikel membahas permasalahan penelitian yang

berbeda sehingga fokus topik artikel yang berbeda pula.

48
2. Komponen Artikel Ilmiah Hasil Penelitian

Menurut Rahmi et al., (2021) Artikel hasil penelitian mempunyai karakteristik yang

khusus. Perbandingan antara struktur laporan penelitian dan struktur artikel ilmiah hasil

penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Struktur Laporan Hasil Penelitian dan Artikel Ilmiah Hasil Penelitian

Komponen dalam artikel ilmiah hasil penelitian lebih lengkap sebagai berikut:

a. Judul

Judul artikel ilmiah hasil penelitian harus informatif, biasanya memuat

variabel penelitian dan lokasi penelitian. Beberapa jurnal ilmiah membatasi jumlah

kata dalam judul artikel ilmiah yang dipublikasikan 5 sampai 15 kata. Setelah judul,

diikuti dengan namanama penulis dan afiliasi penulis, kemudian dilengkapi dengan

email penulis.

b. Abstrak

49
Abstrak berisi inti permasalahan atau dapat dinyatakan dalam tujuan

penelitian, penjelasan singkat prosedur penelitian, simpulan dan temuan hasil

penelitian. Jumlah kata dalam abstrak juga dibatasi sekitar 150 sampai 200 kata.

c. Kata Kunci

Kata kunci merupakan kata atau frasa yang terkait topik atau isi artikel ilmiah

hasil penelitian. Kata kunci ini bisa dibatasi sampai lima kata atau frasa. Kata kunci

ini berfungsi sebagai penelusur yang dapat menggambarkan konsep yang terkadung

dalam artikel ilmiah.

d. Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka. Pada bagian tinjauan pustaka hanya

memuat hal-hal penting berbentuk uraian singkat dan sistematis tentang hal-hal yang

berkaitan dengan topik tulisan. Bagian ini perlu menyertakan rujukan yang relevan

dan update yang dapat dijamin otoritas keilmuan dari penulis.

e. Metode

Metode disajikan tentang bagaimana penelitian itu dilakukan. Beberapa hal

yang perlu ada dalam bagian metode adalah lokasi tempat penelitian, subjek atau

populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian yang digunakan dalam

pengumpulan data beserta kualitasnya, rancangan penelitian, cara penggumpulan

data, dan teknik analisis data beserta keabsahannya.

f. Hasil

Bagian hasil dari artikel ilmiah hasil penelitian memiliki dua unsur utama

yaitu: harus ada deskripsi dari temuan utama penelitian, dan data harus disajikan

dengan jelas dan ringkas. Data yang disajikan sebaiknya data representatif yang

relevan. Perlu dihindari pengulangan data yang tidak perlu dalam teks, gambar, dan

50
tabel. Penting untuk menyatakan secara singkat apa yang tidak ditemukan dalam

penelitian, karena hal ini dapat mempengaruhi penelitian lain di area tersebut.

g. Pembahasan

Perlu diperhatikan beberapa hal dalam menuliskan pembahasan dalam artikel

ilmiah hasil penelitian yaitu: pertama merangkum temuan utama penelitian, kedua

mendiskusikan kemungkinan masalah atau keterbatasandengan metode yang

digunakan, ketiga membandingkan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya,

keempat mendiskusikan implikasi temuan peneitian, kelima menyarankan penelitian

lebih lanjut dan keenam membuat simpulan secara ringkas.

h. Simpulan

Bagian akhir artikel ini disajikan sebagai penutup, berisi tentang ringkasan dari

uraian yang disajikan pada hasil dan pembahasan. Simpulan sebaiknya disajikan

berupa uraian singkat, bukan lagi numerik. Saran ditulis berdasarkan simpulan dan

pembahasan, dapat berupa saran tindakan praktis juga pengembangan teoretis serta

kemungkinan dilakukan penelitian lanjutan.

i. Referensi

Referensi ditulis secara lengkap sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam

artikel ilmiah dan sebaliknya (vice versa). Format penulisan referensi disesuaikan

dengan format referensi jurnal dimana artikel ilmiah akan dituju. Sebaiknya

referensi lebih banyak merujuk jurnal termasuk merujuk pada artikel ilmiah di jurnal

yang akan dituju.

3. Menulis Artikel Hasil Penelitian

Menurut Rahmi et al., (2021) Tiga tahapan dalam penulisan artikel hasil penelitian,

yaitu prewriting, drafting, dan post-writing. Ketiga tahapan ini dapat dipraktikkan

disesuaikan dengan kebutuhan penulis.

51
a. Prewriting

Penulis perlu membaca ulang laporan penelitian yang telah dibuat, tentukan

focus permasalahan yang akan dipilih untuk ditulis dalam artikel ilmiah. Langkah

selanjutnya mengembangkan kerangka artikel berdasarkan permasalahan yang telah

ditetapkan.

b. Drafting

Menulis artikel iliah hasil penelitian bukan pekerjaan meringkas laporan hasil

penelitian. Dari kerangka artikel yang sudah dibuat, penulis dapat mulai menulis

kembali laporan hasil penelitian ke dalam bentuk artikel ilmiah. Beberapa perkerjaan

yang dilakukan dalam darfting adalah mengolah kembali isi laporan hasil penelitian

berupa kalimat sampai paragraph ke dalam struktur artikel ilmiah. Misalnya pada

saat menulis bagian pendahuluan, penulis tidak bisa hanya memindahkan isi bab 1

dari laporan hasil penelitian. Namun penulis perlu menelaah ulang serta menulis

kembali agar lebih komunikatif sesuai fokus permasalahan yang dipilih. Bagian

pendahuluan juga memuat kajian pustaka yang terkait dengan judul artikel dan fokus

permasalahan. Kelengkapan komponen artikel ilmiah hasil penelitian perlu ditulis

secara lengkap, serta dapat menambahkan beberapa rujukan dari artikel yang berasal

dari jurnal ilmiah yang dituju.

c. Post-writing

Setelah proses penulisan draf artikel hasil penelitian selesai (dengan jumlah

kata sekitar 4000 kata), penulis artikel perlu membaca ulang draft artikel yang

dibuat. Tujuannya adalah pertama merevisi isi dari artikel atau melakukan

pengeditan teradap bahasa dan atta tulis artikel. Kegiatan merevisi dan mengedit

artikel tersebut, diawali dengan kegiatan membaca kembali artikel dan kegiatan

membaca kembali ini dapat dilakukan oleh orang lain.

52
Hal yang perlu diingat adalah ragam bahasa baku digunakan dalam artikel hasil

penelitian. Selanjutnya menyunting tata tulis artikel hasil penelitian dengan

memperhatikan gaya selingkung jurnal yang akan dituju penulis untuk mempublikasikan

artikelnya. Hal yang akan mempermudah proses penulisan artikel ilmiah, jika dalam

proses ini sudah ada jurnal ilmiah yang dituju, sehingga tata tulis artikel sudah mengarah

pada template artikel di jurnal tersebut.

Sebelum artikel dikirimkan ke jurnal ilmiah yang dituju, alangkah baiknya jika

artikel juga dilakukan pengecekan terhadap plagiasi dengan menggunakan software yang

ada. Tujuannya adalah menghindari kesamaan tulisan dalam artikel dengan karya atau

tulisan lain. Setelah semua tahapan dilakukan, barulah penulis mengirimkan artikel hasil

penelitian ke jurnal ilmiah yang dituju. Pemilihan jurnal yang sesuai dengan disiplin ilmu

artikel yang ditulis merupakan suatu keharusan, agar artikel mempunyai kemungkinan

besar untuk diterima.

4. Pengiriman Artikel Hasil Penelitian Ke Jurnal Ilmiah

Menurut Rahmi et al. (2021), Submit atau pengiriman artikel hasil penelitian ke

jurnal ilmiah merupakan tahapan publikasi artikel hasil penelitian yang tidak dapat

ditinggalkan. Hampir semua jurnal ilmiah menggunakan sistem online dalam menerima

artikel yang akan dimuat. Setelah penulis mengetahui alamat website jurnal ilmiah yang

dituju, penulis perlu membaca lebih lanjut tentang hal-hal yang perlu diperhatikan

penulis, misal template artikel, pengecekan kemiripan tulisan artikel, copyright artikel,

biaya publikasi artikel, sampai langkah pendaftaran dan mengirimkan artikel.

Sebelum mengirimkan artikel, pastikan penulis memiliki email aktif yang dapat

digunakan untuk registrasi atau pendaftaran sebagai penulis dalam sistem online jurnal

ilmiah. Proses registrasi ini biasanya mengisikan email, nama, afiliasi, dan keterangan

lainnnya. Setelah proses registrasi, penulis akan mendapatkan username dan password

53
yang digunakan untuk login dalam sistem online jurnal. Langkah berikutnya adalah

mengirimkan artikel ke sistem online jurnal ilmiah. Pada langkah ini penulis menuliskan

judul, tim penulis, email, afiliasi, abstrak, kata kunci, serta keterangan lain yang

dibutuhkan dan dilanjutkan dengan mengunggah file artikel sesuai ketentuan jurnal

imliah tersebut.

Setelah ini, penulis akan mendapat pemberitahuan melalui email bahwa penulis

telah mengirimkan artikel ke jurnal tersebut dan diminta menunggu proses berikutnya

yaitu review artikel. Beberapa jurnal ilmiah melakukan blind review atau double blind

review sehingga penulis perlu memperhatikan hal tersebut melalui sistem online atau

pemberitahuan melalui email.

Proses review, revisi sampai keputusan penerimaan artikel dapat memakan waktu yang
bervariasi, tergantung pada jurnal ilmiah yang dituju mulai dari minimal satu bulan sampai
lebih dari satu tahun. Maka penulis perlu proaktif untuk mencari informasi detail tentang hal
ini. Perlu motivasi yang tinggi dan keinginan yang kuat untuk mendapatkan hasil terbaik,
utamanya dalam menulis dan mempublikasin artikel hasil penelitian dalam jurnal ilmiah yang
bereputasi. Tetapi beberapa penulis yang memiliki orientasi yang kuat pada publikasi, dapat
segera untuk menulis pada saat mempunyai topik yang menarik. Motivasi yang tinggi dan
orientasi pada publikasi dari hasil penelitian merupakan modal utama bagi penulis untuk
dapat berhasil dalam menulis dan mempublikasikan artikel hasil

F.PRINSIP DAN LANGKAH DALAM EVIDENCE BASED MIDWIFERY CARE


a.Evidence Based Midwifery (Practice)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM
Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah
lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada
awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka
kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah
kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform yang paling ketat dilakukan dan

54
melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM
secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada
konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu
dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan
kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton,
2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan
profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif,
analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort
studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi
untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Gambril (2000) mendefinisikan EBP sebagai suatu proses yang melibatkan
pembelajaran atas arahan diri sendiri yang mengharuskan pekerja profesional bisa mengakses
informasi sehingga memungkinkan kita bisa
a) Menggunakan pengetahuan yang telah kita miliki dalam memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang bisa kita jawab;
b) Menemukan bukti-bukti terbaik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan;
c) Menganalisis bukti-bukti terbaik itu untuk mendapatkan validitas penelitian maupun
kedayaterapannya pada pertanyaan-pertanyaan praktik yang kita ajukan;
d) Membuat agar klien bertindak sebagai partisipan dalam pembuatan keputusan dan
e) Mengevaluasi kualitas praktik pada klien.

A. Manfaat Evidance Based Midwifery dalam Pratik Kebidanan


Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaaan yang sistematik, ilmiah dan
eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan pasien
secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan
intervensi. Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa sebagian
besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau dicegah. Intervensi harus
dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin,
obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang
terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya
haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.

55
Asuhan yang dilakukan dituntut tanggap terhadap fakta yang terjadi, menyesuaikan
dengan keadaan atau kondisi pasien dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan
pasien dengan mengikuti prosedur yang sesuai dengan evidence based asuhan kebidanan,
yang tentu saja berdasar kepada hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu: standar
asuhan kebidanan, standar pelayanan kebidanan, kewenangan bidan komunitas, fungsi utama
bidan bidan bagi masyarakat. Fungsi utama profesi kebidanan, ruang lingkup asuhan yang
diberikan.
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based
tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan resiko-
resiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk
memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering
mendengar tentang Evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak
lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti. Bukti
inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bias dipertanggung jawabkan.
Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian informasi
berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, evidence based midwifery adalah
pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan. Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Hal ini terjadi karena llmu Kedokteran berkembang sangat pesat. Temuan dan
hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan baru
yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan
sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian hipotesis baru
yang lebih sempurna. Sebagai contoh, jika sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan
salah satu prosedur rutin persalinan khususnya pada primigravida, saat ini keyakinan itu
digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin justru sering
menimbulkan berbagai permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi quality of life
pasien. Demikian pula halnya dengan temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan
perederan hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di
populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

B. Tujuan Evidance Based Midwifery

56
Tujuan EBP adalah memberi alat, berdasarkan bukti-bukti-bukti terbaik yang ada,
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan dan kepribadian (Stout &
Hayes, 2005 & Haynes, 1998). Artinya bahwa dalam memilih suatu pendekatan pengobatan
dan kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-lihat kajian penelitian yang telah
divalidasikan secara empiris yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu
pada diri individu tertentu.
Adapun jenis penelitian yang harus dikuasai para praktisi dalam EBP adalah
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif didasari pada ide bahwa suatu
problem dapat diteliti dan menggunakan metodologi yang signifikan dimana masing-masing
variabel menunjukan saling keterkaitan satu sama lainnya (Glicken, 2005). Untuk mengontrol
variabel yang kompleks yang berhubungan dengan klien bisa jadi sangat sulit. Walaupun
penelitian kualitatif terbatas pada fakta yang mana variabel penting lainnya tidak dapat
dikontrol, penelitian ini di dasari pada keyakinan bahwa penemuan non empiris merupakan
cara dalam memahami kefektifan treatmen. Meskipun penelitian kualitatif tidak dapat
memperlihatkan hubungan sebab akibat sebagaimana penelitian kuantitatif, namun implikasi
dari hubungan dan kelemahan hubungan dari variabel tersebut dapat diketahui.

C. Ciri-ciri Evidence Based


Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa pertimbangan klinis berbasis
bukti memiliki lima ciri penting:
a) Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis.

b) Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang memerlukan


kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat pertimbangan mengenai
kualitas bukti-bukti yang ada.

c) Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi di suatu


organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi yang digunakan.

d) Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi secara mandiri


informasi yang digunakan dan menguji validitasnya dalam konteks praktik masing-
masing.

e) Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang perilaku dan peran
profesional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai bersama.

1. Kelebihan Evidence-Based Practice

57
Kelebihan dari EBP dalam praktek profesional adalah:
a) Helper dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan informasi sebanyak-
banyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah yang dialami klien, sehingga akan
membantu klien dalam membuat keputusan alternatif dari sejumlah pilihan penaganan
masalah atau penyakit (Stout & Hayes, 2005).
b) Dengan EBP memungkinkan praktisi (a) mengembangkan pedoman praktis yang
bermutu yang bisa diterapkan pada diri klien, (b) mengidentifikasi literatur yang cocok
yang bisa dijadikan bahan diskusi bersama klien, (c) berkomunikasi dengan para
profesional lain dari kerangka acuan atas panduan pengetahuan dan (d) meneruskan
proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan kemungkinan pengobatan terbaik
bagi klien (Hines, 2000).

Selain itu menurut Straus dan Sackett (1998) EBP cukup berhasil di latar psikiatris dan
medis umum dan bahwa para praktisi membaca penelitian itu secara akurat dan membuat
keputusan yang benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53% pasien mengakui
kalau dirinya mendapat penanganan primer yang telah dilaksanakan dengan randomized
controlled trials (RCT) atau percobaan terkendali secara acak dan hasilnya sangat efektif.

2. Keterbatasan Evidence-Based Practice


Keterbatasan EBP dalam praktek profesional adalah:
a) Keterbatasan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing dengan sejumlah
bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan (Burns, 1999).
b) Literatur yang relevan mungkin tidak dapat diakses. Waktunya tidak cukup untuk
melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang ada (mungkin sangat banyak
jumlahnya) yang relevan dengan masalah klinis yang mendesak (Americal Medical
Assosiation atau disingkat AMA, 1992).

D. Perkembangan Keilmuan Midwifery Yang Berhubungan Dengan Evidence Based


Practice
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir

58
semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang
sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a. Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan

b. Asuhan Antenatal Terfokus


Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan
persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

c. Asuhan Pascakeguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap
kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

d. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi


Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat
waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian

e. Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.


Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang
umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya
dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan
aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini adalah
perkembangan keilmuan kebidanan yang berhubungan dengan evidence based practice.
a. Gentle Birth
Getntle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan alami yang bertujuan
untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang dan rileks saat melahirkan. Konsep ini

59
melibatkan praktik senam hamil, olah pernapasan, serta self hypnosis yang rutin dilakukan
sjak awal masa kehamilan hingga menuju persalinan.
b. Water birth
Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses melahirkan
yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam air (water birth), adalah suatu metode
melahirkan secara normal melalui vagina di dalam air. Secara prinsip, persalinan dengan
metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat
tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada
persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di
atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan
persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan persalinan dengan water
birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70%.

c. Lotus Birth
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali
pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis
normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami
dalam 10-20 menit pasca persalinan.

Langkah dalam Evidence Based Practice


Berikut adalah proses/langkah dalam Evidence Based Practice:
1. Merumuskan pertanyaan klinis yang dapat dijawab
Contoh :
Clinical Question: Bagaimanakah efektifitas pemeriksaan kardiotokograpi untuk
mendeteksi kesejahteraan janin dalam proses persalinan?

2. Menemukan bukti terbaik


a. Formulasi PICO
Patient Infant, neonatal
Intervention Carditocography
Comparator Intermitten auscultation
Outcome Assessment of fetal wellbeing

b. Frase Penelusuran

60
Search Terms

Patient/Population (Infant* OR Neonatal*)


Problem
Intervention (Cardiotocography*)
Comparator (Intermitten auscultation*)
Outcome (Assessment of fetal wellbeing*)

c. Frase Penelusuran Akhir


(Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) AND (Intermitten auscultation*)
AND (Assessment of fetal wellbeing*)

d. Hasil Penelusuran Jurnal


Search Pharase PUBMED
Infant 987981
(Infant*) 1048764
(Infant* OR Neonatal*) 1125994
(Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) 1019
(Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) AND 16
(Intermitten auscultation*)
(Infant* OR Neonatal*) AND (Cardiotocography*) AND 1
(Intermitten auscultation*) AND (Assessment of fetal
wellbeing*)

e. Hasil Penelusuran Jurnal


Contoh:
Judul Artikel: Admission cardiotocography: a randomised controlled trial. Lawrence
Impey, Margaret Reynolds, Kathryn MacQuillan, Simon Gates, John Murphy, Orla
Sheil.
3. Menilai bukti secara kritis (mengetahui seberapa bagus bukti tersebut dan apa artinya)
Contoh :
Apakah hasil dari penelitian uji diagnosis ini valid?

61
Apakah ada perbandingan dengan baku emas Iya alat screening pemantauan janin selama
yang dilakukan secara independen dan proses persalinan tersebut dibanding kan oleh
tersamar? gold standarnya yaitu auskultasi secara
intermitten denyut jantung janin.

Apakah alat diagnosis diuji akurasinya Penelitian ini dilakukan di ruang bersalin
dalam spektrum pasien yang merta (seperti rumah sakit bersalin nasional di Dublin,
terjadi dalam praktek rutin?) irlandia.
Pada jurnal dijelaskan bahwa responden
yang akan diteliti yaitu ibu hamil tunggal
dengan usia kehamilan kurang dari 42 minggu,
tidak ada kelainan janin dan komplikasi
kehamilan, suhu tubuh ibu kurang dari 37,5o C
saat masuk dan bersedia menjadi responden.
Dalam penelitian ini 2 orang perawat memantau
keadaan ibu secara atif. Pasien yang
menggunakan cardiotokograpi dan auskultasi
intermitten dikelola dengan perbandingan 1:1,
tugas itu dibuat diruang bersalin, disegel, buram
dan amplop diberi urutan nomor.
Awalnya pengacakan secara berurutan adalah
dari komersial package 10 dan menggunakan
ukuran blok tetap 100. Itu berubah setelah 2621
pasien telah direkrut dan digeneralisasikan oleh
unit perinatologi dengan ukuran block acak
100-250. Peserta yang direkrut oleh bidan
bersedia berpartisipasi, dibuka amplop dan
dialokasikan.

Apakah uji yang dipakai sebagai baku emas Tidak, pada penelitian ini jika salah satu
dilakukan dengan mengabaikan hasil dari kondisi seperti perlambatan denyut jantung
pemeriksaan lain yang sedang diuji janin atau takikardia pada auskultasi dan
akurasinya? ciaran ketuban bercampur mekonium, suhu ibu
>38oC, persalinan lebih dari 8 jam maka

62
digunakan EFM.

Akankah kemungkinan sakit setelah Iya, bila janin terdiagnosa gawat janin setelah
pemeriksaan mempengaruhi manajemen dan pemeriksaan maka mempengaruhi manajemen
pertolongan anda kepada pasien? (Dapatkah dan pertolongan pada ibu bersalin.
hal ini menggerakkan anda dari nilai ambang Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
pemeriksaan dan terapi? Apakah pasien anda kandungan dan spesialis anak untuk
merupakan berkeinginan menjadi partner penanganan lebih lanjut.
dalam melakukan pemeriksaan ini?

Akankah konsekuensi-konsekuensi Efek dari gawat janin tidak hanya dialami bayi
pemeriksaan menolong pasien anda? pada saat lahir, tetapi juga berpengaruh pada
perkembangan bayi. Dengan melakukan deteksi
gawat janin secara rutin akan membantu
pasien2 yang mengalami kelainan pada masa
persalinan.

4. Mengaplikasikan Bukti
Contoh:
Apakah hasil yang valid dari penelitian uji diagnosis ini penting?
Hitungan anda:

Target penyakit: gawat janin


Total
postif Negative

Positif a B a+b=
Cardiotocography
Negatif c D c+d=

a+b+c+d=
Total a + c = 46 b + d = 104
4298

Sensitivitas (SN) = a/(a+c) =


Spesifisitas (SP) = d/(b+d) =
Positive Predictive Value(Nilai ramal positif) = a/(a+b) =
Negative Predictive Value(Nilai ramal negatif) = d/(c+d) =
Pre test Probability(Kemungkinan sakit sebelum diperiksa (prevalensi) =
(a+c)/(a+b+c+d) =

63
RR= 0,90;95% CI, 0,75-1,08
ARR=1-RR
1-0,90= 0,1 (10%;95 CI, 0,75-1,08)
NNT= 1/ARR=1/0,1=10
Apakah anda dapat menerapkan bukti ilmiah yang valid dan penting dari penelitian uji
diagnosis dalam merawat pasien anda?

Apakah alat diagnosis ini tersedia, dapat Alat diagnosis ini sudah banyak digunakan di
diadakan, tepat, teliti di tempat anda pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit
bekerja? karena mudah dan murah.

Dapatkah anda membuat estimasi Sebelum dilakukan pemeriksaan kita bisa


kemungkinnan sakit sebelum dilakukan membuat estimasi kemungkinan gawat janin
pemeriksaan (dari data-data praktek sehari- Dengan cara sederhana, pemantauan dilakukan
hari, dari pengalaman pribadii, dari laporan melalui analisa keluhan ibu (anamnesis),
atau dari spekulasi klinis)? pemantauan gerak harian janin dengan kartu
gerak janin, pengukuran tinggi fundus uteri
dalam sentimeter, pemantauan denyut jantung
janin (DJJ) dan analisa penyakit pada ibu.

5. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan langkah-langkah 1-4 dan


mencari cara untuk meningkatkan mereka berdua untuk waktu berikutnya.
a. PICO
Contoh :
PICO percobaan cardiotokograpi cocok dengan pertanyaan klinis kita yaitu
bagaimanakah efektifitas pemeriksaan kardiotokograpi untuk mendeteksi
kesejahteraan janin dalam proses persalinan.
b. Validitas Internal
1) Rekrutmen
Contoh :

64
Pada percobaan cardiotokograpi, subjek direkrut dari awal secara sukarela.
Kriteria inklusi/eksklusi menunjukkan bahwa perekrutan subjek mewakili
populasi yang jelas (ibu hamil tunggal dengan usia kehamilan kurang dari 42
minggu, tidak ada kelainan janin dan komplikasi kehamilan, suhu tubuh ibu
kurang dari 37,5o C saat masuk dan bersedia menjadi responden). Ini termasuk
penelitian yang besar karena jumlah responden sebanyak 8580 wanita( Admission
CTG= 4298, Usual care=4282). Jumlah subjek cukup menyediakan sampel yang
mewakili.
2) Alokasi
Penempatan kelompok secara acak tetapi metode yang dipakai (amplop tertutup)
bukan metode paling efektif untuk menghilangkan bias penempatan. subjek tahu
di mana kelompoknya berada.
Contoh :
Baik karena bias penempatan ((ibu hamil tunggal dengan usia kehamilan kurang
dari 42 minggu, tidak ada kelainan janin dan komplikasi kehamilan, suhu tubuh
ibu kurang dari 37,5o C saat masuk dan bersedia menjadi responden). Terdapat
perbedaan signifikan secara statistik pada peningkatan operasi SC antara 2
kelompok.
3) Maintenance
Sekali subjek ditempatkan ke kelompok, maka semua subjek diatur secara sama,
outcome yang relevan diukur menggunakan metodelogi yang sama untuk kedua
kelompok tersebut, akan tetapi banyak yang hilang pada saat follow upI.

4) Measurement
 Blinding / penyamaran – bidan yang melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan gold standar mengetahui keadaan pasien sebelumnya.
 Objectivity /objektivitas – pengukuran outcome tergantung interprestasi
dari alat cardiotocography dan auskultasi intermitten
 Overall / keseluruhan (Validitas internal) : percobaan dilakukan dengan baik
c. Overall/keseluruhan (Validitas internal)
Percobaan dilaksanakan dengan baik tapi memiliki kelemahan metodologi yang bisa
berdampak pada outcomes.

65
d. Hasil
Contoh :
Hasil menunjukkan perbedaan besar antara kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol, tidak signifikan secara statistik (karena CI melewati angka 1
ARR = 1 – RR
1 - 0,90 = 0,1 (10%;95 CI, 0,75-1,08)
NNT= 1/ARR=1/0,1=10
e. Kesimpulan
Contoh :
Hasil penelitian menunjukkan cardiotocography memiliki dua peran potensial.
Pertama, mungkin bertindak sebagai stress test untuk janin yang mungkin menjadi
hipoksia dalam proses persalinan. Kedua, mungkin mendeteksi dan pelayanan yang
cepat dari beberapa janin yang sudah kronis hypoxic. Sementara itu angka NNT
cukup besar (10), sekarang tinggal seberapa penting keputusan klinis sehubungan
dengan konsekuensinya.
f. Level Evidance Based Diagnostic Accuracy
Contoh :
Judul Metode Level
Admission cardiotocography: randomised controlled trial II B

G.Kekuatan Dan Kelemahan Dalam Penerapan Evidence Based Pada Praktik

Pengguna pelayanan kesehatan memiliki pengalaman berharga yang dapat digunakan


untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh provider terkait. Adanya persepsi yang
berbeda antara bidan dan pasien terhadap pelayanan asuhan kebidanan, memerlukan
keterlibatan pasien dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Tujuan artikel ini
untuk mengetahui:

 Aspek mutu pelayanan kebidanan yang paling dihargai oleh pasien


 Aspek mutu pelayanan kebidanan yang dapat ditingkatkan menurut kaum perempuan
 Bagaimana pengalaman kaum perempuan dapat dipergunakan untuk menilai mutu
dan meningkatkan program mutu oleh praktik kebidanan individual,

66
Pelayanan obstetrik di Belanda diberikan oleh primary caregiver (dokter dan bidan)
serta secondary caregiver (dokter spesialis kandungan). Pada tahun 1990, perwakilan dari
pasien, provider pelayanan kesehatan, agen asuransi, dan pemerintah di Belanda bertemu
secara formal dalam Leidschendam Conferences, dimana mereka mendiskusikan bagaimana
mutu pelayanan kesehatan terbaik dapat ditingkatkan. Semua pihak sependapat bahwa
pelayanan kesehatan disediakan berdasarkan kebutuhan dibandingkan berdasarkan
ketersediaan. Para bidan di Belanda mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan mutu organisasi, Royal Dutch Midwifery Association (KNOV) menyusun
suatu sistem mutu untuk mengembangkan organisasi secara sistematis dan pengadaan
pelayanan kebidanan.

Pada penelitian yang dilakukan pada 2004 di Belanda, data dikumpulkan dari 358
responden yang merupakan ibu muda dari 57 bidan. Kuesioner yang dipergunakan memuat
berbagai aspek meliputi; prenatal, natal, periode post partum, dan memuat dua pertanyaan
terbuka.

Sebanyak 312 responden berpartisipasi dalam penelitian ini dan diperoleh data berupa
daftar sebanyak 870 aspek yang dihargai oleh responden dalam perawatan kebidanan yang
mereka peroleh. Berikut adalah aspek-aspek tersebut; sopan santun (337 pernyataan positif),
kompetensi profesional (224 pernyataan positif), dukungan (57 pernyataan positif). Aspek-
aspek tersebut dapat dikategorikan sebagai kekuatan dalam pelayanan asuhan kebidanan.
Namun, 177 responden memberikan pernyataan negatif yang memerlukan perbaikan lebih
lanjut terkait aspek-aspek tersebut, yakni; dimensi organisasi (65 pernyataan negatif),
kebijakan (62 pernyataan negatif), dan informasi (46 pernyataan negatif).

Aspek-aspek yang menjadi penekanan bahasan pada penelitian ini mengacu pada hasil
penelitian yang dilakukan, meliputi:

 Aspek Interpretasi Individu


 Kompetensi Profesional
 Informasi
 Sopan Santun
 Dukungan
 Organisasi
 Evaluasi

67
 Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat menjadi awal pengembangan instrumen peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dari perspektif kaum perempuan atau pasien yang menggunakan layanan
kebidanan. Namun tidak semua hasil pada penelitian ini dapat diterapkan pada semua praktik
layanan kebidanan. Bersama dengan seluruh kolega, provider lain, pasien, bidan sebaiknya
'mengenali' pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh responden. Ketika bidan dapat
mengenali kekuatan dan kelemahan pada pelayanan kebidanan yang mereka berikan, maka
suatu strategi yang berfokus pada pasien dapat dikembangkan dan tidak hanya mengacu pada
kebijakan mutu Royal Dutch Midwifery Association (KNOV).

H.Definisi Etik Biomedis

Sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan Bioetika atau yang disebut juga
dengan Etika Biomedis.Bioctika berasal dari kata Bios yang berati kehidupan dan Ethos yang
berarti norma-norma atau nilai-nilai moral.
Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh
perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa
kini dan masa mendatang.Bioetika mencakup isu-isu sosial,agama,ekonomi,dan hukum
bahkan politk.Bioctika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia,
transplantasi organ, teknologi reproduksi butan,dan rekayasa genetik,membahas pula masalah
keschatan,faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat hak pasien
moralitaspenyembuhan tradisional,lingkungankerja,demografi,dansebagainya.Bioctika
memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian Kesehatan pada manusia dan hewan
percobaan.
Menurut F.Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran,tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang,tetapi juga memperhitungkan timbulnya
masalah pada masa yang akan datang. Etika biomedis dalam arti ini dedifinisikan oleh
International Association of Bioethics adalah studi tetang isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-
isu lain yang timbul dalam pelayanan kesehatan da ilmu-ilmu biologi. Pengertian etika
biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika medis tradisional yang sudah
dikenal sejak ribuan tahun dan lebih banyak menyakut hubungan individual dalam interaksi
terapeutik antara dokter dan pasien.Kemungkinan adanya masalah etika medis,demikianlah
yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat oleh masyarakat (media massa)dituding
sebagai malpraktek.
Dimensi kepuasan pasien meliputi 2 hal:
1. Kepuasan mengacu penerapan kode etik dan standar pelayanan profesi
2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan

68
Pelaksanaan etika dalam pelayanan kebidanan,mencakup:
1. Etika dalam pelayanan kontrasepsi Pemilihan alat kontra sepsi merupakan hak klien dan
suami untuk merencanakan pengaturan kelahiran mereka

Tujuan konseling kontasepsi adalah :


a. Agar calon akseptor mampu memahami manfaat KB bagi dirinya dan keluarga
b. Calon akseptor mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan menggunakan KB
dan segala hal yang berkaitan dengankontrasepsi

Bidan sebagai konselor harus memiliki kepribadian sbb:


a. Minat untuk menolong orang lain
b. Mampu untuk empati
c. Menjadi pendengar yang aktif dan baik
d. Mempunyai pengamatan yang tajam
e. Terbuka terhadap pendapat orang lain
f. Mampu mengenali hambatan psikologis sosial dan budaya

Langkah-langkah pelaksanaan konseling meliputi:

a. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya


b. Menggali permasalahan yang dihadapi calon akseptor
c. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat alat kontrasepsi. Setelah klien
memutuskan memilih salah satu alat kontrasepsi, Bidan menyiapkan informent
concent secara tertulis.

2. Etika Dalam Penelitian Kebidanan

Menurut Kode Etik bidan Internasional adalah bahwa bidan seharusnya meningkatkan
pengetahuannya melalui berbagai proses seperti dari pengalaman pelayanan kebidanan dan
dari riset kebidanan. Bidan harus siap untuk mengadakan penelitian dan siap untuk
memberikan pelayanan berdasarkan hasil penelitian.

Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk :

a. Memajukan ilmu pengetahuan dalam kaitan untuk meningkatkan pelayanan


b. Kemajuan dalam bidang penelitian itu sendiri

69
Menurut Helsinski prinsip dasar penelitian yang mengambil objek manusia harus memenuhi
ketentuan :

a. Bermanfaat bagi umat manusia


b. Harus sesuai fengan prinsip iliah dan harus didasarkan pengetahuan yang cukup dari
dukungan kepustakaan ilmiah
c. Tidak membahayan objek
d. Tidak merugikan fan menjadikan beban bagi waktu
e. Harus selalu dibandingkan rasio untung, rugi resiko

Fungsi Fungsi Etika Dalam Pelayanan Kebidanan

1. Menjaga otonomi dari setiap individu khusunya bidan dan klien


2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan membahayakan orang lain
3. Menjag privacy setiap individu
4. Mengatur manusia agar berbuat adil dan bijagsana sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengetahui apakah suati tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya
6. Mengarahkan pola fikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah
7. Menghasilkan tindakan yang benar
8. Mendapatkan informasi tentang ha yang sebenarnya
9. Memebrikan petunjuk terhadap tingkah laku/ prilaku manusia antara baik buruk benar
atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya
10. Berhubungan dengan pengaturan yang bersifat abstrak
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik didalam tata tertib masyarakat maupun tata cara
didalam organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindakan, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
biasa disebut kode etik profesi.

Masalah yang timbul dalam Bioetika termasuk pada praktik kebidanan

Kaidah kaidah bioetik merupakan sebuah hukuman mutlak bagi seorang dokter atau
tenaga kesehatan lain. Seorang tenaga kesehatan wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada

70
dalam kaidah tersebut, tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip
manjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dangan mengorbankan prinsip yang lain.

4 Kaidah dasar moral yang juga sering disebut kaidah dasar etik biomedis yaitu Beneficience,
Non Meleficience, Justice dan Autonomi.

1. Beneficience

Dalam arti bahwa seorang tenaga kesehatan berbuat baik, menghormati martabat
manusia, tenaga kesehatan tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam
kondisi sehat. Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini.
Kaidah beneficience menegaskan peran tenaga kesehatan untuk menyediakan kemudahan
dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat
baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah :

a. Mengutamakan Autulrisme
b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
c. Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya
menguntungkan seorang tenaga kesehatan
d. Tidak ada pembatasan (Goal based)
e. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebuh banyak dibandngkan dengan
suatu keburukannya
f. Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang
g. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
h. Memaksimalisasi hak hak pasien secara keseluruhan
i. Menerapkan golden rule principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang
lai inginkan
j. Memberi suatu resep yang berkhasiat namun murah
k. Mengembangkan profesi secara terus menerus
l. Minimalisasi akibat buruk

2. Non Meleficience
Non Meleficience adalah suatu prinsip yang mana seseorang tenaga kesehatan tidak
melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang pelng
kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Non Meleficience
mempunyai ciri :
a. Menolong pasien emergensi
b. Mengobati pasien yang luka

71
c. Tidak membunuh pasien
d. Tidak memandang pasien sebagi objek
e. Tidak menghina atau mencaci maki/ memnfaatkan pasien
f. Melindungi pasien dari serangan
g. Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian tenaga kesehatan
h. Tidak membahayakan pasien karena kellaian
i. Menghindarimisrepresentasi
j. Memberikan semangat hidup
k. Tidak melakukan whitecollarcrime
3. Autonomi

Dalam kaidah ini,seorang tenaga kesehatan wajib menghormati martabat dan hak
manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak
menentukan nasib sendiri.Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan
membuat keputusan sendiri.Autonomi bermaksud
menghendaki,menyetujui,membenarkan,membela,dan membiarkan pasien demi dirinya
sendiri.

Kaidah Autonomi mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:


Menghargai hak menentukan nasib sendiri
a. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
b. Berterus terang menghargai privasi
c. Menjaga rahasia pasien
d. Menghargai rasionalitas pasien
e. Melaksanakan Informed Consent
f. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
g. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
h. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,termasuk
keluarga pasien sendiri
i. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
j. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
k. Menjaga hubugan tau kontrak

4. Justice

72
Keadilan atau justice adalah suatu prinsip diamana seorang tenaga kesehatan
wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagian dan kenyamanan
pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi,pandanganpolitik,agama,kebangsaan,perbedaan kedudukan
sosial,kebangsaan,dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan
tenaga keschatan terhadap pasiennya.Justice mempunyai ciri-ciri:
a. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
b. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yangtelah ia lakukan
c. Memberikan kesempatan yang sama terhadappribadi dalam posisi yang sama
d. Menghargai hak sehat pasien
e. Menghargai hak hukum pasien
f. Menghargai hak orang lain
g. Menjaga kelompok rentan
h. Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA,statussocial,dan
sebagainya
i. Tidak melakukan penyalahgunaan
j. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhanpasien
k. .Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
l. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil
m. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
n. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an sah atau tepat
o. Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan keschatan
p. Bijak dalam makroalokasi

Selain 4 kaidah dasar etik biomedis diatas,tedapat juga kaidah atau prinsip Utama Bioetika
antara lain:
a) Respek terhadap hidup dan kehidupan(bioetika sangat menghargai kehidupan yg
menganggap bahwa kehidupan bukan sekedar reaksikimia fisika biasa
b) Perlunya keseimbangan antara resiko dan manfaat (Keputusan yang diambil harus
mempertimbangkan manfaat dan segi kerugian / resikonya.
c) Adanya suatu kesepakatan bahwa etika tidak sesederhana alamiah (Problem etika
tidak mudah untuk mendapat penyelesaian, karena keputusan etika yang diambil
dipengaruhi antara lain Ideologi, kepentingan, pola pikir dan tujuan.

Contoh Maslah Bioetika pada Kontrasepsi:

73
Kontrasepsi adalah : sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur dengan sperma.Ny.S datang ke BPM Mutiara menggunakan mobil
mewah,dia ingin menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang.Tanpa menjelaskan terlebih
dahulu,bidan T langsung menyarankan Ny.S untuk menggunakan AKDR dengan merk
tertentu(mahal).
Apakah bidan tersebut menggunakan prinsip bioetika ?
Aspek Etika Metode Kontrasepsi:
1. Cara alamiah Misal sanggama terputus:sebagian pemuka cara ini menjadi alternative yang
secara moral dapat diterima,namun bagi pasutrinampak sebagai pembatasan yang
menyulitkan,sehingga tingkat keberhasilannya rendah,karena jarang orang mau
mengorbankan kesenangan seksualnya untuk lebih berfikir rasional mengenai
kesejahteraan keluarga.
2. Alat-alat Kontrasepsi (Kondom,Pil,Suntik,Implan,IUD,MOW/MOP)Alat kontrasepsi ini
selalu dianggap sebagai juru selamat bagi mereka yang tidak menginginkan kehamilan
dan mengurangi risiko aborsi jika terjadi kehamilan diluarrencana.Dampak yang kurang
menyenangkan alat kontrasepsi:Menyumbang terjadinya Penyimpangan
moral:sksbebas,seksdiluarnikah,perselingkuhan.Apalagi bisa akses memperoleh alat
kontrasepsi dipermudah misalnya ATM kondom,Pil KB dijual tanpa resep dll.Kontrasepsi
juga berdampak kekerasan dan diskriminasi gender,mengingat karena peserta KB
sebagian besar wanita (Alat kontrasepsi pria terbatas hanya kondom dan vasektomi)
Vasektomi berdampak pada faktor budaya yang merendahkan pria karena dipersamakan
dengan kebirian, sdgkan kondom dirasa membuat pria kurang nyaman.Shg ada justifikasi
yg wajib menggunakan kontrasepsi adalah wanita,pdhaldlm hak azasi manusia
wanita,pria mempunyai hak yang sama.Dampak yang lain adalah ketika program KB
diharuskan pada kalangan tertentu,misal ABRI dan PNS.Pembatasan kelahiran jika bukan
karena pertimbangan keschatan adalah yang secara etika tidaklah benar.Pengaturan
kelahiran memang penting tetapi tidak perlu secara ekstrem menjadi program yang
dipaksakan.Pengaturan harus karena pertimbangan kesehatan, bukan karena kesejahteraan
yang bersifat ekonomi,sehingga program KB dilakukan atas kesadaran.

Aspek Hukum Keluarga Berencana


Dari sudut pandang hak-hak pasien segala cara kontrasepsi yang ditawarkan harus
mendapat persetujuan dari pasutri setelah memperoleh penjelasan (informed consent).Dalam
UU No 52 Tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan pembangunan

74
Keluarga,terdapat butir-butir tentang penyelenggaraan Keluarga Berencana dari segi hak
pasutri dan etik.
Pasal 24
Ayat I:Penyelenggaraan kontrasepsi diselenggarakan dengan cara yang berdaya guna dan
berhasil guna serta diterima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pasangan suami
isteri sesuai dengan pilihan dan pempertimbangkan kondisi kesehatan suami isteri
Ayat 2:Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapapun dan dalam bentuk apapun
bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan.
Tenaga kesehatan yang melaksanakan kewenangan nya harus berlandaskan standar profesi
keschatanyg berlaku, sehingga tenaga kesehatan tersebut memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan kewenangan tersebut.

75
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evidence Based artinya berdasarkan bukti. Bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah
terkini yang isa dipertanggung jawabkan. Suatu istilah yang luas yang dapat dipertanggung
jawabkan proses pemberian informasi berdasarkan bukti dan penelitian (Gray, 1997).
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sementara hipotesis yang
diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian pengujian
hipotesis baru yang lebih sempurna. Demikian pula halnya dengan temuan obat baru yang
dapat saja segera ditarik dari peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat
tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada
sebagian penggunanya. Adalah hasil penelitian quasi eksperience lalu hasil study observasi
(III) dan terakhir expert opinion, clinical experience (IV) . Untuk mendapatkan bukti ini bisa
diperoleh dari berbagai macam hasil penelitian yang telah dipublikasikan oleh berbagai
macam media, itulah evdence based.
A. Saran
Pcnulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan, serta makalah ini diharapkan menjadi sumber materi yang
dapat menambah ilmu bagi para pembaca,penyusun sangat mengharap saran yang sangat
bermanfaat dan dapat membantu pembuatan makalah selanjutnya:
a. Perlunya penambahan sumber-sumber yang tepat sehingga makalah yang disusun lebih akurat
dan lengkap.
b. Untuk mengoptimalkan hasil amkalah, dianjurkan untuk benar benar memanfaatkan waktu
yang tersedua.

76
DAFTAR PUSTAKA
Jayanti,Ira.2020. EvidenceBased dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Penerbit

Evidence-based practice: step by step: the seven steps of evidence-based practice. AJN The American
Journal of Nursing, 110(1), 51-53.

Melnyk, B. M., Fineout-Overholt, E., Stillwell, S. B., & Williamson, K. M. (2010).

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program Studi Magister
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung

Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

www.google.com

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-
dalam.html#ixzz3YZGM2flV

http://ekarianamidwifery.blogspot.co.id/2015/04/langkah-dalam-evidence-based-practice.html diakses
pada tanggal 22 September 2019 pukul 21.15 WIB

77
Rousseau, D. M., & Gunia, B. C. (2016). Evidence-based practice: The psychology of EBP
implementation. Annual Review of Psychology, 67, 667-69

Jayanti,Ira.2020. EvidenceBased dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Penerbit


Evidence based midwifery di royal college midwivesinggris :
http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2015/volume

https://www.midwferytoday.com/a rticles midwifestouch.asp

78
79
80

Anda mungkin juga menyukai