Anda di halaman 1dari 37

STASE KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. F DENGAN


LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI RUANGAN IRINA E ESTELLA
RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

CT : Ns. Sefti S. J. Rompas, S. Kep, M.Kes

Disusun Oleh:

Yessica Christy Riany Pesik, S.Kep


20014104018

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2021
Laporan Pendahuluan Leukemia Limfoblastik Akut

A. Definisi

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang yang
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih secara tidak teratur dan tidak terkendali dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi (Permono dan Ugrasena, 2010).
Leukimia limfoblastik akut merupakan leukemia yang berasal dari sel induk limfoid dimana
terjadi proliferasi monoklonal dan ekspansi progresif dari progenitor limfosit B dan T yang
imatur dalam sumsum tulang dan beredar secara sistemik. Proliferasi dan akumulasi dari sel
leukemia menyebabkan penekanan dari hematopoesis normal (Piatkowska dan Styczynski,
2010). Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang berasal
dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit immaturea, pada
darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel
leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur dan menyebabkan
perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga mengganggu fungsi sel normal lain
(Permono, 2012).

B. Epidemiologi

Leukemia limfoblastik akut merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada anak yaitu
25-30% dari seluruh kanker pada anak dan merupakan 78% dari seluruh leukemia pada anak.
Insidens LLA semakin meningkat setiap tahun dan ditunjukkan pada Gambar 2.1
(Howlander dkk., 2013; Siegel dkk., 2013; Ward dkk., 2014). Insidens LLA di Eropa Barat
adalah 4/100.000 anak dan 3-3,5/100.000 anak di Eropa timur (Coebergh, 2006). Insidens
LLA di Amerika Serikat mencapai 3/100.000 anak usia kurang dari 20 tahun, dengan puncak
insidens pada usia 3-5 tahun (Hunger dan Mullighan, 2015). Leukimia limfoblastik akut
lebih banyak terjadi pada anak di Asia dibandingkan di Eropa Timur dan Amerika Serikat,
dengan insidens di Jepang mencapai 4/100.000 anak dan 1000 kasus baru setiap tahunnya
(Permono dan Ugrasena, 2010). Penelitian yang dilakukan pada unit kanker di RS dr.
Sardjito Yogyakarta pada tahun 1998 sampai 2009 diperoleh data bahwa dari seluruh pasien
anak yang dirawat dengan keganasan, sebanyak 720 kasus atau 59% merupakan leukemia
dan sebanyak 68,9% dari kasus leukemia tersebut adalah LLA (Widjajanto, 2012).

C. Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu: (Sibuea,2009)
1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
2. Radiasi
3. Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5. Kelainan kromoson misal nya pada down sindrom leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan
terhadap penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain
obat anti kanker, meningalkan resoko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan
genetic tertentu (misalnya down sindrom dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia.

D. Patofisiologi
Pada leukemia terjadi kelainan pada gugus sel (klonal), kelainan proliferasi, kelainan
sitogenetik, kelainan morfologi dan kegagalan diferensiasi. Sebagian besar LLA mempunyai
homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap pasien. Hal ini memberi dugaan
bahwa populasi sel leukemia itu berasal dari sel tunggal yang berproliferasi hingga mencapai
jumlah populasi sel yang dapat terdeteksi. Etiologi leukemia pada manusia belum diketahui,
namun pada penelitian mengenai proses leukemiogenesis pada binatang percobaan
ditemukan bahwa penyebabnya mempunyai kemampuan melakukan modifikasi nukleus
DNA. Kemampuan ini meningkat bila terdapat suatu kondisi atau suatu kelainan genetik
tertentu seperti translokasi, amplifikasi dan mutasi onkogen seluler. Hal ini menguatkan
anggapan bahwa leukemia dimulai dari suatu mutasi somatik yang mengakibatkan
terbentuknya suatu klonal yang abnormal (Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzcowsky,
2011).
Populasi sel leukima yang semakin lama semakin banyak akan menyebabkan dampak buruk
bagi produksi sel normal dan mengganggu fungsi organ tubuh akibat infiltasi sel leukemia.
Kegagalan hematopoiesis normal merupakan akibat yang sering terjadi pada leukemia akut.
Pansitopenia pada pasien leukemia terjadi akibat desakan populasi sel leukemia. Pada
sebagian kasus LLA juga dapat ditemukan gambaran sumsum tulang yang hiposeluler.
Kematian pada leukemia akut umumnya terjadi akibat penekanan sumsum tulang atau akibat
infiltasi sel leukemia ke organ tubuh pasien (Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzcowsky,
2011).
Pathway

E. Manifestasi Klinis
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan gejala
dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum tulang) atau
keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di
sumsumtulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan
manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan
yaitu:

1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada


2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia), biasanya
terjadi pada anak
4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari (hipermetabolisme)
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah
gramnegatif usus
6. stafilokokus, streptokokus, serta jamur 
7. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria
8. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati
9. Massa di mediastinum (T-ALL)
10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik, muntah,
kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan perubahan
statusmental.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi.
1. Kadar Hb menunjukkan penurunan ringan hingga berat dengan morfologi
normokromik normositer. Kadar Hb yang rendah menunjukkan durasi leukemia yang
lebih panjang, sedangkan kadar Hb yang tinggi menunjukkan leukemia dengan
proliferasi yang lebih cepat (Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzkowsky, 2011).
2. Sel darah putih dapat normal, menurun atau meningkat (Lanzkowsky, 2011).
3. Sebanyak 92% dengan kadar trombosit dibawah normal (Lanzkowsky, 2011).
4. Pada hapusan darah tepi dapat ditemukan adanya sel blas. Sel blas pada pasien
dengan leukopenia umumnya hanya sedikit atau bahkan tidak tampak. Sel blas
banyak ditemukan pada pasien dengan jumlah leukosit lebih dari 10 x 103/µL
(Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzkowsky, 2011).
b. Sumsum tulang
Jumlah normal sel blas pada sumsum tulang adalah kurang dari 5%. Sediaan hapusan
sumsum tulang pada LLA menunjukkan peningkatan kepadatan sel dengan
trombopoesis, eritropoesis dan granulopoesis yang tertekan, disertai jumlah sel blas
>25% (Pui dkk., 2012; Vikramijit, 2014; Gupta dkk., 2015). Berdasarkan morfologi
blas pada hapusan sumsum tulang, French-AmericanBritish (FAB) membedakan
LLA menjadi (Permono dan Ugrasena, 2010; Lanzcowsky, 2011):
1. L1 : terdiri dari sel-sel limfoblast kecil serupa, dengan kromatin homogen,
anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit.
2. L2 : terdiri dari sel-sel limfoblas yang lebih besar tetapi ukurannya bervariasi,
kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
3. L3 : terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak,
banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan
bervakuolisasi.

Sebanyak 90% kasus dapat didiagnosis dengan cara tersebut, namum sebagian
kasus memerlukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu imunologi, sitokimia, sitogenetika
ataupun biologi molekuler (Permono dan Ugrasena, 2010). Pemeriksaan imunologi
atau sering disebut dengan imunophenotyping digunakan untuk identifikasi dan
kuantifikasi antigen seluler. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel
darah perifer dan sumsum tulang untuk membedakan leukemia sel T atau sel B
(Rowan dkk., 1994; Lanzcowsky, 2011; Gupta dkk., 2015).
c. Pemeriksaan lain: Biopsi Limpa. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 /
µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitive (NANDA, 2015).

G. Penatalaksanaan
Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur, kromosom dan tipe
penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi terdiri dari 6 fase yaitu:
a. Pelaksanaan kemoterapi
Jenis pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih. Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi
dengan berbagai cara:
- Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena) Melalui kateter
(tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah balik
besar, seringkali di dada bagian atas - perawat akan menyuntikkan obat ke dalam
kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan mengurangi
rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.

- Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan


sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang
belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan
menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak
mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang. Pengobatan umumnya terjadi
secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.
1. Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel leukemia
pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi. Tujuan dari tahap pertama
pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah
dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di
rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal
dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan
kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
2. Terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan
untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga
timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
3. Terapi profilaksis SSP
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang
digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap
ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan
dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf
pusat.
4. Terapi pemeliharaan jangka panjang
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya
memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik dengan
pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh,
tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan
sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan
kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP
5. Radioterapi
Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel leukemia
6. Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum tulang yang rusak
karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran). Selain itu transplantasi sum-
sum tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker (NANDA,
2015).

H. Komplikasi
1. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah
ditandai dengan:
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit) Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm 3 darah.
Demam dan infeksi dapat memperberat perdarahan
2. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat netropenia
dan disfungsi imun.
3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan kadar asam urat
sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.
4. Anemia
5. Masalah gastrointestinal.
a. Mual
b. Muntah
c. Anoreksia
d. Diare
e. Lesi mukosa mulut
6. Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal, selain akibat kemoterapi.

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15 tahun  (85%) ,
puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada
anak perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam,
lesu dan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan
kecenderungan terjadi perdarahan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat
keluarga yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus
(epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatan seperti
phenylbutazone dan khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
3) Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan berhubungan
dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan
diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari
orangtua.
4) Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah,
perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta
pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan
bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah
putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan
adanya pmbesaran gusi  (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic leukemia)
5) Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri
abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah dalam urin,
serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta
adanya hematuria.
6) Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih
banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami
kelelahan.
7) Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami
penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan “seizure activity”, adanya
keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal
berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
8) Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi yang lemah
dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapat ditemukan
adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan
peerubahan suasana hati, dan bingung.
9) Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
10) Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan kesempatan
bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
11) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan
ketidakberdayaan melakukan ibadah.
12) Pengkajian tumbuh kembang anak.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera: perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan resiko masuknya   Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
organisme patogen   Knowledge :          Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : Infection control          Pertahankan teknik isolasi
-          Prosedur Infasif   Risk control          Batasi pengunjung bila perlu
-          Ketidakcukupan pengetahuan untuk Kriteria Hasil :          Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
menghindari paparan patogen   Klien bebas dari berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
-          Trauma tanda dan gejala          Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
-          Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan infeksi          Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
lingkungan   Mendeskripsikan          Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
-          Ruptur membran amnion proses penularan          Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-          Agen farmasi (imunosupresan) penyakit, factor          Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
-          Malnutrisi yang mempengaruhi dengan petunjuk umum
-          Peningkatan paparan lingkungan patogen penularan serta          Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
-          Imonusupresi penatalaksanaannya, kandung kencing
-          Ketidakadekuatan imum buatan   Menunjukkan          Tingktkan intake nutrisi
-          Tidak adekuat pertahanan sekunder kemampuan untuk          Berikan terapi antibiotik bila perlu
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon mencegah timbulnya Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
inflamasi) infeksi          Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
-          Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit   Jumlah leukosit          Monitor hitung granulosit, WBC
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, dalam batas normal          Monitor kerentanan terhadap infeksi
cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,   Menunjukkan          Batasi pengunjung
perubahan peristaltik) perilaku hidup sehat          Saring pengunjung terhadap penyakit menular
-         Penyakit kronikhiperplasia dinding bronkus,          Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
alergi jalan nafas, asma.          Pertahankan teknik isolasi k/p
-         Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas,          Berikan perawatan kuliat pada area epidema
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan          Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di panas, drainase
alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.          Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
         Dorong masukkan nutrisi yang cukup
         Dorong masukan cairan
         Dorong istirahat
         Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
         Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
         Ajarkan cara menghindari infeksi
         Laporkan kecurigaan infeksi
         Laporkan kultur positif
2 Intoleransi aktivitas b/d fatigue NOC : NIC :
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis  Energy Energy Management
maupun psikologis untuk meneruskan atau conservation   Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
menyelesaikan aktifitas yang diminta atau  Self Care : ADLs   Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
aktifitas sehari hari. keterbatasan
Kriteria Hasil :   Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Batasan karakteristik :  Berpartisipasi   Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
a.       melaporkan secara verbal adanya kelelahan dalam aktivitas fisik   Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
atau kelemahan. tanpa disertai berlebihan
b.      Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi peningkatan tekanan   Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
terhadap aktifitas darah, nadi dan RR.   Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
c.       Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia  Mampu
atau iskemia melakukan aktivitas Activity Therapy
d.      Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat sehari hari (ADLs)  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
beraktivitas. secara mandiri dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
Faktor factor yang berhubungan : dilakukan
         Tirah Baring atau imobilisasi   Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
         Kelemahan menyeluruh kemampuan fisik, psikologi dan social
         Ketidakseimbangan antara suplei oksigen   Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
dengan kebutuhan diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
         Gaya hidup yang dipertahankan.   Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
3 Resiko terhadap cedera/perdarahan yang Tujuan : klien tidak  Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan
berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit menunjukkan bukti- khususnya pada daerah ekimosis
bukti perdarahan  Cegah ulserasi oral dan rectal
 Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
 Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
 Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah
menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
 Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
 Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan NOC : NIC :
tubuh b/d pembatasan cairan, diit, dan hilangnya   Nutritional Status Nutrition Management
protein : food and Fluid   Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Intake   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
keperluan metabolisme tubuh. Kriteria Hasil : dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik :   Adanya   Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
-    Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal peningkatan berat   Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
-    Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang badan sesuai dengan   Berikan substansi gula
dari RDA (Recomended Daily Allowance) tujuan   Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
-    Membran mukosa dan konjungtiva pucat   Berat badan ideal mencegah konstipasi
-    Kelemahan otot yang digunakan untuk sesuai dengan tinggi   Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan
menelan/mengunyah badan ahli gizi)
-    Luka, inflamasi pada rongga mulut   Mampu   Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
-    Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengidentifikasi   Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
mengunyah makanan kebutuhan nutrisi   Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
-    Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan   Tidak ada tanda   Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
makanan tanda malnutrisi dibutuhkan
-    Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa   Tidak terjadi
-    Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah penurunan berat Nutrition Monitoring
makanan badan yang berarti   BB pasien dalam batas normal
-    Kehilangan BB dengan makanan cukup   Monitor adanya penurunan berat badan
-    Keengganan untuk makan   Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-    Tonus otot jelek   Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
-    Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi   Monitor lingkungan selama makan
-    Diare dan atau steatorrhea   Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
-    Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)   Monitor turgor kulit
-    Suara usus hiperaktif   Monitor mual dan muntah
  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Faktor-faktor yang berhubungan :   Monitor makanan kesukaan
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna   Monitor pertumbuhan dan perkembangan
makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi   Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis konjungtiva
atau ekonomi.   Monitor kalori dan intake nuntrisi
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 0-18 TAHUN

PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Yessica C.R Pesik
NIM : 20014104018
Ruang : Estella
Tanggal Pengkajian : 11 Juni 2021
Tanggal Praktek : 11 Juni – 13 Juni 2021
Paraf :

A. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : 00737079
Nama Klien : An. F
Nama Panggilan : An. F
Tempat/tanggal lahir : Palu, 11 Maret 2015
Umur : 6 Tahun 3 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Bahasa yang dimengerti : Bahasa Indonesia

Orang tua/wali
Nama Ayah/Ibu/Wali : Ny. J
Pekerjaan Ayah/Ibu/Wali : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat Ayah/Ibu/Wali : Palu, Sulawesi Tengah

B. KELUHAN UTAMA
Demam

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ibu dari An. F mengatakan bahwa semenjak 1 hari yang lalu An. F mengalami demam
dengan suhu badan 38,50C lalu di bawah ke rumah sakit. Sebelumnya An. F sudah
pernah di rawat di ruangan Estella dengan keluhan yang sama. Anak F mengalami sakit
pada bulan November akhir. Awalnya karena tersandung kabel lalu jatuh dan pada area
pinggang kanan mengalami memar, pucat disertai demam tinggi. An.F sudah 6 kali
masuk keluar rumah sakit saat berada di Palu dengan keluhan yang sama yaitu demam,
dan memar. Saat di rawat di rumah sakit di Palu anak F telah didiagnosa penyakit
leukemia lalu dirujuk ke RS Kandow dan telah dilakukan perawatan kemoterapi
sebanyak 12 kali.
D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Prenatal
Ibu An. F mengatakan selama hamil pada bulan pertama hingga ketika mengalami
mual muntah dan susah makan. Ibu An. F rutin memeriksakan kehamilan di
puskesmas dan dokter. Saat hamil ibu mengkonsumsi vitamin kehamilan. Dan usia
kehamilan ibu saat persalinan cukup bulan.
2. Perinatal
Ibu mengatakan kehamilannya cukup bulan yaitu 38 – 39 minggu. Dan ibu
melahirkan An. F secara sesar di rumah sakit di Palu
3. Postnatal
Saat lahir kondisi kesehatan An. F tidak ada keluhan. An. F lahir dengan Apgar skor
7-9 dengan PB: 50 cm dan BB: 3500 gram.
4. Penyakit yang pernah diderita : Batuk, pilek dan demam
5. Hospitalisasi/tindakan operasi : Tidak pernah dirawat di rumah sakit ataupun
dilakukan tindakan operasi
6. Imunisasi : An. F mendapatkan semua imunisasi secara
lengkap

E. RIWAYAT KELUARGA
Ibu An. F mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dari omanya An. F. Untuk
Ayah dan ibu dari An. F sendiri tidak memiliki riwayat penyakit kronis dan tidak
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti An. F

Genogram:

c
Ket : : laki-laki
: perempuan

c : pasien
F. RIWAYAT SOSIAL
Saat di rumah sakit An. F dirawat oleh ayah dan ibunya secara bergantian. Hubungan
dengan anggota keluarga baik oma opa saudaranya serta kakaknya baik. An. F. juga
bermain secara aktif dengan pasien yang di rawat di Estella.

G. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis : Leukimia Limfoblastik Akut
2. Tindakan Operasi : Tidak ada
3. Status nutrisi : An. A.T mengkonsumsi makanan pokok seperti nasi lauk
pauk dan sayuran beserta susu
4. Status cairan : Cairan yang masuk susu formula dan air putih
5. Obat-obatan : Terlampir
6. Aktivitas : Pasien beraktivitas di atas tempat tidur dan di sekitar
kamar
7. Hasil laboratorium : Terlampir
8. Pemeriksaan penunjang : -

H. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI


1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan :
Keluarga An. F ayah dan ibu mengatakan kesehatan adalah hal penting. Keluarga
mengatakan saat ada anggota yang sakit termasuk An. F langsung di bawah ke
rumah sakit. Dan jika ada keluhan dari An. F orangtua langsung melaporkan kepada
petugas medis.
2. Nutrisi :
Saat ini An. F mendapatkan nurtisi dari makanan yang dikonsumsi berupa nasi sayur
lauk buah dan susu formula. Anak F makan sebanyak 3X sehari tetapi makanannya
sering tidak dihabiskan. An. F hanya makan 2-3 sendok setiap kali makan
3. Cairan :
Saat ini cairan yang masuk yaitu susu formula, air mineral sebanyak 1 botol aqua
sedang besar berisi 600ml, dan obat injeksi.
4. Aktivitas :
Saat pengkajian An. F sedang berbaring di tempat tidur dan aktivitasnya
kebanyakan di atas tempat tidur dan lingkungan sekitar kamar.
5. Tidur dan istirahat :
Keluarga mengatakan tidak ada keluhan dengan istirahat tidur An.F. Anak F tidur
sekitar 8-9 jam / hari. Akan tetapi saat mengalami demam An. F susah untuk
beristirahat karena rewel.
6. Eliminasi:
BAK tidak ada gangguan. An. F BAK sebanyak 4-5 kali sehari warna urin kuning
jernih. BAB normal tidak gangguan frekuensi 1 kali dalam sehari konsistensi
lembek warna kuning kecoklatan

7. Pola hubungan :
Hubungan dengan keluarga dan kakak An. F terjalin harmonis tidak ada masalah.
An. F cepat akrab dengan pasien dan perawat di ruang Estella.
8. Kognitif dan persepsi :
An. F sangat kooperatif dan cepat akrab saat di ajak bercerita, semua pertanyaan
yang diberikan dijawab dengan rasional. An. F senang sekali bermain HP. An. F
juga mengetahui kondisinya saat ini jika ia sedang sakit leukemia.
9. Nilai :
- Perkembangan moral anak dan perilaku anak
Ibu mengatakan An. F adalah anak yang baik, pintar bicara, aktif dan cepat
akrab dengan orang lain. An. F beragama islam tetapi belum tau sholat tetapi
sudah diajarkan perlahan-lahan oleh orang tua. An. F hanya tau baca doa saat
makan.

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : An. F tampak sakit dengan kondisi tubuh lemah
a. Tingkat kesadaran: composmentis
b. Nadi: 107 x/menit Suhu: 37,8°C RR: 24 x/m
c. BB: 14 kg TB: 101 cm

Ibu mengatakan An.F mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg. Dari
awalnya 17kg turun menjadi 14 kg.

2. Kulit : Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, lembab, warna kulit
tidak ikterik, teraba hangat
3. Kepala : Bentuk kepala lonjong, botak, simetris pada kedua sisi kepala,
tidak ditemukan pembengkakan ataupun luka.
4. Mata : Tidak ada pembengkakan, Konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor, penglihatan jelas,
5. Telinga : Bentuk simetris, pendengaran baik, tidak ada serumen
6. Hidung : Lubang hidung simetris dan bersih tidak ada produksi secret.
Tidak
ada massa dan nyeri saat ditekan
7. Mulut : Mukosa bibir lembab, pucat dan tidak ada lesi.
8. Leher : Tidak ada pembengkakkan dan pembesaran vena jugularis
9. Dada : Bentuk simertis kiri kanan, pergerakan dada normal.
10. Payudara : Bentuk normal
11. Paru-paru : Tidak ada bunyi napas tambahan. Bunyi napas bronkovesikuler
12. Jantung : Iktus cordis tidak tampak, tidak ada bunyi tambahan
13. Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus positif 20 kali/menit
14. Genetalia : bersih, bentul normal, tidak ada nyeri dan edema
15. Anus dan rectum: bersih, bentuk normal, tidak ada nyeri dan edema
16. Muskuloskeletal : ekstremitas atas dan bawah teraba hangat, Tidak adanya
kelemahan
otot

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


- Laboratorium
Tanggal: 7/06/2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Hematologi
Leukosit 0.8 5.0-15.0 10^3/uL
Eritrosit 3.26 4.00 – 5.20 10^6/uL
Hemoglobin 9.6 11.0 - 14.0 g/dL
Trombosit 65 200 - 490 10^3/uL
Hematokrit 27.3 34.0 –40.0 %
MCH 29.4 24.0 – 30.0 pg
MCHC 35.2 31.0 – 37.0 gr/dL
MCV 83,7 75.0 – 87.0 fL
Kimia Klinik
Natrium Darah 133 135-153 mEq/L
Kalium Darah 3.44 3.50-5.30 mEq/L
Chlorida darah 95.0 98.0-109.0 mEq/L
SGOT 43 <33 U/L
SGPT 146 <43 U/L
Ureum Darah 8 10-40 mg/dL
Creatinin Darah 0.3 0.5-1.5 mg/dL
Kalsium 8.72 8.10 – 10.40 mg/dL
Fosfor 4.9 2.7 – 4.5 mg/dL
Magnesium 2.06 1.70 – 2.50 mg/dL
Imunologi
CRP <6 <6.00 mg/dL

Tgl 11/06/2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Hematologi
Leukosit 0.9 5.0-15.0 10^3/uL
Eritrosit 2.73 4.00 – 5.20 10^6/uL
Hemoglobin 7.9 11.0 - 14.0 g/dL
Trombosit 18 200 - 490 10^3/uL
Hematokrit 22.4 34.0 –40.0 %
MCH 28.9 24.0 – 30.0 pg
MCHC 35.3 31.0 – 37.0 gr/dL
001 Eosinofil 15 1-5 %
002 Basofil 0 0-1 %
003 Netrofil Batang 0 2-8 %
004Netrofil Segmen 19 50-70 %
005 Limfosit 59 20 – 40 %
006 Monosit 7 2–8 %
MCV 82.1 75.0 – 87.0 fL

K. Terapi/Pengobatan

Nama Obat/Terapi Cara Pemberian Dosis


1. Fluconazole PO 150mg/24 jam
2. Ceftriaxone IV 7550mg/12 jam
3. Gentamisin IV 110 mg/24 jam
4. Mercaptopurine (GMP) PO ¼ /24 jam
5. Curliv PO 10ml oral/ 8 jam
6. Ceterizine PO 5 mg/ 24 jam
7. Oralit ad 1
8. Zink PO 20mg/24 jam
9. Sulcralfrat sirup PO 1 cth/ 8 jam PO
10. Paracetamol PO (pulv) 150mg/ 8 jam
11. N-asetilsistein PO (pulv) 100mg/ 8 jam
12. GCSK - 72 mg/ 24 jam
13. Betamethasone salep Tipikal Topik 2 app/ 12 jam
14. Miconazole Salep Tipikal Topik 2 app/ 12 jam

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
- Orang tua An. F mengatakan anaknya - An. F tampak lemah
demam sejak satu hari yang lalu sebelum - Badan teraba hangat
masuk rumah sakit dan saat ini juga - SB : 37,80C
badanya masih terasa panas - An. F malas makan dan makanan
- Orang Tua An. F mengatakan sudah tidak dihabiskan
mengalami penyakit leukemia sejak - Makan hanya 2-3 sendok makan
bulan maret dan telah dikemoterapi - Hasil Laboratorium: Leukosit 0.8
sebanyak 12 kali 10^3/uL, Eritrosit 3.26 10^6/uL,
Hemoglobin 9.6 g/dL, Trombosit 65
10^3/uL, Hematokrit 27.3 %

ANALISA DATA

Data Fokus Penyebab Masalah


Data Subjektif: Proses Hipertermi
- Orang tua An. F mengatakan anaknya demam sejak Penyakit
satu hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit dan
saat ini juga badanya masih terasa panas
- Orang Tua An. F mengatakan sudah mengalami
penyakit leukemia sejak bulan maret dan telah
dikemoterapi sebanyak 12 kali

Data Objektif:
- An. F tampak lemah
- Badan teraba hangat
- SB : 37,80C
- Leukosit 0,8 10*3/uL
Faktor risiko : - Risiko Defisit Nutrisi
Keengganan untuk makan (Penurunan nafsu makan).
- An. F malas makan dan makanan tidak dihabiskan
- Makan hanya 2-3 sendok makan

Kondisi klinis terkait :


Penyakit yang diderita pasien kanker darah.

Faktor risiko : - Risiko Infeksi


- Penyakit kronis
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
penurunan hemoglobin dan leukopenia.
Hasil Laboratorium: Leukosit 0.8 10^3/uL, Eritrosit
3.26 10^6/uL, Hemoglobin 9.6 g/dL, Trombosit 65
10^3/uL, Hematokrit 27.3 %

Kondisi klinis terkait :


- Penyakit yang diderita pasien kanker darah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (D. 0130) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan :
Data Subjektif:
- Orang tua An. F mengatakan anaknya demam sejak satu hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit dan saat ini juga badanya masih terasa panas
- Orang Tua An. F mengatakan sudah mengalami penyakit leukemia sejak bulan maret
dan telah dikemoterapi sebanyak 12 kali

Data Objektif:
- An. F tampak lemah
- Badan teraba hangat
- SB : 37,80C
- Leukosit 0,9 10*3/uL

2. (D. 0032) Risiko Defisit Nutrisi yang ditandai dengan faktor risiko: Keengganan untuk
makan (Penurunan nafsu makan). Dibuktikan dengan
- An. F malas makan dan makanan tidak dihabiskan
- Makan hanya 2-3 sendok makan

3. (D. 0142) Resiko Infeksi yang ditandai dengan faktor risiko: Penyakit kronis,
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan hemoglobin dan
leukopenia.dibuktikan dengan Hasil Laboratorium: Leukosit 0.8 10^3/uL, Eritrosit 3.26
10^6/uL, Hemoglobin 9.6 g/dL, Trombosit 65 10^3/uL, Hematokrit 27.3 %

PATOFLOW KASUS 1. Faktor internal (Genetik atau imunologi)


2. Faktor Ekternal (HTLV-1, karsinogenik
agent, obat-obatan, radiasi

Perluasan klon – klon sel


hematopeitik terhambat
pada tingkat diferensiasi

Tidak bisa berkembang menjadi


bentuk yang lebih matur
Masuk sirkulasi darah

Adanya maligna pada sistem


hematopoitik (Leukimia
Limfoblastik Akut) Infiltrasi organ tubuh
Mendesak komponen
sel darah normal dalam
sumsum tulang
Jumlah blastosit
meningkat Gangguan metabolisme sel
dan fungsi organ

Gagal fungsi sumsum Kemmoterapi


tulang dalam
memproduksi sel darah Terpapar dengan
pathogen di lingkungan
sekitar Peningkatan Asam
Lambung (HCL
Sel darah putih
menurun
Resiko infeksi Mual, muntah, Anoreksia

Hipertermi

Risiko Defisit Nutrisi


Intervensi Keperawatan

Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

(D.0130) Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.15506)


berhubungan dengan tindakan keperawaan 3 Observasi  Mengetahui penyebab hipertermia
proses penyakit ditandai x 8 jam diharapkan
 Mengetahui adanya perubahan suhu
dengan : (L.14134)  Identifikasi penyebab hipertermia.
 Mengetahui jumlah pengeluaran urin yang
Termoregulasi  Monitor suhu tubuh.
Data Subjektif: dapat menyebabkan dehidrasi saat
membaik. Dengan  Monitor haluaran urine
- Orang tua An. F hipertermia
Kriteria Hasil:
mengatakan anaknya
demam sejak satu hari a) Suhu tubuh  Lingkungan yang dingin dapat
yang lalu sebelum membaik Terapeutik
menetralkan suhu tubuh yang meningkat
masuk rumah sakit b) Suhu kulit  Sediakan lingkungan yang dingin
 Mengurangi peningkatan panas tubuh
dan saat ini juga membaik  Longgarkan atau lepaskan pakaian.
 Menetralkan suhu tubuh dengan adanya
badanya masih terasa  Berikan cairan oral. cairan
panas  Lakukan pendinginan eksternal  Mengurangi peningkatan suhu tubuh
- Orang Tua An. F (kompres hangat pada dahi).
mengatakan sudah
mengalami penyakit Edukasi  Mengurangi kerja tubuh yang dapat
leukemia sejak bulan  Anjurkan tirah baring. meningkatkan suhu
maret dan telah
dikemoterapi Kolaborasi  Menyeimbangkan evaporasi tubuh akibat
sebanyak 12 kali  Kolaborasi pemberian cairan dan peningkatan suhu
elektrolit intravena.
Data Objektif:
- An. F tampak lemah
- Badan teraba hangat
- SB : 37,80C
- Leukosit 0,9
10*3/uL
(D. 0032) Risiko Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Nutrisi yang ditandai tindakan Observasi
dengan faktor risiko: keperawatan 3 x 8  Mengetahui status nutrisi saat ini
Keengganan untuk jam, diharapkan L.  Identifikasi status nutrisi.
 Mengetahui adanya alergi pada makanan
makan (Penurunan 03030) status nutrisi  Identifikasi alergi makanan
 Mengetahui adanya hambatan makan
nafsu makan). membaik.  Identifikasi makanan yang disukai akibat makanan yang tidak disukai
Dengan kriteria hasil  Monitor asupan makanan.  Mengidentifikasi asupan makanan yang
: masuk
Terapeutik
Status Nutrisi
(L.03030)  Lakukan oral hygiene sebelum makan.  Meningkatkan nafsu makan saat kondisi
 Berikan makanan yang tinggi serat untuk mulut bersih
a) Porsi makanan  Untuk memenuhi kebutuhan serat
mencegah konstipasi.
yang dihabiskan  Memenuhi kebuutuhan nutrisi yang
 Berikan makanan yang tinggi kalori dan
meningkat. diperlukan
protein.
b) Frekuensi makan  Meningkatkan nafsu makan
 Berikan suplemen makanan.
membaik.
c) Nafsu makan
Edukasi
membaik.  Posisi yang baik saat makan akan
d) Berat badan  Anjurkan posisi duduk, jika mampu. meningkatkan jumlah makanan yang
membaik. masuk
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum


 Mencegah reflex muntah yang
makan.
menyebabkan penurunan porsi makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Menentukan kecukupan gizi yang
menentukan jumlah kalori dan jenis
diperlukan
nutrien yang dibutuhkan.

(D. 0142) Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)


Infeksi yang ditandai tindakan Observasi  Mengetahui adanya tanda dan gejala
dengan faktor risiko: keperawatan 3 x 8  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal infeksi untuk dilakukan pencegahan
Penyakit kronis, jam, diharapkan, (L. atau sistemik.
Ketidakadekuatan 14133) status imun
pertahanan tubuh membaik. Terapeutik  Mengurangi kejadian infeksi pada anak
sekunder: penurunan Dengan kriteria hasil  Batasi jumlah pengunjung  Mencegah terjadinya penyebaran infeksi
hemoglobin dan :  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak  Teknik aseptic dilakukan agar mengurangi
leukopenia. Status Imun dengan pasien dan lingkungan pasien mikroorganisme seperti virus dan bakteri
(L.14133)  Pertahankan teknik aseptic pada pasien yang dapat mengindikasi adanya infeksi
beresiko tinggi
 Suhu tubuh
membaik
Edukasi  Meningkatkan pengetahuan tentang infeksi
 Sel darah
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi.  Mencegah terjadinya infeksi
putih
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan  Nutrisi yang baik dapat mengurangi
membaik
benar. terjadinya penyebaran infeksi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Kecukupan cairan dapat mencegah
dan cairan. penyebaran infeksi dalam tubuh

Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian obat  Pemberian antibiotic mengurangi tingkat
antibiotik. infeksi dengan menekan pertumbuhan
bateri

Catatan Perkembangan
Diagnosa Tgl Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
(D.0130) 11 08.00 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia. Jam 13.45
Hipertermi Jun H: proses penyakit leukemia S:
berhubungan i
 Ibu An. F mengatakan panas badan anaknya
dengan 20 08.05 2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian.
sudah menurun karena telah diberikan obat
proses 21 H: pakaian yang digunakan An. F longgar
penurun panas serta telah dikompres hangat
penyakit
08.07 3. Memonitor suhu tubuh. O:
H: SB 37,80C
 Pemberian obat paracetamol + N-asetilsistein
150 mg
08.10 4. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit  Cairan oral yang masuk 1 botol aqua beisi
intravena. 600ml sejak tadi pagi
H: An. F sedang tidak diberikan cairan malalui  Telah diberikan kompres hangat pada dahi
intravena. Tetapi dimasukan cairan melalui oral  Kamar terpasang AC dengan suhu 200C
yaitu Paracetamol dan N-asetilsistein 1 cth  Urine yang keluar sebanyak 100cc
 SB : 36,6 0C
08.17 5. Memberikan cairan oral.
H: cairan yang masuk 100cc sekali minum
A:
08.37 6. Melakukan pendinginan eksternal (kompres  Suhu tubuh membaik
hangat pada dahi).
H: An.F dilakukan kompres hangat pada dahi  Suhu kulit membaik

P:
08.45 7. Menyediakan lingkungan yang dingin
H: Kamar terpasang AC dengan suhu 200C  Mengidentifikasi penyebab hipertermia.
 Melonggarkan atau lepaskan pakaian.
09.15 8. Memonitor haluaran urine  Memonitor suhu tubuh.
H: urine yang keluar 200cc  Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena.
09.18 9. Menganjurkan tirah baring.  Memberikan cairan oral.
H: An. F mengikuti anjuran yang diberikan untuk  Melakukan pendinginan eksternal (kompres
beristirahat hangat pada dahi).
 Menyediakan lingkungan yang dingin
 Memonitor haluaran urine
 Menganjurkan tirah baring.

(D. 0032) 11 07.45 1. Mengidentifikasi status nutrisi. S:


Risiko Jun H: Status gizi anak F dalam rentang normal
 Ibu mengatakan An.F malas makan. Porsi
Defisit i menurut IMT/U (BB 14 kg, TB: 101 cm)
makan tidak dihabiskan. An. F hanya
Nutrisi yang 20
menghabiskan 2-3 sendok setiap makan
ditandai 21 07.55 2. Mengidentifikasi alergi makanan
 Ibu dan An. F mengatakan bahwa An. F
dengan H: Ibu mengatakan anak F tidak memiliki alergi
malas untuk makan sayur tetapi suka makan
faktor risiko: makanan
buah
Keengganan
untuk makan 07.56 3. Mengidentifikasi makanan yang disukai
(Penurunan H: Anak F mengatakan makanan kesukaannya O:
nafsu ayam ialah ayam goreng dan ikan goreng
makan).  Status nutrisi dalam rentang normal (BB 14
08.00 4. Melakukan oral hygiene sebelum makan. kg dan TB 101 cm )
H: An. F mengatakan sudah sikat gigi sejak tadi  Makanan tidak dihabiskan hanya 2 – 3 sendok
pagi  An. F makan bubur dan ikan goreng
 Suplemen makanan berupa curliv diberikan
08.15 5. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu sehabis makan 80 ml
H: An. F duduk saat makan
A:
08.18 6. Memberikan makanan yang tinggi serat untuk
 Porsi makanan tidak dihabiskan
mencegah konstipasi.
 Frekuensi makan belum membaik.
H: Ibu dan anak F mengatakan tidak suka makan
 Nafsu makan belum membaik.
sayur tetapi untuk menggantikan serat dari sayur  Berat badan belum ada peningkatan
An. F diberikan buah-buahan (semangka)
P:
7. Memberikan makanan yang tinggi kalori dan  Mengidentifikasi status nutrisi.
08.20 protein.  Memonitor asupan makanan.
H: An. F makan bubur dan ikang goring  Melakukan oral hygiene sebelum makan.
 Memberikan makanan yang tinggi serat untuk
8. Memonitor asupan makanan. mencegah konstipasi.
08.30 H: Ibu mengatakan makanan tidak dihabiskan  Memberikan makanan yang tinggi kalori dan
setiap kali makan hanya habis 2-3 sendok.
protein.
 Memberikan suplemen makanan.
9. Memberikan suplemen makanan.
 Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
08.40 H: suplemen makanan Curliv diberikan tiap
sehabis makan 80 ml.
(D. 0142) 11 07.58 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal atau Jam 13.30
Resiko Jun sistemik. S:
Infeksi yang i H: tanda infeksi ada peningkatan suhu tubuh 37,8  Ibu mengatakan badan anak F panas
0
ditandai 20 C, badan teraba panas. An. F bersin saat banyak
dengan 21 orang di dalam ruangan. O:
faktor risiko:  Perawat, dokter ataupun mahasiswa yang
Penyakit 08.10 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak akan kontak dengan anak selalu mencuci
kronis, dengan pasien dan lingkungan pasien tangan terlebih dahulu dan menggunakan
Ketidakadek H: sebelum masuk ke dalam ruangan dan sarung tangan saat akan melakukan tindakan
uatan menyentuh An. F perawat, mahasiswa, maupun  Jumlah orang dalam kamar di batasi hanya 3
pertahanan orang tua mencuci tangan terlebih dahulu orang
tubuh  Anak F dapat mencontoh 6 langkah cuci
sekunder: 08.15 3. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien tangan yang benar
penurunan beresiko tinggi A:
hemoglobin H: Membatasi jumlah orang, tidak terlalu  Suhu tubuh belum membaik
dan berlama-lama dalam ruangan dan mencuci tangan  Sel darah putih belum membaik
leukopenia. saat masuk dalam ruangan serta menggunakan
sarungan tangan saat melakukan tindakan. P:
 Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal atau
08.32 4. Membatasi jumlah pengunjung sistemik.
H: An. F diisolasikan oleh perawat di ruangan.  Membatasi jumlah pengunjung
Dengan membatasi jumlah orang yang masuk ke  Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dalam kamar An. F dengan pasien dan lingkungan pasien
 Mempertahankan teknik aseptic pada pasien
09.40 5. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar. beresiko tinggi
H: Anak F mengatakan sudah bisa mencuci  Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
tangan 6 langkah dengan baik dan benar. dan cairan.

10.18 6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi.


H: Orangtua mengerti dengan tanda dan gejala
infeksi yang dapat muncul seperti demam dan
kemerahan pada tubuh

10.28 7. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan


cairan.
H: Ibu dan anak F mengatakan akan
meningkatkan asupan nutrisi dengan menaikan
jumlah asupan makanan yang masuk (Nasi, sayur,
lauk dan buah-buahan)
(D.0130) 12 11.20 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia. Jam 13.45
Hipertermi Jun H: Setelah dilakukan transfusi darah badan An. F S :
berhubungan i terasa panas dan merasa menggigil dengan
 Ibu An. F mengatakan badan anaknya panas
dengan 20
setelah dilakukan transfusi darah
proses 21 11.25 2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian.
 Ibu mengatakan An. F telah diberikan obat
penyakit H: pakaian yang digunakan An. F longgar penurunan panas dan diberikan minum air
putih
11.28 3. Memonitor suhu tubuh. O:
H: SB 36,80C
 Pemberian obat paracetamol + N-asetilsistein
11.35 4. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit 150 mg
intravena.  Cairan oral yang masuk 1 botol aqua berisi
H: An. F diberikan obat Paracetamol dan N- 600ml sejak tadi pagi
asetilsistein 1 cth 150 mg  Kamar terpasang AC dengan suhu 200C
 Urine yang keluar sebanyak 150cc
11.38 5. Memberikan cairan oral.  SB : 36,6 0C
H: cairan yang masuk 100cc sekali minum
A:
11.40 6. Menyediakan lingkungan yang dingin
H: Kamar terpasang AC dengan suhu 230C  Suhu tubuh belum membaik
 Suhu kulit belum membaik
12.05 7. Memonitor haluaran urine
H: urine yang keluar sejak pagi 150cc P:

 Mengidentifikasi penyebab hipertermia.


12.07 8. Menganjurkan tirah baring.  Melonggarkan atau lepaskan pakaian.
H: An. F mengikuti anjuran yang diberikan untuk  Memonitor suhu tubuh.
beristirahat  Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena.
 Memberikan cairan oral.
 Melakukan pendinginan eksternal (kompres
hangat pada dahi).
 Menyediakan lingkungan yang dingin
 Memonitor haluaran urine
 Menganjurkan tirah baring.
(D. 0032) 12 07.30 1. Mengidentifikasi status nutrisi. Jam 13.50
Risiko Jun H: Status gizi anak F dalam rentang normal
S:
Defisit i menurut IMT/U (BB 14 kg, TB: 101 cm)
Nutrisi yang 20  Ibu mengatakan saat pagi makanan An. F
ditandai 21 07.55 2. Melakukan oral hygiene sebelum makan. dihabiskan. Tetapi saat siang hari setelah
dengan H: An. F mengatakan sudah sikat gigi sebelum dilakukan transfuse darah anak F tidak ada
faktor risiko: makan nafsu makan dan hanya makan 2 sendok
Keengganan dengan paksaan untuk minum obat panas
untuk makan 07.56 3. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
(Penurunan H: An. F duduk saat makan
O:
nafsu
makan). 07.58 4. Memberikan makanan yang tinggi serat untuk  Status nutrisi dalam rentang normal (BB 14
mencegah konstipasi. kg dan TB 101 cm )
H: Anak F hanya mendapatkan asupan serat dari  Makanan pagi dihabiskan, makanan siang
buah-buahan (semangka) tidak dihabiskan
 Asupan serat dari buah semangka, asupan
08.00 5. Memberikan makanan yang tinggi kalori dan kalori dan protein dari ikan
protein.  Pemberian suplemen makanan curliv
H: An. F makan nasi dan ikang goreng sebanyak 80 ml sehabis makan

08.20 6. Memonitor asupan makanan. A:


H: Ibu mengatakan makanan anak F dihabiskan
 Porsi makanan tidak dihabiskan
08.25 7. Memberikan suplemen makanan.  Frekuensi makan belum membaik.
H: Suplemen makanan yang diberikan Curliv  Nafsu makan belum membaik.
sesudah makan sebanyak 80 ml.  Berat badan belum ada peningkatan

P:
12.50 8. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
H: An. F duduk saat makan
 Mengidentifikasi status nutrisi.
12.55 9. Memberikan makanan yang tinggi serat untuk  Mengidentifikasi alergi makanan
mencegah konstipasi.  Mengidentifikasi makanan yang disukai
H: Anak F hanya mendapatkan asupan serat dari  Memonitor asupan makanan.
buah-buahan (semangka)  Melakukan oral hygiene sebelum makan.
 Memberikan makanan yang tinggi serat untuk
12.58 10.Memberikan makanan yang tinggi kalori dan
mencegah konstipasi.
protein.
 Memberikan makanan yang tinggi kalori dan
H: An. F makan nasi dan ikang goreng
protein.
 Memberikan suplemen makanan.
13.15 11.Memonitor asupan makanan.
 Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
H: Ibu mengatakan makanan anak F tidak
dihabiskan. An. F hanya makan 2 sendok dengan
paksaan

13.18 12.Memberikan suplemen makanan.


H: Suplemen makanan yang diberikan Curliv
sesudah makan sebanyak 80 ml.
(D. 0142) 12 07.30 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak Jam 13.30
Resiko Jun dengan pasien dan lingkungan pasien S:
Infeksi yang i H: sebelum masuk ke dalam ruangan dan  Ibu mengatakan badan anak F panas setelah
ditandai 20 menyentuh An. F perawat, mahasiswa, maupun diberikan transfuse darah sebanyak 230cc
dengan 21 orang tua mencuci tangan terlebih dahulu 20gtt/menit
faktor risiko:
Penyakit 07.35 2. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien O :
kronis, beresiko tinggi  Perawat, dokter ataupun mahasiswa yang
Ketidakadek H: Membatasi jumlah orang, tidak terlalu akan kontak dengan anak selalu mencuci
uatan berlama-lama dalam ruangan dan mencuci tangan tangan terlebih dahulu dan menggunakan
pertahanan saat masuk dalam ruangan serta menggunakan sarung tangan saat akan melakukan tindakan
tubuh sarungan tangan saat melakukan tindakan.  Jumlah orang yang masuk dalam kamar di
sekunder: batasi hanya 3 orang
penurunan 3. Membatasi jumlah pengunjung A:
hemoglobin 07.40 H: Orang yang masuk ke dalam kamar An. F  Suhu tubuh belum membaik
dan hanya boleh 3 orang dan tidak boleh terlalu  Sel darah putih belum membaik
leukopenia banyak orang di dalam
P:
4. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan  Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal atau
07.55 cairan. sistemik.
H: Ibu dan anak F mengatakan akan  Membatasi jumlah pengunjung
meningkatkan asupan nutrisi dengan menaikan  Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
jumlah asupan makanan yang masuk (Nasi, sayur, dengan pasien dan lingkungan pasien
lauk dan buah-buahan)
 Mempertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
5. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal atau
 Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11.35 sistemik.
dan cairan.
H: Badan teraba panas. Setelah dilakukan
tindakan diberikan transfuse darah sebanyak
230cc 20gtt/menit

OUTLINE JURNAL PENELITIAN


Judul Penelitian & Metodologi (Populasi, Intervensi (Apa, Kesimpulan & saran Implikasi
Tujuan Penelitian Sampel, Desain) Bagaimana, Kapan) terhadap
keperawatan
Perbandingan Efektifitas Penelitian ini menggunakan Prosedur tindakan Kesimpulan: Kompres Sebagai
Penurunan Suhu Tubuh desain quasi eksperimen kompres dengan cold pack menggunakan cold pack hangat intervensi
Menggunakan Kompres dengan pendekatan pre test and dilakukan dengan yang diberikan pada anak keperawatan
Cold Pack Hangat post test without control group. menghangatkan kemasan dengan Acute Limphoblastic di bidang
Dengan Kompres Air Sampel penelitian ini adalah cold pack dan bungkus Leukemia (ALL) lebih efektif komplemente
Hangat Pada Anak Acute pasien anak dengan ALL yang kemasan cold pack yang dalam menurunkan demam r untuk
Limpoblastic Leukemia dirawat di Ruang Melati 2 sudah dihangatkan dengan dibandingkan dengan kompres penurunan
Di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi sebanyak kain untuk menghindari air hangat. suhu tubuh
RSUD DR. Moewardi 38 orang, yang terbagi 19 cidera pada kulit. saat demam
orang kelompok perlakuan A Pengompresan dilakukan Saran: pada pasien
Penelitian ini bertujuan (cold pack hangat) dan 19 selama 10 sampai 15 menit - Dalam memberikan asuhan Acute
untuk mengetahui orang kelompok perlakuan B di bagian dahi atau lipatan- keperawatan sebaiknya Limhoblastic
perawat menggunakan
perbandingan efektifitas (kompres air hangat). Teknik lipatan tubuh. Pada Leukimia
kompres cold pack sebagai
penurunan suhu tubuh pengambilan sampel penelitian kemasan cold pack yang terapi tambahan, disamping
menggunakan kompres menggunakan quota sampling. berupa kemasan plastik pemberian obat antipiretik.
cold pack hangat dan Instrument penelitian diperlukan kain untuk - Bagi organisasi profesi Hasil
kompres air hangat pada menggunakan SPO cold pack mengeringkan air penelitian ini dapat dijadikan
anak dengan Acute hangat, SPO kompres air kondensasai Lembar literasi terbaru dalam
hangat, lembar observasi, dan observasi yang diperlukan pengembangan profesi
Limpoblastic Leukemia
keperawatan di bidang
di ruang Melati 2 RSUD thermometer. Uji Analisis yang untuk perubahan suhu
keperawatan komplementer.
Dr. Moewardi. digunakan dengan Uji tubuh, Termometer.
Wilcoxon dan Uji Mann
Whitney.
DAFTAR PUSTAKA

Aster, Jon.2007.Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006.At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta: Erlangga
Baldy, Catherine M.2006.Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002,  NANDA
Paryani, Tri. (2019). Perbandingan Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres
Cold Pack Hangat Dengan Kompres Air Hangat Pada Anak Acute Limpoblastic Leukemia Di
Ruang Melati 2 RSUD DR. Moewardi. Jurnal Keperawatan Indonesia. STIKES KUSUMA
HUSADA SURAKARTA. Hal 1-14
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta :
Salemba Medika; 2001.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.2. Tucke

Anda mungkin juga menyukai