STUDI KASUS
Oleh:
AYU OKTAVIANI
20214663017
2022
i
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KASUS
Oleh:
AYU OKTAVIANI
20214663017
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk
mengevaluasi. Sehingga pada kesempatan ini akan dipaparkan tentang penelitan yang
Akhir kata sebagai manusia yang tidak jauh dari sifat salah dan lupa, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
Demikian sebuah pengantar sederhana penulis semoga karya tulis ilmiah ini
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa Studi Kasus ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
Yang Menyatakan,
Ayu Oktaviani.S.Kep
NIM. 20214663017
iv
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI
NIM : 20214663017
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar tulisan
karya sendiri bukan hasil plagiasi, baik sebagian maupun keseluruhan. Bila dikemudian
hari terbukti hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
NIM :20214663017
v
PERSETUJUAN
Studi Kasus ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya, sehingga dapat
diajukan dalam ujian sidang pada Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
vi
PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Karya Tulis Pada
tanggaloleh mahasiswa atas nama Ayu Oktaviani Nim 20214663017 Program Studi
TIM PENGUJI
M.Kep.,Sp.Kep.An
Mengesahkan,
UCAPAN TERIMAKASIH
vii
Allhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya
Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir
tahun 2022 dengan judul penelitian “Studi Kasus Penerapan Terapi Aktivitas
Surabaya”.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
2. Dr. Nur Mukarromah, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
mengizinkan melakukan penelitian kepada saya yaitu dengan Judul “Studi Kasus
terselesaikan.
7. Siti Aisyah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing II yang penuh kesabaran dan
8. Terimakasih kepada keluarga Orang tua saya yang telah menyemangati dan
mendoakan saya karna doa merekalah saya dapat menyelesaikan KTI saya.
9. Terimakasih kepada Farhan Abdul Karim yang telah membantu menyusun KTI ini
10. Teman - teman Utami, Gina, Nurul, Risma, Ismi, Widya, Pungky, Dinda yang telah
11. Teman- teman Program Angkatan 2021 Profesi Ners yang tak bisa disebutkan satu-
12. Responden yang telah bersedia membantu dalam kegiatan penelitian Semoga amal
kebaikannya diterima Allah SWT dan mendapat imbalan pahala dari Allah SWT.
ix
Semoga amal kebaikannya diterima Allah SWT dan mendapat imbalan pahala dari
Allah SWT. Akhir kata semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
Peneliti
x
ABSTRAK
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI
DENGAN METODE MUSIK KLASIK DALAM MENURUNKAN
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL PERILAKU MENYENDIRI PADA LANSIA DI
UPTD WREDA JAMBANGAN SURABAYA
Oleh :
Ayu Oktaviani
Nim.20214663017
Latar Belakang : Masalah psikologis yang terjadi pada lanjut usia salah satunya adalah
gangguan psikososial. Gangguan psikososial yang di alami lansia seperti
ketergantungan pada orang lain, mengisolasi diri atau menarik diri. Tujuan :
Mengidentifikasi perilaku menyendiri pada lansia sesudah diberikan Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori dengan Metode Musik Klasik pada lansia di UPTD Wreda
Jambangan Surabaya. Metode : Pelaksanaan penelitian ini Studi kasus. Total
responden dalam penelitian ini 4 lansia yang berusia 60 tahun keatas. dilakukan di
UPTD Wreda Jambangan Surabaya dengan pengambilan data dilaksanakan Agustus
2022 selama 1 minggu 3 kali pertemuan. Pengumpulan data menggunakan Kuesioner
University California of Los Angeles (UCLA) Loneliness Scale Version 3 yang
dikembangkan oleh (Russel, 1996). Hasil : Didapatkan pada responden sebelum
diberikan terapi pada responden 1 total skor yang didapat 56 dengan kategori (sedang),
sedangkan responden 2 yaitu total skor 40 dengan kategori (rendah). Namun setelah
dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik selama 2 kali
terdapat penurunan dengan rata-rata pada responden 1 (23%), responden 2 (10%).
Kesimpulan : Dapat disimpulkan sebagian lansia yang diteliti mengalami penurunan,
terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik dapat dijadikan
sebagai alternatif untuk mengurangi perilaku menyendiri mendorong lansia untuk aktif
mengikuti kegiatan.
xi
ABSTRACT
THE APPLICATION OF SENSORY STIMULATION GROUP ACTIVITY
THERAPY USING CLASSICAL MUSIC METHOD TO REDUCE
PSYCHOSOCIAL CHANGES IN SELF BEHAVIOR IN THE ELDERLY AT
UPTD WREDA JAMBANGAN SURABAYA
By :
Ayu Oktaviani
Nim.20214663017
Background: Psychological problems that occur in the elderly, one of which is
psychosocial disorders. Psychosocial disorders experienced by the elderly such as
dependence on others, isolating themselves or withdrawing. Objective: To identify the
aloof behavior in the elderly after being given Sensory Stimulation Group Activity
Therapy with the Classical Music Method in the elderly at UPTD Wreda Jambangan
Surabaya. Methods: Implementation of this research Case study. The total respondents
in this study were 4 elderly people aged 60 years and over. conducted at UPTD Wreda
Jambangan Surabaya with data collection carried out in August 2022 for 1 week 3
meetings. Data collection using the University California of Los Angeles (UCLA)
Loneliness Scale Version 3 Questionnaire developed by (Russel, 1996). Results: It was
found in respondents before being given therapy in respondent 1, the total score
obtained was 56 in the (medium) category, while respondent 2 had a total score of 40
in the (low) category. However, after the sensory stimulation group activity therapy
with classical music method for 2 times there was a decrease with an average of
respondent 1 (23%), respondent 2 (10%). Conclusion: It can be concluded that some
of the elderly studied did experience a decrease, group activity therapy with sensory
stimulation classical music methods can be used as an alternative to reduce solitary
behavior encouraging the elderly to actively participate in activities.
xii
DAFTAR ISI
BAB 1 PNDAHULUAN
xiii
2.1.3 Proses Penuaan ………………………………………………………...8
BAB 5 PENUTUP
Lampiran ……………………………………………………………………………52
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ……………………………………………………………………….….53
Lampiran 2 ……………………………………………………………………….….54
Lampiran 3 …………………………………………………………………………..59
Lampiran 4 …………………………………………………………………………..62
Lampiran 5 …………………………………………………………………….…….65
Lampiran 6 …………………………………………………………………………..67
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organisation (WHO), lanjut usia (Lansia) adalah seorang
yang berusia 60 tahun keatas. Lansia diklasifikasikan umur manusia yang menghadapi
tahap akhir kehidupan. Kelompok lansia biasanya dalam kehidupan sudah melalui
proses menjadi tua (Process Aging) (WHO, 2018). Perubahan pada tahap akhir
kehidupan yang dialami oleh lansia selama proses penuaan salah satunya akan
hadapi. Transisi hidup yang mayoritas dirasakan adalah pengalaman kehilangan, seperti
yang terjadi pada individu yang mencakup pada aspek psikis dan sosial atau sebaliknya.
Pada umumnya setelah orang memasuki lanjut usia maka ia mengalami penurunan
gerakan, tindakan, koordinasi) sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia
menjadi semakin lambat dan menjadi kurang cekatan (Suardiman, 2011). Dukungan
sosial melalui interaksi antar kelompok lansia yang dibentuk dalam suatu aktivitas
1
2
Prospek populasi dunia 2019 (United Nation, 2019) menyatakan bahwa pada tahun
2050, 1 dari 6 orang di dunia akan berusia di atas 65 tahun, meningkat dari 1 banding
11 pada tahun 2019. Jumlah usia lanjut dengan usia 65 tahun ke atas pada tahun 2019
berjumlah 703 juta dan diproyeksikan meningkat dua kali lipat menjadi 1,5 miliar pada
tahun 2050. Kondisi ini menunjukkan bahwa setiap negera mengalami peningkatan
jumlah dan proporsi populasi usia lanjut (United Nations, 2019). Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization/ WHO) memperkirakan pada tahun 2020, populasi
orang yang berusia di atas 65 tahun akan mencapai 20% dari populasi dunia dan sekitar
70% dari mereka tinggal di negara berkembang (Kazeminia, et al. 2020). Menurut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penduduk lansia pada tahun 2025
diperkirakan 33,69 juta, tahun 2035 diperkirakan mencapai 48,19 juta, sehingga
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 13,06 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
Jawa Timur termasuk daerah dengan struktur penduduk menuju tua (ageing population).
Hasil survey diawal dengan wawancara dilaksanakan pada 8 agustus 2022 ada 182
pasien laki-laki dan perempuan yang berada di UPTD Wreda Jambangan Surabaya.
Ditemukan ±30 lansia yang mengalami perilaku menyendiri. Hal ini dikarenakan
terdapat lansia yang hidup di panti merasa di tinggalkan oleh pasangannya meninggal
dunia dan anak-anaknya merasa tidak mampu merawat orang tuanya dengan layak
Hasil penelitian (Krisnawati, 2019) Pos test Psikososial bahwa dari 20 responden
yang diteliti, mayoritas responden berada pada kategori Kurang sebanyak 18 responden
3
(90,0%) dan kategori Baik sebanyak 2 responden (10,0%). Setelah dilakukan perlakuan
Baik sebanyak 15 responden (75%) dan Kurang sebanyak (25%). Hasil uji Wilcoxon
di dapatkan p-value 0,000, maka H1 diterima dan H0 ditolak karena nilai p kurang dari
0,05 artinya terdapat Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensori (musik)
Terhadap Psikososial Lanjut Usia Di Panti Werdha Himo-Himo Kota Ternate 2019.
Permasalahan yang dihadapi oleh para lanjut usia dapat bersumber dari dirinya
sendiri atau dari luar antara lain pada lansia yang kurang pasrah menerima keadaan
sehingga sering timbul kecurigaan yang berlebihan. Berbagai penurunan baik fungsi
maupun mental yang terjadi pada lansia membuat banyak orang khawatir saat mulai
memasuki masa usia lanjut. Mereka tidak hanya mengkhawatirkan tentang perubahan
fisik, tetapi juga memikirkan tentang kelangsungan hidup, keluarga dan masa depan,
bahkan kematian.
Salah satu perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah perubahan psikososial.
sosial dan emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.
orang lain dan mengisolasi diri dari kegiatan sosial masyarakat, Kemampuan
Lansia yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi
dalam Winarno et al., 2011), Jadi dengan mengekspresikan perasaan melalui terapi
lansia. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori (musik) merangsang panca indera
untuk mengekspresikan apa yang dirasakan oleh lansia sehingga meningkatkan fungsi
kognitif dan psikomotor lansia yang menyebabkan reaksi dan perilaku lansia lebih aktif
Sensori dengan Metode Musik Klasik pada lansia di UPTD Wreda Jambangan
Surabaya
Surabaya.
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Profesi
3. Bagi Panti
TINJAUAN PUSTAKA
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
seorang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia diklasifikasikan umur manusia yang
7
8
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yakni sebagai
berikuti : teori biologis, teori psikologis, teori social, dan teori spiritual menurut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan sulit untuk berinteraksi social.
3. Teori social : pada teori ini meliputi sebuah proses interaksi social, proses
aktifitas.
4. Teori spiritual : teori ini yang menghubungkan lansia dengan sang penciptanya
Lansia atau lanjut usia (60 tahun keatas) akan mengalami kemunduran yakni
kemunduran dari bentuk fisik, factor psikologis, aspek kognitif, askep motoric
kemunduran pada lansia. Yakni lansia yang tidak memiliki motivasi akan
dari segi bentuk fisik, factor psikologis, askep kognitif dan motoric-sensori.
Lanjut usia yang tinggal bersama anak dan keluarganya cenderung lebih
Lansia yang memiliki kedudukan atau jabatan harus memiliki cara berfikir
secara luas, sehingga jika mereka harus berhenti atau tidak menduduki jabatan
akan lebih menikmati masa tua yang bahagia, kemudian lansia harus
dengan lapang dada, dan sudah semstinya mereka menyiapkan terlebih dahulu
Lansia memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia dewasa ataupun remaja,
Lansia berusia lebih dari 60 tahun, lansia dengan pembagian usia tiga dengan
batasan awal lanjut usia dengan umur 45-49 tahun, kemudian Lanjut usia
dengan umur 60-69 tahun, dan Lanjut Usia Tua (70-95 tahun).
Masalah kesehatan yang bervariasi mulai dari sehat samapai yang sakit,
lansia,tetapi hal ini tidak sedikit pula lansia yang berlingkungan atau tinggal
sendiri dirumahnya.
1. Perubahan fisik
2. Perubahan mental
11
3. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial pada lansia dikarenakan oleh berbagai hal yakni lansia
4. Perubahan spiritual
semakin taat dalam kehidupan spiritualnya, hal ini menjadikan lansia sangat
masing-masing
12
dan waktu
biaya.
2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia
Bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi
lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan
e. Teori perkembangan
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif
a) Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih
kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mata berkantung dan lingkaran
hitam dibawah mata menjadi lebih jelas dan permanen. Selain itu warna
14
b) Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan
bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit
berjalan.
d) Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
a) Gangguan jantung.
b) Gangguan metabolisme.
golongan steroid.
a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
status. Lansia yang memiliki agenda kerja yang tidak terselesaikan dan
16
suatu proses bukan merupakan suatu peristiwa. Orang-orang lanjut usia yang
yang sehat, memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki
jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan keluarga, serta
penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu
di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain. Akibat berkurangnya fungsi
sanggup, agar tidak merasa diasingkan. Keterasingan yang terjadi pada lansia
lain dan dapat muncul perilaku regresi, seperti mudah menangis, mengurung
seperti anak kecil sehingga lansia tidak bisa menjalankan peran sosialnya
mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas
motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang
berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang status sosialnya.
memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami
1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang
lain.
3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik.
4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah
bahwa “lansia yang mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif dan tidak
menemukan pengganti aktivitas yang sudah tidak dapat dilakukan lagi” (Stanley
jaringan pendukung sosial mereka mulai terpecah ketika teman meninggal atau
meninggal
19
dalam kehidupan.
tujuan hidup semua orang, segala apa yang dilakukan manusia pada akhirnya
hanyalah untuk membuat hidup bahagia di masa tuanya. (Bastaman HD, 1996),
dan memahami potensi yang mereka miliki. Seseorang tidak akan dapat
mencapai level tertinggi atau “being” ketika sibuk untuk memenuhi kebutuhan
dasar. Hal itu dikarenakan individu masih sibuk dengan makanan, keamanan
4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
2) Perilaku Menyendiri
kesepian. Kesepian dapat terjadi pada siapa pun baik remaja maupun orang
dewasa. Kesepian adalah masalah meresap di kalangan orang tua dengan kuat
pada hubungan yang ada pada dukungan sosial, baik secara mental dan
timbulnya kesepian. Kesepian dapat terjadi pada siapa pun baik remaja
maupun orang dewasa. Teori ini menggambarkan proses penarikan diri oleh
lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses ini dapat
diprediksi, sistematis dan tidak dapat dihindari serta penting untuk fungsi yang
apabila kontak sosial berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh
1. Faktor situasional
perpisahan, sosial situasi individu dirawat di rumah sakit atau sakit kronis
anak-anak atau anggota keluarga, dan mereka yang baru saja pindah ke
2. Faktor characterological
sukses dengan cara tetap aktif. Teori ini menyebutkan bahwa pentingnya tetap
aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat dan untuk
dalam kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan
lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan dengan sesama tercipta dan
berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang sehat dapat terpenuhi melalui
kenyataan ada lanjut usia yang kurang dapat menikmati atau kurang puas
dengan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan sosial yang tidak
yang dicapai oleh lanjut usia. Dengan demikian lanjut usia akan mengalami
bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang terutama lansia akan
tidak memuaskan, hal ini tegantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lansia adalah
masa hidup manusia terutama jika individu tersebut masuk dalam masa lansia,
24
karena pada masa lansia adalah masa dimanaseorang manusia lebih banyak
diam dan tidak dapat berbuat apa-apa seperti masa hidup sebelum-sebelumnya.
hidup erat kaitannya dengan kebahagiaan atau kepuasan merupakan salah satu
bentuk penilaian individu secara menyeluruh dalam menilai puas atau tidaknya
Menurut Stanley (2006), ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak akan
dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam
a. Penerimaan diri
Yaitu sikap yang positif terhadap diri, mengakui dan menerima semua
aspek dari dirinya termasuk sifat baik maupun yang buruk danmemiliki
25
c. Tujuan Hidup
perasaan bahwa masa sekarang dan masa lalu memiliki arti, memiliki
d. Penguasaan Lingkungan
sesuaidengan kebutuhan.
e. Perkembangan pribadi
f. Kemandirian
melalui cara tertentu, serta mampu untuk mengatur tingkah laku dan
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”.Kata“terapi”
menolong orang lain. Kata “musik” dalam terapi musik digunakan untuk
menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Musik
adalah terapi yang bersifat nonverbal. Dengan bantuan musik pikiran klien
Jenis musik yang digunakan untuk terapi adalah musik instrumental dan musik
menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepas rasa gembira dan
Terapi musik akan memberi makna yang berbeda bagi setiap orang namun
4. Meningkatkan memori
rasasakit.
Pemberian terapi musik bagi pasien bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit
Menurut Potter (2010), Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat
show musik, orchestra, dan musik modern lainnya. Namun, beberapa ahli
menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop, disco,
rock and roll, dan musik berirama keras (anapestic beat) lainnya, karena jenis
pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung. Musik lembut
dan teratur seperti instrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering
panca indra (sensori) agar dapat memberi respon yang adekuat. Maksudnya
Mohammadi et al., (2009) terdapat 5 tahapan terapi musik yang dapat dilakukan,
yaitu:
2) bernyanyi
3) Menari
kekesalan, dan nyanyian. Menurut (Chen et al., (2009) membagi terapi musik
1) Tahap awal
meliputi nama, latar belakang singkat untuk para peserta dan peneliti.
kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti (Chen et al., 2009). Tahap
2) Pemanasan
tangan dan persendian, yang dapat dilakukan dalam fase ini adalah
3) Menari
peserta menari mulai dari ritme lambat sampai cepat mengikuti irama
2009). Menari membuat lansia dan para peserta menjadi santai dan secara
kebugaran tubuh. Pada fase ini peneliti juga dapat meramu dengan sedikit
instrumen musik. Setiap kelompok dapat didampingi oleh satu atau lebih
alat musik, namun dalam melakukan fase ini bisa diiringi dengan
Para peserta lansia mendengarkan alunan musik santai dan dapat juga
2009).
pemain tamu.
musik tamu yang telah disediakan untuk menghibur (Chen et al., 2009).
8) Menyimpulkan fase.
ANALISA KASUS
Pada bab ini akan dijelaskan tentang Deskripsi Kasus, Desain Penelitian, Unit Analisis,
Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah 4 responden yang mengalami
Menikah, pendidikan SD, Profesi Pedagang, suku jawa, agama Kristen, Ny.Sa
Menikah, pendidikan SD, suku Jawa, agama Kristen, Sebelumnya Ny.A tinggal
33
34
pendidikan SD, suku Jawa, agama Kristen, Sebelumnya Ny.Su tinggal di bersama
strategi studi kasus. Rancangan ini akan menggambarkan bagaimana hasil yang
telah dilakukan setelah dilakukan perilaku pada pasien yang sudah ditunjuk sebagai
studi kasus. Pendekatan study kasus merupakan suatu metode yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengadakan telaah secara mendalam pada kasus tertentu (Hidayat,
2017).
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2017). Pada Penelitian ini
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan tujuan
Adapun kriteria inklusi dalam memilih sampel pada penelitian ini adalah :
meminta ijin kepada kepala panti, jika kepala panti memberi ijin baru peneliti
Merupakan cara atau metode yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan
analisa dari hasil penelitian yang merupakan gambaran atau deskriptif. Studi
Instrumen merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data, dan alat ukur
tersebut perlu dilihat dan diteliti agar memperkuat hasil penelitian (Notoatmodjo,
Diberikan 2 kali dihari ke-1 dan hari ke-3. Pada hari ke-7 memberikan
isi oleh responden terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa data.
Dengan Interpretasi:
20-34 : Tidak
35-49 : Rendah
50-64 : Sedang
65-80 : Berat
2. Indikator Keberhasilan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensorik
1) Responden mampu mengekspresikan perasaan
2) Meningkatnya kemampuan interaksi responden dengan lingkungan
sekitarnya
3) Meningkatnya rasa percaya diri responden
surat persetujuan yang telah disediakan, tetapi jika responden menolak maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak yang dimiliki responden.
3.4.2 Anonimity
Untuk tetap menjaga kerahasiaan identitas responden maka peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar kuisioner dan hanya akan diberikan
3.4.3 Confidentiality
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti dan hanya data hasil pengukuran
dari penelitian ini. Serta dalam proses penelitian diharapkan tidak menimbulkan
kerugian yang mungkn dapat terjadi selama penelitian berlangsung. Penelitian ini
Jambangan Surabaya
3.4.5 Justice
Prinsip adil pada penelitian ini telah diterapkan peneliti pada semua tahap
pengumpulan data. Pada saat penelitian, peneliti bersifat adil, tidak pilih kasih
antara responden yang satu dengan yang lainnya, semua responden di kaji di
waktu yang sama dengan situasi kondisi yang sama, sehingga tidak membedakan
Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan mengenai Penerapan Terapi Aktivitas
Surabaya.
Tabel 4.1.1 Hasil sebelum dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Dengan Metode Musik Klasik di UPTD Wreda Jambangan Surabaya pada tanggal
8 Agustus 2022
aktivitas kelompok stimulasi sensori dengan musik klasik didapatkan hasil Ny.Sa
tergolong interpretasi Sedang dengan Skor 56, Ny.M tergolong interpretasi Rendah
dengan skor 40, kemudian Ny. A tergolong interprtasi Berat dengan skor 68 dan
39
40
pada lansia yang mempunyai perilaku menyendiri dalam memberi terapi meliputi
persiapan diri penulis, alat-alat serta kesiapan lansia. Persiapan lansia antara lain
lansia sudah ditawarkan untuk memilih jenis musik yang akan digunakan saat
terapi. Lansia sepakat memilih lagu rohani dan lagu nostalgia. Pada tahap pra
dengan baik dan baterainya sudah diisi penuh agar pada saat pelaksanaan terapi
tidak terjadi masalah yang dapat mengganggu kosentrasi dan kenyamanan lansia.
lansia saat ini, peneliti menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan yang
komunikasiterapeutik antar peneliti dengan lansia tetap terjaga. Pada tahap ini
lansia pertama yaitu Ny.Sa sangat antusias dan merespon dengan baik, namun
sedikit malu-malu ketika dijelaskan tentang prosedur terapi, lansia kedua yaitu
penjelasan peneliti, lansia keempat Ny.Su sangat antusias dan merespon dengan
baik menandakan bahwa keempat lansia telah siap untuk mendapatkan terapi.
41
diri dimulai dari peneliti secara berurutan, setiap lansia selesai mengenalkan diri
peneliti mengajak semua lansia untuk bertepuk tangan. Peneliti menjelaskan bahwa
akan diputar lagu, lansia diperbolehkan untuk tepuk tangan atau berjoget, setelah
lagu selesai lansia akan diminta untuk menceritakan isi lagu dan perasaan setelah
untuk menceritakan isi lagu dan perasaannya sampai semua lansia mendapat
giliran. Peneliti memberi pujian setiap kali selesai menceritakan perasaannya dan
mengajak lansia lain bertepuk tangan. Perasaan Ny.Sa sebelum diberikan terapi
merasa sedih dan bosan ketika diberikan terapi merasa tenang setelah
mendengarkan lagu rohani, kondisi perasaan Ny.M sebelum diberi terapi musik
merasa bersyukur dan baik dan setelah diberi terapi Ny.M merasa bersyukur atas
nikmat sehat dan karunia lainnya saat mendengarkan lagu rohani, kondisi perasaan
Ny.A sebelum diberi terapi lansia merasa sendiri meskipun banyak teman dipanti
dan merasa bosan, setelah diberi terapi Ny.A senang dan tenang setelah
mendengarkan lagu rohani dan Ny.Su merasa dalam kondisi perasaan baik dan
senang, setelah diberi terapi Ny.Su merasa tersentuh dan gembira setelah
untuk memilih lagu yang akan digunakan pada terapi aktivitas kelompok
selanjutnya. Hal ini mencegah kebosanan yang dapat terjadi pada lansia.
aktivitas kelompok stimulasi sensori metode musik klasik pada keempat lansia
masa muda mereka saat bersama dengan keluarga dan merasa lebih tenang serta
merasa lebih dekat dengan tuhanya sekaligus merasakan rasa syukur atas segala
Tabel 4.1.3 Hasil sesudah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Dengan Metode Musik Klasik di UPTD Wreda Jambangan Surabaya pada tanggal
14 Agustus 2022
aktivitas kelompok stimulasi sensori dengan musik klasik didapatkan hasil Ny. Sa
Rendah dengan skor 36, kemudian Ny. A tergolong interprtasi Sedang dengan skor
4.2 Pembahasan
stimulasi sensori dengan metode musik klasik, didapatkan hasil pada Ny. Sa (74
Tahun) skor totalnya 56 dengan kategori sedang. Berikutnya Ny. M (72 Tahun)
skor totalnya 40 dengan kategori rendah. kemudian Ny. A (75 Tahun) skor totalnya
68 dengan kategori berat. Lalu Ny. Su (69 Tahun) skor totalnya 42 dengan kategori
rendah.
Perilaku menyendiri ditandai dengan merasa tidak berguna atau tidak berharga,
merasa gagal, dan bosan dalam menjalani hidup, merasa terpuruk, merasa sendiri
atau terasing, merasa tidak ada yang mengerti, merasa tidak diperhatikan dan
dicintai, serta perasaan negatif lainnya. Selain perasaan negatif tersebut, ciri-ciri
dengan orang lain (Rahmi, 2015). Hal ini ditandai dengan perasaan terasing,
metode musik klasik, didapatkan hasil pada Ny. Sa (74 Tahun) masuk dalam
kategori sedang dikarenakan Ny.Sa ketika dipanti merasa tidak dekat dengan orang
44
lain dan merasa tidak cocok dengan orang lain sehingga sering menyendiri, Ny.Sa
merasa bahwa tidak mempunyai teman untuk diajak ngobrol dan merasa tidak ada
orang yang mengerti. Kemudian Ny. M (72 Tahun) masuk dalam kategori rendah,
dikarenakan merasa ditinngalkan keluarganya dan merasa tidak ada orang yang
bisa diandalkan dalam lingkunganya, kemudian Ny. A (75 Tahun) masuk dalam
kategori berat dikarenakan Ny.A merasa tidak ada orang yang mengerti perasaan
sedih yang dirasanya karena tidak memiliki keluarga maupun teman sehingga
selalu menyendiri, Ny.A merasa tidak berguna atau tidak berharga, merasa gagal
dan bosan dalam menjalani hidup dan sering merasa sendiri. Ny. Su (69 Tahun)
Banyaknya lansia yang belum menikah dan sangat jarang dikunjungi oleh
Dampak dari perilaku menyendiri yang dialami oleh lansia di panti adalah mereka
sering merasa cemas, sering menyendiri, dan mudah bosan. Tindakan yang sering
pada tanggal 9 Agustus 2022 didapatkan hasil observasi dan didapatkan respon saat
diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori pada Ny.Sa Ny.M, Ny.A dan
antusias ketika diberi terapi aktivitas kelompok metode musik klasik , hal itu
terlihat dari lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai dan mau
dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu : fase
prakelompok, fase awal kelompok, fase kerja kelompok, fase terminasi kelompok
anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.
Jumlah kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7 – 8 orang. Sedang
Fase awal kelompok fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya
kelompok baru, dan peeran baru. Stuart dan Laria dalam Prabowo (2017) membagi
fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Tahap Orientasi
produktif. Tahap Kohesif anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain. Fase Kerja Kelompok pada fase ini
kelompok sudah menjadi intim. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Pada akhir
bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Fase Terminasi yang sukses
ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara
Sesuai dengan hasil dan teori pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori metode musik klasik sangat berpengaruh dan memberikan solusi untuk
penurunan perilaku menyendiri pada lansia, dan juga hal tersebut membantu untuk
stimulasi sensori dengan metode musik klasik, didapatkan perubahan hasil pada
Ny. Sa (74 Tahun) skor totalnya yang semula 56 menjadi 43 dengan kategori
sehingga mengalami perasaan tenang dan terbawa suasana lagu ketika masa muda,
dan merasa lebih terbuka dengan orang lain dan ingin menjalin hubungan dengan
lingkunganya. Kemudian Ny. M (72 Tahun) skor totalnya yang semula 40 menjadi
menyendiri dikarenakan saat Terapi Ny. M merespon dengan baik dan antusias
sehingga merasa bersyukur atas karunia yang telah diberikan kepadanya, kemudian
Ny. A (75 Tahun) skor totalnya yang semula 68 menjadi 64 dengan kategori sedang
Terapi Ny. A merespon dengan baik namun kurang antusias dan kurang terbuka
paling kecil dibanding lainya. Kemudian Ny. Sa (69 Tahun) skor totalnya
selama terapi menikmati dan menjalani dengan antusias sehingga Ny. Sa mencoba
Hal ini sesuai dengan teori bahwa biasanya klien yang tidak mau
yang dialami oleh lansia dan dapat membantu peningkatan integritas pada diri
48
lansia dalam melakukan interaksi dengan kelompoknya (Gati, Mustikasari, & Putri,
2016).
menyebabkan reaksi dari perilaku lansia lebih aktif dan cekatan, dengan demikian
5.1 Kesimpulan
Jambangan Surabaya sebelum diberi terapi musik klasik berada pada kategori
berat 1 responden dengan skor 68, 1 responden dengan kategori sedang skor
metode musik klasik didapatkan hasil respon yang baik, lansia sangat antusias
selama pelaksanaan terapi dan menikmati lagu yang diputar dan bertepuk
selesai di putar
49
50
5.2 Saran
keperawatan gerotik.
DAFTAR PUSTAKA
Kartinah & Sudaryanto Agus. (2008). Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia.
Stockslager, Jaime dan Schaeffer, Liz. (2007) : Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta :
EGC
Khamida, K., & Meilisa, M. (2018). Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Stimulasi
Persepsi sensori Pada Lansia. Journal Of Health Sciences.
Husen, H. (2016). Identifikasi Perubahan psikososial pada lansia di Panti social Tresna
Werdha Minaula Kendari.
Nugroho, Wahjudi. (2017). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Penerbit buku
kedokteran: EGC
Sunaryo., dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Penerbit Andi
Yogyakarta.
Muhith, Abdul. (2017). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Penerbit Andi
Yogyakarta.
Potter & perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Vol. 1. Jakarta : EGC
Susanto, (2011) Pengaruh Musik terhadap Psikologis Lansia. Artikel Psikologi.
Kementrian Kesehatan Indonesia. (2020). Profil Penduduk Lanjut Usia Provinsi Jawa
Timur.
Nuraini. (2018). Hubungan Interaksi Sosial dengan Kesepian pada Lansia di Kelurahan
Tlogomas Kota Malang. Nursing News.
Putri, S. T. (2016). Differences of quality of life of ederly woman who follow brain
movement exercise and angklung music therapy. Jurnal Keperawatan
Sudirman.
Lampiran 1
( INFORMED CONCENT )
Saya mengerti dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan merugikan
atau berakibat negativ terhadap saya. Sehingga jawaban yang saya berikan adalah
yang sebenar-benarnya
Dengan demikian maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Responden
54
Lampiran 2
Dokumentasi Hasil Observasi Respon Lansia Dalam Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Dengan Metode Musik
Klasik
Respon
Tanggal Kegiatan
Ny. Sa Ny. M Ny. A Ny.Su
9 Langkah-langkah : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien :
Agustus Fase persiapan antusias, merespon Terbuka dan sedikit tertup dan Merasa antusias dan
2022 Membuat kontrak Baik, namun sedikit antusias. ramah merespon baik.
dengan klien malu-malu.
Mempersiapkan
alat (Laptop,
lembar
evaluasi,dan Kondisi Perasaan Kondisi Perasaan Kondisi Perasaan Kondisi Perasaan
dokumentasi), dan Klien : Klien : Klien : Klien :
tempat pertemuan Merasa sedih dan Merasa dalam Merasa sendiri Merasa baik dan
Fase orientasi bosan kondisi bersyukur meskipun banyak senang
Mangucapkan dan baik teman dipanti dan
salam merasa bosan
Menanyakan
perasaan klien
saat ini
Terapis
menjelaskan
tujuan kegiatan
yaitu
55
mendengarkan
musik
Terapis
menjelaskan
aturan main
berikut:
Jika ada klien
yang ingin
meninggalkan
kelompok harus
minta izin
kepada terapis
Lama kegiatan
30 menit
Setiap klien
mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Fase kerja
Terapis
mengajak klien
untuk saling
memperkenalkan
diri dimulai dari
terapis secara
berurutan
Setiap seorang
klien selesai
56
memperkenalkan
diri terapis
mengajak semua
klien untuk
bertepuk tangan
Terapis
menjelaskan
bahwa akan
diputar lagu,
klien boleh
tepuk tangan
atau berjoget
sesuai irama
lagu. Setelah
lagu selesai klien
akan diminta
untuk
menceritakan isi
lagu dan
perasaan klien
setelah
mendengarkan
lagu
Terapis memutar
lagu, klien
mendengakan,
boleh sambil
berjoget atau
tepuk tangan.
57
Musik yang
diputar boleh
diulang beberapa
kali. Terapis
mengobservasi
respon klien
terhadap musik.
Secara bergiliran
klien diminta
menceritakan isi
lagu dan
perasaannya
sampai semua
klien mendapat
giliran
Terapis
memberikan
pujian, setiap
kali selesai
menceritakan
perasaannya dan
mengajak klien
lain bertepuk
tangan.
Fase terminasi
Evaluasi :
1) Terapis
menanyakan
perasaan klien
58
setelah mengikuti
TAK
2) Terapis
memberikan
pujian atas
keberhasilan
kelompok
9 Terapi lagu I : Lagu Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien :
Agustus Rohani Merasa tenang Merasa bersyukur Merasa senang dan Merasa tersentuh
2022 setelah atas nikmat sehat tenang setelah dan gembira setelah
mendengarkan lagu dan karunia lainya mendengarkan lagu mendengarkan lagu
rohani setelah rohani rohani
mendengarkan lagu
rohani
11 Terapi lagu II : Lagu Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien : Respon Klien :
Agustus Memories Merasa terbawa Merasa sedih karena Merasa terbawa Merasa kembali
2022 suasana lagu setelah Mengingat suasana lagu setelah mengingat masa
mendengarkan lagu keluarganya mendengarkan lagu lalunya setelah
Memories setelah Memories mendengarkan lagu
mendengarkan lagu Memories
Memories
59
Lampiran 3 Kuesioner
tiap pertanyaan menjelaskan seberapa sering yang Anda rasakan. Mohon setiap
pernyataan Anda jawab dengan cara mencentang kolom jawaban yang sesuai dengan
pilihan Anda.
Dengan Interpretasi:
20-34 : Tidak
35-49 : Rendah
50-64 : Sedang
65-80 : Berat
62