Anda di halaman 1dari 36

Deteksi Dini Masalah

Kesehatan Jiwa
Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu
Pokok Bahasan
Konsep Deteksi Dini Masalah
01 Kesehatan Jiwa
• Definisi
• Tujuan
• Metode

Pelaksanaan Deteksi Dini Masalah


02
Kesehatan Jiwa
• Identifikasi sasaran kelompok
berisiko
• Langkah-langkah melakukan skrining
• Alur deteksi dini
• Jenis instrumen deteksi dini
• Interpretasi hasil
• Tindak lanjut deteksi dini
01 Konsep Deteksi Dini Masalah
Kesehatan Jiwa
Deteksi Dini Masalah Kesehatan
Jiwa
DEFINISI
● Suatu rangkaian tes atau prosedur pemeriksaan kesehatan untuk
mengetahui apakah seseorang berisiko lebih tinggi mengalami
suatu masalah kesehatan jiwa.
● Seluruh kelompok usia → mulai dari anak hingga lanjut usia.
● Sekitar 50% kasus gangguan jiwa berawal dari usia 14 tahun →
namun sebagian besar tidak terdeteksi dan diobati.
● Skrining → salah satu upaya untuk menemukan masalah
kesehatan jiwa secara dini sehingga gangguan jiwa di
masyarakat dapat dicegah dan dikendalikan.
Tujuan
Beberapa tujuan pelaksanaan deteksi dini masalah
kesehatan jiwa antara lain:
1. Mengidentifikasi berbagai risiko masalah kesehatan
jiwa yang terjadi di masyarakat
2. Mengidentifikasi sasaran kelompok yang berisiko
mendapati masalah kesehatan (population at risk)
kesehatan jiwa
3. Mengupayakan pelaksanaan tindak lanjut dari deteksi
dini masalah kesehatan jiwa yang telah dilakukan
4. Mengupayakan tindakan untuk mengurangi risiko
serta pencegahan dari permasalahan kesehatan jiwa
Metode Deteksi Dini Masalah Kesehatan dan NAPZA
Deteksi dini masalah kesehatan jiwa menggunakan beberapa instrumen dalam bentuk kuesioner sesuai
dengan kelompok usia yang sudah teruji validitas, reliabilitas, dan efikasi yang baik.

• Deteksi dini masalah kesehatan jiwa secara • Deteksi dini masalah kesehatan jiwa secara digital
manual ⮚ Pelaksanaan skrining secara digital lebih fleksibel dari
⮚ Kuesioner SRQ 20 (mendeteksi adanya gejala sisi waktu dan tempat serta diharapkan dapat
gangguan mental) menjangkau lebih banyak orang (SRQ-20, SDQ,
⮚ SDQ (Strength and Difficulties Questionnaire) ASSIST.
→ mendeteksi dini kesehatan mental ⮚ Sarana yang dapat digunakan:
emosional anak usia 4-17 tahun. ▪ Google form → dengan mengubah format
⮚ ASSIST (Alcohol, Smoking and Substance. pencatatan dari manual ke bentuk pertanyaan
Involvement Screening Test) →kuesioner dalam formulir Google Form
untuk semua tingkat masalah atau ▪ Menggunakan aplikasi → skrining masalah
penggunaan zat berisiko pada orang dewasa. kesehatan jiwa sudah tersedia di beberapa aplikasi
yang bisa diunduh tanpa berbayar antara lain:
✔ SEHAT JIWA metode SRQ 20 → untuk usia
> 18 tahun
✔ SINAPZA → menggunakan ASSIST untuk
skrining keterlibatan penggunaan NAPZA
✔ KDAI → untuk aplikasi untuk skrining adiksi
internet
02 Pelaksanaan Deteksi Dini
Masalah Kesehatan Jiwa
Pelaksanaan Deteksi Dini Masalah
Kesehatan Jiwa
1. Identifikasi sasaran kelompok berisiko masalah kesehatan jiwa
▪ Skrining kelompok yang memiliki risiko masalah kesehatan jiwa menurut usia,
dibagi menjadi:

Anak Remaja Dewasa Lansia


Anak Remaja
● Siswa baru dan tingkat akhir PAUD dan SD/MI ● Siswa baru dan tingkat akhir SMP dan SMA
● Santri
● Anak dengan gangguan pertumbuhan ● Pasien penyakit kronis: kanker, HIV/AIDS, dll
● Anak jalanan/anak & balita terlantar/ ● Santri
gelandangan dan pengemis usia remaja
● Anak yang memerlukan perlindungan khusus ● Remaja dengan disabilitas
(Anak Berhadapan dengan Hukum/ABH, ● Korban tindak kekerasan
pengungsi, pencari suaka, dsb)
● Pasien penyakit kronis: Kanker, HIV-AIDS, dll ● Korban trafficking
● Obesitas ● Korban dan penyintas bencana alam/non
● Anak dengan disabilitas
● Korban tindak kekerasan alam dan bencana sosial
● Korban trafficking ● Pekerja seks komersial (Tuna Susila)
● Korban dan penyintas bencana alam/non
alam dan bencana sosial
● Warga binaan pemasyarakatan di LPKA
Dewasa
● Keluarga (pendampingan) pasien ODGJ
● Mahasiswa baru dan tingkat akhir Perguruan dan penyakit kronis
Tinggi ● Keluarga (pendamping) orang dengan
● Pasien penyakit kronis: Hipertensi, stroke, disabilitas
gagal ginjal, penyakit jantung, TBC, DM, ● Pekerja seks komersial (Tuna Susila)
Kanker, HIV-AIDS, dll. ● Orang dengan variasi preferensi seksual
● Pasien dengan penyakit fisik yang tidak ● Pendamping lansia (caregiver)
membaik setelah diobati dengan adekuat ● Warga binaan permasyarakatan di
● Ibu hamil dan post partum Lapas/Rutan dan keluarganya
● Ibu dengan anak balita ● Penghuni panti sosial (warga binaan)
● Orang tua tunggal ● Petugas panti sosial
● Orang dengan disabilitas ● Klien/pasien di lembaga rehabilitasi
● Korban tindak kekerasan penyalahgunaan NAPZA dan keluarganya
● Pekerja dengan sistem shift
● Pekerja dengan tempat kerja yang berisiko
● Pekerja imigran
● Korban trafficking
● Korban dan penyintas bencana alam/non
alam dan bencana sosial
Lansia

● Lansia yang tinggal sendiri/hanya dengan


pasangannya
● Lansia yang membutuhkan perawatan
jangka panjang
● Penghuni panti sosial (warga binaan)
● Pasien penyakit kronis: Hipertensi, stroke,
gagal ginjal, penyakit jantung, TBC, DM,
Kanker, HIV-AIDS, dll.
● Korban dan panyintas bencana alam/non
alam dan bencana sosial
● Korban kekerasan
Langkah-langkah Melakukan Skrining
Menyiapkan kuesioner skrining (manual maupun digital) → sesuaikan estimasi jumlah yang dicetak dan estimasi
jumlah tenaga yang tersedia serta ketersediaan waktu

Memastikan individu siap diskrining, dalam keadaan tenang, tidak dalam tekanan dan pengaruh obat-obatan
maupun dalam pengaruh ancaman seseorang

Mengedukasi individu terkait dengan kesehatan jiwa, perlu dilakukan edukasi terkait kondisi kesehatan jiwa sesuai
rentang usia juga faktor risiko lainnya

Memberikan penjelasan terkait tujuan skrining, asa kerahasiaan (isu konfedensialitas), dan pentingnya mengisi
kuesioner sesuai keadaan yang sesungguhnya sehingga mendapatkan hasil yang akurat

Pengisian kuesioner dilakukan mandiri atau melalui wawancara → perlu disesuaikan dengan jumlah tenaga yang
ada, jumlah pasien yang akan dilakukan deteksi dini serta ketersediaan waktu

Melakukan interpretasi hasil skrining, perlunya pemahaman akan hasil dari deteksi dini yang telah dilakukan untuk
pentingnya mengambil langkah lanjut

Melakukan tindak lanjut hasil skrining (pelaksanaan sesuai dengan koompetensinya)


Alur Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa
● Dari beberapa kelompok berisiko masalah kesehatan jiwa tersebut selanjutnya ditentukan akan
ditentukan kelompok usia dan juga permasalahan yang ada dan disesuaikan dengan jenis instrumen
pemeriksaannya.
Sasaran Usia (tahun) Instrumen Pelaksana
∙ Anak 0-5 MCHAT-R Tenaga kesehatan
ACTRS
KMPE
SDIDTK
∙ Pasien penyakit kronis 4-10 SDQ 4-10 Tenaga kesehatan
∙ Pasien dengan penyakit fisik yang 10-18 SDQ 11 – 18
tidak membaik setelah diobati dengan ASSIST
adekuat.
∙ Ibu hamil dan post partum 19-59 SRQ 20
ASSIST
∙ Calon pengantin
∙ Calon jemaah haji >59 SRQ 20
GDS
HVLT
ASSIST
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

1. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)


• Deteksi dini dapat menggunakan kuesioner SDQ yang mudah dilakukan baik di sekolah maupun komunitas lainnya.
• SDQ adalah kuesioner untuk deteksi dini masalah perilaku dan emosi pada anak dan remaja berusia 4-18 tahun
• Kuesioner ini menggambarkan kondisi dalam 6 bulan terakhir
• Berisi 25 pernyataan yang terdiri dari:
a)Domain masalah emosi (5 butir)
b)Domain masalah perilaku (5 butir)
c)Domain hiperaktivitas/inatensi (5 butir)
d)Domain masalah hubungan dengan teman sebaya (5 butir)
e)Domain perilaku pro-sosial yang mendukung (5 butir)
• Nilai masing-masing domain ditentukan dengan menjumlahkan nilai dari pernyataan domain masalah emosi,
masalah tingkah laku, masalah perilaku hiperaktivitas, masalah dengan teman sebaya dan prososial
• Untuk usia 4-10 tahun, SDQ diisi oleh orang tua/pengasuh atau guru yang memahami kondisi anak, sedangkan usia
11-18 tahun dapat diisi sendiri oleh remaja atau melaui wawancara oleh tenaga kesehatan atau non tenaga
kesehatan terlatih
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
1. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)

• Interpretasi hasil skrining SDQ


• A) SKOR KESULITAN TOTAL = Skor E + C+ H + P
1)Gejala Emosional (E)
2)Masalah Perilaku (C)
3)Hiperaktivitas (H)
4)Masalah Teman Sebaya (P)

Penilaian:
Usia < 11 tahun: Usia 11-18 tahun:

Jika Skor = Jika Skor =


0 – 13 : Normal 0 – 15 : Normal
14 – 15 : Ambang/Borderline 16 – 19 : Ambang/Borderline
16 – 40 : Abnormal 20 – 40 : Abnormal
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

1. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)


a. Gejala Emosional (E)
• sering mengeluh sakit pada badan (seperti sakit kepala, perut, dll)
• Banyak kekhawatiran
• Sering tidak bahagia, menangis
• Gugup atau mudah hilang percaya diri
• Mudah takut
Usia < 11 tahun: Usia 11-18 tahun:

Jika Skor = Jika Skor =


0 – 3 : Normal 0 – 5 : Normal
4 : Ambang/Borderline 6 : Ambang/Borderline
5 – 10 : Abnormal 7 – 10 : Abnormal
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

1. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)


b. Masalah Perilaku (C)
• Sering marah meledak-ledak
• Umumnya berperilaku tidak baik, tidak melakukan apa yang diminta orang dewasa
• Sering berkelahi
• Sering berbohong, curang
• Mencuri
Usia < 11 tahun: Usia 11-18 tahun:

Jika Skor = Jika Skor =


0–2 : Normal 0–3 : Normal
3 : Ambang/Borderline 4 : Ambang/Borderline
4 – 10 : Abnormal 5 – 10 : Abnormal
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

1. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)


c. Hiperaktivitas (H)
• Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam lama
• Terus bergerak dengan resah
• Mudah teralih, konsentrasi buyar
• Tidak berpikir sebelum bertindak
• Tidak mampu menyelesaikan tugas sampai selesai
Usia < 11 tahun: Usia 11-18 tahun:

Jika Skor = Jika Skor =


0–5 : Normal 0–5 : Normal
6 : Ambang/Borderline 6 : Ambang/Borderline
7 – 10 : Abnormal 7 – 10 : Abnormal
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

1. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)


d. Masalah teman sebaya (P)
• Cenderung menyendiri, lebih senang main sendiri
• Tidak punya 1 teman baik
• Tidak disukai anak lain
• Diganggu/digerak oleh anak lain
• Bergaul lebih baik dengan orang dewasa dari pada anak-anak
Usia < 11 tahun: Usia 11-18 tahun:

Jika Skor = Jika Skor =


0–2 : Normal 0–3 : Normal
3 : Ambang/Borderline 4-5 : Ambang/Borderline
4 – 10 : Abnormal 6 – 10 : Abnormal
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
1. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)

• B) SKOR KEKUATAN
Perilaku Prososial (Pro)
o Mampu mempertimbangkan perasaan orang lain
o Bersedia berbagi dengan anak lain Jika ada nilai ambang
o Suka menolong atau abnormal di salah
o Bersikap baik pada anak yang lebih muda satu domain atau lebih
o Sering menawarkan diri membantu orang lain →
Penilaian: terindikasi mengalami
kesehatan jiwa → perlu
Usia < 11 tahun: Usia 11-18 tahun:
dilakukan pemeriksaan
Jika Skor = Jika Skor = lanjutan
6 - 10 : Normal 6 - 10 : Normal
5 : Ambang/Borderline 5 : Ambang/Borderline
0 – 4 : Abnormal 0 – 4 : Abnormal
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

2. Self Reporting Questionnaire (SRQ-20)


• WHO mengembangkan SRQ untuk menyaring gangguan jiwa dan keperluan penelitian yang
telah dilakukan di berbagai negara.
• SRQ dapat digunakan untuk mengetahui adanya gangguan mental emosional pada seseorang
dengan cara yang relatif murah, mudah, dan efektif karena dapat dilakukan dalam waktu yang
cukup singkat serta tidak memerlukan sumber daya manusia khusus untuk menilainya.
• SRQ efektif karena memiliki validitas yang cukup baik dalam hal sensitivitas dan spesifisitasnya
• Terdiri dari 20 pertanyaan yang dapat diisi sendiri oleh orang yang diskrining atau melalui
wawancara
• Perlu diperhatikan: kuesioner ini menggambarkan kondisi dalam 30 hari terakhir.
• Melalui SRQ dapat diidentifikasi gejala-gejala gangguan mental emosional seperti
• gejala depresi (pertanyaan nomor 2, 3, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20)
• gejala anxietas (pertanyaan nomor 4, 5, 6, 16)
• gangguan somatoform (pertanyaan nomor 1, 7, 19)
• gangguan neurotik (pertanyaan nomor 3, 8, 13, 18, 20)
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

2. Self Reporting Questionnaire (SRQ-20)

Interpretasi Hasil SRQ 20


Bila terdapat > 6 jawaban Ya maka ada indikasi
mengalami masalah kesehatan jiwa sehingga memerlukan
pemeriksaan lanjutan wawancara psikiatrik untuk
mengetahui ada atau tidaknya gangguan jiwa
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

3. Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening Test (ASSIST)


• Terdiri atas 8 pertanyaan yang digunakan untuk mendeteksi penggunaan alkohol, produk tembakau,
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya seumur hidup dan dalam tiga bulan terakhir. Zat-zat ini
dapat dirokok, ditelan, dihisap, dihirup, atau disuntik.
• Skrining dilakukan oleh petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Agar sasaran dapat
memberikan informasi yang benar, selama melakukan skrining sebaiknya nakes menunjukkan sikap
sebagai berikut:
o Mendengarkan apa yang disampaikan pasien
o Bersahabt dan tidak judgemental
o Sensitif dan empati
o Menjelaskan batasan kerahasiaan
o Tetap obyektif
• Sasaran deteksi dini ASSIST adalah
o Pasien yang keluhannya menandakan adanya hubungan dengan penyalahgunaan NAPZA
o Pasien dengan kondisi kesehatan yang diperburuk oleh penyalahgunaan NAPZA.
o Perempuan hamil
o Remaja
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

3. Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening Test (ASSIST)


• Interpretasi hasil skrining ASSIST
• Arti skor keterlibatan zat spesifik:
Alkohol Semua Zat Selain Alkohol
0 - 10 Risiko rendah 0-3 Risiko rendah
11-26 Risiko sedang 4 - 26 Risiko sedang
27+ Risiko tinggi 27+ Risiko tinggi

Risiko Rendah: menggunakan NAPZA tersebut sekali-sekali, sehingga saat ini mereka tidak mengalami masalah
apapun yang berkaitan dengan pemakaian NAPZA tersebut dan berada pada risiko rendah terjadinya masalah
kesehatan yang berhubungan dengan pemakaian NAPZA di masa mendatang asalkan mereka tetap pada pola yang
sama dalam penggunaan NAPZA tersebut.
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

3. Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening Test (ASSIST)


• Risiko Sedang: Skor tengah berada di antara 4 dan 26 (11 dan 26 untuk alkohol) untuk setiap NAPZA termasuk
sebagai pemakaian NAPZA berisiko menengah atau sedang terhadap kesehatan dan problem lain, dan
mungkin sudah menunjukkan beberapa problem saat ini. Penggunaan yang berkelanjutan akan mempengaruhi
kesehatan dimasa mendatang dan masalah lain, termasuk kemungkinan menjadi ketergantungan. Risiko akan
meningkat pada pasien dengan masalah terkait riwayat penggunaan NAPZA sebelumnya dan ketergantungan.

• Risiko Tinggi: Skor 27 atau lebih tinggi untuk tiap NAPZA menyatakan bahwa pasien berada pada risiko tinggi
terjadinya ketergantungan terhadap NAPZA dan mungkin mengalami masalah kesehatan, sosial, keuangan,
hukum dan hubungan sosial sebagai akibat dari penyalahgunaan NAPZA yang mereka lakukan. Terlebih lagi,
pada pasien yang selama 3 bulan terakhir menyuntik NAPZA rata-rata 4 kali tiap bulan cenderung memiliki
risiko tinggi.
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

4. Instrumen kelompok usia balita


a) Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised (M CHAT R) untuk skrining
gangguan spektrum autisme
b) Abbreviated Conners' Teacher Rating Scale (ACTRS) untuk skrining gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH)
c) Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) usia 36 – 72 bulan
Jenis Instrumen Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Jenis instrumen skrining masalah kesehatan jiwa sebagai berikut:

5. Instrumen skrining lainnya


a) Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI)
b) Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9) merupakan instrumen psikometri yang
paling sering digunakan untuk skrining deteksi dini depresi di fasilitas kesehatan
primer.
c) Hopkins Verbal Learning Test (HVLT), Mini Mental State Examination (MMSE) dan
Abbreviated Mental States (AMS) untuk skrining demensia
d) Geriatric Depression Scale (GDS) untuk skrining depresi pada lansia
e) Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk skrining burn out pada pekerja
f) Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 21
g) Drug Abuse Screening Test 10 (DAST 10)
Alur tindak Lanjut Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok (1
kelompok terdiri dari 6 orang)

2. Setiap kelompok mendapatkan kasus


terkait kasus kesehatan jiwa

Tugas 3. Setiap kelompok harus


menyusun rencana Pelaksanaan
Deteksi Dini Kesehatan Jiwa
sesuai dengan langkah-langkah
yang telah dijelaskan (sesuai
kasus masing-masing)
4. Kelompok menyampai hasil diskusi
kasusnya, dan fasilitator menanggapi
KASUS NAPZA
Jumlah pengguna NAPZA pada remaja di sebuah kabupaten X
mengalami peningkatan 2 kali lipat dalam kurun waktu 5
tahun.Tahun 2016 dilaporkan terdapat 30 remaja pengguna
napza dengan rentang usia pengguna umur 13 - 18 tahun dan
tahun 2021 dengan rentang usia dilaporkan terdapat 62
remaja pengguna napza dengan rentang usia pengguna umur
9 - 18 tahun yang tersebar dibeberapa sekolah di kecamatan.

Lakukan kegiatan Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa


terhadap permasalahan NAPZA tersebut.
KASUS
KETERGANTUNGAN
GADGET DAN SOSIAL
MEDIA
Jumlah ketergantungan pengguna gadget pada remaja di sebuah
kabupaten X mengalami peningkatan 2 kali lipat dalam kurun waktu 5
tahun. Di usia sekolah Pertama ada dilaporkan penurunan keaktifan
dalam prestasi dan kegiatan belajar serta sosial, pada usia lanjutan
dilaporkan terdapat 30 remaja yang dilaporkan melakukan kegiatan
asusila dan tindak kekerasan dan perundungan antar sesama murid.
Lakukan kegiatan deteksi dini masalah kesehatan jiwa terhadap
permasalahan tersebut. Dalam pelaksanaan Deteksi dini ini juga
sekaligus menyasar usia yang juga berisiko penggunaan
penyalahgunaan obat obatan terlarang dan NAPZA
KASUS KESEHATAN
JIWA
Jumlah rujukan kasus Diabetes dan Hipertensi di sebuah
kabupaten X mengalami peningkatan khusunya pada usia
lansia, dan hal ini juga di ikuti dengan peningkatan kasus
rujukan depresi 2 kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun. Tahun
2017 dilaporkan terdapat 6 kejadian depresi dengan rentang
usia pasien umur < 45 tahun dan tahun 2021 dengan rentang
usia dilaporkan terdapat 8 kejadian Demensia pada rentang
usia pasien umur 55 < tahun yang tersebar dibeberapa
kecamatan.
Lakukan kegiatan Deteksi Dini Masalah kesehatan terhadap
permasalahan kesehatan jiwa kasus tersebut.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai