Dosen Fasilitator :
Disusun Oleh :
Putri Febi Yanti 221101068
FAKULTAS KEPERAWATAN
2023
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa atas berkat dan
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Evidence Based
Pemanfaatan Yoga Pada Masa Nifas Untuk Peningkatan Produksi ASI ” ini tanpa
halangan yang berarti. Penyusunan makalah ini didasarkan atas pemenuhan tugas
kelompok untuk mata kuliah keperawatan maternitas. Makalah ini terinterpretasikan
oleh usaha dan kontribusi para anggota kelompok 21, serta bantuan, arahan, dorongan
semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran dan juga kritik. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Erniyati. S.Kp.,MNS., sebagai dosen
pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta
bagi perkembangan dunia pendidikan dan dapat meningkatkan kesadaran akan
pentingnya perhatian terhadap ibu nifas.
Kelompok 21
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kehamilan seseorang mencerminkan banyak hal, terutama tentang efektivitas
dan efisiensi proses diagnosa dan identifikasi yang matang, serta penggunaan hak,
preferensi dan kondisi sulit pasien untuk pengambilan keputusan tentang
perawatannya (Sackett et al., 1996).
Tanpa keahlian klinis praktik yang dilakukan menjadi hal yang berisiko,
begitu pula bukti eksternal tidak akan bisa diimplementasikan pada pasien,
sehingga tanpa bukti terkini penatalaksanaan praktik menjadi hal yang usang dan
menyebabkan resiko pada pasien (Sackett et al., 1996).
Dalam proses pengembangannya, EBP mengintegrasikan 4 aspek yaitu: nilai
diri dan lingkungan pasien, keahlian klinis, informasi dari konteks praktis, bukti-
bukti hasil penelitian terbaik (Guyatt et al., 2000; Sackett et al., 1996).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kebutuhan unik dan preferensi pribadi pasien. Jika digunakan secara konsisten,
hasil pasien yang optimal lebih mungkin tercapai.
Menggunakan Evidence-based practice berarti meninggalkan praktik
pemberian perawatan yang sudah ketinggalan zaman dan memilih metode yang
efektif dan tervalidasi secara ilmiah untuk memenuhi kebutuhan masing- masing
pasien. Penyedia layanan kesehatan yang menggunakan Evidence-based practice
harus terampil membedakan nilai penelitian untuk populasi pasien tertentu.
Tujuan evidence-based practice ialah memberikan data pada perawat
praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif
dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang
ada pada pemberian pelayanan kepada pasien, mencapai kesempurnaan dalam
pemberian asuhan keperawatan, jaminan standar kualitas dan memicu inovasi.
Evidence-based practice bertujuan untuk mencapai suatu peningkatan pada
perawatan pasien, konsistensi perawatan pasien, hasil perawatan pasien dan
pengendalian biaya. Penerapan evidence-based practice sangat penting bagi
perawat dalam berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan tim kesehatan
dalam pengambilan keputusan dan rencana perawatan yang akan diberikan,
menerapkan evidence-based practice dipelayanan kesehatan dapat menurunkan
angka kematian, angka kesakitan dan kesalahan medis.
4
dengan tubuhnya. Teknik yoga tertentu dapat memperbaiki fisik dan kesehatan
mental melalui down regulasi hipotalamus pituitary adrenal (HPA) dan saraf
simpatis system (SNS) yang data mengurangi resiko penyakit obesitas, diabetes,
gangguan auto imun, depresi, penyalahgunaan cat dan penyakit kardiovaskuler.
Salah satu manfaat umum berlatih yoga dapat mengurangi ketidaknyaman fisik,
mental, emosi, sehingga mencapai keseimbangan tubuh dan jiwa serta selaras
dengan alam semesta termasuk pada ibu hamil maupun ibu postpartum (Olga Viliar
Alises, Patricia Martinez Miranda, 2023) (Dewi RS, Erialdy E, 2018) menyatakan
bahwa konsep prenatal yoga sama dengan jenis yoga yang lainnya yang termasuk
latihan postpartum yoga. Hal ini sesuai konsep dari yoga yang memiliki keselarasan
dengan filosofi asuhan ibu hamil berkelanjutan (continuity of care) dan berlaku
sepanjang siklus kehidupan wanita. Keunggulan latihan yoga dibandingkan dengan
senam adalah yoga memiliki prinsip penyatuan tubuh, pikiran dan jiwa dengan
adanya sesi relaksasi dan meditasi.
Pada masa nifas, latihan yoga dapat membantu proses pemulihan organ-
organ reproduksi. Selain itu yoga pada masa nifas dapat mengurangi kecemasan,
ketegangan dan ketidaknyaman fisik dan psikologis. Pelaksanaan yoga pada masa
nifas dapat dilakukan dengan syarat ibu postpartum dalam kondisi baik tanpa
komplikasi pascapersalinan. Yoga masa nifas juga bermanfaat untuk
mengembalikan bentuk tubuh ibu seperti sebelum hamil. Postpartum yoga memiliki
kesamaan dengan prenatal yoga dimana kedua latihan tersebut memiliki teknis
pernafasan yang berupaya untuk menjernihkan pikiran, mengatasi kelelahan,
membantu payudara ibu berproduksi ASI secara maksimal. peran bidan sangat
diperlukan patnership atau rekan pendampimg sehingga dapat melewati proses
masa-masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang aman serta nyaman (Hu S, Xu T,
2021).
Berdasarkan pada beberapa teori diatas, dapat ditarik benang merah bahwa
yoga pada masa nifas dan menyusi merupakan program khusus yang diberikan pada
ibu postpartum dengan teknik dan intensitas yang sudah disesuaikan dengan
keadaan serta kebutuhan fisik, psikis ibu selama 42 hari. Program tersebut
5
menekankan pada relaksasi dan pernafasan, penguatan otot dasar panggul dan
memperlancar produksi ASI.
6
6. Pusing atau Lemah
Ibu yang sering mengalami pusing atau lemah harus menghindari pose-pose
yoga yang melibatkan perubahan posisi secara tiba-tiba atau berdiri lama.
Pose-pose ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dan
meningkatkan risiko pingsan
7. Kelelahan Umum
Ibu yang mengalami kelelahan umum harus menyesuaikan intensitas dan
durasi sesi yoga sesuai dengan kemampuannya. Berlebihan dalam
melakukan yoga dapat memperburuk kelelahan.
7
tubuh beristirahat dalam posisi (savana/postur tubuh) setelah melakukan asana yang
akan meningkatkan rasa nyaman dan relaksasi pada tubuh, melancarkan perendaran
darah dan memulihkan tubuh dalam kondisi stabil. Latihan asana disertai dengan
pranayama dan meditasi akan menghilangkan pikiran dan emosi negatif serta
meningkatkan rasa percaya diri.
Meditasi akan membimbing pikiran untuk lebih mendalam masuk ke dalam
realisasi diri. Kondisi ibu yang nyaman dapat merangsang saraf pusat di
hipotalamus di otak dan menyebabkan sel-sel hipofisis anterior melepaskan hormon
prolaktin, hormon ini merangsang sel-sel alveolus yang berfungsi untuk membuat
susu. Seiring dengan pembentukan hormon prolaktin oleh adeno hipofise (hipofise
anterior), stimulasi dilanjutkan ke neurohipofise (hipofisis posterior) yang
kemudian melepaskan oksitosin. Oksitosin adalah disekresikan oleh badan sel
neuron di nukleus paraventrikular dan supraoptik hipotalamus. Oksitosin mengalir
melalui serabut saraf ke hipofisis posterior dan dilepaskan ke dalam aliran darah
ketika saraf dirangsang. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut ke alveolus dan
akan mempengaruhi miopitelium sel untuk berkontraksi. (Sullivan MB, Erb M,
Schmalzl L, Moonaz S, Taylor JN, 2018).
Kontraksi sel akan memeras ASI yang telah dibuat dari alveolus dan masuk
ke dalam sistem duktulus yang selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus ke
dalam mulut bayi. Jika dibandingkan, keadaan ibu-ibu saat ini sebelum melakukan
yoga, ibu-ibu belum menerima stimulasi untuk menciptakan rasa tenang dan
nyaman pada diri sendiri, yang merupakan penentu laktasi (Dal N, Gumussoy S,
Saridogan E, 2021), (Bailowitz Z, Gram R, Teeple D, 2017)
1. Pranayama
Pranayama merupakan gerakan yoga pengendalian napas yang dapat
membantu meredakan stres dan menenangkan pikiran. Teknik ini pun bisa
membuat ibu lebih rileks.
8
Cara melakukan:
Duduklah dengan nyaman dalam posisi kaki bersila dan tutup mata Bunda.
Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, kemudian keluarkan perlahan
lewat mulut.
Pada intinya, menyusui memang menyenangkan namun sering kali dapat
terasa melelahkan baik secara fisik maupun mental. Ini terutama pada hari-
hari awal di mana bayi cenderung menyusu sepanjang waktu, sehingga
Bunda sering kelelahan. Jika Bunda juga demikian, yuk mulai rutin
melakukan gerakan yoga agar tubuh lebih bugar dan rileks.
3. Bridge Pose
Bridge pose adalah gerakan yoga dengan postur restoratif yang membantu
dalam penyelarasan korektif tubuh. Ini juga membantu meregangkan dada,
tulang belakang dan leher dengan benar, sekaligus dapat memperkuat kaki.
Cara melakukan:
Berbaringlah di lantai dan tekuk lutut Bunda. Pijakkan kaki dengan kuat di
lantai dan buang napas. Angkat tubuh bagian bawah ke atas dengan
menekan kaki dan tangan ke lantai. Setelah itu, angkat bokong ke atas, jaga
agar paha dan kaki tetap sejajar membentuk seperti jembatan.
9
Hasil penelitian (Wildan M, 2017) menunjukkan bahwa sebelum diberikan
intervensi yoga, produksi ASI ibu menyusui dalam keadaan normal. Namun, setelah
di intervensi yoga terjadi peningkatan produksi ASI, rata-rata peningkatan produksi
ASI sebelum dan sesudah yoga adalah 110,97 gram.
Produksi ASI diperoleh setelah menyusui, ibu melakukan yoga selama 6
hari berturut-turut, dimana saat melakukan yoga, ibu dapat merasakan ketenangan
batin dan memberi relaksasi pada tubuh dan pikiran ibu. Latihan yoga yang
dilakukan oleh ibu menyusui terdiri dari otot, latihan di sekitar payudara, yoga
postpartum, yang terdiri dari asana dan pranayama, yoga pernafasan, relaksasi dan
meditasi. Hal tersebut menunjukkkan bahwa produksi ASI dapat meningkat optimal
setelah melakukan yoga.
Pentingnya memperhatikan kondisi ibu menyusui, selain mempengaruhi
kelancaran ASI juga dapat mempengaruhi bayi: ketika ibu dalam kondisi damai,
bayi akan menjadi tenang sehingga bayi dapat disusui dengan nyaman dan
mendapat cukup ASI dari ibunya, konsekuensinya akan mempengaruhi kembali ke
ibu. Ibu akan merasa lebih baik jika ibu santai, kondisinya kembali ke bayi yang
juga akan merasa baik dan seterusnya. Dimana itu akan menjadi lingkaran yang
tidak terputus. Jika ibu menyusui melakukan yoga akan terjadi peningkatan
produksi ASI dan sekaligus membantu ibu untuk menyusui berhasil dan
meningkatkan kesempatan pemberian ASI eksklusif bagi bayi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evidence-based practice ialah suatu strategi dalam memperoleh
pengetahuan dan keterampilan untuk dapat meningkatkan tingkah laku yang positif
dengan menggabungkan bukti penelitian terbaik sehingga evidence based practice
dapat diterapkan ke dalam praktik keperawatan dan membuat suatu keputusan
perawatan kesehatan yang lebih baik.
Evidence-based practice bertujuan untuk mencapai suatu peningkatan pada
perawatan pasien, konsistensi perawatan pasien, hasil perawatan pasien dan
pengendalian biaya. Yoga merupakan salah satu bentuk evidence based practice
terhadap ibu nifas. Yoga postpartum yaitu kombinasi relaksasi fisik dengan
pernafasan terkontrol, penguatan otot punggung, dada, lengan atas dan relaksasi
auto sugesti membantu dalam proses pengembalian tubuh dari ketegangan otot
yang dirasakan selama kehamilan, persalinan hingga nifas. (Bane SM, 2005),
Gerakan yoga dapat meningkatkan fungsi kelenjar endokrin di tubuh serta
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan otak.
Latihan yoga yang dilakukan oleh ibu menyusui terdiri dari otot, latihan di
sekitar payudara, yoga postpartum, yang terdiri dari asana dan pranayama, yoga
pernafasan, relaksasi dan meditasi. Hal tersebut menunjukkkan bahwa produksi
ASI dapat meningkat optimal setelah melakukan yoga.
3.2 Saran
1. Bagi Ibu Nifas : Ibu nifas dapat meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu
kesehatan khususnya senam yoga karena senam yoga dapat memberikan banyak
manfaat baik bagi ibu maupun bayinya pada masa nifas.
2. Bagi Perawat : Perawat dapat mengajarkan yoga untuk melengkapi asuhan
keperawatan pada ibu nifas dalam peningkatan produksi ASI yang meningkatkan
kualitas hidup dan menurunkan nilai skala depresi pospartum pada kondisi
psikologis ibu nifas.
11
Daftar Pustaka
Bjuresäter, K., Sebastian, S. T., Kulkarni, B., & Athlin, E. (2018). Indian nurses ’
view on a collaborative model of best practices: Evidence-based practice,
job satisfaction, learning environment, and nursing quality. Journal of
Nursing Education and Practice, 8(9), 87–95.
Dewi RS, Erialdy E, N. A. (2018). Studi Komparatif Prenatal Yoga dan Senam
Hamil terhadap Kesiapan Fisik. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Guyatt, G. H., Haynes, R. B., Jaeschke, R. Z., Cook, D. J., Green, L., Naylor, C. D.,
Wilson, M. C., & Richardson, W. S. (2000). Users’ guides to the medical
literature: XXV. Evidence-based medicine: Principles for applying the
users’ guides to patient care. JAMA, 284(10), 1290–1296.
Jyoti S, Yamini S, M. Y. (2020). Recent Advances in Yoga For Antenatal and Post
Natal Care. SSRN Journal.
12
Kim, H. S., Kim, H. J., Park, H. J., & Kim, M. J. The Effect of Yoga on
Breastfeeding Outcomes in Postpartum Women. Journal Of Perinatology.
Sackett, D. L., Rosenberg, W. M. C., Gray, J. A. M., Haynes, R. B., & Richardson,
W. S. (1996). Evidence based medicine: what it is and what it isn’t. British
Medical Journal, 312, 72.
Sullivan MB, Erb M, Schmalzl L, Moonaz S, Taylor JN, P. S. (2018). Yoga Therapy
and Polyvagal Theory: The Convergence of Traditional Wisdom and
Contemporary Neuroscience for self regulation and resilience. Front
Humanity Neurosci.
13