Disusun Oleh :
201911008
SEMARANG
2021
A. Laporan Pendahuluan
1. Masalah Utama: Isolasi sosial : menarik diri.
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dari orang lain (Rawlins, 1993). Terjadinya
perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predispoisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
b. Tanda dan Gejala:
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2) Menghindar dari orang lain (menyendiri).
3) Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat.
4) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
5) Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
6) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
8) Posisi janin saat tidur.
(Budi Anna Keliat, 1998)
c. Penyebab dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis :
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3) Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
4) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
d. Akibat dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya
resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah
satu orientasi realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
Gejala Klinis :
1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3) Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
4) Tidak dapat memusatkan perhatian.
5) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut.
6) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
3. Pohon Masalah
B. Strategi Pelaksanaan
Masalah Utama : Isolasi Sosial
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
1) Data obyektif: Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri
dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak
berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekuk.
2) Data subyektif: Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya
dijawab dengan singkat, ya atau tidak.
b. Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
2. Strategi pelaksanaan tindakan:
a. Tujuan khusus :
1) Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatar belakangi terjadinya
isolasi sosial.
2) Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi.
3) Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan
orang lain.
4) Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
b. Tindakan keperawatan Kepada Pasien
1) Mendiskusikan faktor – faktor yang melatar belakangi terjadinya isolasi
sosial
2) Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3) Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4) Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
“Selamat pagi ”
“Saya Annisa Hanum, Saya senang dipanggil Hanum, saya mahasiswa STIKES
St.Elisabeth yang akan merawat mbak.”
“Apa keluhan mbak hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga
dan teman-teman mbak ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama?’’
KERJA:
”Apa yang mbak rasakan selama dirawat disini? O..mbak merasa sendirian? Siapa saja
yang mbak kenal di ruangan ini”.
“Apa saja kegiatan yang biasa mbak lakukan dengan teman yang mbak kenal?”
“Apa yang menghambat mbak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?” .
”Menurut mbak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa).Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa). Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
mbak inginkah belajar bergaul dengan orang lain ?
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya A, senang dipanggil A.
Asal saya dari Papua, hobi Olahraga”
“Selanjutnya mbak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan mbak. Coba berkenalan dengan saya!”
“Setelah mbak berkenalan dengan orang tersebut mbak bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan untuk dibicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang
hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
TERMINASI:
”Selanjutnya mbak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada. Sehingga mbak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Mbak mau
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada
jadwal kegiatan hariannya.”
Menuliskan jadwal harian latihan, jika melakukan secara mandiri maka harus centang
tabel bertuliskan M, selanjutnya jika melakukan dengan bantuan maka centang tabel
bertuliskan B, dan yang terakir jika tidak melakukan maka yang dicentang tabel
bertulislan TM. Untuk waktu menyeseuaikan pasien.
"Baiklah mbak besok saya akan ke sini jam 11.00, untuk mengajak mbak berkenalan
dengan Perawat Alfa sampai jumpa besok mbak. Saya permisi dulu."
ORIENTASI :
“Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan, coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat’’
“Bagus sekali, mbak masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak mbak
mencoba berkenalan dengan teman saya Perawat Hanum. Tidak lama kok, sekitar 10
menit’’
“Ayo kita temui Perawat Hanum disana’’
KERJA :
“Baiklah mbak, mbak bisa berkenalan dengan Perawat Hanum seperti yang kita
praktekkankemarin’’
“ Ada lagi yang mbak ingin tanyakan kepada Perawa Hanum t, coba tanyakan tentang
keluarga Perawat Hanum’’
“ Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, mbak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
mbak bisa buat janji bertemu lagi dengan perawa Hanum t, misalnya jam 1 siang nanti’’
“Baiklah Perawat Hanum, karena mbak sudah selesai berkenalan, saya dan mbak akan
kembali ke ruangan. Selamat pagi’’
"Bagus ya sekarang mbak sudah bisa berkenalan dengan baik, sudah lancar dan tidak
malu lagi’’
TERMINASI:
”Pertahankan terus apa yang sudah mbak lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya’’.
" Bagaimana, mbak jika besok saya akan mendampingi mbak berkenalan dengan yang
lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian lain, apakah mbak
bersedia?"
"Baiklah, lalu mbak ingin kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika di ruang
makan?"
"Baiklah mbak besok saya akan ke sini jam 10.00, untuk mengajak mbak berkenalan
pada pasien Lisa sampai jumpa besok mbak. Saya permisi dulu."
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien Lisa”
KERJA:
“ Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, mbak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
mbak bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti’’
“Baiklah Lisa, karena kamu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan. Selamat pagi’’
“Hebat sekali mbaknya baru menghafal beberapa hari tapi sudah paham bagaimana
cara berkenalan yang benar’’
TERMINASI:
“Dibandingkan kemarin pagi, Mbak Ticha tampak lebih baik saat berkenalan dengan
Lisa” “pertahankan apa yang sudah kamu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan Lisa jam 4 sore nanti”
"Selanjutnya kamu menuliskan dijadwal harian yang sudah dibuat ya, misal hari ini
kamu latihan sebanyak tiga kali, pagi siang dan malam. Dipagi hari kamu melakukan
secara Mandiri tanpa bantuan, maka kamu centang tabel yang bertuliskan M,
selanjutnya siang hari kamu melakukan dengan Bantuan, makacentang tabel bertuliskan
B, selanjutnya malam hari kamu Tidak Melakukan , jadi kamu centang tabel yang
bertulislan TM. Lakukan seperti itu sampai besok kita ketemu dihari selanjutnya dan
saya akan memeriksa apakah mbak melakukan jadwal harian yang sudah kita buat."
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman mbak. Pada jam yang
sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok”.
ORIENTASI:
”Perkenalkan saya perawat Annisa Hanum, saya yang merawat, anak bapak”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak bapak dan cara
perawatannya”
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?”
KERJA:
”Kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah
dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus
sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu
melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya
dengan anak bapak yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan
jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada
anak bapak untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah
pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”
“ Selanjutnya jangan biarkan Ticha sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap
dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama,
melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”
“Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
“Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang
sekali melihat perkembangan kamu, nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara
yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di
rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama
keluarga atau di mushola kampung. Bagaimana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?”
“Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
TERMINASI:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial ”
“Selanjutnya bisa bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial”
“ Bagus sekali pak, bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut ”
“Nanti kalau ketemu Ticha coba Bapal/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama”.
“ Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada Asti? ”
“Bapak masih ingat latihan merawat anak bapak seperti yang kita pelajari berberapa
hari yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu bapak/ibu baik kita akan coba
30 menit.”
Kerja:
“Bapak/ibu mbak datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mbak tunjukkan jadwal
kegiatannya!”
“Nah pak, sekarang bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu”
“Baiklah, sekarang saya dan orang tua mbak ke ruang perawat dulu”
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/ibu sudah bagus.”
“ Mulai sekarang bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak ”
“ Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang ya
pak ”
“ Sampai jumpa”
“Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan
lanjutan di rumah.”
KERJA:
“Bapak/ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan? Di rumah bapak/ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di
rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”.
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau
bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa
anak bapak ke rumah sakit”.
TERMINASI:
“Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya”.