Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ALARM BED PASIEN PENDETEKSI RESIKO JATUH

BIDANG KEGIATAN

PKM TEKNOLOGI

Diusulkan Oleh

Yudhi Prabowo ; S16189 ; 2016 Ulfi Asmaroh ; S16186 ; 2016

Heni Rohayati ; S16152 ; 2016 Hendri Mulyadi ; 19371 ; 2017

Novita Juniati ; S16172 ; 2016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
PENGESAHAN PKM-PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul Kegiatan : Alarm bed pasien pendeteksi resiko jatuh


2. Bidang Kegiatan : PKM-T
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Yudhi Prabowo
b. NIM : S16189
c. Jurusan : S1 Keperawatan
d. Perguruan Tinggi : Stikes Kusuma Husada Surakarta
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Purwodadi
f. Email : yudhiprabowo96@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 Orang
5. Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Sahuri Teguh Kurniawan S,Kep,Ns,.M.Kep
b. NIDN/NIDK :
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp
b. Sumber lain (sebutkan . . . ) : Rp . …………… (Maksimum 50% nilai a)
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 Bulan
Surakarta, 04 januari 2019
Menyetujui

Wakil/Pembantu Dekan atau Ketua Ketua Pelaksana Kegiatan


Jurusan/Departemen/Program Studi/ Pembimbing
Unit Kegiatan Mahasiswa
Ketua Pelaksana Kegiatan,

Yudhi Prabowo
(__________________ ) (____________________)
NIP/NIK. NIM : S16189

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/ Direktur Dosen Pembimbing


Politeknik/ Ketua Sekolah Tinggi,

(__________________) (____________________)
NIP/NIK. NIDN/NIDK
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih penting

dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat dengan kemampuan perawat

sangat berperan penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak

aman, lupa, kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan

yang tidak memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya

kesalahan dan akan mengakibatkan cedera pada pasien. Salah satunya adalah resiko jatuh

yang sering terjadi akibat kelalaian perawat dalam menangani banyak pasien.

Jatuh merupakan suatu masalah yang serius dan memerlukan biaya yang tinggi

bagi pasien dan juga untuk semua fasilitas kesehatan (rowe, 2012). World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa peluang terjadinya kecelakaan rumah sakit

adalah 1 : 300 (WHO, 2005), Sehingga menuntut pelayanan kesehatan khususnya rumah

sakit agar mengurangi ,asalah resiko cidera yang dialami pasien selaku pengguna jasa

layanan. World Health Organization (WHO), 2014 Keselamatan pasien merupakan

masalah keseahatan masyarakat global yang serius.

secara keseluruhan program patient safety sudah diterapkan, namun masalah

dilapangan merujuk pada konsep patient safety, karena walaupun sudah pernah mengikuti

sosialisasi, tetapi masih ada pasien cedera, resiko jatuh, resiko salah pengobatan,

pendelegasian yang tidak akurat saat oferan pasien yang mengakibatkan keselamatan

pasien menjadi kurang maksimal (Bawelle, 2013).


Pasien jatuh adalah salah satu insiden yang paling sering terjadi dalam lingkup

rumah sakit. Sejak tahun 2009 pusat data The Commission Sentinel Event telah menerima

465 laporan pasien jatuh dengan luka yang sebagian besar terjadi di rumah sakit,

sedangkan pada tahun 2014 jumlah pasien jatuh pada golongan umur dewasa-tua

mencapai 29 juta dengan 7 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka. Perkiraan insiden

jatuh pada tahun 2030 akan mencapai angka 74 juta pasien dengan 12 juta diantaranya

jatuh mengakibatkan luka (CDC, 2016). Sekitar 1,3 – 8,9 / 1000 pasien mengalami jatuh

perhari dalam unit rehabilitasi dan neurologi (Oliver, 2010) sedangkan dari 100 / 1000

pasien yang jatuh di Rumah Sakit Amerika Serikat terdapat 30 – 50% jatuh dengan

menghasilkan luka (Joint Committe International, 2013).

Insiden pasien jatuh mempunyai dampak merugikan bagi pasien, salah satu

dampak yang merugikan adalah dampak cidera fisik yang mencakup luka lecet, luka

robek, luka memar, bahkan dalam beberapa kasus berat jatuh dapat berakibat fraktur,

perdarahan, dan cidera kepala (Miake-Lye et al, 2013).

Selain kerugian fisik, jatuh dapat meningkatkan biaya perawatan pasien. Jatuh

dengan luka serius di Amerika Serikat dapat merugikan pasien rata-rata sebesar $ 14.056

/ pasien (Hpoe, 2016). Jumlah biaya yang dikeluarkan 30% dari pasien jatuh dengan

cidera serius dapat mencapai 54.9 miliyar dollar Amerika pada tahun 2020 (Karen Person

et al, 2011). Data CDC tahun 2014 menyebutkan bahwa biaya pengobatan langsung dari

pasien jatuh dapat mencapai $ 30 miliyar pada tahun 2012 (Tzeng & Yin, 2014).

Kerugian yang yang besar sebaiknya dapat ditanggulangi dengan melakukan pencegahan
terhadap risiko pasien jatuh. Jumlah dari laporan insiden atau Kejadian Tidak Diingikan

(KTD) Rumah Sakit Indonesia sebesar 96,67% untuk rumah sakit umum dan 33,2%

untuk rumah sakit khusus dengan terdapat insiden pasien jatuh didalamnya. Pengurangan

risiko jatuh penting dilakukan agar risiko cidera dari pasien dapat dicegah. Untuk

mengurangi risiko tersebut, perawat hendaknya perlu melakukan proses bekerja

keperawatan dengan baik sesuai aturan yang berlaku di rumah sakit. Severo et al (2014),

menyebutkan bahwa faktor lingkungan rumah sakit dan proses bekerja tenaga kesehatan

perawat sangat berpengaruh terhadap terjadinya pasien jatuh.

Dengan adanya data tersebut kami selaku mahasiswi keperawatan dan mahasiswa

teknik ingin mencoba membuat trobosan baru dengan tujuan untuk mengurangi

terjadinya resiko jatuh pada pasien di rumah sakit dalam bentuk media alaram pendeteksi

resiko jatuh yang disammbungkan ke smartphone/ponsel. Alarm adalah tanda bahaya

berupa sinyal, bunyi, sinar atau alat mekanik yang dirancang untuk memperingatkan akan

adanya bahaya atau kerusakan (KBBI, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut

“apakah alarm pendeteksi resiko jatuh dapat mengurangi angka kejadian resiko jatuh

pada pasien dirumah sakit?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah penggunaan alarm pendeteksi resiko jatuh dapat

mengurangi angka kejadian resiko jatuh dirumah sakit.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi pasien yang masuk dalam criteria resiko jatuh

2. Untuk mengetahui angka kejadian resiko jatuh sebelum diterapkanya alarm

pendeteksi resiko jatuh

3. Untuk mengetahui angka kejadian resiko jatuh sesudah diterapkanya alarm

pendeteksi resiko jatuh

4. Untuk menganalisis adanya penurunan angka resiko jatuh setelah

diterapkanya alarm bed pendeteksi resiko jatuh.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu keperawatan dan masukan

dalam upaya mengurangi angka kejadian resiko jatuh di rumah sakit.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan atu pedomanbagi peneliti

selanjutnya yang khususnya meneliti tentang pasien resiko jatuh

1.4.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan masyarakat sebagai

pengguna jasa pelayanan kesehatan yang lebih mendukung dalam upaya

pengurangan resiko jatuh selama perawatan di rumah sakit.

1.4.4 Bagi Tim Peneliti


Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang manejemen resiko jatuh

di rumah sakit serta sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan yang lebih

professional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit

Pelayanan kesehatan merupakan hak bagi setiap orang yang telah dijamin oleh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus dapat

diwujudkan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya, untuk dapat mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya pemerintah ikut

bertanggungjawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik

maupun sosial serta penyelenggaraan kesehatan seperti yang tertuang dalam undang –

undang kesehatan no. 36 tahun 2009.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab,

aman, bermutu, serta merata dan juga nondiskriminatif, pelayanan kesehatan pada

dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates

kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere (first, do no harm) dengan

semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan - khususnya di rumah

sakit - menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD/ adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati ,pelayanan kesehatan yang

aman bagi masyarakat

Sejak bulan November 1999 American Hospital asosiation (AHA) telah

mengidentifikasikan bahwa penerapan keselamatan pasien merupakan suatu prioritas

yang strategik . Pada tahun 2000 Institute of Medicine, Amerika Serikat melaporkan

bahwa terdapat sekitar 3-16% kejadian yang tidak diharapkan dalam pelayanan pasien

rawat inap di rumah sakit .Pada tahun 2004 WHO menindaklanjuti dari penemuan ini
dengan mencanangkan World Alliance for Patientprogram bersama dengan berbagai

negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Mustikawati (2011) menyebutkan

laporan insiden keselamatan pasien di berbagai provinsi 2007 ditemukan di DKI Jakarta

37,9 %, Jawa Tengah 15,9 %, DIY 13,8 %, Jawa Timur 11,7 %, Sumatera Selatan 6,9 %,

Jawa Barat 2,8 %, Bali 1,4 %, Aceh 10,7 %, Sulawesi Selatan (0,7 %). Walaupun data ini

telah ada secara umum di Indonesia, catatan pelaporan insiden keselamatan pasien di

rumah sakit belum dikembangkan secara menyeluruh oleh semua rumah sakit sehingga

catatan pelaporan insiden keselamatan pasien masih sangat terbatas.

Keselamatan pasien rumah sakit menurut Permenkes no. 1691 tahun 2011 adalah

suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi

asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya

cedera yang disebabkan oleh berbagai kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan no 1691 tahun 2011 pasal 8 menjelaskan

bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien,

mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO mengenai patient

Safety (2007) yang digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (

KKPRS PERSI ) dan dari Joint Commission International (JCI). Sasaran keselamatan

pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua Rumah Sakit , diantaranya adalah:
sasaran I: Identifiksi pasien dengan tepat, sasaran II: Tingkatkan komunikasi yang efektif

,Sasaran III: Tingkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert), Sasaran lV:

Pastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, Sasaran V: Kurangi risiko

infeksi terkait pelayanan kesehatan , Sasaran VI: Kurangi risiko pasien jatuh

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan pencegahan kesalahan dan efek

samping yang terjadi pada pasien berkaitan dengan pelayanan kesehatan (WHO, 2016).

Institute for Healthcare Improvement (2016) menyatakan definisi lain dari patient safety

yaitu suatu usaha atau sistem untuk membuat pelayanan kesehatan terus menerus lebih

aman dengan cara mengurangi hal-hal yang membahayakan atau merugikan pasien dan

mortalitas yang bisa dicegah.

Patient safety juga bisa diartikan sebagai suatu disiplin dalam sektor pelayanan

kesehatan yang mengaplikasikan metode ilmu keselamatan (safety) untuk menuju sistem

pelayanan kesehatan yang terpercaya (Stavert, 2016). Pengertian lain menyebutkan

bahwa keselamatan pasien merupakan suatu atribut dari sistem pelayanan kesehatan yang

meminimalisir insiden beserta efeknya dan 10

memaksimalkan proses pemulihan (recovery) dari adverse event (Stavert, 2016).

Tujuan keselamatan pasien berdasarkan Depkes RI (2008) adalah sebagai berikut :

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatkan akuntibilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

c. Menurunnya KTD di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan

KTD
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Program Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Stikes Kusuma Husada Surakarta yang

di mulai pada bulan januari- 2019 dan bertempat di stikes kusuma husada Surakarta.

3.2.tahapan pelaksanaan

Start studi literatur pendesainan alat

UJI COBA Pembuatan alat Pengumpulan alat dan bahan

Evaluasi

3.2 Studi Literatur

Studi literatur berisi serangkaian kegiatan pencarian dan pengkajian sumber-

sumber yang relevan dan terpercaya dalam pengumpulan materi serta menjadi acuan

dalam penulisan PKM ini agar dapat dihasilkan informasi yang lengkap, terarah, dan

terpercaya dalam penulisan serta memberikan variasi dalam pengembangan prototipe ini.

3.3 Pendesainan alarm

Alarm ini dibuat dengan menggunakan system sejenis sensor yang diprogram seperti

aplikasi yang disambungkan ke dalam ponsel atau smart phone. Alarm ini bekerja apabila
terkena rabaan atau sentuhan dari organ tubuh pasien kemuadian sensor tersebut akan

berbunyi kemudian akan memberikan notifikasi berupa signal atau tanda yang berbunyi

diponsel perawat.

Alarm atau sensor ini akan dipasang di salah satu sisi bed dengan tujuan untuk

meminimalisir penggunaan biaya dalam pemasangan alarm selain itu juga menghemat

tempat tetapi menjaga keamanan yang lebih efesien.

Keuntungan :

1. Memudahkan perawat dalam pemantauan pasien dengan resiko jatuh

2. Mengurangi angka kejadian resiko jatuh di Rumah Sakit

3. Meningkatatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah sakit

4. Menjadi trobosan baru dalam dunia kesehatan khususnya penanganan resiko jatuh

Kekurangan :

1. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pendesaianan alat alarm

2. Membutuhkan anggaran biaya yang cukup besar dalam proses pembuatan alat

alarm

3. Membutuhkan kolaborasi dengan beberapa pihak yang cukup paham dalam

bidang ilmu teknologi.

3.4 Pengumpulan Alat dan Bahan

Pendataan kebutuhan alat dan bahan sesuai tingkat kebutuhan. Pemilihan komponen

ditinjau dari segi harga dan kualitas barang yang digunakan sehingga hasil yang dicapai

nantinya sesuai dengan target awal dan menyesuaikan alokasi dana yang tersedia.

3.5 Pembuatan Alat


Setelah melakukan pendesainan dan perencanaan alat, langkah selanjutnya membuat alat

tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu pembuatan

alat harus dilakukan secara teliti dan menggunakan standar yang telah ditentukan untuk

menghasilkan alat yang terbaik.

3.6 Pengujian Alat

Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa kinerja alat dapat berfungsi sesuai

yang diharapkan. Parameter yang perlu diuji yaitu tingkat keefektifan dan kelayakkan

dalam mendeteksi pasien resiko jatuh. Pengujian akan dilakukan di Stikes Kusuma

Husada Surakarta.

3.7 Evaluasi

Tahap evaluasi dilaksanakan setelah alarm sensor pendeteksi resiko jatuh diterapkan pada

bed dan ada objek yang berada diatas bed untuk melakukan uji coba system kerja dari

alat, baik dari segi kestabilan alat, pengaruhnya terhadap kualitas kelayakan penggunaan

alat. Apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan maka akan dilakukan

kembali tahap perancangan, pembuatan, dan pengujian alat.

3.8 Pembuatan Laporan Akhir

Pembuatan laporan dilakukan setelah semua tahap terselesaikan sehingga hasil yang

diperoleh dari pembuatan alat dapat dijelaskan secara rinci sesuai dengan data yang

diperoleh.
BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1. Peralatan penunjang Rp 5.300.000,.

2. Bahan habis pakai Rp 2.500.000

3. Lain-lain Rp 2.000.000

Total Rp 9.800.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Jenis Kegiatan Bulan ke-


1 2 3 4 5
Studi Literatur

PendesainanAlat

PengumpulanAlatdanBahan

Pembuatan alat

Pengujian

Evaluasi

Tahap penyempurnaan

Penulisan Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A Irwandi dan Noor NB. Hubungan pengetahuan motivasi dan supervise dengan kinerja
perawat dalam melaksanakan patient safety di RSUP Dr. Wahidin Sudiruhusodo tahun
2012

Ariastuti, Ni Luh Putu, Margawati A., Hidayati W . (2013). Analisis factor-faktor yang
mempengaruhi perawat dalam melaksanankan patient safety di kamar bedah RS
Telogorejo Semarang

Budiono, S. Alamsyah A., Wahyu Tri., (2014). Pelaksanaaan program manajemen pasien dengan
resiko jatuh di Rumah Sakit jurnal kedokteran Brawijaya vol. 28 suplemen no.1, 2014

Sanjaya. P.D., Rosa EM. Ulfa Maria. (2017) evaluasi penerapan pencegahan pasien berisiko
jatuh di Rumah Sakit. Kes Mas : jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, volume 11,
issue 2, September 2017

Setyarini E.A, dan Herlina Lusiana Lina (2017). Kepatuhan perawat melaksanakan standar
prosedur operasional : pencegahan resiko pasien jatuh di Gedung Yosef 3 Dago dan
Surya Kencana Rumah Sakit Booromeus. Jurnal kesehatan Stikes Santo Booromeus :
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai