PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal dibagi menjadi dua yaitu gagal ginjal akut dan gagal
ginjal kronis. Gagal ginjal akut merupakan istilah yang merujuk pada kondisi ketika
ginjal seseorang rusak secara mendadak, sehingga tidak bisa berfungsi. Gagal ginjal
akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak bisa menyaring limbah kimiawi dari darah
yang bisa memicu bertumpuknya limbah tersebut. Sedangkan gagal ginjal kronis
adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal.
Secara medis, gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan
atau filtrasi ginjal selama 3 bulan atau lebih.
Gejala awal penyakit ginjal terkadang tidak benar-benar disadari atau tidak
muncul, hingga pada akhirnya fungsi utama ginjal mulai menurun. Penurunan
fungsi ginjal ditandai dengan gejala berupa: jumlah urine sedikit, kulit pucat, gatal,
dan sangat kering, bengkak di beberapa bagian tubuh, seperti mata dan pergelangan
kaki, terjadi kram otot, khususnya otot bagian kaki, napas pendek atau munculnya
rasa lelah yang terus menerus, bau napas tidak enak atau tercium seperti bau urine,
dan mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan menjadi
masalah kesehatan serius, hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 2010,
Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia
tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta
penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transplantasi ginjal
dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh
persen penduduk di dunia mengalami Penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal
setiap tahun karena tidak mempunyai akses untuk pengobatan (Riskesdas, 2018).
Masalah yang sering timbul pada proses hemodialisa adalah tingginya angka
malnutrisi. Hal ini disebabkan adanya gejala gastrointestinal berupa anoreksia,
mual, dan muntah disamping proses hemodialisanya sendiri dapat menyebabkan
kehilangan protein akibat proses dialisa. Berdasarkan survei penelitian oleh
Soedirman Purwokerto menunjukan status gizi pada gagal ginjal kronik hemodialisa
sebesar 18-56% mengalami kekurangan energi dan protein. Disaat menjalani terapi
hemodialisa harus mendapat asupan makan yang cukup agar tetap dalam keadaan
gizi baik. Status gizi yang kurang merupakan prediktor terjadinya angka kematian
yang tinggi pada gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa (Becker,
1992).
2. Penyebab
Penyakit gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik, seperti
diabetes melitus, glomerulonefritis kronik, pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat
dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter, seperti penyakit ginjal
polikistik, gangguan vaskuler; infeksi; medikasi; atau agen toksik. Lingkungan dan
agen berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronik mencakup timah,
kadmium, merkuri, dan kromium (Smeltzer dan Bare, 2002).
3.