Pengalaman hospitalisasi berkesan 1/3 anak pernah di rawat sebelum dewasa Kebanyakan di RSU tidak punya bangsal anak khusus Anak dirawat stress bagi anak dan keluarga, Gunakan koping, tidak berhasil krisis Anak sakit di bawa IGD bukan khusus anak, staf tdk dilatih hadapi anak stress >>> Ners perlu mendengarkan dan mengidentifikasi persepsi perasaan anak dan keluarga Hospitalisasi proses karena suatu alasan yg terencana atau darurat, mengharuskan anak utk tinggal di RS. menjalani terapi & perawatan sampai dipulangkan kembali ke rumah Perasaan yg sering muncul pd anak cemas, marah,sedih, takut & rasa bersalah (Wong, 2000) Bila anak stress org tua jg mjd stress & akan membuat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000)
Askep tdk hy berfokus pd anak….,
ttp juga pd ortu Anak menunjukan bbg perilaku sbg reaksi thd pengalaman hospitalisasi Rx bersifat individu tgt pd usia perkemb anak, pengalaman sblmnya thd sakit, sistem pendukung yg tersedia & kemampuan koping yg dimiliki Rx umum kecemasan, kehilangan, perlukaan tbh & rasa nyeri ◦Perpisahan ◦Kehilangan kendali ◦Perubahan gambaran diri ◦Nyeri ◦Rasa takut Pengalaman dg penyakit/ hospitalisasi Prosedur medis pengobatan dan diagnosis Sistem pendukung yg ada efek thd fungsi Kekuatan pribadi Stres tambahan pada keluarga Keyakinan agama dan latar belakang budaya Pola komunikasi diantara keluarga Takut terkena penyakit Usia yang lebih muda Hubungan yang dekat Lamanya tinggal di luar rumah Penjelasan yang sedikit ttg saudara yang sakit Perubahan pada ortu sering marah Trust vs Mistrust Msl utama dampak perpisahan dg ortu ggn pembentukan rasa percaya & kasih sayang Usia > 6 bln stranger anxiety : cemas dgn org yg tdk dikenal & karena perpisahan dg ibunya Rx yg sering muncul : menangis, marah dan byk melakukan gerakan Cemas bila ditinggalkan ibunya nangis keras Respon thd nyeri nangis keras, pergerakan tbh banyak & ekspresi wjh yg tdk menyenangkan Rasa takut: ◦ Dipindahkan dari rasa takut ortu ◦ Menangis, iritabilitas ◦ Menolak/menarik diri dr pengasuh pada bayi yg lebih besar Ansietas ◦ Perpisahan: Protes, putus harapan, menjauh ◦ Ansietas, sedih, marah ditunjukkan dengan menangis, menjerit, mencari ortu, menolak org asing, aktifitas fisik Menarik diri, inaktif, tdk tertarik dg lingkungan Mudah teralih perhatian pada bayi lebih muda Membatasi fisik thd restrain & prosedur pd bayi lebih tua Tidak Berdaya ◦ Lethargi dengan ketergantungan tinggi ◦ Distres emosi krn imobilisasi ◦ Menolak makan dan bermain ◦ Sering menangis dan mengeluh ◦ Tanpa ekspresi Gangguan Citra Diri ◦ Distress emosi b.d cedera pada tubuh, khususnya kejadian perdarahan pada bayi yang lebih tua ◦ Protes karena pengalaman nyeri berulang Berikan asuhan yang konsisten Menyanyi dan berbicara dg bayi Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi selama prosedur Anjurkan interaksi dg ortu: rooming in, ortu bicara ke anak dan ijin saat mau pergi Biarkan mainan yg membuat rasa aman anak Otonomi vs malu-malu dan ragu-ragu Rx sesuai sbr stess utama “perpisahan” Respon perilaku ada 3 tahapan : Protes nangis kuat, menjerit panggil ortu, menolak perhatian yg diberikan org lain Putus asa menangis berkurang, anak tdk aktif, kurang minat utk bermain & makan, sedih & apatis Pengingkaran (denial) scr samar mulai menerima perpisahan, membina hub scr dangkal & anak mulai terlihat menyukai lingk inisiatif vs rasa bersalah Reaksi thd perpisahan : Menolak makan Menangis pelan Sering bertanya Tidak kooperatif Kehilangan kontrol : Pembatasan aktifitas sehari-hari dan kehilangan kekuatan diri Dirawat merupakan hukuman malu, bersalah, takut Takut thd perlukaan menganggap tindakan dan prosedur akan mengancam integritas agresif, ekspresi verbal, dependent Ansietas ◦ Cemas ttg kejadian yg tdk dikenal protes (menangis dan marah), merengek putus harapan: komunikasi buruk, kehilangan ketrampilan yg baru, tdk berminat menyendiri thd lingk. RS Tidak Berdaya ◦ Merasa gagap krn hilangnya ketrampilan ◦ Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing, orang berseragam dan yg memberi pengobatan/ perawatan. ◦ Regresi toileting tergantung saat makan, menghisap jempol ◦ Protes dan ansietas krn restrain Gangguan Citra Diri ◦ Sedih dengan perubahan citra diri (perdarahan) ◦ Takut thd prosedur invasif (nyeri) ◦ Mungkin berpikir: bgn tubuh akan keluar kalau selang dicabut Anjurkan ortu berada disamping anak saat prosedur invasif yang menyakitkan Dekatkan mainan favorit anak Pertahankan kontak maksimal dengan beberapa perawat. Kenalkan perawat di samping ortu, ijinkan anak bertemu perawat sebelum prosedur dilakukan. Bantu kunjungan saudara kandung. Biarkan beberapa regresi dan jelaskan ke orang tua. Komunikasikan penerimaan regresi ke anak. Gunakan restrain minimal. Biarkan anak bebas bergerak selama dan setelah prosedur jika memungkinkan. Fasilitas rooming in. Bantu anak menyembunyikan perubahan tubuh (kamuflase). Industri vs inferioritas Cemas perpisahan dgn kelompok sosial Kehilangan kontrol : Perubahan peran dlm keluarga Kelemahan fisik Takut mati Kehilangan kegiatan dlm kelompok Reaksi thd nyeri : Mampu mengkomunikasikan rasa nyeri Mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri dengan cara : menggigit bibir, mengenggam sesuatu dgn erat Rasa Takut: ◦ - pahami penyebab penyakit tertular orang lain/tertelan bakteri ◦ - ekspresi verbal dan non-verbal (senyum kecut, menangis, merengek, marah, aktifitas >>). Ansietas ◦ Paham alasan dipisahkan tetapi masih butuh keberadaan orang tua. ◦ Lebih peduli terhadap rutinitas sekolah dan teman-teman. Batasi aturan dan dorongan pada perilaku Anjurkan ortu merencanakan kunjungan dg anak Rencanakan kontak dg guru dan teman Rencanakan aktifitas bermain --> bergerak Ijinkan anak memilih dlm batasan yg dapat diterima Berikan cara-cara anak dpt membantu pengobatan dan puji atas kerjasama anak Rasa Takut ◦ Paham bahwa penyakit beragam ◦ Menunjukkan sedikit rasa takut tapi bisa ketakutan kalau pengalaman lalu menyakitkan Monitor perilaku untuk menentukan kebutuhan emosi terutama pada anak yang menarik diri dan tidak berespon Jelaskan prosedur rinci (jika anak meminta) Anjurkan kunjungan teman sebaya Diskusikan respon thd pertanyaan ttg penyakit dan perubahan tubuh Berikan waktu diskusi Biarkan anak memilih, partisipasi, privasi, Ikuti kenginan anak ttg keberadaan ortu Identitas vs bingung peran Anak mengembangkan cara baru berinteraksi dengan keluarga dan teman sebaya, belajar peran sesuai gender dan bekerja mempertahankan peran sosial baru, mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, belajar fungsi mandiri Cemas akibat perpisahan dgn teman sebaya Kehilangan kontrol karena pembatasan fisik / ketergantungan menolak, tdk kooperatif, menarik diri Penyakit / pembedahan perasaan tdk aman respon : Banyak bertanya Menarik diri dan Menolak org lain Rasa Takut: ◦ Dpt berfikir hipotesis (sakit krn disfungsi fisiologis dan emosional) ◦ Banyak bertanya dan mengekspresikan rasa takut scr verbal ttg konsekuensi penyakit Ansietas ◦ perpisahan dgn sekolah dan teman lebih bermakna dp ortu ◦ Menarik diri krn perub. Penampilan Tidak Berdaya ◦ Peduli thd kehilangan fungsi mandiri ◦ Sulit mengijinkan bantuan scr fisik dan emosi saat marah, frustasi, menarik diri Gangguan Citra Diri ◦ Peduli dg ancaman perubahan thd perkembangan identitas seksual dan peran sesuai gender ◦ Amat peduli thd perubahan citra diri, kuatir ttg tanggapan orang lain, dikasihani ◦ Sulit bekerja sama jika pengobatan berhubungan dengan perubahan citra diri Fasilitasi perencanaan aktifitas (peer) Jelaskan ke ortu ttg kebutuhan mandiri Monitor perilaku bahwa anak ingin bicara Berikan permainan dan aktifitas lain yg membantu diskusi Berikan penyuluhan rinci ttg prosedur, pengobatan, terapi yg menyangkut genital Berikan privasi setiap prosedur Persiapan Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit, penyakit menular, perkiraan lamanya dirawat Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja) Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan alat yg dibutuhkan tersedia) Kenalkan tim pada anak dan keluarga Orientasi ruangan/ fasilitas Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar Berikan gelang identitas Jelaskan peraturan RS dan jadualnya Ukur VS, TB dan BB Lakukan pemeriksaan lab Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik Perpanjang prosedur persiapan masuk tidak tepat dan tidak mungkin pada situasi darurat Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja sama Siapkan anak dan ortu untuk ICU. Siapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak terduga Siapkan ortu s.d penampilan anak dan perilakunya, saat pertama mengunjungi anak di ICU Temani ortu disisi tempat tidur anak support Siapkan saudara kandung untuk kunjungan dan monitor reaksi mereka Untuk anak dan keluarga ◦ Stresor fisik nyeri dan rasa tidak nyaman imobilisasi kurang tidur Tidak mampu makan minum Perubahan kebiasaan eliminasi Stresor Lingkungan ◦ Lingk. asing ◦ Bunyi yang asing ◦ Orang asing ◦ Bau asing dan tidak enak ◦ Cahaya yg terus menerus ◦ aktivitas ke pasien lain ◦ kesiagaan petugas Stressor Psikologis ◦ kurangnya privacy ◦ Tidak mampu berkomunikasi ◦ Tidak cukup tahu dan paham tentang situasi ◦ Penyakit yg berat ◦ Perilaku ortu Stresor Sosial ◦ Hub. yg terputus ◦ peduli thd sekolah atau pek ◦ Gangguan/ kurang bermain Berbagai macam perasaan muncul pd org tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas Rasa takut pd org tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit anak yg terminal, karena takut kehilangan anak yg dicintainya dan adanya perasaan berduka Perasaan org tua tdk boleh diabaikan karena apabila org tua merasa stress, hal ini akan membuat ia tdk dpt merawat anaknya dgn baik dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress Reaksi org tua thd perw anak di RS dan LB yg menyebabkan sbb : Perasaan cemas dan takut Rasa cemas paling tinggi dirasakan org tua pd saat menunggu informasi ttg diagnosis peny anaknya Rasa takut muncul pd org tua terutama akibat takut kehilangan anak pd kondisi sakit yg terminal Perilaku yg sering ditunjukan org tua berkaitan dgn adanya perasaan cemas dan takut ini adl : sering bertanya atau bertanya ttg hal sama berulang-ulang pd org yg bbd, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah Perasaan sedih Perasaan ini muncul terutama pd saat anak dlm kondisi terminal dan org tua mengetahui bahwa tdk ada lagi harapan anaknya utk sbh Pd saat menghadapi anaknya yg menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami org tua Pd kondisi ini org tua menunjukkan perilaku isolasi atau tdk mau didekati org lain, bahkan bisa tdk kooperatif thd petugas kesehatan Perasaan frustrasi Pd kondisi anak yg telah dirawat cukup lama dan dirasakan tdk mengalami perubahan serta tdk adekuatnya dukungan psikologis yg diterima org tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka org tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. Sering kali org tua menunjukkan perilaku tdk kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa Org tua pd dasarnya tdk boleh membedakan perlakukan pd anak yg sedang sakit dan dirawat di RS dgn saudara kandung lainnya di rumah Selain kehadiran fisik org tua di RS, perhatian dlm bentuk lain mis : uang, makanan dan hal lain yg berhubungan dgn perw anak di RS menuntut org tua utk memprioritaskannya dibanding keperluan anak lain Reaksi yg sering muncul pd saudara kandung (sibling) thd kondisi ini adl : marah, cemburu, benci dan rasa bersalah. Marah jengkel thd org tua yg dinilai tdk memperhatikan Cemburu dirasakan orrg tua lbh mementingkan saudaranya yg sedang sakit Rasa bersalah anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak : 1. Membantu perkembangan org tua dan anak dgn cara memberi kesempatan org tua mempelajari tumbang anak dan reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw di RS 2. Hospitalisasi dpt dijadikan media utk belajar org tua. Utk itu perw dpt memberi kesempatan pd org tua utk belajar ttg peny anak, terapi, perw dsb. sesuai dgn kapasitas belajar 3. Utk meningkatkan kemampuan kontrol diri dpt dilakukan dgn memberi kesempatan pd anak mengambil keputusan, tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya diri. 4. Fasilitasi anak utk tetap menjaga sosialisainya dgn sesama pasien yg ada, teman sebaya atau teman sekolah. Memberi dukungan pd anggota keluarga lain : 1. Berikan dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS 2. Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pd psikolog/ahli agama, karena sgt dimungkinkan keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual yg memerlukan bantuan ahli 3. Beri dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakini 4. Fasilitasi utk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan berdampak positif pd anak yg dirawat maupun saudara kandungnya Mempersiapkan anak utk mendapat perawatan di RS Pada tahap sebelum MRS dpt dilakukan : Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1 – 2 hari sebelum dirawat, dioreintasikan dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan RS Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan : Kenalkan perawat dan dokter yg akan merawatnya Orientasikan anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas Kenalkan dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya Berikan identitas pd anak, mis : papan nama anak Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikuti Lakukan pengkajian riwayat keperawatan Lakukan pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program