Anda di halaman 1dari 15

EVIDANCE BASED PRACTICE DALAM KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA MASA PERINATAL


(KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS)

OLEH:

1. I GEDE JUMENEK ARTA YASA (28)


2. PIA PERMATASARI (29)
3. PUTU PEBY DEWA YANTHI (30)
4. I GUSTI AYU NGURAH VIOLA UTAMI DEWI (31)

PRODI NERS/KELAS A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Evidance
Based Practice dalam Keperawatan Maternitas pada Masa Perinatal (Kehamilan,
persalinan, dan nifas)” tepat pada waktunya. Makalah ini dapat diselesaikan
bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nengah Runiari., S,Kp., S.Pd., M.Kep.,
Sp.Mat selaku dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah (PJMK) Matrikulasi dan
Ibu Dra I Dewa Ayu Ketut Surinati S Kep., Ns., M Kes selaku dosen pengampu
Matrikulasi Keperawatan Maternitas.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu. Kami menyadari makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami dapat
menyempurnakan makalah ini.

Denpasar, 29 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................2

C. Tujuan Penulisan...............................................................................2

1. Tujuan umum................................................................................2

2. Tujuan khusus...............................................................................2

D. Manfaat Penulisan.............................................................................2

1. Bagi penulis...................................................................................2

2. Bagi institusi.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Definisi Evidance Based Practice......................................................3

B. Evidance Based Practice dalam Kehamilan......................................3

C. Evidance Based Practice pada Persalinan.........................................5

D. Evidance Based Practice Nifas.........................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................11

A. Simpulan..........................................................................................11

B. Saran................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat memegang peranan yang penting dalam pelayanan rumah sakit,
dimana perawat berada dengan pasien selama 24 jam. Perawat tidak hanya
berperan sebagai care giver namun juga sebagai client advocate, counsellor,
educator, collaborator, coordinator, change agent dan consultant (Tarihoran &
Sianturi, 2014). Perawat juga harus memiliki kemauan dalam meningkatkan
kesadaran profesional kesehatan dalam belajar, mengetahui dan menerapkan
praktik berbasis bukti dalam keperawatan atau disebut Evidence Based Pratice
(EBP) (Dame Elysabeth, 2015).
Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan
kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti terbaik, (Almaskari,
2017 dalam Silitonga, 2019). Evidence adalah kumpulan fakta yang diyakini
kebenarannya. Hal ini menuntut perawat untuk dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang berbasis bukti empiris atau dikenal dengan Evidance Based
Nursing Practice (EBNP).
Kebijakan penerapan EBNP di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang
Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 2 huruf b yang menyatakan bahwa
praktik keperawatan berasaskan nilai ilmiah sebagaimana dijelaskan bahwa
praktik keperawatan harus dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh baik melalui penelitian, pendidikan maupun pengalaman praktik.
Penerapan Evidance Based Practice ini juga termasuk dalam praktik keperawatan
maternitas yang didalamnya membahas tentang asuhan keperawatan pada wanita,
bayi baru lahir, dan keluarga terkait dengan masalah kehamilan, persalinan, post
partum dan pelayanan keluarga berencana secara holistik mencakup bio-psiko-
sosio-spiritual.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis ingin mengetahui
“Bagaimana Evidence Based Practice dalam keperawatan maternitas pada masa
perinatal (kehamilan, persalinan, nifas)?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Evidence Based Practice dalam keperawatan maternitas
pada masa perinatal (kehamilan, persalinan, nifas).
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi Evidence Based Practice dalam keperawatan
maternitas .
b. Untuk mengetahui Evidence Based Practice keperawatan maternitas pada
masa kehamilan.
c. Untuk mengetahui Evidence Based Practice keperawatan maternitas pada saat
persalinan.
d. Untuk mengetahui Evidence Based Practice keperawatan maternitas pada
masa nifas.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Evidance Based Practice dalam
keperawatan maternitas pada masa perinatal yaitu kehamilan, persalinan dan nifas
sehingga dapat menjadi bekal dan pedoman dalam melakukan praktik
keperawatan maternitas.
2. Bagi institusi
Makalah ini dapat dijadikan masukan atau pedoman dalam mata kuliah
matrikulasi keperawatan maternitas untuk profesi ners dan dalam pembuatan
makalah selanjutnya sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Evidance Based Practice
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu
tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh
informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis
yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada
pasien (Macnee, 2011). Sedangkan menurut (Bostwick, 2013) evidence based
practice adalah starategi untuk memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa
meningkatkan tingkah laku yang positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam
praktik. Dari kedua pengertian EBP tersebut dapat 17 dipahami bahwa evidance
based practice merupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau
pengetahuan terbaru berdasarkan evidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk
membuat keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik
klinis guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien. Oleh karena itu, berdasarkan
definisi tersebut, Komponen utama dalam institusi pendidikan kesehatan yang
bisa dijadikan prinsip adalah membuat keputusan berdasarkan evidence based
serta mengintegrasikan EBP kedalam kurikulum merupakan hal yang sangat
penting.

B. Evidance Based Practice dalam Kehamilan


Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga
kesehatan dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang
diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam
memberikan pelayanan kehamilan (Gray, 1997). Praktek kebidanan sekarang
lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek
terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice,
pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut :

1. Kunjungan ANC Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan


a. Trimester I Sebelum 14 minggu - Mendeteksi masalah yg dapat ditangani
sebelum membahayakan jiwa.
b. Trimester II 14 – 28 minggu - Sama dengan trimester I ditambah :
kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria) Trimester III 28 – 36
minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda. Setelah 36 minggu
Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan
persalinan di RS.
2. Pemberian suplemen mikronutrien : Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg
(= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah
rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati
agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu
penyerapannya. c. Imunisasi TT 0,5 cc Interval Lama perlindungan %
perlindungan TT 1 Pada kunjungan ANC pertama - - TT 2 4 mgg setelah TT 1
3 tahun 80% TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95% TT 4 1 tahun setelah TT 3
10 tahun 99% TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%.
3. Memberikan asuhan antenatal yang baik dengan langkah-langkah berikut :
Sapa ibu dan keluarga untuk membuat merasa nyaman.Mendapatkan riwayat
kehamilan ibu dan mendengarkan dengan teliti apa yang diceritakan
ibu.Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya saja.Melakukan pemeriksaan
laboratorium.Melakukan anamnesa untuk menilai apakah kehamilannya
normalMembantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan
kemungkinan keadaan daruratMemberikan konseling tentang gizi, latihan,
perubahan fisiologis, menasihati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia
mendapati tanda-tanda bahaya, merencanakan dan mempersiapkan kelahiran
yang bersih dan aman di rumah, mengidentifikasi siapa yang dapat membantu
bidan semala persalinan, menjelaskan cara merawat payudara terutama pada
ibu yang mempunyai putting susu rata atau masuk ke dalam.
4. Pemberian suplemen mikronutrien i. Imunisasi TT 0,5 cc j. Pemberian
suplemen mikronutrien I, imunisasi TT 0,5 cc j, menjadwalkan kunjungan
berikutnya.
5. Mendokumentasikan kunjungan tersebut.
6. Evidence Based Practice untuk menentukan diagnosa kehamilan Penentuan
diagnosa Kehamilan menggunakan tanda mungkin atau subjektif dan tanda
pasti melalui pemeriksaan secara objektif, sebagai berikut :
a. Tanda Mungkin/Subjektif
1) Amenorhea
2) Emesis
3) Perubahan payudara
4) Sering kencing
5) Konstipasi
6) Quickening
7) Hyperpigmentasi
8) Hypersalivasi
b. Tanda Objektif Pembesaran uterus
1) Tanda Hegar Tanda Goodell’s
2) Tanda Chadwick
3) Tanda Piscasek
4) Reaksi Kehamilan Positif
5) (Tes HCG +)
c. Tanda Pasti DJJ
1) Merasakan bagian janin dipastikan melalui pemeriksaan Leopold
2) Merasakan gerakan janin diperkuatkan dengan pemeriksaan CTG
3) USG
Semua tanda subjektif dan objektif pada kehamilan merupakan bukti
perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita yang sedang hamil. Namun karena
sebagian besar tanda ini dapat disebabkan oleh kondisi lain maka diagnosa
kehamilan hanya dapat ditegakkan bila sudah ditemukan tanda-tanda pasti.

C. Evidance Based Practice pada Persalinan


Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang,
terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklamsia, sepsis dan
komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian
ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif,
beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan
pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi
baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran
paradigma tersebut diatas:
1. Mencegah Perdarahan Pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang
paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus
pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2. Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin
karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi
kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi
robekan minimal pada perineum.
3. Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,
mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.
4. Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan
penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan
proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan
rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini
diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin
kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien.
5. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik
dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh
untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-
plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi
ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi
tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir
secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan
(bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan
mencegah hipotermia.
6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan
persalinan akan berlangsung lebih cepat.
7. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan
ibu beserta anggota keluarga yang lain.
g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang
lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
i. mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
j. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
k. Menghargai privasi ibu.
l. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
m. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
n. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak
memberi pengaruh yang merugikan.
o. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
p. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
q. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran
bayi.
r. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
s. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

D. Evidance Based Practice Nifas


1. Memotong tali pusat
a. Menunda penjepitan dan pemotongan tali pusat sekitar 1-2 menit dapat
meningkatkan jumlah darah yang di alirkan ke bayi baru lahir sehingga dapat
mencegah rendahnya Hb dalam priode neonatal terutama pada bayi baru lahir
prematur dan berat lahir rendah.
b. Menunda penjepitan dan pemotongan tali pusat tidak menigkatkan terjadinya
pendarahan postpartum

2. Perawatan tali pusat


a. Membiarkan tali puasat mongering dan hanya melakuakan perawatan rutin
setiap hari dengan air matang merupakan cara yang sama efektifnya dengan
cara merawat tali pusat lainnya.
b. Membiarkan tali pusat mongering dengan sendirinya dan hanya
membersihkan setiap hari dengan air bersih tidak menyebabkan peningkatan
infeksi.
c. Usapan alcohol dan antiseptic dapat mempercepat waktu pelepasan tali pusat
tetapi secara statistic tidak bermakna bila di bandingkan dengan membiarkan
tali pusat mongering sendiri.
3. Pemberian air susu ibu secara dini dan ekslusif.
a. Pemberian ASI dini dan ekslusif memiliki banyak keuntungan penting untuk
memberikan kolostrum.
b. Pemberian ASI dini dan ekslusif mendukung keberhasilan dalam memulai
pemberian ASI.
c. Pemberian dini ASI dan ekslusif untuk 4-6 bulan akanmelindungi bayi baru
lahir dari berbagai penyakit anak terutama alergi dan gangguan perncernaan.
d. Pemberian ASi dan ekslusif dapat mencegah hipotermi pada bayi baru lahir.
e. Pemberian ASI dini dan ekslusif berarti mempertahankan pemberian ASI saja
sekurang-kurangnya selama 4-6 bulan f. Pemberian ASi dini dan ekslusif akan
membantu mencegah infeksi.
4. Memperkirakan Hb pada masa nifas
a. Bahwa 10% ibu nifas memiliki Hb rendah (Hb < 11 gr %)
Kelelahan merupakan keluhan utama .
b. Pada 6 minggu pasca salin yang mungkin di sebabkan oleh kadar Hb yang
rendah.
5. Manajemen ekslamsi – uji coba magnesium sulfat.
a. Eklamsi merupakan sebab utama kematian ibu di semua Negara dan
mengakibatkan sekitar 50.000 kematian ibu di dunia setiap tahun.
b. Magnesium sulfat telah di buktikan memiliki keuntungan yang nyata bila di
bandingkan dengan obat lain.
c. Magnesium sulfat bila di bandingkan denagn obat lain akan mengurangi
kejang ekslamsi.
d. Magnesium sulfat bila di bandingkan dengan fenitoin dapat mengurangi
indsidens pneumonia akibat kejang eklamsi.
e. Magnesim sulfat bila di bandingkan dengan obat lain dapat memperbaiki
kondisi bayi baru lahir yang terlihat dengan membaiknya nilai apgar1-5 menit.
f. Magnesium sulfat harus menjadi obat terpilih di semua Negara.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu
tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh
informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis
yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada
pasien.
2. Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga
kesehatan dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang
diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam
memberikan pelayanan kehamilan.
3. Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma
dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi
pencegahan komplikasi.
4. Evidence based practice pada nifas yaitu memotong tali pusat, perawatan tali
pusat, emberian air susu ibu secara dini dan ekslusif, memperkirakan hb pada
masa nifas, manajemen ekslamsi – uji coba magnesium sulfat.

B. Saran
Perawat sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat
seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain
itu diharapkan perawat mengikuti perkembangan yang ada, sehingga perawat
dapat memberikan asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada berlandaskan
pada evidance based practice yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Bostwick, L. (2013.). Evidence-Based Practice Clinical Evaluation Criteria for


Bachelor of Science in Nursing Curricula A Dissertation submitted (PhD
Thesis). College of Saint Mary
Dame Elysabeth, G. L. S. N. (2015). Correlation Between Nurse ’ S Education
Level With the Competency To Do Evidence-Based Practice. Skolastik
Keperawatan, 1(1), 14–20.
Gray, A. (1997). Constructivist Teaching and Learning. SSTA Research Centre
Report, 97-07.
Macnee CL, McCabe S. (2011) Understanding nursing research: Using research in
evidence-based practice. Philadelphia: Williams & Wilkins
Silitonga, T. R. (2019). Tantangan Perawat Manager Dalam Penerapan Evidence
Based Nursing Practice (Ebnp).
Tarihoran, D. E., & Sianturi, G. L. (2014). Correlation between level of education
and competence to do evidence-based practice. International Journal of
Evidence-Based Healthcare, 12(3), 194–195.
https://doi.org/10.1097/01.xeb.0000455191.27348.76

Anda mungkin juga menyukai