Anda di halaman 1dari 10

Prodi D3 Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta


2019

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ST ELEVASI MIOKARD INFARK


(STEMI) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR
Reni Krismawati1, Agik Priyo Nusantoro2
Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta
Renikrismawati539@gmail.com
2
dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Agik_nusantoro@stikeskusumahusada.ac.id

ABSTRAK
STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) adalah kerusakan otot jantung yang progresif
akibat terhentinya aliran arteri koroner secara total sehingga akan menimbulkan
masalah dan mengganggu kebutuhan dasar manusia, salah satunya yaitu
kebutuhan istirahat tidur. Kualitas tidur yang buruk mengakibatkan proses
perbaikan kondisi pasien akan semakin lama, sehingga akan memperpanjang masa
perawatan di rumah sakit. Gangguan pola tidur pada pasien ST Elevasi Miokard
Infark dapat dilakukan dengan pemberian tindakan nonfarmakologi pemberian
posisi tidur semi fowler 300. Tujuan dari studi kasus ini untuk menganalisis
pemberian intervensi posisi tidur semi fowler 300 terhadap perubahan peningkatan
kualitas tidur pada pasien ST Elevasi Miokard Infark dalam pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan
kuesioner kualitas tidur berdasarkan metode PSQI. Subyek dalam studi kasus ini
adalah satu orang pasien dengan ST Elevasi Miokard Infark dengan gangguan
pola tidur di ruang ICVCU RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Hasil studi
menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien STEMI dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur dengan masalah keperawatan gangguan pola
tidur yang dilakukan tindakan keperawatan posisi tidur semi fowler 300 selama 2
kali 24 jam didapatkan hasil terjadi peningkatan kualitas tidur dari skore
kuesioner PSQI 9 (buruk) menjadi 5 (baik). Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian posisi tidur semi fowler 300 berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien.
Kata kunci : Posisi Semi Fowler 300, Kualitas Tidur, ST Elevasi Miokard Infark
D3 Nursing Study Program
STIKes Kusuma Husada Surakarta
2019

NURSING CARE ON ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION


PATIENT IN FULFILLMENT OF REST AND SLEEP NEEDS
Reni Krismawati1, Agik Priyo Nusantoro2
1
Student of D3 Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta
Renikrismawati539@gmail.com
2
Lecturer of D3 Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta
Agik_nusantoro@stikeskusumahusada.ac.id

ABSTRACT

STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction) is a progressive damage to the


heart muscle due to the cessation of total coronary artery flow that will cause
problems and interfere with basic human needs such as rest and sleep. Poor sleep
quality results in the duration of improving the patient's condition process thereby
will extend the period of hospitalization. Sleep Disorder patterns in ST-Elevation
Myocardial Infarction patients can be performed non-pharmacological stratagems
of semi-fowler 300 sleep position. The purpose of this case study was to analyze
the interfering of a semi-fowler 300 sleep position to improve the sleep quality
of ST-Elevation Myocardial Infarction patients in fulfilling rest and sleep needs.
This research adopted a descriptive method with a case study approach. The
instrument utilized an observation sheet and a sleep quality questionnaire based
on the PSQI method. The subject was one patient with ST-Elevation Myocardial
Infarction with sleep pattern disorders in the ICVCU room at Dr.Moewardi
Hospital of Surakarta. The result of nursing care management on STEMI patients
in fulfilling the need of rest and sleep with sleep patterns disturbed by the nursing
management of semi-fowler 300 sleep position for twice in 24 hours obtained an
increase in sleep quality from the score questionnaire PSQI 9 (bad) to 5 (good).
This study revealed that the semi-fowler 300 sleep position affects the patient's
sleep quality.

Keywords: Semi Fowler 300 Position, Sleep Quality, ST-Elevation Myocardial


Infarction.
PENDAHULUAN orang. Berdasarkan diagnosis dan
Acute Myocardial Infarc (AMI) gejala estimasi penderita penyakit
merupakan nekrosis miokard akibat jantung di jawa tengah sebanyak
gangguan aliran darah ke otot 337.252 (1.4%) (RISKESDAS
jantung. Acute Myocardial Infarc 2018).
terjadi akibat penyumbatan koroner Data penderita penyakit STEMI
(pembuluh darah yang memperdarahi di Rumah Sakit Dr. Moewardi
jantung) akut dengan iskemia yang surakarta dari rekam medis RSUD
berkepanjangan yang pada akhirnya Dr. Moewardi pada tahun 2016 yang
menyebabkan kerusakan sel dan menderita penyakit Akut Miokard
kematian (infark) miokard (Sunaryo Infark sebanyak 320 pasien (Rekam
dan Siti Lestari, 2014). Mediks RSUD Dr. Moewardi
IMA diklasifikasikan menjadi Surakarta 2016).
ST Elevasi miokard infark (STEMI) Dalam Perhimpunan Dokter
dan Non ST Elevasi miokard infark Spesialis Kardiovaskular Indonesia/
(NSTEMI) PERKI (2017) keluhan ynag khas
Berdasarkan laporan dari WHO pada pasien STEMI ditandai dengan
Noncommunicable Disease Country adanya nyeri dada substernal, lama
Profile 2011, penyakit kardiovascular lebih dari 20 menit, keringat dingin,
merupakan penyebab kematian dapat disertai penjalaran kelengan
tertinggi di Indonesia yaitu sebesar kiri, punggung, rahang dan ulu hati.
30% dari angka kematian total Goulbout (2010) menyatakan
(WHO, 2011 & WHO, 2015). bahwa pasien IMA sering mengalami
Prevalensi penyakit jantung di imsomnia, dengan periode waktu dan
indonesia pada tahun 2013 sebesar frekuensi tidur yang pendek.
0,5% atau diperkirakan sekitar Insomnia disebabkan oleh hilangnya
883.447 orang dan mengalami neuron kolinergik di batang otak
peningkatan pada tahun 2018 yang mengontrol tidur terutama fase
berdasarkan diagnosis dokter pada tidur paradok sal karena
penduduk semua umur sebesar 1,5% penghancuran diri sel yang dikenal
atau diperkirakansekitar 2.650.340 sebagai apoptosis.
Gangguan kebutuhan dasar pada kualitas tidur, yaitu baik dan buruk.
pasien STEMI akan menimbulkan PSQI memiliki rentang skore 0-21
masalah keperawatan, salah satunya yaitu skor lebih dari 5 menunjukkan
adalah gangguan pemenuhan kualitas tidur buruk dan skor kurang
kebutuhan istirahat atau gangguan dari sama dengan 5 menunjukkan
pola tidur berhubungan dengan pola kualitas tidur yang baik. Metode
tidur yang tidak menyehatkan. yang digunakan dengan pretest dan
Tindakan yang tepat untuk mengatasi posttest setelah dilakukan pemberian
gangguan pola tidur pasien yaitu posisi tidur 300 selama pasien tidur.
dengan menempatkan posisi tidur
yang nyaman dengan sudut 300. Pada METODE PENELITIAN
penderita jantung jika kekurangan Jenis penelitian ini adalah
waktu tidurnya mengakibatkan diskriptif dengan menggunakan
jantung akan kerja lebih berat, metode pendekatan studi kasus. Studi
gangguan tidur akan mengakibatkan kasus merupakan rancangan
peningkatan insiden nyeri dada, penelitian yang mencangkup
peningkatan denyut jantung, pengkajian satu unit penelitian secara
perubahan elektrokardiogram, dan intensif (Nursalam, 2009). Studi
tekanan darah tinggi (Potter, 2010). kasus ini dilakukan untuk
Berdasarkan penelitian yang mengetahui gambaran asuhan
dilakukan Sulistyowati (2015) keperawatan pada pasien Stemi (ST
menunjukkan bahwa pasien IMA Elevasi) dalam pemenuhuan
mengalami penurunan kualitas tidur kebutuhan istirahat dan tidur. Subjek
dan status kardiovaskuler, adanya dalam studi kasus ini adalah satu
pengaruh sudut posisi tidur terhadap orang pasien Stemi (St Elevasi)
kualitas tidur pasien diperoleh hasil dengan gangguan pola tidur dalam
bahwa posisi tidur sudut 300 pemenuhan kebutuhan istirahat dan
memiliki kualitas tidur yang lebih tidur. Tempat penelitian di ruang
baik. Alat ukur untuk mengetahui ICVCU RSUD Dr. Moewardi pada
kualitas tidur dengan kuisioner PSQI tanggal 20 Februari 2019.
dikategorikan berdasarkan klasifikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN WIB dan tidur + 5 jam. Pasien
Subyek studi kasus ini adalah 1 mengatakan sulit memulai tidur,
dengan kriteria yang sesuai dan kepala pusing, sering terbangun. Saat
diagnosa medis STEMI. Pasien Ny.E bangun pasien merasa badan kurang
berumur 59 tahun, pendidikan segar dan lemas. Didukung dengan
terakhir SLTA, pekerjaan sebagai ibu data obyektif pasien terlihat lemah,
rumah tangga, beragama kristen, lesu, ada kantung mata, konjungtiva
alamat Sukoharjo, masuk rumah kemerahan, sesekali pasien terlihat
sakit pada tanggal 19 Februari 2019. menguap dan hasil skor kuesioner
Pasien mengeluh lemas dirasakan PSQI adalah 9 (kualitas tidur buruk).
sejak jam 09.00 WIB (8 jam SMRS). Pemeriksaan fisik TD : 156/92
Keluhan dirasakan tiba-tiba di sertai mmHg, HR : 94 x/menit, RR : 26
mual, muntah, keringat dingin. x/menit, S: 36,5 0C.
Pasien mengatakan pada pagi hari Pasien IMA dengan STEMI
jalan-jalan dan tiba-tiba badan terasa memiliki Obstruktif Sleep Apnea
lemas dada sebelah kiri terasa sakit (OSA) yang berat. OSA yang berat
dan ampeg. Pasien merupakan membawa dampak prognosis negatif
rujukan dari RSUD Dr.Oen bagi pasien (Lee CH et all, 2011).
Surakarta, dan dibawa ke IGD RSUD Kurangnya jam tidur telah terbukti
dr. Moewardi pada jam 20.00 WIB dapat mengakibatkan siklus hormon
dengan STEMI inferior posterior. dan metabolisme menjadi tidak
Pada jam 20.30 WIB pasien dibawa seimbang yang dapat menyebabkan
ke ruang ICVCU. gangguan kardiovaskular (Green,
Berdasarkan hasil studi, dapat 2012). Orang yang berada pada masa
diketahui bahwa saat pengkajian dewasa memiliki kebutuhan tidur
awal tanggal 20 Februari 2019 jam antara 7-8 jam per hari yang sangat
07. 30 WIB didapatkan data pasien disarankan untuk diterapkan dengan
mengatakan saat dirumah pasien untuk hidup sehat (Kemenkes RI,
sering begadang/ tidur larut malam. 2016).
Pasien mengatakan susah tidur, saat Gangguan pola tidur secara
dirumah sakit pasien tidur jam 22.00 umum merupakan suatu keadaan
individu mengalami atau mempunyai Selanjutnya untuk memperjelas
resiko perubahan dalam jumlah dan hasil dari kualitas tidur Ny.E yang
kualitas pola istirahat. Gangguan ini diobservasi sebelum intervensi
dapat dilihat dari kondisi pasien yaitu keperawatan dengan pemberian
memperlihatkan perasaan lelah, posisi semi fowler 300 dapat
mudah terangsang dan gelisah, lesu digambarkan pada diagram 4.1.
dan apatis, kehitaman di daerah
Pengkajian Awal
sekitar mata, kelopak mata bengkak, Kualitas Tidur
konjungtiva merah, mata perih, 10
perhatian terpecah-pecah, sakit 9 >5 : Buruk
8 <5 : Baik
kepala, sering menguap atau 7
mengantuk (Girsang & Putri, 2017). 6
5 kualitas
Berdasarkan hasil studi, dapat
4 tidur
diketahui bahwa saat pengkajian 3
awal terdapat gangguan pola tidur 2
1
pasien dapat dilihat seperti pada tabel 0
4.1 dan diagram 4.1. kualitas tidur

Tabel 4.1 hasil PSQI (dinilai dan Gambar 4.1 Diagram pengkajian
diobservasi) awal Ny.E awal kualitas tidur

Sby Komponen yang Hasil Hasil dari tabel dan diagram 4.1
dinilai diketahui bahwa pengkajian awal
Ny. a. Kualitas tidur 2
E subyektif yang dilakukan dalam studi kasus ini
b. Latensi tidur 0 berfokus pada kualitas tidur pasien.
(kesulitan memulai
tidur) Berdasarkan hasil kuesioner PSQI
c. Lama tidur malam 2 pasien dapat diketahui bahwa saat
d. Efisiensi tidur 2
e. Gangguan ketika 2 pengkajian awal terdapat penurunan
tidur malam kualitas tidur dengan skor 9 yaitu
f. Menggunakan 0
obat-obat tidur termasuk kualitas tidur yang buruk.
g. Terganggunya 1 Berdasarkan diagnosa
aktifitas disiang
hari keperawatan dari pengkajian yang
total 9 dilakukan pada pasien, penulis lebih
menjabarkan kediagnosa gangguan
Hasil Evaluasi Nilai
pola tidur berhubungan dengan pola
PSQI Subjek
tidur yang tidak menyehatkan 10
(00198)(NANDA 2018), sehingga 8
diberikan intervensi keperawatan 6
pretest
tindakan pemberian posisi semi 4
posttest
0 2
fowler 30 .
0
Setelah dilakukan tindakan hari ke 1 hari ke 2
keperawatan pemberian posisi semi Gambar 4.2 Diagram hasil
0
fowler 30 selama 2 hari diketahui evaluasi kualitas tidur
bahwa terdapat peningkatan kualitas Hasil dari tabel 4.2 dan diagram
tidur Ny.E dari buruk menjadi baik 4.2 diketahui bahwa setelah
dengan menggunakan kuesioner dilakukan intervensi keperawatan
PSQI (pretest dan posttest). Data dengan pemberian posisi tidur semi
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 fowler 300 pada evaluasi hari
dan diagram 4.2 pertama sudah mulai menunjukkan
Tabel 4.2 Hasil evaluasi nilai peningkatan kualitas tidur dari skore
PSQI subyek 9 menjadi 7 dilihat dari hasil
Hari/tgl/jam Hasil kuesioner kualitas tidur PSQI yang
Pretest Postest diberikan. Pada evaluasi hari kedua
Evaluasi 1 9 7 kualitas tidur pasien menunjukkan
Kamis, 21
Februari 2019 nilai dalam rentang baik dengan
Evaluasi 2 7 5 skore kuesioner PSQI 5 (kualitas
Jumat, 22
Februari 2019 tidur baik).
Menurut Triyanta dan Haryati
Selanjutnya untuk memperjelas (2011), pasien kritis seperti pasien
hasil dari kualitas tidur Ny.E yang IMA memerlukan istirahat yang
diobservasi setelah dilakukan cukup dan tidur yang berkualitas.
intervensi keperawatan dengan Jika tidak terpenuhi memungkin
0
pemberian posisi semi fowler 30 terjadinya peningkatan insiden
dapat digambarkan pada diagram 4.2. angina di malam hari (nyeri dada),
peningkatan denyut jantung, fowler 300 berpengaruh terhadap
perubahan elektrokardiogram, kualitas tidur pasien dan dapat
tekanan darah tinggi. Saat tidur, menghasilkan kualitas tidur yang
jantung akan berdetak lebih lamban, lebih baik.
tekanan darah menurun dan
pembuluh-pembuluh darah melebar KESIMPULAN DAN SARAN
tetapi perut dan usus tetap bekerja. a. Kesimpulan
Pasien infark miokard akut akan Pemberian posisi tidur semi
mengalami peningkatan denyut fowler 30° pada pasien STEMI
jantung, diharapkan dengan tidur dapat membantu dalam
akan menurunkan denyut jantung meningkatkan kualitas tidur
sehingga denyut jantung menjadi pasien dan akan lebih efektif jika
normal. disertai dengan tindakan medis
Posisi tidur semi fowler 30° akan lainnya.
memperbaiki volume tidal karena b. Saran
tekanan isi perut terhadap diafragma 1. Bagi perawat
akan berkurang, drainase lobus atas Sebagai bahan masukan
paru akan lebih baik dan aliran balik dalam perawat mengambil
vena ke jantung berkurang sehingga langkah-langkah untuk
mengurangi kerja jantung dan akan menerapkan asuhan
mengoptimalkan kualitas tidur keperawatan khususnya
pasien. pada pasien dengan ST
Tindakan pemberian posisi tidur Elevasi Miokard Infark.
semi fowler 30° dimaksudkan untuk 2. Bagi Rumah Sakit
meningkatkan kualitas tidur pada Sebagai referensi dan
pasien STEMI. Hal ini sesuai dengan masukan dalam memberikan
jurnal Sulistyowati (2015) yang asuhan keperawatan yang
membuktikan bahwa sudut posisi komprehensif pada klien
tidur berpengaruh terhadap kualitas dengan ST Elevasi Miokard
tidur pasien infark miokard akut dan Infark dan sebagai masukan
teknik pemberian posisi tidur semi dalam peningkatan mutu
pelayanan keperawatan DAFTAR PUSTAKA
khususnya asuhan Badan Penelitian dan Pengembangan
keperawatan pada pasien Kesehatan. (2018). Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar
dengan ST Elevasi Miokard (RISKESDAS) Nasional.
Infark.
Badan Penelitian dan Pengembangan
3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan. (2013). Laporan
Sebagai referensi dan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Nasional.
wacana dalam
perkembangan ilmu Girsang & Putri, (2017). Asuhan
Keperawatan pada Tn.S
pengetahuan khususnya dengan Prioritas Masalah
dalam bidang ilmu Kebutuhan Dasar Istirahat dan
Tidur : Gangguan Pola Tidur
keperawatan kritis pada di Kelurahan Sari Rejo
klien dengan ST Elevasi Kecamatan Medan Polonia.
Universitas Sumatera Utara
Miokard Infark dimasa yang Goulbout, R. (2010). Insomnia After
akan datang dan acuan bagi Myocardial Infarction: Heart
and Brain Appear to Be
pengembangan laporan Closely Connected. scientific
kasus sejenis. journal Sleep
4. Bagi Pasien dan Keluarga Green, Wendy. (2012). 50 Hal Yang
Memberikan pengetahuan Bisa Anda Lakukan Hari Ini
Untuk Mengatasi Insomnia.
klien dan keluarga Jakarta: PT. Elex Media
mengenai gambaran umum Komputindo.
dengan ST Elevasi Miokard Kemenkes RI. (2016). Promosi
Infark serta perawatan yang Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
benar supaya mendapatkan [Internet]. Jakarta : Kemenkes
perawatan yang tepat. RI

Maelina Ariyanti, (2013). Study


Fenomenologi Gambaran
Kualitas Tidur Pasien Infark
Miokard Akut (Ima) Dalam
Konteks Asuhan Keperawatan
Di Rumah Sakit Umum
Propinsi (Rsup) Nusa
Tenggara Barat (Ntb)
Nanda. (2018). Diagnosa diruang ICVCU RSUD Dr.
Keperawatan Definisi dan Moewardi Surakarta
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Triyanta, Dwi Susi Haryati, (2011).
Potter, P.A, Perry, A.G. (2010). Buku Hubungan Antara Kualitas
Ajar Fundamental Tidur Dengan Denyut Jantung
Keperawatan : Konsep, Proses, Dilihat Dari Gambaran Ekg
dan Praktik. Edisi 4.Volume Pada Pasien Infark Miokard
2.Alih Bahasa : Renata Di Ruang Icvcu Rsud Dr.
Komalasari, dkk. Moewardi. Jurusan D-IV
Jakarta:EGC. Keperawatan, Politeknik
Kesehatan Surakarta
PERKI. (2015). Pedoman
Tatalaksana Penyakit Jantung World Health Organization. (2011).
Coroner. Jakarta; 2015. Global Status report on
Noncommunicable Diseases
PERKI. (2017). Petunjuk Teknis Country Profiles Geneva :
Penatalaksanaan Penyakit WHO Library Catalouging in
Kardiovaskular Untuk Dokter, Publication Data (Diakes 20
Kemenkes RI sekertarial februari 2015)
jendral pusat kesehatan haji.
Jakarta: 12750 World Health Organization. (2015).
The Top 10 Causes of Death (
Sulistyowati Dwi. (2015). Pengaruh Internet) World Health
sudut posisi tidur terhadap Organization (Cited 29 Mei
kualitas tidur dan status 15) available from
kardiovaskuler pada pasien :http//www.who.int/mediacentr
infark miokard akut (IMA) e/factsheets/fs310/en;
2015;2015

Anda mungkin juga menyukai