Anda di halaman 1dari 21

ANALISA KASUS OKNUM PERAWAT OPERASI PASIEN

HINGGA SARAF PUTUS MENURUT TEORI JEAN


WATSON

OLEH :

(KELOMPOK 4)

ANTONIUS JANGGENG 201912047

AY S A S A R T I K A 201912048

EVI MARIA MARGARETHA 201912057

K R E S E N S I A TA N I A 201912070

MARIA SABINA IU 201912080

RESTUTI APRIANI 201912093


KONSEP CARING
 Konsep caring merupakan suatu Human science dan kemanusiaan
terhadap proses fenomena dan pengalaman human caring.Caring
science seperti juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan.

 Dalam praktik keperawatan caring merupakan suatu cara pendekatan


yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepedulian kepada klien.
CARING MENURUT JEAN WATSON
Ada 10 faktor utama yang membentuk 6. Menggunakan metode ilmiah “problem
aktivitas menurut Jean Watson, antara solving” yang sistematik untuk mengambil
lain: keputusan.
1.Membentuk sistem nilai humanistik 7. Meningkatkan hubungan interpersonal
altruistik. “teaching- learning”.
2. Membangkitkan rasa percaya dan 8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan
harapan. membantu memperbaiki kondisi mental, fisik,
3.Mengembangkan kepekaan kepada sosial-kultural, serta spiritual.
diri sendiri, maupun kepada 9.Bantuan yang diberikan dapat memuaskan
orang lain kebutuhan manusia.
4.Mengembangkan hubungan yang 10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki
sesuai harapan pasien / “helping pasien
trust”.
5.Meningkatkan intuisi dan peka
terhadap ekspresi perasaan baik
positif, maupun negative.
KASUS
OKNUM PERAWAT INI OPERASI PASIEN HINGGA
SARAFNYA PUTUS
https://www.liputan6.com/health/read/691951/oknum-perawat-ini-operasi-pasien-
hingga-sarafnya-putus
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur,
menyelidiki kasus malpraktik yang diduga dilakukan oleh Bustami terhadap pasiennya
Sudeh (42) hingga menyebabkan yang bersangkutan lumpuh.
Ketua PPNI Pamekasan Cahyono, Kamis, mengatakan, pihaknya perlu melakukan
penyelidikan dengan minta klarifikasi secara langsung kepada yang bersangkutan,
karena hal itu berkaitan dengan kode etik profesi perawat.

"Delik etik profesi perawat ini adalah urusan PPNI sebagai organisasi yang menaungi
profesi keperawatan,"kata Cahyono seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/9/2013).
Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI, katanya, hanya berkaitan dengan kode etik
perawat untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-benar melanggar kode etik
atau tidak.
Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang dilakukan pelaku hingga menyebabkan
korban lumpuh, menurut Cahyono, merupakan urusan kepolisian.

Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013


tentang Penyelenggaraan Praktik Keperawatan, sebenarnya seorang perawat
diperbolehkan menjalankan praktik keperawatan, maupun praktik mandiri keperawatan.
"Apabila persyaratan-persyaratan itu dipenuhi, maka sebenarnya tidak ada persoalan bagi perawat tersebut
untuk membuka praktik," kata Cahyono menjelaskan.

Kasus dugaan malapraktik di Pamekasan menimpa Suadeh alias Sudeh (42), warga Desa Tebul Timur,
Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum perawat Bustami yang selama ini mengaku sebagai dokter
spesialis bedah.Dugaan malpraktik itu terungkap, setelah keluarga korban melaporkan kepada polisi atas kasus
yang menimpa pasien yang ditangani oknum perawat namun mengaku dokter spesialis bedah itu. Sebelumnya,
pasien berobat ke klinik milik oknum perawat bernama Bustami itu.
Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama Sudeh (42) datang ke "Klinik Harapan" yang menjadi
tempat praktik oknum itu di rumahnya di Desa/Kecamatan Pakong, Pamekasan.
Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan agar dibedah karena di bagian
punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang dideritanya.
"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di Pamekasan," kata saudara
korban, Jumrah.
Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab dirinya juga bisa
melakukan tindakan medis dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah.
Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di klinik setempat. Akan tetapi,
setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran
terganggu, dan kemudian lumpuh.
"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya, ternyata sarafnya putus akibat operasi
yang dilakukan oleh Bustami itu," kata Jumrah.
Bustami merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan sebagai perawat di unit gawat
darurat.
PEMBAHASAN
1. MEMBENTUK SISTEM NILAI HUMANISTIK
ALTRUISTIK.
"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke
rumah sakit di Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah. Akan
tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di
rumah sakit, sebab dirinya juga bisa melakukan tindakan medis
dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah.
Dari data tersebut : seharusnya kita bersikap membuka diri untuk
mempromosikan persetujuan terapi yang sudah disetujui pasien
dengan tidak memaksakan kehendak diri (dokter ‘alias’ perawat)
kepada keluarga pasien untuk tetap operasi di klinik. Kita
seharusnya memberi kebebasan kepada pasien untuk memilih
alternatif lain dan menghargai pendapat dan keputusan pasien.
2. MEMBANGKITKAN RASA PERCAYA DAN
HARAPAN.
Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat
itu di klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi
pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran
terganggu, dan kemudian lumpuh.

Dari data tersebut : sikap sebagai seorang perawat seharunya Bustami


melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki sebagai seorang perawat, dan tidak memberikan harapan yang
berlebihan pada pasien dan keluarga.
3. MENGEMBANGKAN KEPEKAAN
KEPADA DIRI SENDIRI, MAUPUN
KEPADA ORANG LAIN.
Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan agar dibedah
karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang
dideritanya."Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di
Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah. Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak
dioperasi di rumah sakit, sebab dirinya juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri
merupakan dokter spesialis bedah.
Dari data tersebut : seharusnya perawat belajar memahami perasaan pasien sehingga lebih peka,
murni dan tampil apa adanya dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengekspresikan perasaan mereka yaitu pada kasus dengan memberikan pasien kesempatan untuk
dirujuk ke rumah sakit untuk memdapatkan second opini dan terapi pengobatan yang lebih baik di
rumah sakit dari pada di klinik
4.MENGEMBANGKAN HUBUNGAN YANG
SESUAI HARAPAN PASIEN / “HELPING
TRUST.

Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab


dirinya juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri
merupakan dokter spesialis bedah

Dari data tersebut : Bustami lebih mengutamakan curing daripada


caring.
5. MENINGKATKAN INTUISI DAN PEKA
TERHADAP EKSPRESI PERASAAN BAIK
POSITIF, MAUPUN NEGATIVE.

Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan agar
dibedah karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab
dari penyakit yang dideritanya."Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan
dirujuk ke rumah sakit di Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah.
Dari data tersebut : seharusnya saat pasien mengukapkan keluhan yang ia rasakan
sebagai perawat kita harus sabar mendampingi dan memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka baik itu perasaan negatif karena cemas
akan penyakit dan perasaan positif dari semangat mereka untuk sembuh.
6. MENGGUNAKAN METODE ILMIAH
“PROBLEM SOLVING” YANG SISTEMATIK
UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN.

Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu


disarankan agar dibedah karena di bagian punggung korban ada benjolan yang
diduga sebagai penyebab dari penyakit yang dideritanya

Dari data tersebut : Pada kasus ini, Bustami sebagai perawat tidak
memberikan penyelesaian pada penyakit pasien, melainkan menambah
masalah baru.
7. MENINGKATKAN HUBUNGAN
INTERPERSONAL “TEACHING-
LEARNING”.

“Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan agar dibedah
karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang
dideritanya.”
Dari data tersebut : seharusnya sebagai perawat memberikan pendidikan kesehatan terkait keluhan
pasien bukan menduga-duga diagnosa dan penyebab penyakit pasien tanpa dasar pemeriksaan
yang akurat. Karena dalam meningkatkan hubungan interpersonal anatara perawat dan pasien
harus menciptakan situasi yang nyaman dalam memberikan dan memfasilitasi pendidikan
kesehatan pasien supaya dapat memampukan pasien memenuhi kebutuhan pribadinya.
8. MEMBERIDUKUNGAN/SUPPORT,
MELINDUNGI, DAN MEMBANTU
MEMPERBAIKI KONDISI MENTAL, FISIK,
SOSIAL-KULTURAL, SERTA SPIRITUAL.

Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami, Ketua PPNI Cahyono
menyatakan belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia
memastikan, jika secara etika Bustami memang melanggar ketentuan kode etik,
maka PPNI hanya bisa merekomendasikan kepada instansi berwenang agar izin
praktik perawatnya di luar institusi kerja dicabut
Dari data tersebut : Pihak PPNI sudah tepat, untuk memastikan apakah yang
bersangkutan benar-benar melanggar kode etik keperawatan atau tidak. Secara
garis besar PPNI sudah memberikan pendampingan untuk mencari penyebab
masalah tersebut.
9. BANTUAN YANG DIBERIKAN DAPAT
MEMUASKAN KEBUTUHAN MANUSIA.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Praktik Keperawatan,
sebenarnya seorang perawat diperbolehkan menjalankan
praktik keperawatan, maupun praktik mandiri keperawatan

Dari data tersebut : tindakan yang dilakukan oleh oknum perawat


tersebut tidak memberikan kepuasan secara bio-psiko-sosio-spritual,
melainkan merugikan pihak pasien dan keluarga.
10. MENGHARGAI TERHADAP
KEKUATAN YANG DIMILIKI PASIEN

"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya, ternyata sarafnya
putus akibat operasi yang dilakukan oleh Bustami itu," kata Jumrah.Bustami merupakan
pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan sebagai perawat di unit gawat
darurat.
Dari data tersebut : seharusnya saat pasien dan keluarga menerima dan menghadapi kabar
duka ataupun kabar buruk yang menimpa. Kita sebagai perawat harus menghargai respon
negatif (marah) pasien dan menjadi pendengar yang baik dan aktif. Kita bisa memberi
kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang bersifat ritual dan
memfasilitasi pasien dan keluarga dalam keinginannya untuk melakukan terapi alternatif
sesuai pilihannya.
KESIMPULAN
Human caring yang dikembangkan oleh Watson hanya berkisar pada
sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu
bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan.
Sepuluh factors dalam Jean Watson diaplikasikan dalam kasus “Oknum
Perawat Operasi Pasien Hingga Sarafnya Putus” yang dijabarkan
berdasarkan kasus yang terjadi dalam dan disesuaikan dengan teori yang
ada. Dimana perawat harus Membentuk sistem nilai humanistik altruistic,
Membangkitkan rasa percaya dan harapan, Mengembangkan kepekaan
kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain, Mengembangkan
hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust, Meningkatkan
intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun
negative, Menggunakan metode ilmiah “problem solving” yang sistematik
untuk mengambil keputusan, Meningkatkan hubungan interpersonal
“teaching-learning”, Memberi dukungan/support, melindungi, dan
membantu memperbaiki kondisi mental, fisik, sosial-kultural, serta
spiritual, Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia,
Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.
SARAN

Penulis mengharapkan dengan adanya


makalah ini, dapat membantu dalam
mengaplikasikan caring terhadap ilmu
keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Firmasyah, C. S., Nopriyanty, R., & Karana, I. (2019). Prilaku caring perawat
berdasarkan teori Jean Watson diruang rawat inap. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 33..
Komite Keperawatan. (2017). Buku Standar Kode Etik Keperawatan 2017-2020.
Padang, Sumatera Barat: RS Jiwa Prof. HB. Sa'Anin Padang.
susanto, g. a. (2013, september 13). Oknum Perawat ini operasi pasien hingga
sarafnya putus. Retrieved from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/health/read/691951/oknum-perawat-ini-operasi-
pasien-hingga-saraf-putus
Watson, J. (2012). Nursing : The Philosophy and Science and Caring. Caring in
Nursing Classics: An Essential Resource, 143-152.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai