1. SUTRYANI (P201902015)
2. AMSIDA (P201902002)
6. MADANI (P201902030)
7. INDRIANI (P201902023)
PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A. 2019/2020
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan
hidayah_Nya kami dapat menyelesaikan makalah Psikososial dengan judul
“Transkultural Dalam Keperawatan” dengan sebaik-baiknya.
“Lepas dari segala kekurangan yang ada semoga makalah ini dapat
bermanfaat”
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR ...............................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Sasaran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan adanya perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan, dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang
sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengungkapkan rasa nyeripada
beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasa nyeri dengan berteriak atau menangis, tapi karena perawat memiliki
kebiasaan bila nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis
akan dianggap tidak sopan. Maka ketika mendapati klien tersebut menangis atau
berteriak maka perawat meminta untuk bersuara pelan atau berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan (Ferry & Makhfudli, 2009).
B. Tujuan
4
1. Mengetahui definisi keperawatan transkultural
C. Manfaat
5
BAB II
LITERATURE REVIEW
6
memastikan yang lebih tinggi. Terkait agama, 26,3% dari populasi
dijelaska
interpretasi perawat melaporkan bahwa mereka mengalami perawat
n secara Italia
semantik yang masalah dalam memberikan perawatan karena sebagai masalah
rinci
benar dari setiap praktik keagamaan atau kebiasaan klien. Yang utama
perbedaa dalam
kata dan ekspresi paling sering dilaporkan adalah sulit memberi berhubungan
n apa
ketika orang tua kesempatan untuk melaksanakan dengan
yang anak-
mengevaluasi keyakinan mereka selama menjaga anaknya di RS, anak
terjadi dan
mereka untuk termasuk kepatuhan dengan aturan Ramadhan keluarga
pada
homogenitas, untuk pasien Muslim. Hal lain yang terjadi adalah mereka. Perawat
pola
analogi, atau terdapat agama yang tidak mengizinkan italia mengalami
kebersih
kesamaan makna. dilakukannya tranfusi darah. Dalam 43,4% kasus masalah dalam
an antara
perawat melaporkan bahwa mereka pernah perawatan ana
anak
menghadapi situasi perawatan di mana tidak asing
asing karena
setuju dengan perilaku atau kebiasaan orang tua perbedaan
dengan
dari anak-anak asing. budayanya
anak asli
seperti tentang
Italia.
asupan
Tidak
makanan, dan
dijelaska
kebersihan.
n apa
yang
harusnya
dilakuka
n
perawat
Italia
saat
mengha
dapi
masalah-
masalah
tersebut.
2 Wong Nursing 111 Survei deskriptif Sebagian besar responden melaporkan bahwa Sebagian besar Hanya Kita dapat
,celeste Respon perawat di dilakukan dengan ketika mereka merawat seseorang dari budaya responden menggu mengetahu
cang et ses to Kaiser menggunakan yang berbeda mereka menggunakan pengalaman melaporkan nakan i bahwa
7
al/2009 Transcu Permanent kuesioner yang sebelumnya, termasuk pengalaman dengan teman bahwa mereka responde pengalama
ltural e Santa berisi item pilihan dan keluarga, dan pada pendidikan dan pelatihan menggunakan n dari n dan
Encoun Clara ganda, isi kosong, mereka; lebih dari setengahnya juga termasuk pengalaman satu membaca
ters: Medical dan terbuka. pengalaman perjalanan dan informasi yang sebelumnya, tempat dapat
What Center Perawat di Kaiser diperoleh dari Internet atau media berita. termasuk kerja meningkat
Nurses Permanente Santa Responden melaporkan bahwa sumber daya apa pengalaman sehingga kan
Draw Clara Medical yang terbukti membantu merawat pasien dari dengan teman belum kemampua
on Center diundang budaya lain diantaranya juru bahasa, rekan kerja dan keluarga, bisa n perawat
When untuk mengisi yang beragam secara etnis, pasien dan keluarga dan melalui dipastika dalam
Faced kuesioner. Sesuai mereka, telah sangat membantu mereka. 77% (86 pendidikan dan n apakah menyelesa
with a waktu yang responden) melaporkan bahwa mereka pelatihan sebagian ikan
Patient disepakati, 111 menginginkan lebih banyak pelatihan dan mereka, dan besar kasus-
from perawat pendidikan berkelanjutan tentang budaya; 63% lebih dari perawat kasus
Anothe berpartisipasi (71) mengatakan bahwa harus ada lebih banyak setengahnya juga keperawat
r dengan juru bahasa. Responden juga merasa lebih juga termasuk melakuk an
Culture mengembalikan "terpapar budaya yang lebih beragam," serta pengalaman an hal termasuk
kuesioner yang bahan bacaan, karena berpotensi membantu. perjalanan dan yang saat
telah diisi. informasi yang sama menghada
diperoleh saat pi pasien
melalui Internet merawat dengan
dan media klien budaya
berita. dengan yang
budaya berbeda.
yang
berbeda.
Tidak
dijelaska
n secara
rinci apa
saja
yang
harus
dilakuka
n
8
seorang
perawat
saat
merawat
klien
dengan
budaya
yang
berbeda.
3 Kuwan Factors Perawat Menggunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi skor otonomi Sensitivitas Tidak Melalui
o, Affecti yang desain deskriptif perawat Jepang ketika merawat pasien Jepang antar budaya dijelaska penelitian
Noriko ng bekerja di cross-sectional. adalah lama pengalaman perawat, dan sensitivitas adalah faktor n secara dapat
et al / Professi 27 rumah Peserta termasuk antar budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi yang paling rinci diketahui
2019 onal sakit di 238 perawat skor otonomi perawat Jepang ketika merawat berpengaruh masalah- bahwa
Autono Jepang klinis yang pasien non-Jepang adalah lama pengalaman dalam masalah komunikas
my of bekerja di 27 perawat), sensitivitas antar budaya, jumlah pasien menjelaskan yang i sangatlah
Japanes rumah sakit di non-Jepang yang dirawat selama setahun terakhir, otonomi, dihadapi penting
e Jepang. ketersediaan layanan interpretasi dengan bahasa sementara itu, perawat dalam
Nurses Menggunakan yang diperlukan saat dibutuhkan dan persepsi otonomi sangat jepang melakukan
Caring skala Sensitivitas efektivitas layanan interpretasi yang disediakan terkait dengan dalam asuhan
for Antar budaya, dan kegunaan merawat keperawat
Cultura Skala untuk layanan pasien an yang
lly and Otonomi interpretasi. non- baik.
Linguis Profesional dalam Meningkatkan jepang Sehingga
tically Perawatan untuk kesadaran dan dan perawat
Diverse mengukur menghormati tidak dapat
Patients sensitivitas antar keanekaragaman pula meningkat
in a budaya dan budaya dengan dijelaska kan
Hospita otonomi menawarkan n upaya- kesadaran
l profesional. pendidikan upaya dan
Setting Analisis bertahap keperawatan yang menghorm
in berganda transkultural harusnya ati
Japan digunakan untuk melalui rumah dilakuka keanekara
mengidentifikasi sakit dan n gaman
9
faktor-faktor sekolah adalah perawat budaya
paling signifikan elemen penting jepang
yang untuk untuk
mempengaruhi meningkatkan mengata
otonomi sensitivitas antar si hal
profesional budaya. Selain tersebut.
itu, komunikasi
yang efektif
sangat penting
untuk otonomi
perawat Jepang
dalam merawat
pasien non-
Jepang.
4 Chang, Embrac Mahasisw Penelitian ini Mengenai kesulitan yang dirasakan sendiri dalam TNC meningkat Tidak Kita dapat
Luna et ing a semester adalah desain komunikasi bahasa Inggris, 19% dari peserta secara signifikan dirincika mengatahu
al/2018 diversit 4 di salah kuasi- melaporkan kesulitan mendengarkan, 29% dari praktik n materi- i bahwa
y and satu Junior eksperimental. melaporkan kesulitan verbalisasi, dan 16% keperawatan materi mengemba
transcul Perguruan Para peserta melaporkan kesulitan membaca. Di antara para komunitas yang ngkan
tural Tinggi direkrut dari peserta, 33% melaporkan memiliki pengalaman bersama dibawak TNC
society Keperawat mahasiswa bepergian ke luar negeri, 7% melaporkan belajar lokakarya an pada keperawat
through an di semester 4 di di luar negeri untuk periode jangka pendek, dan perawatan saat an, siswa
commu Taiwan suatu Junior 98% melaporkan melakukannya dengan komitmen budaya. Untuk lokakary harus
nity Selata. 46 Perguruan Tinggi untuk keperawatan. Hanya satu variabel mengembangka a, dididik
health orang Keperawatan di demografis, usia, yang berbeda secara signifikan n TNC sehingga dalam
practicu yang Taiwan Selatan. antara kelompok kontrol dan eksperimen, karena keperawatan, kita pengetahu
m terlibat Peserta studi peserta eksperimen menerima survei penelitian siswa harus tidak an
among dalam berpartisipasi setelah peserta kelompok kontrol melakukannya. dididik dalam mengeta transkultur
college kelompok secara sukarela Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pengetahuan hui apa al yang
nursing intervensi dalam survei, dari dalam tiga kategori, pengetahuan transkultural, transkultural saja hal- penting,
student dan 49 46 orang terlibat kesadaran transkultural, dan keterampilan yang penting, hal kesadaran,
s orang dalam kelompok keperawatan transkultural, meningkat secara kesadaran, dan penting dan
dalam intervensi dan 49 signifikan pada kelompok kontrol. Selanjutnya, keterampilan yang keterampil
kelompok orang dalam kelompok eksperimen menunjukkan lebih banyak keperawatan. perlu an
10
kontrol kelompok peningkatan di semua lima kategori kepercayaan Selain itu, diketahu keperawat
kontrol. transkultural. kecakapan i an serta
Para mahasiswa Mengenai periode sebelum implementasi berbahasa mahasis kecakapan
kelompok kurikulum, peserta kelompok kontrol memiliki Inggris dapat wa berhasa
eksperimen kompetensi yang jauh lebih besar dalam membantu siswa keperaw Inggris
terlibat dalam tiga pengetahuan transkultural dan keterampilan untuk mengenali atan bagi
kali lokakarya keperawatan daripada peserta kelompok beragam budaya si author
tentang masalah eksperimen. Namun, menggunakan analisis dalam
kesehatan ANCOVA untuk membandingkan kedua masyarakat
multikultural dan kelompok untuk periode setelah implementasi global. TNC
manajemen kasus kurikulum mengungkapkan bahwa kelompok sangat penting
pasangan asing. eksperimen menunjukkan peningkatan yang lebih untuk
Lokakarya TNC signifikan dalam lima kategori kompetensi budaya menyediakan
terdiri dari kuliah daripada kelompok kontrol lakukan. Ini berarti kebutuhan
interaksi 10 jam. bahwa lokakarya budaya bersama dengan perawatan
kurikulum praktik keperawatan kesehatan kesehatan yang
masyarakat dapat meningkatkan kompetensi seringkali
siswa. Namun, nilai rata-rata pengetahuan kompleks dari
transkultural, kesadaran dan keterampilan pasien, keluarga
keperawatan masih di bawah 3 poin tidak peduli mereka, dan
sebelum atau setelah lokakarya. Itu menunjukkan masyarakat.
beberapa siswa tidak dapat melakukan pelayanan TNC
kesehatan dengan sensitivitas budaya secara mensyaratkan
konsisten. Faktor yang secara signifikan menyediakan
mempengaruhi keterampilan keperawatan layanan
transkultural adalah pengetahuan transkultural, keperawatan
kesadaran, dan kemahiran membaca bahasa dalam situasi
Inggris yang dirasakan sendiri. yang sesuai
dengan budaya
dan peka budaya
di mana masalah
kesehatan
muncul.
11
5 Naraya The Mahasisw Penelitian Mayoritas perawat terdaftar (76%; n = 74) dan Temuan Tidak Penelitian
nasamy, ACCES a tahun ke tindakan bersifat perawat mahasiswa (74%; n = 51) menunjukkan keseluruhan dari dipapark ini
Aru/20 S 3 (n = 69) situasional karena bahwa penekanan model pada peningkatan penelitian ini an memberik
15 model: dan berkaitan dengan kesadaran akan variasi dalam respons verbal dan mengkonfirmasi alasan an
a perawat identifikasi non-verbal berguna atau sangat berguna. bahwa model perawat informasi
transcul terdaftar masalah yang Aspek perawatan transkultural ini akan ACCESS dan bahwa
tural (n = 97) terkait dengan meningkatkan peran perawat dalam intervensi menawarkan mahasis ntuk
nursing yang telah konteks tertentu terapeutik dalam perawatan pasien etnis minoritas kerangka kerja wa membangu
practice berpartisip dan ketika menggunakan model ACCESS yang bermanfaat perawat n
framew asi dalam melembagakan bagi perawat mengan hubungan
ork program langkah-langkah yang ggap dalam
pendidika untuk menerapkan bahwa hubungan
n menyelesaikanny praktik model terapeutik,
keperawat a dalam konteks perawatan lintas ACCES perawat
an itu.. Penelitian budaya. S harus
transkultur tindakan ACCESS berguna menggamb
al pra dan menggunakan sebagai akronim arkan rasa
pasca proses kolaboratif memungkinkan hormat
pendaftara dan partisipatif di perawat untuk yang tulus
n mana para menyadari fitur- untuk
berdasarka peneliti dan fitur utamanya pasien
n model peserta bekerja ketika mereka.
ACCESS bersama dengan melakukan Model
bertindak, intervensi ACCESS
mengevaluasi dan keperawatan berfokus
memodifikasi dalam pada aspek
praktik secara perawatan perawatan
terus menerus pasien etnis ini dan
untuk membawa minoritas. menunjuk
perubahan. Proses Model ACCESS kan bahwa
penelitian ini berupaya untuk penghorm
yakni mengeluarkan atan dapat
mengumpulkan kewajiban moral dibangun
data, analisis data, dan etika yang dengan
12
interpretasi, melekat dalam memperla
tindakan profesional yang kukan
(pendidikan peduli. Ini pasien
praktik) dan termasuk sebagai
evaluasi. motivasi untuk individu
peduli, berbelas dengan
kasih, dan kebutuhan
bermanfaat bagi yang
mereka yang dipengaru
berada dalam hi oleh
krisis dan keyakinan
kebutuhan dan nilai-
kesehatan. nilai
Implikasi dari budaya.
model ini adalah Model ini
bahwa ini dapat memungki
menjadi nkan
panduan yang perawat
berguna bagi untuk
perawat yang menyadari
berusaha faktor-
memberikan faktor ini
perawatan yang ketika
sensitif secara melakukan
budaya untuk intervensi
pasien etnis terapeutik.
minoritas.
6 Amerso The 14 lulusan Penelitian ini Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran- Pembelajaran Penelitia Penelitian
n, Influen keperawat menggunakan layanan mempromosikan pertumbuhan sosial layanan n tidak ini
Roxann ce of an, yang studi kasus sambil memberikan kesempatan untuk internasional dilakuka memberi
e /2012 Internat sebelumny kualitatif untuk meningkatkan self-efficacy selama pertemuan memberikan n dengan kita
ional a menjelaskan budaya dengan populasi yang beragam. Lulusan peluang bagi tatap informasi
Service berpartisip bagaimana keperawatan mampu memberikan perawatan yang pertemuan muka bahwa saat
- asi dalam partisipasi dalam kongruen secara budaya sebagai hasil dari budaya yang melaink perawat
13
Learnin perjalanan proyek peningkatan self-efficacy transkultural mereka. memengaruhi an telah
g on internasio pembelajaran dimensi melalui mengabdi/
Transcu nal ke layanan pembelajaran telpon. kerja, akan
ltural Ekuador internasional kompetensi Karenan membuat
Self- atau selama kursus budaya, yang ya waktu perawat
Efficac Guatemala kesehatan memungkinkan yang tersebut
y in masyarakat praktik dalam dibutuhk meningkat
Baccala mempengaruhi menerapkan an lebih kan efikasi
ureate self-efficacy pengetahuan lama. drinya
Nursing transkultural transkultural Jika atau
Graduat mahasiswa dikehidupan menggu kemampua
es and keperawatan nyata. Siswa nakan n diri
their sarjana muda dapat tatap sendiri
Subseq setelah lulus dan mempelajari muka untuk
uent praktik klinis banyak detail hanya mengorga
Practice berikutnya tentang beragam perlut nisir dan
sebagai perawat kelompok etnis 20-30 menggerak
terdaftar. di kelas, tetapi menit kan
Melibatkan 22 keefektifan diri untuk sumber-
siswa yang telah transkultural keseluru sumber
berpartisipasi hanya akan han tindakan
dalam benar-benar namun yang
pengalaman meningkat karena dibutuhka
pembelajaran ketika siswa hanya n.
servicelearning. memiliki melalui
Wawancara kesempatan telepon
telepon dilakukan untuk maka
dengan 14 siswa. mempraktikkan waktu
Wawancara keterampilan ini. yang
telepon semi diperluk
terstruktur dengan an
beberapa adalah
pertanyaan 20-30
demografis dan menit x
14
lima pertanyaan jumlah
terbuka. Durasi dari
wawancara rata- sampel.
rata 20-30 menit.
Setiap wawancara
telepon direkam.
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
B. Tujuan Penggunaan Keperawatan Transkultural
17
dianggap pantas. Norma budaya merupakan suatu kaidah yang memiliki sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait (Ferry & Makhfudli, 2009).
D. Kompetensi Budaya
18
utuh elemen-elemen pelayanan kesehatan di keluarga, termasuk mengelola
hambatan atau tantangan di tingkat institusional (Ferry & Makhfudli, 2009).
19
yang terkena tumor dan sembuh setelah di “operasi”. Bila tidak diklarifikasi
maka akan menyebabkan komuniasi karena salah persepsi tersesbut (Ferry &
Makhfudli, 2009).
Hampir sama seperti kasus gizi buruk, perawat perlu berhati-hati jika
hendak mengatakn kepada keluarga bahwa anaknya mendrita gizi buruk, sebab
tidak semua keluarga bisa menerimanya. Mungkin lebih aman bagi perawat
keluarga untuk mengatakan bahwa anak Ibu tersebut berat badannya kurang atau
menurut Kartu Menuju Sehat berada di bawah garis merah (Ferry & Makhfudli,
2009).
20
tua. Kokmpetensi komunikasi lintas budaya ini perlu menjadi perhatian khusus
perawat (Ferry & Makhfudli, 2009).
21
makan lebih banyak terutam lauk pauknya. Sedangkan, si anak hanya mendapat
sisa atau bagian yang gizinya kurang. Contoh lain, budaya makan nasi pada saat
panen padi dan meninggalkan makan sayur-sayuran (wortel) di daerah Cianur
pada era tahun 70-an ternyata menyebabkan angka rabun senja meningkat saat
musim padi dan menurun saat musim tanam padi (Sudiharto,2007) (dikutip dari
Ferry & Makhfudli, 2009).
Kondisi tersebut dapat dialami oleh berbagai suku yang akan dijumpai
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Setiap suku acap kali
mengaktualisasikannya secara berbeda. Kondisi ini harus dipahami betul oleh
perawat. Contoh lain, di Lumajang, Jawa Timur, daun kelor muda digunakan
untuk disayur dan dimakan, tetapi di Jakrta digunakan untuk memandikan mayat
dan tidak dimakan. Suku Padang tidak terbiasa makan sayur atau lalapan seperti
suku Sunda. Budaya makan suku Padang yang terlalu banyak mengonsumsi
lemak dan santan mengakibatkan tingginya prevalensi kejadian stroke atau
penyakit vaskular lain. Sementara, budaya makan suku Sunda yang sedikit
mengonsumsi lemak dan banyak sayur-sayuran berisiko menimbulkann
defisiensi vitamin A karena vitamin A larut dalam lemak dan lemak yang
tersedia di struktur otot suku Sunda tidak optimal untuk menyimpan vitamin A
(Ferry & Makhfudli, 2009).
22
F. Komponen Dalam Keperawatan Transkultural
Teori keperawatan terdiri dari beberapa komponen (Leininger dalam Andrews &
Boyle, 2003) (dikutip dari Nevia, 2018)
1. Care
2. Culture
3. Culture care
5. Worlview
23
6. Cultural and social structure dimension
7. Environment context
8. Ethnohistory
9. Emic
Mengacu pada pandangan lokal atau pandangan dari dalam dan nilai-nilai
tentang peristiwa
10. Etic
11. Health
Negara yang sehat diketahui dari budaya yang ditetapkan, dinilai dan
dipraktikan oleh individu maupun kelompok yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
12. Nursing
24
kesejahteraan yang berhubungan dengan kehidupan manusia dan kematian
yang bermakna denga baik
25
G. Paradigma Transcultural Nursing
1. Manusia
2. Sehat
3. Lingkungan
26
sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan
simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
1. Pengkajian
27
and Davidhizar, 1995) (dikutip dari Nevia, 2018). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" (dikutip dari
Nevia, 2018).
a. Faktor teknologi
1) Dukungan emosional
28
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan informatif
29
sosial), akses keadilan, kenegaraan, partisipasi politik, kebebasan
berpikir dan berekspresi, komunikasi intra institusional, komunikasi
inter sektor, komunikasi inter institusional.
f. Faktor ekonomi
g. Faktor pendidikan
30
Prinsip-prinsip pengkajian budaya (dikutip dari Nevia, 2018):
b. Jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang padang pelit,
orang jawa halus
2. Diagnosa keperawatan
31
Davidhizar, 1995) (dikutip dari Nevia, 2018). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995)
(dikutip dari Nevia, 2018) yaitu :
Penjelasan dari ketiga pedoman tersebut adalah sebagai berikut (dikutip dari
Nevia, 2018) :
32
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
33
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Asriwati & Irawati. 2019. Buku Ajar Antropologi Kesehatan Dalam Keperawatan.
Deepublish: Yogyakarta
Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Jurnal :
Chang, L., Chen, S. C., & Hung, S. L. (2018). Embracing diversity and transcultural
society through community health practicum among college nursing students.
Nurse Education in Practice, 31, 156–160.
https://doi.org/10.1016/j.nepr.2018.05.004
Festini, F., Focardi, S., Bisogni, S., Mannini, C., & Neri, S. (2009). Providing
transcultural to children and parents: An exploratory study from Italy. Journal
of Nursing Scholarship, 41(2), 220–227. https://doi.org/10.1111/j.1547-
5069.2009.01274.x
Indriani , Nevia Ratri. 2018. Analisis Faktor Pemanfaatan Kerokan Pada Lansia
Berbasis Keperawatan Transkurtural Di Posyandu Lansia Sukmajaya
Kelurahan Kertajaya Surabaya. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/85193 diakses tanggal 30 Oktober 2019
36
Kuwano, N., Fukuda, H., & Murashima, S. (2016). Factors Affecting Professional
Autonomy of Japanese Nurses Caring for Culturally and Linguistically Diverse
Patients in a Hospital Setting in Japan. Journal of Transcultural Nursing, 27(6),
567–573. https://doi.org/10.1177/1043659615587588
37