Disusun Oleh:
2019
KATA PENGANTAR
Puji syujur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah Gagal Ginjal Kronis dengan baik dan lancar. Dalam rangka
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2. Penulisan Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2 yaitu Bapak Septian Galuh W., S.Kep.,Ns
Makalah Gagal Ginjal Kronis ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana
sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini .Dengan makalah ini
diharapkan pembaca dapat memahami Makalah Gagal Ginjal Kronis dengan benar.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik
berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.Kami juga berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan kami
mohon maaf.Kritik dan saran sangat terbuka supaya laporan ini dapat diperbaiki dan menjadi
lebih baik lagi untuk berikutnya.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa keperawatan
3.3 Intervensi
3.4 Pendidikan kesehatan terpilih (SAP dan leaflet)
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik ,
pencegahan, progonosis dan woc dari gagal ginjal kronis.
1.3 Manfaat
Supaya pembaca mengetahui dan memahami mengenai teori gagal ginjal kronis.
BAB 2
STUDI LITERATUR
2.1 Definisi
Gagal Ginjal Kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism
serta keseimbanagna cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah.
Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak mampu untuk
menjalankan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya utnuk mempertahankan homeostasis (Lukman
et al,.2013). Gagal Ginjal Kronis secara progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu
persatu yang secara bertahap menurunkan keseluruha fungsi ginjal (Sjamsuhidajat & Jong, 2011)
Gagal ginjal kronis terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal,
sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difusi dan bilateral, meskipun
lesi obstruktif pada saluran kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik .
2.2 Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis.Akan
tetapi, apapun sebabnya yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.Kondisi
klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal itu sendiri dan
diluar ginjal.
1. Penyakit dari ginjal
a. Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis
b. Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
c. Batu ginjal
d. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan.
e. Kista di ginja: polycystis kidney
2.4 Patofisiologi
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan,
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan
bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat
mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi,
reabsorpsi dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi
tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati.Sebagian
dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk
meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi
pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan rennin
akanmeningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan
filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk
jaringan parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun
drastic dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnyadikeluarkan dari
sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada
setiap organ tubuh.
2.8 Prognosis
Gagal ginjal kronis mempunyai prognosis yang buruk dimana akan terjadi penurunan
fungsi ginjal secara bertahap.
2.8 Web Of Caution
KONSEP DIRI
Jumlah HB turun
INTOLERANSI
Azotemia
AKTIVITAS
Oksihemoglobin turun
Hipohalamus
Mual, muntah
Resiko Perfusi
Renal Tidak
Efektif
Defisit Nutrisi
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Data demografi/ biodata : mengkaji identitas klien yang meliputi no rekam medis, ruang,
nomer tempat tidur, usia, status, pekerjaan, agama, alamat, alasan MRS, dan diagnose
sekarang.
b. Keluhan utama
Mulai urin output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah, penurunan kesadaran,
tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau
(ureum), dan gatal pada kulit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onset penurunan urin output, penurunan kesadaran, perubahan pola napas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia, dan
perubahanpemenuhan nutrisi. Kaji sudah ke mana saja klien meinta pertolongan untuk
mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, penggunaan
obat-obat nefrotoksik, Benign Hyperplasia, dan prostatektomi.Kaji adanya riwayat penyakit
batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang berulancg, penyakit diabetes mellitus,
dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.Penti g
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian didokumentasikan.
e. Riwayat psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanys tindakan dialysis akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan klien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri
(gambaran diri) dan gangguan peran pada keluarga.
f. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai keversihan lingkungan tempat tinggal,
atau linngkungan rumah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : klien lemah dan terlihat sakit berat.
Tingkat kesadaran : menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat.
TTV : sering didapatkan adanya perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
b. Sistem pernafasan
Klien bernafas dengan bau uremia didapatkan adanya pernapasan kusmaul.Pola napas cepat
dan dalam merupakan uapaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang
menumpuk di sirkulasi.
c. Sistem hematologi
Pada kondisi uremia brat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang
merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif.TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak napas,
pengganti irama jantung, edem penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan jantung
akibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagia akibat dari
penurunan produksi eritropoitin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah
merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecemderungan mengalami
perdarahan sekunder dari trombositopenia.
d. Sistem neuronuskuler
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses
berpikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perier,
burning feet syndrome, retless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas sistem rennin
angiostensin aldosteron.Nyeri dada dan sesak napas akibatperikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat
penimbunancairan dan hipetensi.
f. Sistem endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi
testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan
metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai
amenorea.Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin.Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin <15 ml/menit) terjadi penurunan
klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormone aktif memanjang. Keadaan ini
dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan
metabolik lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.
g. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400ml/hari sampau anuri, terjadi penurunan libido berat.
h. Sistem pencernaan
i. Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder dan bau mulut ammonia,
perdangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan
intake nutrisi dari kebutuhan.
j. Sistem muskuloskletal
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, krm otot, nyeri kaki (memburuk saat malam
hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritis, demam (sepsis, dehidrasi), fraktur tulang,
deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan
perfusi perifer dari hipertensi.
3.2 Diagnosa keperawatan
a. Resiko Perfusi Renal Tidak Efektif d.d disfungsi ginjal
b. Intoleransi Aktvitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen; kelemahan
d.d Mengeluh lelah
c. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient d.d nafsu makan menurun.
3.3 Intervensi
C. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak mampu utnuk
menjalankan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya utnuk mempertahankan homeostasis
(Lukman et al,.2013). Gagal Ginjal Kronis secara progresif kehilangan fungsi ginjal
nefronnya satu persatu yang secara bertahap menurunkan keseluruha fungsi ginjal
(Sjamsuhidajat & Jong, 2011)
Setiap tahun penderita penyakit gagal ginjal meningkat, di Amerika Serikat pada tahun
2002 sebanyak 34.500 penderita, tahun 2007 ada 80.000 penderita, dan tahun 2010
mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang menderita penyakit ginjal. Sedangkan di
Indonesia menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia jumlah yang menderita
penyakit gagl ginjal kronis sekitar 50 orang per satu juta penduduk (Lukman et al., 2013).
Data Dinkes Jawa tengah (2008) babhwa angka kejadian kasus gagal ginjal di Jawa Tengah
yang paling tinggi adalah kota Surakarta dengan 1497 kasus (25,22 %) dan di posisi kedua
adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 742 kasus (12,50 %).
Tindakan medis yang dilakukan penderita penyakit gagal ginjal adalah dengan
melakukan terapi dialysis tergantung pada keluhan pasien dengan kondisi kormobid dan
parameter laboratorium, kecuali bila sudah ada donor hidup yang ditentukan, keharusan
transplantasi terhambat oleh langkanya dialisis (Hartono, 2013)
Hemodialisis (HD) merupakan salah saty terapi utnuk mengairkan darah ke dalam suatu
alat yang terdiri dari dua kompartemen yaitu darah dan dialisat. Pasien HD mengalami
kecemasan karena takut dilakukan tindakan terapi HD. Menurut Soewandi (2002) gangguan
psikiatrik yang sering ditemukan pada pasien dengan terapi hemodialisis adalah dpresi,
kecemasan, hubungan dalam perkawinan dan fungsi seksual, serta ketidakpatuhan dalam
diet dan obat-obatan.
D. Metode
- Ceramah
- Tanya Jawab
E. Media
- Powerpoint
- Leaflet
F. Struktur Pelaksanaan
G. Evaluasi
1. Struktur
a. Audiens yang di undang sejumlah 40 orang
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang 204, Gedung F.
c. Persiapan media yang akan digunakan
2. Proses
a. Audiens antusias terhadap materi penyuluhan
b. Tidak ada Audiens yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Audiens mengajukan pertanyaan dan dapat menceritakan kembali materi
3. Hasil
a. Audiens dapat mengetahui tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK) dan pencegahannya.
b. Jumlah hadir dalam penyuluhan 40 peserta
H. Materi
1. Pengertian Gagal Ginjal
Gagal Ginjal Kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism
serta keseimbanagna cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah.
6. Perawatan di Rumah
a. Setelah rawat inap sebaiknya klien kontrol ke dokter baik ada atau tidak ada keluhan
b. Pengaturan diet: tinggi kalori, tinggi protein, rendah natrium, rendah kalium
Kajian Deksripsi
Judul Jurnal Konsep Diri dengan Kejadian Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Masalah Utama Pasien gagal ginjal kronik selalu ketergantungan pada mesin dialisa atau harus melakukan hemodialisa
seumur hidup, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan pasien, di antaranya
perubahan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pertanyaan hubungan antara konsep diri dengan kejadian depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Penelitian
hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul?
Kajian Pustaka Pada penderita gagal ginjal kronik, kondisi tubuh yang melemah dan ketergantungan pada mesin-mesin
dialisis sepanjang hidupnya akan menyebabkan penderita dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian
diri secara terus menerus sepanjang hidupnya, keadaan tersebut dapat menimbulkan perasaan tertekan
dan tidak nyaman bahkan dapat berujung pada munculnya gangguan mental seperti depresi pada
penderita
Metode Penelitian
RSUD Panembahan Senopati Bantul pada 26 Juni – 3 Juli 2014. Jumlah pasien adalah 156 orang, dengan
sampel 61 responden.
Kriteria Inklusi: pasien rutin yang menjalani hemodialisa, pasien dalam kondisi stabil dan dapat
berkomunikasi dengan baik, pasien bersedia menjadi responden. Kriteria Eksklusi: Pasien yang tidak
kooperatif dan tidak mau menjadi responden penelitian, pasien mengalami gangguan kesadaran.
Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner depresi dan konsep diri. Kuesioner telah diuji validitas
dan reliabilitas
Hasil Penelitian karakteristik responden kelompok umur yang paling banyak berumur 40-65 tahun, yaitu sebanyak 43
orang (70,5%), berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 32
orang (52,5%), berdasarkan sosial ekonomi yaitu sebagian besar responden berstatus sosial ekonomi
rendah sebanyak 32 orang (52,5%), berdasarkan status perkawinan yaitu sebagian besar berstatus
menikah yaitu sebanyak 50 orang (82,0%).
Hasil menunjukan bahwa menurut sebagian besar responden memiliki konsep diri negatif yaitu sebanyak
41 orang (67,2%) konsep diri positif 20 0rang (32,8%) dan pasien yang menjalani hemodialisa
mengalami depresi yaitu sebanyak 50 orang (82%) 11 orang tidak depresi (18%)
Kesimpulan bahwa konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa rata-rata memiliki konsep
diri negatif. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar mengalami depresi.
Hasil penelitian mengenai variabel konsep diri pasien henodialisa dengan kejadian depresi terdapat
hubungan dalam kategori sedang.
Saran Saran bagi pasien gagal ginjal kronik agar memiliki konsep diri positif dan pihak keluarga memberikan
dukungan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kami menyimpulkan bahwa penyakit Gagal Ginjal Kronis merupakan penyakit yang
sangat serius. Jika tidak tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian. Gagal Ginjal Kronis
(GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak masa
nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan
ekstetoriknya utnuk mempertahankan homeostasis (Lukman et al,.2013). Gagal ginjal kronis
terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal, sebagian besar penyakit ini
merupakan penyakit parenkim ginjal difusi dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada saluran
kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik .
Di Indonesia menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia jumlah yang
menderita penyakit gagl ginjal kronis sekitar 50 orang per satu juta penduduk (Lukman et al.,
2013). Gagal ginjal kronis dibagi menjadi 3 stadium, yaitu stadium pertama yaitu penurunan
cadangan ginjal (faa ginjal antara 40%-75%), stadium kedua yaitu Insufiensi ginjal (faal ginjal
antar 20%-50%) dan stadium 3 yaitu uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%)
5.2 Saran
1. Bagi klien, sebagai bahan masukan dan membantu klien untuk meningkatkan perawatan atas
diri sendiri berhubungan dengan peningkatan kualitas hidupnya.
2. Bagi perawat hemodialisa, perawat diharapkan dapat membantu memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar yaitu aspek fisik pasien HD.
DAFTAR PUSTAKA