Anda di halaman 1dari 85

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI


DENGAN METODE MUSIK KLASIK DALAM MENURUNKAN
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PERILAKU MENYENDIRI PADA LANSIA DI
UPTD WREDA JAMBANGAN SURABAYA

Oleh:

AYU OKTAVIANI

20214663017

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2022

i
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI


DENGAN METODE MUSIK KLASIK DALAM MENURUNKAN
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PERILAKU MENYENDIRI PADA LANSIA DI
UPTD WREDA JAMBANGAN SURABAYA

Untuk memperoleh Gelar Ners


Pada Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya

Oleh:

AYU OKTAVIANI

20214663017

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, serta taufik-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk

mengkaji, mengananalia, mendiagniosa, merencanakan, melaksanakan serta

mengevaluasi. Sehingga pada kesempatan ini akan dipaparkan tentang penelitan yang

berjudul “Studi Kasus Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Dengan Metode Musik Klasik Dalam Menurunkan Perubahan Psikososial Perilaku

Menyendiri Pada Lansia di UPTD Wreda Jambangan Surabaya”.

Akhir kata sebagai manusia yang tidak jauh dari sifat salah dan lupa, maka

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi

perbaikan karya tulis ini.

Demikian sebuah pengantar sederhana penulis semoga karya tulis ilmiah ini

bermanfaat bagi pembaca serta menambah pengetahuan pada masyarakat luas

khususnya dibidang kesehatan.

Surabaya, 18 Agustus 2022

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Studi Kasus ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan diperguruan tinggi manapun

Surabaya, 1 September 2022

Yang Menyatakan,

Ayu Oktaviani.S.Kep

NIM. 20214663017

iv
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI

Nama : Ayu Oktaviani, S.Kep

NIM : 20214663017

Fakultas : Fakultas Ilmu Kesehatan

Program Studi : Profesi Ners

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar tulisan

karya sendiri bukan hasil plagiasi, baik sebagian maupun keseluruhan. Bila dikemudian

hari terbukti hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

ketentuan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Surabaya, 1 September 2022

Yang membuat pernyataan

Ayu Oktaviani, S.Kep

NIM :20214663017

v
PERSETUJUAN

Studi Kasus ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya, sehingga dapat

diajukan dalam ujian sidang pada Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Surabaya, 12 Agustus 2022

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Mundakir, S.Kep., Ns., M.Kep Siti Aisyah, S.Kep., Ns., M.Kes

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Aries Chandra Anandhita, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.Kep.An

vi
PENGESAHAN

Karya Tulis ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Karya Tulis Pada

tanggaloleh mahasiswa atas nama Ayu Oktaviani Nim 20214663017 Program Studi

Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

TIM PENGUJI

Ketua : Aries Chandra Anandhita, S.Kep., Ns., ( ............................)

M.Kep.,Sp.Kep.An

Anggota 1 : Dr.Mundakir, S.Kep., Ns., M.Kep ( ............................)

Anggota 2 : Siti Aisyah, S.Kep., Ns., M.Kes ( ............................)

Mengesahkan,

Dekan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya

( Dr. Nur Mukarromah, S.KM., M.Kes )

UCAPAN TERIMAKASIH

vii
Allhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya

Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir

Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Surabaya,

tahun 2022 dengan judul penelitian “Studi Kasus Penerapan Terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik Klasik Dalam Menurunkan

Perubahan Psikososial Perilaku Menyendiri Pada Lansia di UPTD Wreda Jambangan

Surabaya”.

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr.dr.H.Sukadiono,M.M selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya.

2. Dr. Nur Mukarromah, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surabaya.

3. Aries Chandra Anandhita, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Kaprodi S1

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

4. Terimaksih kepada pihak UPTD Wreda Jambangan Surabaya yang telah

mengizinkan melakukan penelitian kepada saya yaitu dengan Judul “Studi Kasus

Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik

Klasik Dalam Menurunkan Perubahan Psikososial Perilaku Menyendiri Pada

Lansia di UPTD Wreda Jambangan Surabaya”.

5. Aries Chandra Anandhita, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.Kep.An sebagai penguji yang

telah memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan saranya untuk


viii
memberikan saya pengetahuan, sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat

terselesaikan.

6. Dr.Mundakir, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai pembimbing I yang telah memberikan

waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran sehingga penyusunan karya

tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

7. Siti Aisyah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing II yang penuh kesabaran dan

perhatian memberikan pengarahan dan dorongan moriil dalam penyusunankarya

tulis ilmiah ini.

8. Terimakasih kepada keluarga Orang tua saya yang telah menyemangati dan

mendoakan saya karna doa merekalah saya dapat menyelesaikan KTI saya.

9. Terimakasih kepada Farhan Abdul Karim yang telah membantu menyusun KTI ini

dan telah menyemangati saya.

10. Teman - teman Utami, Gina, Nurul, Risma, Ismi, Widya, Pungky, Dinda yang telah

membantu dan menyemangati saya.

11. Teman- teman Program Angkatan 2021 Profesi Ners yang tak bisa disebutkan satu-

satu yang turut serta dalam pembuatan KTI ini.

12. Responden yang telah bersedia membantu dalam kegiatan penelitian Semoga amal

kebaikannya diterima Allah SWT dan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT.

ix
Semoga amal kebaikannya diterima Allah SWT dan mendapat imbalan pahala dari

Allah SWT. Akhir kata semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Surabaya, 1 September 2022

Peneliti

x
ABSTRAK
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI
DENGAN METODE MUSIK KLASIK DALAM MENURUNKAN
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PERILAKU MENYENDIRI PADA LANSIA DI
UPTD WREDA JAMBANGAN SURABAYA
Oleh :
Ayu Oktaviani
Nim.20214663017
Latar Belakang : Masalah psikologis yang terjadi pada lanjut usia salah satunya adalah
gangguan psikososial. Gangguan psikososial yang di alami lansia seperti
ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri atau menarik diri. Tujuan :
Mengidentifikasi perilaku menyendiri pada lansia sesudah diberikan Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori dengan Metode Musik Klasik pada lansia di UPTD Wreda
Jambangan Surabaya. Metode : Pelaksanaan penelitian ini Studi kasus. Total
responden dalam penelitian ini 4 lansia yang berusia 60 tahun keatas. dilakukan di
UPTD Wreda Jambangan Surabaya dengan pengambilan data dilaksanakan Agustus
2022 selama 1 minggu 3 kali pertemuan. Pengumpulan data menggunakan Kuesioner
University California of Los Angeles (UCLA) Loneliness Scale Version 3 yang
dikembangkan oleh (Russel, 1996). Hasil : Didapatkan pada responden sebelum
diberikan terapi pada responden 1 total skor yang didapat 56 dengan kategori (sedang),
sedangkan responden 2 yaitu total skor 40 dengan kategori (rendah). Namun setelah
dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik selama 2 kali
terdapat penurunan dengan rata-rata pada responden 1 (23%), responden 2 (10%).
Kesimpulan : Dapat disimpulkan sebagian lansia yang diteliti mengalami penurunan,
terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik dapat dijadikan
sebagai alternatif untuk mengurangi perilaku menyendiri mendorong lansia untuk aktif
mengikuti kegiatan.

Kata Kunci: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori,


Gangguan Psikososial, Terapi Musik Klasik

xi
ABSTRACT
THE APPLICATION OF SENSORY STIMULATION GROUP ACTIVITY
THERAPY USING CLASSICAL MUSIC METHOD TO REDUCE
PSYCHOSOCIAL CHANGES IN SELF BEHAVIOR IN THE ELDERLY AT
UPTD WREDA JAMBANGAN SURABAYA
By :
Ayu Oktaviani
Nim.20214663017
Background: Psychological problems that occur in the elderly, one of which is
psychosocial disorders. Psychosocial disorders experienced by the elderly such as
dependence on others, isolating themselves or withdrawing. Objective: To identify the
aloof behavior in the elderly after being given Sensory Stimulation Group Activity
Therapy with the Classical Music Method in the elderly at UPTD Wreda Jambangan
Surabaya. Methods: Implementation of this research Case study. The total respondents
in this study were 4 elderly people aged 60 years and over. conducted at UPTD Wreda
Jambangan Surabaya with data collection carried out in August 2022 for 1 week 3
meetings. Data collection using the University California of Los Angeles (UCLA)
Loneliness Scale Version 3 Questionnaire developed by (Russel, 1996). Results: It was
found in respondents before being given therapy in respondent 1, the total score
obtained was 56 in the (medium) category, while respondent 2 had a total score of 40
in the (low) category. However, after the sensory stimulation group activity therapy
with classical music method for 2 times there was a decrease with an average of
respondent 1 (23%), respondent 2 (10%). Conclusion: It can be concluded that some
of the elderly studied did experience a decrease, group activity therapy with sensory
stimulation classical music methods can be used as an alternative to reduce solitary
behavior encouraging the elderly to actively participate in activities.

Keywords: Sensory Stimulation Group Activity Therapy, Psychosocial Disorders,


Classical Music Therapy

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….iii
SURAT PERNYATAAN …………………………………………………………….iv
LEMBAR PERNYATAAN PLAGIASI ……………………………………………...v
LMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………………...vi
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………....vii
UCAPAN TERIMAKASIH ………………………………………………………...viii
ABSTRAK …………………………………………………………………………...xi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..xiii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..xvii

BAB 1 PNDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.…………………………………………………………….…1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………….4
1.3.1 Tujuan Utama …………………………………………………………4
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………………………...4
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………...5
1.4.1 Manfaat Teoritis ……………………………………………………….5
1.4.2 Manfaat Praktis ………………………………………………………..5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia ………………………………………………………………..7


2.1.1 Definisi Lansia …………………………………………………….…..7
2.1.2 Batasan Lansia ………………………………………………………...7

xiii
2.1.3 Proses Penuaan ………………………………………………………...8

2.1.4 Ciri-ciri Lansia ………………………………………………………...9


2.1.5 Karakteristik Lansia …………………………………………………..10
2.1.6 Perubahan Lansia ………………………………………………….….10
2.1.7 Interaksi Dengan Lingkungan ………………………………………...11
2.2 Perubahan Psikososial Pada Lansia …………………………………………13
2.2.1 Definisi Perubahan Psikososial ………………………………….…....13
2.2.2 Perubahan Psikologis ………………………………………………....17
2.2.3 Perubahan Sosial …………………………………………………..…18
2.2.4 Perubahan Psikososial Pada Lansia …………………………………..19
2.3 Konsep Terapi Musik Klasik ………………………………………………..26
2.3.1 Definisi Terapi Musik Klasik ………………………………………...26
2.3.2 Tujuan Diberikan Terapi Musik ……………………………………...27
2.3.3 Manfaat Terapi Musik ………………………………………………..27
2.3.4 Jenis Terapi Musik ……………………………………………….…..28
2.3.5 Indikasi Terapi Musik …………………………………………….….28
2.4 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik …….28
2.5 Kerangka Teori ……………………………………………………………...32

BAB 3 ANALISA KASUS

3.1 Deskripsi Kasus ……………………………………………………………..33


3.2 Metode Penelitian …………………………………………………………...34
3.2.1 Partisipan Penelitian ………………………………………………….34
3.2.2 Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………………35
3.3.3 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ………………………35
3.3 Unit Analisis dan Kriteria Interpretasi …………………………….………..36
3.3.1 Unit Analisis ………………………………………………………….36
3.3.2 Kriteria Interpretasi …………………………………………………..36
xiv
3.4 Etika Penelitian ……………………………………………………………..37
3.4.1 Informed Consent ………………………………………………….…37
3.4.2 Anonimity …………………………………………………….………38
3.4.3 Confidentiality ......................................................................................38
3.4.4 Beneficence dan Non Maleficence …………………………….……..38
3.4.5 Justice ………………………………………………………………...38

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………………….….39


4.2 Pembahasan …………………………………………………………………43

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….48


5.2 Saran ………………………………………………………………………...49

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………...50

Lampiran ……………………………………………………………………………52

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Aturan pemberian skor pada UNCLA LONELINESS SCALE V.3………..37

Tabel 2. Hasil Pre Test Sebelum TAK ………………………………………………39

Tabel 3. Hasil Post Test Sesudah TAK ……………………………………………...42

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ……………………………………………………………………….….53

Lampiran 2 ……………………………………………………………………….….54

Lampiran 3 …………………………………………………………………………..59

Lampiran 4 …………………………………………………………………………..62

Lampiran 5 …………………………………………………………………….…….65

Lampiran 6 …………………………………………………………………………..67

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organisation (WHO), lanjut usia (Lansia) adalah seorang

yang berusia 60 tahun keatas. Lansia diklasifikasikan umur manusia yang menghadapi

tahap akhir kehidupan. Kelompok lansia biasanya dalam kehidupan sudah melalui

proses menjadi tua (Process Aging) (WHO, 2018). Perubahan pada tahap akhir

kehidupan yang dialami oleh lansia selama proses penuaan salah satunya akan

melibatkan perubahan psikososial dimana transisi kehidupan dan kehilangan harus di

hadapi. Transisi hidup yang mayoritas dirasakan adalah pengalaman kehilangan, seperti

masa pensiun dan keadaan finansial, perubahan peran, perubahan kesehatan,

kemampuan fungsional dan perubahan sosial.

Gangguan psikososial merupakan ketidak mampuan seseorang dalam menghadapi

perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Psikososial adalah suatu kondisi

yang terjadi pada individu yang mencakup pada aspek psikis dan sosial atau sebaliknya.

Pada umumnya setelah orang memasuki lanjut usia maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian) dan

psikomotor (meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti

gerakan, tindakan, koordinasi) sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia

menjadi semakin lambat dan menjadi kurang cekatan (Suardiman, 2011). Dukungan

sosial melalui interaksi antar kelompok lansia yang dibentuk dalam suatu aktivitas

kelompok mereka, dapat mendukung peningkatan psikososial terutama mengenai

penerimaan diri mereka (Marni & Yuniawati, 2015).

1
2

Prospek populasi dunia 2019 (United Nation, 2019) menyatakan bahwa pada tahun

2050, 1 dari 6 orang di dunia akan berusia di atas 65 tahun, meningkat dari 1 banding

11 pada tahun 2019. Jumlah usia lanjut dengan usia 65 tahun ke atas pada tahun 2019

berjumlah 703 juta dan diproyeksikan meningkat dua kali lipat menjadi 1,5 miliar pada

tahun 2050. Kondisi ini menunjukkan bahwa setiap negera mengalami peningkatan

jumlah dan proporsi populasi usia lanjut (United Nations, 2019). Organisasi Kesehatan

Dunia (World Health Organization/ WHO) memperkirakan pada tahun 2020, populasi

orang yang berusia di atas 65 tahun akan mencapai 20% dari populasi dunia dan sekitar

70% dari mereka tinggal di negara berkembang (Kazeminia, et al. 2020). Menurut

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penduduk lansia pada tahun 2025

diperkirakan 33,69 juta, tahun 2035 diperkirakan mencapai 48,19 juta, sehingga

diperkirakan terdapat 9,03% lansia tinggal di Indonesia. Persentase lansia di Jawa

Timur telah mencapai 13,10 persen dari keseluruhan penduduk, meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 13,06 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

Jawa Timur termasuk daerah dengan struktur penduduk menuju tua (ageing population).

(Profil Penduduk Lanjut Usia Provinsi Jawa Timur 2020).

Hasil survey diawal dengan wawancara dilaksanakan pada 8 agustus 2022 ada 182

pasien laki-laki dan perempuan yang berada di UPTD Wreda Jambangan Surabaya.

Ditemukan ±30 lansia yang mengalami perilaku menyendiri. Hal ini dikarenakan

terdapat lansia yang hidup di panti merasa di tinggalkan oleh pasangannya meninggal

dunia dan anak-anaknya merasa tidak mampu merawat orang tuanya dengan layak

karena faktor ekonomi.

Hasil penelitian (Krisnawati, 2019) Pos test Psikososial bahwa dari 20 responden

yang diteliti, mayoritas responden berada pada kategori Kurang sebanyak 18 responden
3

(90,0%) dan kategori Baik sebanyak 2 responden (10,0%). Setelah dilakukan perlakuan

terapi aktivitas kelompok mendengarkan musik mayoritas responden pada kategori

Baik sebanyak 15 responden (75%) dan Kurang sebanyak (25%). Hasil uji Wilcoxon

di dapatkan p-value 0,000, maka H1 diterima dan H0 ditolak karena nilai p kurang dari

0,05 artinya terdapat Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensori (musik)

Terhadap Psikososial Lanjut Usia Di Panti Werdha Himo-Himo Kota Ternate 2019.

Permasalahan yang dihadapi oleh para lanjut usia dapat bersumber dari dirinya

sendiri atau dari luar antara lain pada lansia yang kurang pasrah menerima keadaan

sehingga sering timbul kecurigaan yang berlebihan. Berbagai penurunan baik fungsi

maupun mental yang terjadi pada lansia membuat banyak orang khawatir saat mulai

memasuki masa usia lanjut. Mereka tidak hanya mengkhawatirkan tentang perubahan

fisik, tetapi juga memikirkan tentang kelangsungan hidup, keluarga dan masa depan,

bahkan kematian.

Salah satu perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah perubahan psikososial.

Perubahan psikososial merupakan tekanan mental (stresor psikososial) sehingga bagi

sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha

beradaptasi untuk menanggulanginya (Fatimah, 2010). Lansia yang sehat secara

psikososial dapat dilihat dari kemampuannya beradaptasi terhadap kehilangan fisik,

sosial dan emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.

Lansia secara psikososial dikatakan krisis bila mengalami ketergantungan dengan

orang lain dan mengisolasi diri dari kegiatan sosial masyarakat, Kemampuan

beradaptasi terhadap perubahan-perubahan pada lansia tidak sama. Akibat dari

perubahan tersebut lansia mengalami respon kehilangan dan menyendiri. Perubahan

dalam kepuasan hidup, peran dan aktifitas sosial di masyarakat.


4

Lansia yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi

dan perasaannya, serta menampilkan respons, pemberian terapi aktivitas kelompok

stimulasi sensorik adalah agar lansia mampu mengekpresikan perasaannya (Keliat

dalam Winarno et al., 2011), Jadi dengan mengekspresikan perasaan melalui terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensorik dapat mengurangi gangguan psikososial pada

lansia. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori (musik) merangsang panca indera

untuk mengekspresikan apa yang dirasakan oleh lansia sehingga meningkatkan fungsi

kognitif dan psikomotor lansia yang menyebabkan reaksi dan perilaku lansia lebih aktif

dan cekatan, dan akan mengurangi gangguan psikososial lansia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengangkat judul “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Sensori Dengan Metode Musik Klasik Dalam Menurunkan Perubahan Psikososial

Perilaku menyendiri pada Lansia di UPTD Wreda Jambangan Surabaya”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Perubahan Psikososial Perilaku Menyendiri, pada lansia di UPTD

Wreda Jambangan Surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Perubahan Psikososial Perilaku Menyendiri pada lansia di

UPTD Wreda Jambangan Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perilaku menyendiri pada lansia sebelum diberikan Terapi

Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori dengan Metode Musik Klasik pada

lansia di UPTD Wreda Jambangan Surabaya


5

2. Mengidentifikasi respon pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Sensori dengan Metode Musik Klasik pada lansia di UPTD Wreda Jambangan

Surabaya

3. Mengidentifikasi perilaku menyendiri pada lansia sesudah diberikan Terapi

Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori dengan Metode Musik Klasik pada

lansia di UPTD Wreda Jambangan Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kerangka mengembangkan Ilmu

Keperawatan Gerotik, dalam membahas tentang Penerapan Aktivitas Kelompok

Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik Klasik Dalam Menurunkan Perubahan

Psikososial Perilaku menyendiri pada Lansia di UPTD Wreda Jambangan

Surabaya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Sebagai media pembelajaran dan pengalaman berharga bagi peneliti

dalam hal menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri

khususnya dalam bidang penelitian.

2. Bagi Profesi

Memberi informasi mengenai hasil penelitian Penerapan Aktivitas

Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik Klasik Dalam

Menurunkan Perubahan Psikososial Perilaku menyendiri pada Lansia di

UPTD Wreda Jambangan Surabaya.


6

3. Bagi Panti

Memberi gambaran dan masukan tentang adanya Penerapan Aktivitas

Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik Klasik Dalam

Menurunkan Perubahan Psikososial Perilaku menyendiri pada Lansia di

UPTD Wreda Jambangan Surabaya.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lansia

2.1.1. Definisi Lansia

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termaksuk kesehatannya.

Menurut World Health Organisation (WHO), lanjut usia (Lansia) adalah

seorang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia diklasifikasikan umur manusia yang

menghadapi tahap akhir kehidupan. Kelompok lansia biasanya dalam kehidupan

sudah melalui proses menjadi tua (Process Aging) (WHO, 2018).

2.1.2. Batasan Lansia

Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Bab

1 pasal 1 ayat 2. Menurut (Villela, 2013) sudah menegaskan batasan-batasan

Lansia sebagai berikut:

a). Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

b). Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun.

c). Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun.

d). Usia sangat tua ( very old) 90 tahun keatas.

7
8

2.1.3. Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yakni sebagai

berikuti : teori biologis, teori psikologis, teori social, dan teori spiritual menurut

(Priyto, 2014) dan dijelaskan sebagai berikut:

1. Teori biologis : teori mencakup teori genetic (secara genetik untuk

spesiesspecies tertentu), immunology slow theory (masuknya virus ke dalam

tubuh), teori radikal bebas (kelompok atom), teori stress.

2. Teori psikologis : adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi

kemampuan kognitif, persepsi, memori dan belajar pada usia lanjut

menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan sulit untuk berinteraksi social.

Dengan adanya penurunan fungsi system sensoric, maka terjadi sebuah

penurunan kemampuan untuk memproses, menerima, dan merespon stimulus

sehingga akan muncul aksi dan reaksi yang berbeda.

3. Teori social : pada teori ini meliputi sebuah proses interaksi social, proses

penarikan diri, proses kesinambungan, proses perkembangan, dan proses

aktifitas.

4. Teori spiritual : teori ini yang menghubungkan lansia dengan sang penciptanya

dan alam semesta.


9

2.1.4 Ciri-ciri Lansia

Ciri-ciri lansia menurut (Siti, 2016) sebagai berikut:

1. Lansia mengalami proses kemunduran

Lansia atau lanjut usia (60 tahun keatas) akan mengalami kemunduran yakni

kemunduran dari bentuk fisik, factor psikologis, aspek kognitif, askep motoric

sensorik. Motivasi adalah peran penting dalam membantu mencegah

kemunduran pada lansia. Yakni lansia yang tidak memiliki motivasi akan

cenderungmempercepat proses kemunduran, lain dengan lansia yang memiliki

motivasi tinggi akan cenderung lebih lama mengalami proses kemunduran

dari segi bentuk fisik, factor psikologis, askep kognitif dan motoric-sensori.

2. Penyesuaian yang buruk pada lanjut usia

Lanjut usia yang tinggal bersama anak dan keluarganya cenderung lebih

menarik diri dikarenakan lansia jarang dilibatkan untuk ikut memecahkan

masalah/ mengambil sebuah keputusan, hal ini menjadikan lansia memiliki

harga diri rendah dan cepat tersingung.

3. Lansia membutuhkan perubahan peran

Lansia yang memiliki kedudukan atau jabatan harus memiliki cara berfikir

secara luas, sehingga jika mereka harus berhenti atau tidak menduduki jabatan

akan lebih menikmati masa tua yang bahagia, kemudian lansia harus

disiapkanagar tidak menjadikan pikiran ataupun beban masa tuanya (Post

Power Syndrom), misal lansia yang mengalami pensiun harus menerima

dengan lapang dada, dan sudah semstinya mereka menyiapkan terlebih dahulu

sebelum masa pensiun.


10

2.1.5 Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia dewasa ataupun remaja,

yakni sebagai berikut menurut (Sofia dkk, 2014).

1. Lansia berusia lebih dari 60 tahun.

Lansia berusia lebih dari 60 tahun, lansia dengan pembagian usia tiga dengan

batasan awal lanjut usia dengan umur 45-49 tahun, kemudian Lanjut usia

dengan umur 60-69 tahun, dan Lanjut Usia Tua (70-95 tahun).

2. Kebutuhan lansia yang bervariasi

Masalah kesehatan yang bervariasi mulai dari sehat samapai yang sakit,

kebutuhan biopsikologis, spiritual, adaptif dan maladaptive.

3. Lingkungan yang bervariasi

Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dominan dalam hidup

lansia,tetapi hal ini tidak sedikit pula lansia yang berlingkungan atau tinggal

sendiri dirumahnya.

2.1.6 Perubahan-perubahan Lansia

1. Perubahan fisik

` Perubahan fisik meliputi sel,system pendengaran,system persyarafan,system

penglihatan, system kardiovaskular, system respirasi, system gastrointestinal,

system endokrin, system perkemihan, system kulit, system muskuloskeletas.

2. Perubahan mental
11

Lansia mengalami perubahan mental dikarenakan faktor perubahan fisik,

khusus organ perasa, faktro pendidikan, faktor genetic, faktor lingkungan.

3. Perubahan psikososial

Perubahan psikososial pada lansia dikarenakan oleh berbagai hal yakni lansia

mengalami pensiun, ekonomi menurun, penyakit kronis dan

ketidakmampuan,kesepian akibat pengasingan dari lingkungansosial

hidupnya,gangguan gizi akibat pensiun, hilangnya kekuatan dan kemampuan

fisik,serta gangguan syaraf panca indra.

4. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin ditekuni dalam kehidupannya, lansia

semakin taat dalam kehidupan spiritualnya, hal ini menjadikan lansia sangat

terlihat berfikir dan bertindak melakukan kegiatan dalam sehari-hari. Menurut

(Supriani, 2011) ada 4 faktor diatas yang mempengaruhi perubahan lansia.

2.1.7 Interaksi Dengan Lingkungan

Interaksi dengan Lingkungan

a. Teori interaksi sosial

Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan

kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya

bersosialisasi. Pokok-pokok teori interaksi social antara lain :

1) Masyarakat terdiri atas actor social yang berupaya mencapai tujuannya

masing-masing
12

2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi social yang memerlukan bahaya

dan waktu

3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor mengeluarkan

biaya.

b. Teori aktivitas atau kegiatan

1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.

2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.

3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia

4) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia

c. Teori kepribadian berlanjut

Bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi

oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Dengan demikian, pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi

lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan

seseorang ternyata tidak berubah, walaupun telah lanjut usia.

d. Teori pembebasan atau penarikan diri

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan inidividu lainnya.


13

e. Teori perkembangan

Bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana

jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif

ataupun negative, pokok-pokok dalam teori perkembangan antara lain:

1) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya

2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial

yang baru, yaitu pensiun dan menduda atau menjanda

3) Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang berakhir di

dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat

pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya

2.2. Perubahan Psikososial Pada Lansia

2.2.1. Definisi Perubahan Psikososial Pada Lansia

Perubahan psikososial merupakan tekanan mental (stresor psikososial)

sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan

dan berusaha peradaptasi untuk menanggulanginya (Fatimah, 2010).

Faktor yang mempengaruhi kesehatan psikososial lansia menurut (Kuntjoro,

2002) antara lain:

1. Penurunan kondisi fisik

a) Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih

kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mata berkantung dan lingkaran

hitam dibawah mata menjadi lebih jelas dan permanen. Selain itu warna
14

merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.

Rambut rontok, warna berubah menjadi putih,kering dan tidak mengkilap.

b) Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan

mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas dan perut.

c) Perubahan pada persendian: masalah pada persendian terutama pada

bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit

berjalan.

d) Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga

lansia kadang-kadang menggunakan gigi palsu.

e) Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cenderung

mengeluarkan kotoran yang menumpuk di sudut mata, kebanyakan

menderita presbiopi, atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya

akomodasi karena penurunan elastisitas mata.

f) Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai menurun,

sehingga tidak sedikit yang menggunakan alat bantu pendengaran.

g) Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pendek dan

sering tersengal-sengal, hal ini akibat penurunan kapasitas total paru-paru,

residu volume parudan konsumsi oksigen nasal, ini akan menurunkan

fleksibilitas dan elastisitas paru.

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti:


15

a) Gangguan jantung.

b) Gangguan metabolisme.

c) Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

d) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau

nafsu makan sangat kurang.

e) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau

golongan steroid.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat

oleh tradisi dan budaya.

c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

d) Pasangan hidup telah meninggal.

e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan

jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya.

3. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun

tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau

jaminan hari tua, namun dalam kenyatannya sering diartikan sebagai

kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegitan, harga diri dan

status. Lansia yang memiliki agenda kerja yang tidak terselesaikan dan
16

menganggap pensiun sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Pensiun merupakan

suatu proses bukan merupakan suatu peristiwa. Orang-orang lanjut usia yang

menunjukkan penyesuaian yang paling baik terhadap pensiun, adalah mereka

yang sehat, memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki

jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan keluarga, serta

biasanya puas dengan kehidupannya sebelum mereka pensiun (Santrock, 2012)

4. Perubahan dalam peran sosial masyarakat

Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen

dibatasi secara normative dan diharapkan dari seseorang yang menempati

posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau

penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu

di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain

terhadap mereka (Friedman, 2014). Peran dapat diartikan sebagai seperangkat

tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain. Akibat berkurangnya fungsi

indera pendengaran, penglihatan kabur, gerak fisik dan sebagainya maka

muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, dan

sebagainya sehingga menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah

dengan selalu mengajak lansia melakukan aktivitas, selama lansia masih

sanggup, agar tidak merasa diasingkan. Keterasingan yang terjadi pada lansia

dapat membuat lansia semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang

lain dan dapat muncul perilaku regresi, seperti mudah menangis, mengurung

diri, mengumpulkan barang-barang tidak berguna, dan merengek-rengek

seperti anak kecil sehingga lansia tidak bisa menjalankan peran sosialnya

dengan baik (Kuntjoro, 2007).


17

2.2.2 Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan

mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas

motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang

lansia.Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu

berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang status sosialnya.

Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan kognitif,

memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami

dan berinteraksi. (R. Siti Maryam, 2008).

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,

kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan

keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam S, 2008). Dalam psikologi

perkembangan, lansia dan perubahn yang dialaminya akibat proses penuaan

digambarkan oleh hal-hal berikut:

1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang

lain.

2) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk

melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.

3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan

kondisi fisik.

4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah

meninggal atau pergi jauh dan ataupun cacat.


18

2.2.3 Perubahan Sosial

Teori aktivitas sosial tentang penuaan di perkirakan dapat memberikan

kontribusi paling besar terhadap masa tua yang sukses.Teori mengemukakan

bahwa “lansia yang mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif dan tidak

mengalami penyusutan dalam kehidupan sosial mereka.Mereka mempertahankan

aktivitas pada usia dewasa pertengahan selama mungkin dan kemudian

menemukan pengganti aktivitas yang sudah tidak dapat dilakukan lagi” (Stanley

M, 2007). Beberapa perubahan sosial pada lansia meliputi :

1) Kehilangan dukungan sosial, ketika individu dewasa mencapai usia lanjut,

jaringan pendukung sosial mereka mulai terpecah ketika teman meninggal atau

pindah. Kekuatan dan kenyamanan yang diberikan oleh teman-temannya,

yang membantu individu menahan atau mengatasi kehilangan, tidakada lagi.

Kehilangan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penyakit fisik dan

mental pada usia tua.

2) Pensiun, Bila seseorang pensiun (purna tugas), akan mengalami kehilangan-

kehilangan, antara lain: kehilangan finansial, kehilangan status (dulu

mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala

fasilitasnya), kehilangan teman atau kenalan ataupun relasi, kehilangan

pekerjaan atau kegiatan.

3) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya biaya hidup pada

penghasilan yang sulit, serta bertambahnya biaya pengobatan

4) Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan

meninggal
19

2.2.4 Perubahan Psikososial Lansia

Perubahan psikososial terdiri dari perubahan psikologis dan perubahan sosial

meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku menyendiri, perubahan peran dan

aktivitas, serta kepuasan hidup pada lansia (friedman, 2008)

1) Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk

mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupundaya pikir berdasar

pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan

dalam kehidupan.

Lansia mempunyai kebutuhan dasar seperti kebutuhan rasa aman, rasa

cinta memiliki dan dimiliki, kebutuhan aktualisasi diri dan

perlindungan.Sebagai lansia mereka mengharapkan di saat-saat menjelang

akhir hayat, menginginkan hidup bahagia. Meraih kebahagiaan merupakan

tujuan hidup semua orang, segala apa yang dilakukan manusia pada akhirnya

hanyalah untuk membuat hidup bahagia di masa tuanya. (Bastaman HD, 1996),

Teori Maslow, dengan hierarki kebutuhannya (hierarchy of needs). Maslow

menjelaskan bahwa hierarki kebutuhan dengan mewajibkan kepuasan bagi

kebutuhan level terendah sebelum mencapai kebutuhan selanjutnya yang lebih

tinggi. Berdasarkan teori tersebut, seseorang akan menjadi semakin bijak

apabila menjadi lebih beraktualisasi diri dan transenden.

Aktualisasi diri merupakan findingself-fulfillment and realizing one’s

potential atau menemukan pemenuhan diri dan memahami potensi seseorang.

Sedangkan transenden merupakan helping others find self-fulfillment and


20

realizetheir potential membantu orang lain menemukan pemenuhan dirinya

dan memahami potensi yang mereka miliki. Seseorang tidak akan dapat

mencapai level tertinggi atau “being” ketika sibuk untuk memenuhi kebutuhan

dasar. Hal itu dikarenakan individu masih sibuk dengan makanan, keamanan

dancinta, sehingga susah untuk pencarian kebenaran serta keindahan

(Friedman & Schustack, 2008).

Lansia juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar

kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Menurut pendapat Maslow dalam

teori Hierarki Kebutuhan, kebutuhan manusia meliputi :

1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau

biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa

keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti

kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan kemandirian dan sebagainya

3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat

atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,organisasi

profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri

untuk diakui akan keberadaannya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan

untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir

berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan

berperan dalam kehidupan.


21

2) Perilaku Menyendiri

Menurut (Sears etal, 2006) bahwa kesepian menunjuk pada kegelisahan

subjektif yang kita kehidupan seseorang diwarnai dengan dengan transisi

sosial yang mengganggu hubungan pribadi dan menyebabkan timbulnya

kesepian. Kesepian dapat terjadi pada siapa pun baik remaja maupun orang

dewasa. Kesepian adalah masalah meresap di kalangan orang tua dengan kuat

pada hubungan yang ada pada dukungan sosial, baik secara mental dan

kesehatan fisik disertai dengan kognisi. Kehidupan seseorang diwarnai dengan

dengan transisi sosial yang mengganggu hubungan pribadi dan menyebabkan

timbulnya kesepian. Kesepian dapat terjadi pada siapa pun baik remaja

maupun orang dewasa. Teori ini menggambarkan proses penarikan diri oleh

lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses ini dapat

diprediksi, sistematis dan tidak dapat dihindari serta penting untuk fungsi yang

tepat untuk masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia,

apabila kontak sosial berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh

generasi muda.Manfaat pengurangan kontak sosial adalah agar lansia dapat

menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk

menghadapai harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi

masyarakat adalahdalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada

generasi muda.(Wirakusuma, 2008). Ada dua faktor yang mendorong kesepian

(Cheryl & Parello 2008) yaitu:

1. Faktor situasional

Faktor ini mengenai situasi kehidupan yang dialami ketika perasaan

seseorang akan menjadi kesepian. Situasi kehidupan, seperti perceraian,


22

perpisahan, sosial situasi individu dirawat di rumah sakit atau sakit kronis

anak-anak atau anggota keluarga, dan mereka yang baru saja pindah ke

lingkungan baru atau sistem sekolah.

2. Faktor characterological

Characterological faktor yang mendorong kesepian adalah ciri-ciri

kepribadian seperti introversi, rasa malu, dan rendah diri. Individu

dengan ciri-ciri kepribadian dapat dilihat di lingkungannya

3) Peran dan Aktivitas Pada lansia

Menurut Wirakusuma (2008), aktivitas adalah jalan menuju penuaan yang

sukses dengan cara tetap aktif. Teori ini menyebutkan bahwa pentingnya tetap

aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat dan untuk

memvalidasi hubungan positif antara interaksi, kesejahteraan fisik dan

kesehatan mental. Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting

dalam kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan

mempengaruhi hubungan sosial, baik sesama lansia maupun dengan pengasuh.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lansia senantiasa berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya, saling beradaptasi, saling mempelajari, menilai dan

saling melengkapi (Santrock,2007).

Kehidupan lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan interaksi

dengan orang lain. Interaksi sosial berpengaruh terhadap kehidupan kejiwaan

lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan dengan sesama tercipta dan

berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang sehat dapat terpenuhi melalui

hubungan yang memuaskan dengan sesama (Sarwono,2002). Namun pada


23

kenyataan ada lanjut usia yang kurang dapat menikmati atau kurang puas

dengan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan sosial yang tidak

memuaskan dapat menimbulkan kesenjangan antara yang diinginkan dengan

yang dicapai oleh lanjut usia. Dengan demikian lanjut usia akan mengalami

perasaan yang kurang menyenangkan, kurang puas dengan hubungan

interpersonal yang dilakukan bahkan dapat menimbulkan depresi pada lansia.

Terkait dengan perubahan pada lansia, kemudian Hurlock (2008), mengatakan

bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang terutama lansia akan

mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya

mempengaruhi pola hidupnya terutama interaksi sosialnya di lingkungan

masyarakatnya. bagaimana sikap yang di tunjukan apakah memuaskan atau

tidak memuaskan, hal ini tegantung dari pengaruh perubahan terhadap peran

dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lansia adalah

perubahan yang berkaitan dengan masalah perubahan peningkatan kesehatan,

ekonomi atau pendapatan dan peran sosialnya di lingkungan masyarakat.

Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan

lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan mempengaruhi

hubungan sosial, baik sesama lansia maupun dengan pengasuh. Untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, lansia senantiasa berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya, saling beradaptasi, saling mempelajari, menilai dan

saling melengkapi (Santrock,2007).

4) Kepuasan Hidup Pada Lansia

Kepuasan hidup adalah salah satu aspek penting dalam perkembangan

masa hidup manusia terutama jika individu tersebut masuk dalam masa lansia,
24

karena pada masa lansia adalah masa dimanaseorang manusia lebih banyak

diam dan tidak dapat berbuat apa-apa seperti masa hidup sebelum-sebelumnya.

Mencapai kepuasan hidup merupakan harapan dari setiap manusia.Kepuasan

hidup erat kaitannya dengan kebahagiaan atau kepuasan merupakan salah satu

dari dimensi dari subjectivewell- being.Kepuasan hidup digambarkan sebagai

bentuk penilaian individu secara menyeluruh dalam menilai puas atau tidaknya

kehidupan yang dialaminya (dalam Hurlock, 2009). Teori menekankan pada

kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk

memprediksi bagaimana seorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap

perubahan akibat penuaan.

Menurut Stanley (2006), ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak akan

berubah walaupun usianya telah lanjut. Seseorang yang menikmati bergabung

dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus

menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut, sedangkan seseorang

yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas,

mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya,

selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam

interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba

mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir

kehidupannya. Menurut Darmawan (2003) kepuasan hidup pada lansia adalah

suatu kondisi yang mencakup beberapa aspek yaitu:

a. Penerimaan diri

Yaitu sikap yang positif terhadap diri, mengakui dan menerima semua

aspek dari dirinya termasuk sifat baik maupun yang buruk danmemiliki
25

pandangan yang positif terhadap masa lalunya, mempunyai kemauan

untuk selalu berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, memilki

dorongan untuk merealisasikan potensinya dansenantiasa melihat

perubahan dalam diri dan tingkah lakunya.

b. Hubungan positif dengan orang lain

Yaitu memiliki kehangatan, kesenangan, kepercayaan pada orang lain,

memperhatikan kesejahteraan oang lain, mampu melakukan empati dan

memahami bagaimana cara berhubungan dengan orang lain.

c. Tujuan Hidup

Yaitu memiliki tujuan dalam hidup dan semangat untuk mencapainya,

perasaan bahwa masa sekarang dan masa lalu memiliki arti, memiliki

keyakinan yang memberi tujuan hidup serta sasaran untuk hidup.

d. Penguasaan Lingkungan

Yaitu memiliki penguasaan dan mampu mengatur lingkungan,

mengontrol dan menyusun kegiatan eksternal, membuat efektif tiap

kesempatan yang ada, mampu memilih dan mengubah kondisi agar

sesuaidengan kebutuhan.

e. Perkembangan pribadi

Yaitu memiliki semangat, terbuka dan pengalaman baru, memiliki

keinginan merealisasikan potensi, senantiasa melihat perubahan dalam

diri dan tingkah laku.


26

f. Kemandirian

Yaitu kemampuan membuat keputusan sendiri dan mandiri, mampu

untuk bertahan terhadap tekanan sosial dengan berfikir dan bertindak

melalui cara tertentu, serta mampu untuk mengatur tingkah laku dan

mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Memiliki penguasaan dan

kemampuan mengatur lingkungan, mengontrol dan menyusun sejumlah

aktifitas eksternal, mampu untuk membuat efektif setiap kesempatan.

g. Peran dalam Masyarakat

Yaitu adanya pengakuan dari masyarakat terhadap orang lanjut usia

dalam aktifitas dan kehidupan sehari – hari.

2.3 Konsep Terapi Musik Klasik

2.3.1 Definisi Terapi Musik Klasik

Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”.Kata“terapi”

berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau

menolong orang lain. Kata “musik” dalam terapi musik digunakan untuk

menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Musik

adalah terapi yang bersifat nonverbal. Dengan bantuan musik pikiran klien

dibiarkan mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang membahagiakan,

membayangkan ketakutan - ketakutan yang dirasakan, mengangankan hal-hal yang

diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan permasalahan

yang dihadapi (Djohan, 2006).

Jenis musik yang digunakan untuk terapi adalah musik instrumental dan musik

klasik (Ratnasari, 2014). Musik instrumental menjadikan badan, pikiran dan


27

mental menjadi sehat. Sedangkan musik klasik bermanfaat membuat seseorang

menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepas rasa gembira dan

sedih, menurunkan tingkat stres, melepaskan rasa sakit.

2.3.2 Tujuan Diberikan Terapi Musik

Terapi musik akan memberi makna yang berbeda bagi setiap orang namun

semua terapi mempunyai tujuan yang sama yaitu:

1. Membantu mengekspresikan perasaan

2. Membantu rehabilitasi fisik

3. Memberikan pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi

4. Meningkatkan memori

5. Menyediakan kesempatan unik untuk berinteraksi dan

membangun kedekatan emosional.

6. Membantu mengurangi stres, mencegah penyakit dan meringankan

rasasakit.

2.3.3 Manfaat Terapi Musik

Pemberian terapi musik bagi pasien bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit

dan kecemasan, meningkatan relaksasi, meningkatkan suasana hati, meningkatan

kepuasan terhadap pelayanan perawatan yang diberikan tenaga kesehatan,

meningkatan kualitas tidur, meningkatan toleransi nyeri dan penurunan kebutuhan

analgesia dan obat penenang selama prosedur, meminimalis kebisingan lingkungan,

mengurangi kecemasan. (Schub, 2014).


28

2.3.4 Jenis Terapi Musik

Menurut Potter (2010), Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat

disesuaikan dengan keinginan seperti : musik klasik, music religi, instrumentalia,

show musik, orchestra, dan musik modern lainnya. Namun, beberapa ahli

menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop, disco,

rock and roll, dan musik berirama keras (anapestic beat) lainnya, karena jenis

musik anapestic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian

pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung. Musik lembut

dan teratur seperti instrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering

digunakan untuk terapi musik (Suryana, 2012).

2.3.5 Indikasi Terapi Musik

1. Lansia yang mengalami insomnia

2. Lansia yang mengalami kesepian

3. Lansia yang mengalami depresi, stres, dan trauma

4. Lansia yang mengalami kecemasan

5. Lansia yang mengalami penolakan terhadap lingkungan

2.4 Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori dengan metode musik

Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua

panca indra (sensori) agar dapat memberi respon yang adekuat. Maksudnya

adalah menstimualsi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris.

Tujuannya meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran

jasmani, dan mengekspresikan perasaan. Aktivitas stimulasi sensori dapat berupa


29

stimulus terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain spereti gambar, video,

tarian dan nyanyian (Keliat,2004).

Terapi musik kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut

Mohammadi et al., (2009) terdapat 5 tahapan terapi musik yang dapat dilakukan,

yaitu:

1) memainkan alat musik

2) bernyanyi

3) Menari

4) mendengarkan lagu atau musik

5) Live music (mengekspresikan diri lewat musik).

Bentuk pengekspresian diri ini bisa berupa puisi, kemarahan, teriakan,

kekesalan, dan nyanyian. Menurut (Chen et al., (2009) membagi terapi musik

kelompok menjadi 8 fase/tahapan, yaitu:

1) Tahap awal

Tahap awal fase merupakan tahap perkenalan dimana fasilitator atau

peneliti dan peserta memperkenalkan diri masing-masing. Perkenalan ini

meliputi nama, latar belakang singkat untuk para peserta dan peneliti.

Setelah perkenalan yang singkat perlu ada sedikit penjelasan tentang

kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti (Chen et al., 2009). Tahap

perkenalan ini diharapkan dapat menambah keakraban dan kepercayaan

antara peserta dan peneliti/fasilitator.

2) Pemanasan

Fase pemanasan merupakan fase pelenturan otot-otot terutama otot

tangan dan persendian, yang dapat dilakukan dalam fase ini adalah

kegiatan pijat memijat ataupun senam ringan. Pemijatan dapat dilakukan


30

secara mandiri, bergantian ataupun saling memijat antar peserta lansia

(Pacchetti et al., 2001). Fase pemanasan ini dapat diiringi dengan

menggunakan alunan musik dan dapat juga diselingi dengan

game/permainan, sehingga membuat suasana lebih santai.

3) Menari

Fase menari dapat dilakukan dengan bantuan alunan musik. Para

peserta menari mulai dari ritme lambat sampai cepat mengikuti irama

musik yang diberikan dan ditentukan oleh peneliti (Mohammadi et al.,

2009). Menari membuat lansia dan para peserta menjadi santai dan secara

tidak lansung dapat menggerakkan seluruh anggota badan untuk menjaga

kebugaran tubuh. Pada fase ini peneliti juga dapat meramu dengan sedikit

sentuhan dengan mengkombinasikan tarian dengan permainan ringan,

sehingga lansia dituntut untuk aktif (Chen et al., 2009).

4) Kelompok bermain dengan menggunakan instrumen

Fase ini lansia diajak untuk bermain instrumen atau bermain

menggunakan alat musik. Para peserta diajarkan bagaimana

menggunakan atau memainkan alat musik yang telah disediakan oleh

peneliti (Hayashi et al., 2002). Para peserta bisa dibuat menjadi

kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan dalam pengajaran

instrumen musik. Setiap kelompok dapat didampingi oleh satu atau lebih

asisten peneliti (Mohammadi et al., 2009).

5) Kelompok musik bermain

Kelompok musik bermain diikuti oleh para peserta tanpa instrumen

alat musik, namun dalam melakukan fase ini bisa diiringi dengan

menggunakan alunan musik. Peserta secara berkelompok melakukan


31

permainan yang telah diinstruksikan oleh peneliti, misalnya saja bermain

bola, meniup gelembung sabun, berpuisi, bermain peran atau bercerita

(Mohammadi et al., 2009).

6) Mendengarkan alunan musik santai

Para peserta lansia mendengarkan alunan musik santai dan dapat juga

bernyanyi bersama ataupun bermain alat musik bersama (Chen et al.,

2009).

7) Mendengarkan dan menyaksikan sebuah penampilan musik oleh

pemain tamu.

Fase ini merupakan fase dimana para peserta dipersilakan untuk

mendengarkan dan melihat penampilan permainan musik oleh kelompok

musik tamu yang telah disediakan untuk menghibur (Chen et al., 2009).

8) Menyimpulkan fase.

Di akhir sesi peneliti mengungkapkan penghargaannya kepada

peserta dan memberikan selamat serta berjabat tangan pada peserta.

Peneliti juga menanyakan perasaan peserta, menanyakan lagu-lagu atau

musik-musik yang disukai peserta untuk dijadikan bahan pada pertemuan

selanjutnya (Chen et al., 2009).


32

2.5 Kerangka Teori

Perubahan-perubahan yang terjadi Lansia

Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan


Fisik Mental Psikososial Spiritual

Faktorxyang Perubahan Psikososial Terapi Psikososial :


Mempegaruhi 1. Terapi
1. Kebutuhan
Psikososial Lansia Mengungkapkan
Aktualisasi diri
1. Penurunan Perasaan
kondisi fisik 2. Perilaku
Menyendiri 2. Terapi Musik
2. Perubahan fungsi 3. Terapi Tertawa
3. Peran dan
dan potensial
Aktivitas 4. Terapi Nafas
seksual
(pensiun,olahraga) Dalam
3. Perubahan yang
4. Kepuasan Hidup 5. Terapi Emotional
berkaitan dengan
pekerjaan Freedom Technique
(EFT)
4. Perubahan dalam Proses penuaan menyebabkan
Keterangan :
peran sosial interaksi sosial lansia menurun,
masyarakat sehingga lansia menarik diri dari
lingkungannya dan
menyebabkan perilaku
menyendiri

Terapi musik klasik dalam menurunkan


perubahan psikososial, musik klasik
bermanfaat membuat lansia menjadi rileks,
mengurangi rasa cemas menimbulkan rasa
aman, melepas rasa gembira dan sedih,
menurunkan tingkat stres (Ratnasari, 2014)

: Yang diteliti : Yang tidak diteliti


BAB 3

ANALISA KASUS

Pada bab ini akan dijelaskan tentang Deskripsi Kasus, Desain Penelitian, Unit Analisis,

Kriteria Interpretasi, dan Etika Penelitian.

3.1 Deskripsi Kasus

Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah 4 responden yang mengalami

perubahan psikososial perilaku menyendiri di UPTD Wreda Jambangan.

Kasus dalam penelitian ini sebanyak 4 responden yaitu :

1. Ny.Sa jenis kelamin perempuan, usia 74 tahun, status perkawinan Belum

Menikah, pendidikan SD, Profesi Pedagang, suku jawa, agama Kristen, Ny.Sa

memutuskan untuk tinggal dipanti dikarenakan tidak memiliki keluarga inti

sehingga membutuhkan orang lain di panti untuk berinteraksi dalam sehari-hari.

2. Ny.M jenis kelamin perempuan, usia 72 tahun, status perkawinan Belum

Menikah, pendidikan SMA, Profesi Pemuka Agama (Biarawati), suku Tionghoa,

agama Kristen, Sebelumnya Ny.M tinggal di yayasan gereja, kemudian seiring

bertambahnya Usia ,Ny.M disarankan untuk tinggal dipanti dikarenakan tidak

memiliki keluarga inti dan regenerasi kepengurusan yayasan gereja.

3. Ny.A jenis kelamin perempuan, usia 75 tahun, status perkawinan Belum

Menikah, pendidikan SD, suku Jawa, agama Kristen, Sebelumnya Ny.A tinggal

di Dinas social kota Surabaya, kemudian seiring bertambahnya Usia ,Ny.A

disarankan untuk tinggal dipanti.

33
34

4. Ny.Su jenis kelamin perempuan, usia 69 tahun, status perkawinan Menikah,

pendidikan SD, suku Jawa, agama Kristen, Sebelumnya Ny.Su tinggal di bersama

anaknya, kemudian anak anaknya menikah dan menjalani kehidupan rumah

tangganya, sehingga Ny.Su disarankan untuk tinggal dipanti.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan

strategi studi kasus. Rancangan ini akan menggambarkan bagaimana hasil yang

telah dilakukan setelah dilakukan perilaku pada pasien yang sudah ditunjuk sebagai

studi kasus. Pendekatan study kasus merupakan suatu metode yang dilakukan oleh

peneliti dengan mengadakan telaah secara mendalam pada kasus tertentu (Hidayat,

2017).

3.2.1 Partisipan Penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2017). Pada Penelitian ini

sampel yang digunakan adalah 4 responden di UPTD Wreda Jambangan Surabaya.

Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yakni teknik pengambilan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan tujuan

peneliti, sehingga sampel tersebut memwakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011).

Adapun kriteria inklusi dalam memilih sampel pada penelitian ini adalah :

1. Lansia yang berada di UPTD Wreda Jambangan Surabaya perempuan yang

berumur 60 tahun keatas.

2. Lansia yang mengalami perilaku menyendiri


35

3. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

4. Tidak mengalami penurunan kesadaran

5. Tidak mengalami masalah verbal

6. Gangguan kognitif seperti demensia

3.2.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi penelitian : Jalan Ketintang Madya VI No. 15A UPTD

Wreda Jambangan Surabaya

2. Waktu pelaksanaan penelitian : 8 – 14 Agustus 2022

3.2.3 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rencana penelitian

dan teknik instrument yang (Nursalam 2016).

Pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan setelah

mendapatkan ijin dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surabaya. Setelah itu peneliti mendatangi UPTD Wreda Jambangan untuk

meminta ijin kepada kepala panti, jika kepala panti memberi ijin baru peneliti

melakukan penelitian dengan cara mendatangi responden, data yang diambil

melalui wawancara langsung dengan responden mengenai perubahan psikososial

perilaku menyendiri yang terjadi pada lansia.


36

3.3 Unit Analisis dan Kriteria Interpretasi

3.3.1 Unit Analisis

Merupakan cara atau metode yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan

analisa dari hasil penelitian yang merupakan gambaran atau deskriptif. Studi

kasus Perubahan Psikososial yang terdiri dari :

1. Mengidentifikasi Perubahan Psikososial Perilaku Menyendiri pada lansia di

UPTD Wreda Jambangan

2. Mengidentifikasi penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori

dengan metode musik klasik terhadap Perubahan Psikososial Perilaku

Menyendiri lansia di UPTD Wreda Jambangan

3.3.2 Kriteria Interpretasi

Instrumen merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data, dan alat ukur

tersebut perlu dilihat dan diteliti agar memperkuat hasil penelitian (Notoatmodjo,

2010). Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai daftar pernyataan yang

sudah tersusun dengan baik dan responden memberikan jawaban sesuai

pemahaman (Hidayat, 2014).

1. Kuesioner University California of Los Angeles (UCLA) Loneliness

Scale Version 3 yang dikembangkan oleh (Russel, 1996). Kemudian

dilakukan penelitian dan sebelumnya pada hari ke-1 memberikan pretest

sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori (musik).

Diberikan 2 kali dihari ke-1 dan hari ke-3. Pada hari ke-7 memberikan

postest sesudah dilakukan terapi kepada semua responden (Tandiayuk,

2019). Dalam memberikan terapi dapat menggunakan waktu 30 menit


37

dalam sekali percobaan. Setelah selesai penelitian kuesioner yang telahdi

isi oleh responden terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa data.

Selanjutnya melakukan penyusunan laporan hasil penelitian.

TABEL 1 : ATURAN PEMBERIAN SKOR PADA UCLA


LONELINESS SCALE VERSION 3

Alternatif Jawaban Item Favourable Item Unfavourable


Tidak pernah Skor 1 Skor 4
Jarang Skor 2 Skor 3
Kadang-kadang Skor 3 Skor 2
Selalu Skor 4 Skor 1

Dengan Interpretasi:
20-34 : Tidak
35-49 : Rendah
50-64 : Sedang
65-80 : Berat
2. Indikator Keberhasilan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensorik
1) Responden mampu mengekspresikan perasaan
2) Meningkatnya kemampuan interaksi responden dengan lingkungan
sekitarnya
3) Meningkatnya rasa percaya diri responden

3.4 Etika Penelitian

3.4.1 Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan kepada

responden. Jika responden setuju maka akan dimintai untuk menandatangani


38

surat persetujuan yang telah disediakan, tetapi jika responden menolak maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak yang dimiliki responden.

3.4.2 Anonimity

Untuk tetap menjaga kerahasiaan identitas responden maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar kuisioner dan hanya akan diberikan

kode pada lembar kuisioner.

3.4.3 Confidentiality

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti dan hanya data hasil pengukuran

yang akan disajikan dalam hasil penelitian.

3.4.4 Beneficence dan Non Maleficence

Pada penelitian ini diharapkan mampu memberikan keuntungan atau manfaat

dari penelitian ini. Serta dalam proses penelitian diharapkan tidak menimbulkan

kerugian yang mungkn dapat terjadi selama penelitian berlangsung. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada responden dan UPTD Wreda

Jambangan Surabaya

3.4.5 Justice

Prinsip adil pada penelitian ini telah diterapkan peneliti pada semua tahap

pengumpulan data. Pada saat penelitian, peneliti bersifat adil, tidak pilih kasih

antara responden yang satu dengan yang lainnya, semua responden di kaji di

waktu yang sama dengan situasi kondisi yang sama, sehingga tidak membedakan

antara responden yang satu dengan responden yang lainnya.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan mengenai Penerapan Terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik Klasik dalam menurunkan

Perubahan Psikososial Perilaku Menyendiri lansia di UPTD Wreda Jambangan

Surabaya.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil identifikasi sebelum dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Sensori Dengan Metode Musik Klasik

Tabel 4.1.1 Hasil sebelum dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Dengan Metode Musik Klasik di UPTD Wreda Jambangan Surabaya pada tanggal

8 Agustus 2022

No. NAMA HASIL PRE TEST


Interpretasi Total Skor
1. Ny.Sa Sedang (50-64) 56
2. Ny.M Rendah (35-49) 40
3. Ny.A Berat (65-80) 68
4. Ny.Su Rendah (35-49) 42
Tabel 2. Hasil Pre Test sebelum TAK

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti sebelum pemberian terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensori dengan musik klasik didapatkan hasil Ny.Sa

tergolong interpretasi Sedang dengan Skor 56, Ny.M tergolong interpretasi Rendah

dengan skor 40, kemudian Ny. A tergolong interprtasi Berat dengan skor 68 dan

Ny.Su tergolong interpretasi Rendah dengan skor 42.

39
40

4.1.2 Hasil identifikasi respon lansia pemberian Terapi Aktivitas Kelompok

Stimulasi Sensori dengan Metode Musik Klasik pada lansia di UPTD

Wreda Jambangan Surabaya

Penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik

pada lansia yang mempunyai perilaku menyendiri dalam memberi terapi meliputi

persiapan diri penulis, alat-alat serta kesiapan lansia. Persiapan lansia antara lain

lansia sudah ditawarkan untuk memilih jenis musik yang akan digunakan saat

terapi. Lansia sepakat memilih lagu rohani dan lagu nostalgia. Pada tahap pra

interaksi, peneliti menyiapkan alat-alat serta mengidentifikasi faktor yang dapat

menyebabkan kontraindikasi yaitu dengan menyiapkan laptop yang berfungsi

dengan baik dan baterainya sudah diisi penuh agar pada saat pelaksanaan terapi

tidak terjadi masalah yang dapat mengganggu kosentrasi dan kenyamanan lansia.

menyiapkan lembar evaluasi dan dokumentasi.

Pada tahap orientasi, peneliti memberikan salam dan menanyakan perasaan

lansia saat ini, peneliti menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan yang

akan dilakukan. Dengan begitu lansia akan merasa diperhatikan dan

komunikasiterapeutik antar peneliti dengan lansia tetap terjaga. Pada tahap ini

lansia pertama yaitu Ny.Sa sangat antusias dan merespon dengan baik, namun

sedikit malu-malu ketika dijelaskan tentang prosedur terapi, lansia kedua yaitu

Ny.M responnya terbukan dan antusias dan memperhatikan penjelasan peneliti,

lansia ketiga Ny.A responnya sedikit tertutup namun bisa memperhatikan

penjelasan peneliti, lansia keempat Ny.Su sangat antusias dan merespon dengan

baik menandakan bahwa keempat lansia telah siap untuk mendapatkan terapi.
41

Tahap kerja dimulai dengan mengajak lansia untuk saling memperkenalkan

diri dimulai dari peneliti secara berurutan, setiap lansia selesai mengenalkan diri

peneliti mengajak semua lansia untuk bertepuk tangan. Peneliti menjelaskan bahwa

akan diputar lagu, lansia diperbolehkan untuk tepuk tangan atau berjoget, setelah

lagu selesai lansia akan diminta untuk menceritakan isi lagu dan perasaan setelah

mendengarkan lagu. Peneliti memutar lagu, lansia mendengarkan. Peneliti

mengobservasi respon lansia terhadap musik, secara bergiliran lansia diminta

untuk menceritakan isi lagu dan perasaannya sampai semua lansia mendapat

giliran. Peneliti memberi pujian setiap kali selesai menceritakan perasaannya dan

mengajak lansia lain bertepuk tangan. Perasaan Ny.Sa sebelum diberikan terapi

merasa sedih dan bosan ketika diberikan terapi merasa tenang setelah

mendengarkan lagu rohani, kondisi perasaan Ny.M sebelum diberi terapi musik

merasa bersyukur dan baik dan setelah diberi terapi Ny.M merasa bersyukur atas

nikmat sehat dan karunia lainnya saat mendengarkan lagu rohani, kondisi perasaan

Ny.A sebelum diberi terapi lansia merasa sendiri meskipun banyak teman dipanti

dan merasa bosan, setelah diberi terapi Ny.A senang dan tenang setelah

mendengarkan lagu rohani dan Ny.Su merasa dalam kondisi perasaan baik dan

senang, setelah diberi terapi Ny.Su merasa tersentuh dan gembira setelah

mendengarkan lagu rohani. Setelah diberikan terapi, lansia diberikan kesempatan

untuk memilih lagu yang akan digunakan pada terapi aktivitas kelompok

selanjutnya. Hal ini mencegah kebosanan yang dapat terjadi pada lansia.

Pada tahap terminasi, peneliti mengevaluasi hasil kegiatan pemberian terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik pada keempat lansia

untuk mengetahui respon lansia terhadap pemberian terapi. Keempat Lansia


42

mengutarakan pemberian terapi musik ini membuat mereka kembali mengingat

masa muda mereka saat bersama dengan keluarga dan merasa lebih tenang serta

merasa lebih dekat dengan tuhanya sekaligus merasakan rasa syukur atas segala

hal yang meraka miliki dan mereka telah lalui.

4.1.3 Hasil identifikasi sesudah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Sensori Dengan Metode Musik Klasik

Tabel 4.1.3 Hasil sesudah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Dengan Metode Musik Klasik di UPTD Wreda Jambangan Surabaya pada tanggal

14 Agustus 2022

No. NAMA HASIL PRE TEST HASIL POST PENURUNAN


TEST
Interpretasi Total Interpretasi Total
Skor Skor
1. Ny.Sa Sedang (50- 56 Rendah (35- 43 13 23%
64) 49)
2. Ny.M Rendah (35- 40 Rendah (35- 36 4 10%
49) 49)
3. Ny.A Berat (65- 68 Sedang (50- 60 8 6%
80) 64)
4. Ny.Su Rendah (35- 42 Rendah (35- 35 7 17%
49) 49)
Tabel 2. Hasil Pre Test sesudah TAK

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti setelah pemberian terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensori dengan musik klasik didapatkan hasil Ny. Sa

tergolong interpretasi Rendah dengan Skor 43, Ny. M tergolong interpretasi

Rendah dengan skor 36, kemudian Ny. A tergolong interprtasi Sedang dengan skor

60 dan Ny.Su tergolong interpretasi Rendah dengan skor 35.


43

4.2 Pembahasan

4.2.1 Mengidentifikasi prilaku menyendiri sebelum diberikan Terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik Klasik pada Lansia di

UPTD Wreda Jambangan Surabaya.

Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti pada saat melakukan observasi

pada tanggal 8 Agustus 2022 sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok

stimulasi sensori dengan metode musik klasik, didapatkan hasil pada Ny. Sa (74

Tahun) skor totalnya 56 dengan kategori sedang. Berikutnya Ny. M (72 Tahun)

skor totalnya 40 dengan kategori rendah. kemudian Ny. A (75 Tahun) skor totalnya

68 dengan kategori berat. Lalu Ny. Su (69 Tahun) skor totalnya 42 dengan kategori

rendah.

Perilaku menyendiri ditandai dengan merasa tidak berguna atau tidak berharga,

merasa gagal, dan bosan dalam menjalani hidup, merasa terpuruk, merasa sendiri

atau terasing, merasa tidak ada yang mengerti, merasa tidak diperhatikan dan

dicintai, serta perasaan negatif lainnya. Selain perasaan negatif tersebut, ciri-ciri

lansia yang mengalami kesepian adalah kurangnya hubungan yang bermakna

dengan orang lain (Rahmi, 2015). Hal ini ditandai dengan perasaan terasing,

tersisihkan, kurang perhatian dari orang-orang di sekitarnya, terpencil dari orang

lain, merasa berbeda dengan orang lain (Suadirman, 2011).

Informasi hasil wawancara yang ditemukan peneliti pada saat melakukan

observasi sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori dengan

metode musik klasik, didapatkan hasil pada Ny. Sa (74 Tahun) masuk dalam

kategori sedang dikarenakan Ny.Sa ketika dipanti merasa tidak dekat dengan orang
44

lain dan merasa tidak cocok dengan orang lain sehingga sering menyendiri, Ny.Sa

merasa bahwa tidak mempunyai teman untuk diajak ngobrol dan merasa tidak ada

orang yang mengerti. Kemudian Ny. M (72 Tahun) masuk dalam kategori rendah,

dikarenakan merasa ditinngalkan keluarganya dan merasa tidak ada orang yang

bisa diandalkan dalam lingkunganya, kemudian Ny. A (75 Tahun) masuk dalam

kategori berat dikarenakan Ny.A merasa tidak ada orang yang mengerti perasaan

sedih yang dirasanya karena tidak memiliki keluarga maupun teman sehingga

selalu menyendiri, Ny.A merasa tidak berguna atau tidak berharga, merasa gagal

dan bosan dalam menjalani hidup dan sering merasa sendiri. Ny. Su (69 Tahun)

masuk dalam kategori rendah dikarenakan mengalami kesulitan komunikasi untuk

berinteraksi dengan orang sekitarnya, Ny.Su mengatakan tidak ada yang

memperhatikan dan mencintainya dan merasa terasingkan oleh lingkungannya,

banyak orang-orang di lingkungan panti, tetapi tetap merasa sendiri.

Banyaknya lansia yang belum menikah dan sangat jarang dikunjungi oleh

keluarga ataupun kerabat, jadi mereka rentan mengalami perilaku menyendiri.

Dampak dari perilaku menyendiri yang dialami oleh lansia di panti adalah mereka

sering merasa cemas, sering menyendiri, dan mudah bosan. Tindakan yang sering

dilakukan oleh lansia untuk mengatasi kesepian yaitu membereskan barang-barang

mereka ataupun tidur.


45

4.2.2 Mengidentifikasi respon lansia pemberian Terapi Aktivitas Kelompok

Stimulasi Sensori dengan Metode Musik Klasik pada lansia di UPTD

Wreda Jambangan Surabaya

Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti pada saat melakukan observasi

pada tanggal 9 Agustus 2022 didapatkan hasil observasi dan didapatkan respon saat

diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori pada Ny.Sa Ny.M, Ny.A dan

Ny.Su. Terdapat persamaan dari keempat responden tersebut, mereka sangat

antusias ketika diberi terapi aktivitas kelompok metode musik klasik , hal itu

terlihat dari lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dan mau

menandatangani informed concent, dan mempersilahkan peneliti memberi terapi

aktivitas kelompok, bersikap ramah terhadap peneliti.

Tahapan dalam terapi aktivitas kelompok mempunyai kapasitas untuk tumbuh

dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu : fase

prakelompok, fase awal kelompok, fase kerja kelompok, fase terminasi kelompok

(Prabowo, 2017). Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah

anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.

Jumlah kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7 – 8 orang. Sedang

jumlah minimum 4 dan maksimum 10.

Fase awal kelompok fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya

kelompok baru, dan peeran baru. Stuart dan Laria dalam Prabowo (2017) membagi

fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Tahap Orientasi

anggota mulai mencoba mengembangkan system sosial masing-masing, leader

menunjukan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota. Tahapan


46

Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu

memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negative dan membantu

kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah prilaku yang tidak

produktif. Tahap Kohesif anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang

informasi dan lebih intim satu sama lain. Fase Kerja Kelompok pada fase ini

kelompok sudah menjadi intim. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Pada akhir

fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang

bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Fase Terminasi yang sukses

ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara

individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara

(temporal) atau akhir.

Sesuai dengan hasil dan teori pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi

sensori metode musik klasik sangat berpengaruh dan memberikan solusi untuk

penurunan perilaku menyendiri pada lansia, dan juga hal tersebut membantu untuk

menjadikan lansia semangat, dikarenakan terapi aktivitas kelompok metode musik

klasik mampu membuat lansia mengekspresikan perasaanya

4.2.3 Mengidentifikasi prilaku menyendiri setelah diberikan Terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik Klasik pada Lansia di

UPTD Wreda Jambangan Surabaya.

Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti pada saat melakukan observasi

pada tanggal 14 Agustus 2022 setelah dilakukan Terapi aktivitas kelompok

stimulasi sensori dengan metode musik klasik, didapatkan perubahan hasil pada

Ny. Sa (74 Tahun) skor totalnya yang semula 56 menjadi 43 dengan kategori

menjadi Rendah dan mengalami penurunan berkisar 23 % perilaku menyendiri


47

dikarenakan saat Terapi Ny.Sa merespon dengan antusias, merespon baik,

sehingga mengalami perasaan tenang dan terbawa suasana lagu ketika masa muda,

dan merasa lebih terbuka dengan orang lain dan ingin menjalin hubungan dengan

lingkunganya. Kemudian Ny. M (72 Tahun) skor totalnya yang semula 40 menjadi

36 dengan kategori rendah, dan mengalami penurunan berkisar 10 % perilaku

menyendiri dikarenakan saat Terapi Ny. M merespon dengan baik dan antusias

sehingga merasa bersyukur atas karunia yang telah diberikan kepadanya, kemudian

Ny. A (75 Tahun) skor totalnya yang semula 68 menjadi 64 dengan kategori sedang

dan mengalami penurunan berkisar 6 % perilaku menyendiri dikarenakan saat

Terapi Ny. A merespon dengan baik namun kurang antusias dan kurang terbuka

sehingga merasa lebih baik dari keadaan sebelumnya namun perkembangnya

paling kecil dibanding lainya. Kemudian Ny. Sa (69 Tahun) skor totalnya

sebelumnya 42 menjadi 35 dengan kategori rendah dan mengalami penurunan

berkisar 17% perilaku menyendiri dikarenakan saat Terapi Ny. Sa dikarenakan

selama terapi menikmati dan menjalani dengan antusias sehingga Ny. Sa mencoba

untuk memperbaiki komunikasi dengan orang disekelilingnya dan mendapatkan

teman baru pada lingkunganya.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa biasanya klien yang tidak mau

mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta

menampilkan respons, pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori

adalah agar klien mampu mengekpresikan perasaannya (Keliat, 2004). Terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensori membantu mengurangi keadaan menyendiri

yang dialami oleh lansia dan dapat membantu peningkatan integritas pada diri
48

lansia dalam melakukan interaksi dengan kelompoknya (Gati, Mustikasari, & Putri,

2016).

Terapi aktivitas kelompok sensori mengekspresikan apa yang dirasakan oleh

lansia sehingga meningkatkan fungsi kognitif dan psikomotor lansia vang

menyebabkan reaksi dari perilaku lansia lebih aktif dan cekatan, dengan demikian

akan mengurangi gangguan psikososialperilaku menyendiri pada lansia.


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perubahan psikososial perilaku menyendiri pada lansia di UPTD Wreda

Jambangan Surabaya sebelum diberi terapi musik klasik berada pada kategori

berat 1 responden dengan skor 68, 1 responden dengan kategori sedang skor

56 dan 2 responden dengan kategori rendah skor 40,42.

2. Respon lansia saat pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori

metode musik klasik didapatkan hasil respon yang baik, lansia sangat antusias

selama pelaksanaan terapi dan menikmati lagu yang diputar dan bertepuk

tangan. Selain itu lansia mampu mengungkapkan perasaannya setelah lagu

selesai di putar

3. Setelah diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik

klasik dan dilakukan (post test) responden mengalami peningkatan dengan 1

responden kategori berat menjadi sedang dengan skor 64 meningkat (6%), 1

responden dengan kategori sedang menjadi rendah dengan skor 43 meningkat

(23%), 2 responden dengan kategori rendah dengan skor 36 dan 35 meningkat

sekitar (10%), (17%).

49
50

5.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai masukan dan menambah wawasan mahasiswa

dalam upaya mengatasi perilaku menyendiri pada lansia dengan melakukan

terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik, khususnya

keperawatan gerotik.

2. Bagi Institusi Panti

Diharapkan bisa diterapkan secara teratur supaya bisa dijadikan sebagai

terapi pendamping selain terapi farmakologis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sebagai intervensi penerapan terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik untuk menurunkan

perilaku menyendiri lansia.


51

DAFTAR PUSTAKA

Kartinah & Sudaryanto Agus. (2008). Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia.

Stockslager, Jaime dan Schaeffer, Liz. (2007) : Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta :
EGC

Khamida, K., & Meilisa, M. (2018). Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Stimulasi
Persepsi sensori Pada Lansia. Journal Of Health Sciences.

Keliat, BA. (2004). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Husen, H. (2016). Identifikasi Perubahan psikososial pada lansia di Panti social Tresna
Werdha Minaula Kendari.

Triastiani, N. M. (2018). Pengaruh Terapi music klasik pada Lansia.

Tandiayuk, M. S., (2013). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori


terhadap gangguan psikososial lanjut usia di balai penyantunan lanjut usia senja
cerah manado.

Krisnawati, A. (2019). Jurnal Kesehatan : Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi


sensori terhadap psikososial lanjut usia di panti werdha Himo-himo kota ternate.

Nugroho, Wahjudi. (2017). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Penerbit buku
kedokteran: EGC
Sunaryo., dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Penerbit Andi
Yogyakarta.
Muhith, Abdul. (2017). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Penerbit Andi
Yogyakarta.
Potter & perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Vol. 1. Jakarta : EGC
Susanto, (2011) Pengaruh Musik terhadap Psikologis Lansia. Artikel Psikologi.

Apriska, R. A. D. (2016). Hubungan antara tingkat kesepian dengan mekanisme koping


pada lansia di Unit Pelayanan Lanjut Usia “ wening wardhoyo ”(Skripsi).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pelayanan dan Peningkatan


Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
52

United Nation. (2019) . Prospek Populasi Lansia di Dunia.

Kementrian Kesehatan Indonesia. (2020). Profil Penduduk Lanjut Usia Provinsi Jawa
Timur.

Nuraini. (2018). Hubungan Interaksi Sosial dengan Kesepian pada Lansia di Kelurahan
Tlogomas Kota Malang. Nursing News.

Putri, S. T. (2016). Differences of quality of life of ederly woman who follow brain
movement exercise and angklung music therapy. Jurnal Keperawatan
Sudirman.

Russel. (1996). (UCLA) Loneliness Scale Version 3. University California of Los


Angeles
53

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

( INFORMED CONCENT )

Dengan menandatangani lembar ini saya bersedia turut berpartisipasi sebagai

responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi yang bernama “AYU

OKTAVIANI ” dengan judul penelitian “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok

Stimulasi Sensori dengan Metode Musik Klasik Dalam Menurunkan Perubahan

Psikososial Perilaku Menyendiri Pada Lansia di UPTD Wreda Jambangan

Surabaya” Khususnya pada Lansia Di UPTD Wreda Jambangan Surabaya.

Saya mengerti dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan merugikan

atau berakibat negativ terhadap saya. Sehingga jawaban yang saya berikan adalah

yang sebenar-benarnya

Dengan demikian maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Surabaya, 08 Agustus 2022

Responden
54

Lampiran 2

Dokumentasi Hasil Observasi Respon Lansia Dalam Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik

Klasik

Respon
Tanggal Kegiatan
Ny. Sa Ny. M Ny. A Ny.Su
9 Langkah-langkah : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien :
Agustus Fase persiapan antusias, merespon Terbuka dan sedikit tertup dan Merasa antusias dan
2022  Membuat kontrak Baik, namun sedikit antusias. ramah merespon baik.
dengan klien malu-malu.
 Mempersiapkan
alat (Laptop,
lembar
evaluasi,dan Kondisi Perasaan Kondisi Perasaan Kondisi Perasaan Kondisi Perasaan
dokumentasi), dan Klien : Klien : Klien : Klien :
tempat pertemuan Merasa sedih dan Merasa dalam Merasa sendiri Merasa baik dan
Fase orientasi bosan kondisi bersyukur meskipun banyak senang
 Mangucapkan dan baik teman dipanti dan
salam merasa bosan
 Menanyakan
perasaan klien
saat ini
 Terapis
menjelaskan
tujuan kegiatan
yaitu
55

mendengarkan
musik
 Terapis
menjelaskan
aturan main
berikut:
 Jika ada klien
yang ingin
meninggalkan
kelompok harus
minta izin
kepada terapis
 Lama kegiatan
30 menit
 Setiap klien
mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Fase kerja
 Terapis
mengajak klien
untuk saling
memperkenalkan
diri dimulai dari
terapis secara
berurutan
 Setiap seorang
klien selesai
56

memperkenalkan
diri terapis
mengajak semua
klien untuk
bertepuk tangan
 Terapis
menjelaskan
bahwa akan
diputar lagu,
klien boleh
tepuk tangan
atau berjoget
sesuai irama
lagu. Setelah
lagu selesai klien
akan diminta
untuk
menceritakan isi
lagu dan
perasaan klien
setelah
mendengarkan
lagu
 Terapis memutar
lagu, klien
mendengakan,
boleh sambil
berjoget atau
tepuk tangan.
57

Musik yang
diputar boleh
diulang beberapa
kali. Terapis
mengobservasi
respon klien
terhadap musik.
 Secara bergiliran
klien diminta
menceritakan isi
lagu dan
perasaannya
sampai semua
klien mendapat
giliran
 Terapis
memberikan
pujian, setiap
kali selesai
menceritakan
perasaannya dan
mengajak klien
lain bertepuk
tangan.
Fase terminasi
Evaluasi :
1) Terapis
menanyakan
perasaan klien
58

setelah mengikuti
TAK
2) Terapis
memberikan
pujian atas
keberhasilan
kelompok

9 Terapi lagu I : Lagu Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien :
Agustus Rohani Merasa tenang Merasa bersyukur Merasa senang dan Merasa tersentuh
2022 setelah atas nikmat sehat tenang setelah dan gembira setelah
mendengarkan lagu dan karunia lainya mendengarkan lagu mendengarkan lagu
rohani setelah rohani rohani
mendengarkan lagu
rohani

11 Terapi lagu II : Lagu Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien :
Agustus Memories Merasa terbawa Merasa sedih karena Merasa terbawa Merasa kembali
2022 suasana lagu setelah Mengingat suasana lagu setelah mengingat masa
mendengarkan lagu keluarganya mendengarkan lagu lalunya setelah
Memories setelah Memories mendengarkan lagu
mendengarkan lagu Memories
Memories
59

Lampiran 3 Kuesioner

UCLA Loneliness Scale Version 3


(Skala UCLA)

Pertanyaan berikut menjelaskan tentang bagaimana merasakan sesuatu. Untuk

tiap pertanyaan menjelaskan seberapa sering yang Anda rasakan. Mohon setiap

pernyataan Anda jawab dengan cara mencentang kolom jawaban yang sesuai dengan

pilihan Anda.

No. Pernyataan Tidak Pernah Jarang Kadang-kadang Selalu


1. Seberapa sering Anda
merasa tidak cocok
dengan orang-orang di
sekitar Anda?
2. Seberapa sering Anda
merasa tidak memiliki
teman?
3. Seberapa sering Andaa
merasa tidak ada
seseorang pun yang
dapat Anda mintai
tolong?
4. Seberapa sering Anda
merasa sendiri?
5. Seberapa sering Anda
merasa menjadi bagian
dari kelompok teman-
teman Anda?
6. Seberapa sering Anda
merasa bahwa Anda
memiliki banyak
persamaan dengan
orang-orang di sekitar
Anda?
7. Seberapa sering Anda
merasa bahwa Anda
tidak dekat dengan
orang lain?
8. Seberapa sering Anda
merasa bahwa hobi
dan ide Anda tidak
60

sama dengan orang-


orang di sekitar Anda?
9. Seberapa sering Anda
merasa ramah dan
bersahabat?
10. Seberapa sering Anda
merasa dekat dengan
orang lain?
11. Seberapa sering Anda
merasa ditinggalkan?
12. Seberapa sering Anda
merasa hubungan
Anda dengan orang
lain tidak berarti?
13. Seberapa sering Anda
merasa tak satupun
orang mengenal Anda
dengan baik?
14. Seberapa sering Anda
terisolasi dari orang
lain?
15. Seberapa sering Anda
dapat menemukan
teman ketika Anda
membutuhkannya?
16. Seberapa sering Anda
merasa bahwa ada
seseorang yang benar-
benar dapat mengerti
Anda?
17. Seberapa sering Anda
merasa malu?
18. Seberapa sering Anda
merasa bahwa orang-
orang di sekitar Anda,
tetapi tidak bersama
Anda?
19. Seberapa sering Anda
merasa bahwa ada
orang yang dapat Anda
ajak bicara (ngobrol)?
20. Seberapa sering Anda
merasa bahwa ada
orang yang dapat Anda
minta tolong?
61

TABEL ATURAN PEMBERIAN SKOR PADA UCLA LONELINESS SCALE


VERSION 3

Alternatif Jawaban Item Favourable Item Unfavourable


Tidak pernah Skor 1 Skor 4
Jarang Skor 2 Skor 3
Kadang-kadang Skor 3 Skor 2
Selalu Skor 4 Skor 1

Dengan Interpretasi:
20-34 : Tidak
35-49 : Rendah
50-64 : Sedang
65-80 : Berat
62

Lampiran 4. Lembar Surat Ijin Penelitian


63
64
65

Lampiran 5. Berita Acara Revisi KTI

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Ayu Oktaviani

Nama Pembimbing : 1. Dr.Mundakir, S.Kep., Ns., M.Kep

Judul Karya Tulis Ilmiah : “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Sensori Dengan Metode Musik Klasik Dalam Menurunkan Perubahan Psikososial

Perilaku menyendiri pada Lansia di UPTD Wreda Jambangan Surabaya”.

No. Hari/Tanggal Catatan Pembimbing/Hal Hasil Revisian Tanda


yang Perlu di Revisi Tangan
1. Jumat, 29 Juli 1. Revisi Judul BAB 1
2022
2. Senin, 1 1. Latar Belakang BAB 1
Agustus 2022
3. Selasa, 2 1. ACC Pengambilan Data ACC BAB 1-3
Agustus 2022
4. Senin, 12 1. ACC BAB 1-5 ACC BAB 1-5
Agustus 2022
66

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Ayu Oktaviani

Nama Pembimbing : 2. Siti Aisyah, S.Kep., Ns., M.Kes

Judul Karya Tulis Ilmiah : “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Sensori Dengan Metode Musik Klasik Dalam Menurunkan Perubahan Psikososial

Perilaku menyendiri pada Lansia di UPTD Wreda Jambangan Surabaya”.

No. Hari/Tanggal Catatan Pembimbing/Hal Hasil Revisian Tanda


yang Perlu di Revisi Tangan
1. Kamis, 16 Juni 1. Revisi rumusan masalah Lanjut BAB 1-3
2022
2. Rabu, 20 Juli 1. Revisi Instrumen BAB 1-3
2022
2. Latar Belakang
3. Jumat, 22 Juli 1. Revisi Instrumen BAB 3
2022
4. Senin, 25 Juli 1. ACC Pengambilan Data ACC BAB 1-3
2022
5. Senin, 22 1. Revisi Pembahasan BAB 4
Agustus 2022
2. Abstrak
6. Senin, 29 1. ACC BAB 1-5 ACC BAB 1-5
Agustus 2022
67

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan


68

Anda mungkin juga menyukai