Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal merupakan salah satu organ penting bagi tubuh manusia. Kerusakan
dan penurunan fungsi ginjal dapat menimbulkan beragam masalah, bahkan dapat
menimbulkan komplikasi. Fungsi ginjal menyaring darah yang mengalir dari
seluruh tubuh. Dari penyaringan ini ginjal akan memisahkan racun, mengatur
keseimbangan elektrolit, dan mengontrol keseimbangan cairan dalam tubuh. Darah
yang disaring kemudian akan keluar dari tubuh dalam bentuk urine.

Orang yang mengalami gagal ginjal merupakan orang yang mengalami


kegagalan dalam proses penyaringan zat-zat yang ada pada tubuh sehingga ginjal
tidak dapat berfungsi dengan baik. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang baik
pada laki-laki maupun perempuan diberbagai usia. Orang yang menderita penyakit
gagal ginjal dapat mengurangi produktivitas kerjanya bahkan mungkin mengancam
kelangsungan hidupnya.

Penyakit gagal ginjal dibagi menjadi dua yaitu gagal ginjal akut dan gagal
ginjal kronis. Gagal ginjal akut merupakan istilah yang merujuk pada kondisi ketika
ginjal seseorang rusak secara mendadak, sehingga tidak bisa berfungsi. Gagal ginjal
akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak bisa menyaring limbah kimiawi dari darah
yang bisa memicu bertumpuknya limbah tersebut. Sedangkan gagal ginjal kronis
adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal.
Secara medis, gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan
atau filtrasi ginjal selama 3 bulan atau lebih.
Gejala awal penyakit ginjal terkadang tidak benar-benar disadari atau tidak
muncul, hingga pada akhirnya fungsi utama ginjal mulai menurun. Penurunan
fungsi ginjal ditandai dengan gejala berupa: jumlah urine sedikit, kulit pucat, gatal,
dan sangat kering, bengkak di beberapa bagian tubuh, seperti mata dan pergelangan
kaki, terjadi kram otot, khususnya otot bagian kaki, napas pendek atau munculnya
rasa lelah yang terus menerus, bau napas tidak enak atau tercium seperti bau urine,
dan mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan menjadi
masalah kesehatan serius, hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 2010,
Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia
tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta
penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transplantasi ginjal
dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh
persen penduduk di dunia mengalami Penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal
setiap tahun karena tidak mempunyai akses untuk pengobatan (Riskesdas, 2018).

Pemberian terapi dialisis pada gagal ginjal bertujuan untuk memperpanjang


umur dan mempertahankan kualitas hidup, dialisis dapat dilakukan dengan
menggunakan cara hemodialisa. Sebagian besar terapi hemodialisa dilakukan di
ruang rawat inap atau di unit hemodialisa. Di Indonesia hemodialisa umumnya
dilakukan dua kali dalam seminggu dan satu sesi hemodialisa memakan waktu
selama 5 jam.

Masalah yang sering timbul pada proses hemodialisa adalah tingginya angka
malnutrisi. Hal ini disebabkan adanya gejala gastrointestinal berupa anoreksia,
mual, dan muntah disamping proses hemodialisanya sendiri dapat menyebabkan
kehilangan protein akibat proses dialisa. Berdasarkan survei penelitian oleh
Soedirman Purwokerto menunjukan status gizi pada gagal ginjal kronik hemodialisa
sebesar 18-56% mengalami kekurangan energi dan protein. Disaat menjalani terapi
hemodialisa harus mendapat asupan makan yang cukup agar tetap dalam keadaan
gizi baik. Status gizi yang kurang merupakan prediktor terjadinya angka kematian
yang tinggi pada gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa (Becker,
1992).

Asupan energi yang adekuat diperlukan untuk mencegah katabolisme


jaringan tubuh. Gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa harus
memenuhi kebutuhannya yaitu sebesar 35 kkal/bb/hari. Sumber energi bisa
diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein. Apabila asupan energi terpenuhi
sesuai kebutuhan maka status gizi akan optimal karena asupan energi yang cukup
tidak akan menimbulkan mual dan muntah.

Asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam tubuh,


pengaruh asupan protein memegang peranan yang penting dalam penanggulangan
gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom uremik disebabkan karena
menumpuknya katabolisme protein tubuh. Gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa harus memenuhi kebutuhannya yaitu 1-1,2 g/kg BB/hari. Sumber
protein didapat dari telur, daging, ayam, ikan, susu, semakin baik asupan protein
semakin baik dalam mempertahankan status gizinya. Untuk mencapai kualitas hidup
yang lebih baik melalui terapi hemodialisa diperlukan Pengaturan diet untuk
mencapai status gizi yang baik (Sidabutar, 1992).

Sindrom GGK merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka


kejadian yang masih tinggi, etiologi luas dan komplek, sering tanpa keluhan
maupun gejala klinik kecuali sudah terjun ke stadium terminal (gagal ginjal
terminal) (Sudoyo et al. 2006). Menurut Budiyanto (2002) kegagalan ginjal
dikarenakan kerusakan ginjal ditandai dengan gejala adanya protein dalam urin
(proteinuria atau albuminuria), darah dalam urin (hematuria) dan kenaikan tingkat
urea atau kreatinin (sisa produksi metabolisme protein) dalam darah. Prosedur
hemodialisis menyebabkan kehilangan zat gizi, seperti protein, sehingga asupan
harian protein seharusnya juga ditingkatkan sebagai kompensasi kehilangan protein,
yaitu 1,2 mg/kg BB ideal/hari. Lima puluh persen protein hendaknya bernilai
biologi tinggi (Almatsier, 2006; Kresnawan, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat rumusan masalah, yaitu
“bagaimana hubungan pola asupan zat gizi dan energi protein terhadap penyakit
gagal ginjal pada pasien rawat jalan”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola asupan zat gizi dan energi protein
terhadap penyakit gagal ginjal pada pasien rawat jalan di RSUP Prof. dr. R. D.
Kandou Malalayang Manado.
1.3.2 Tujuan Khusus

1.4 Manfaat Penelitian


Pertama,
Kedua,
Ketiga,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gagal Ginjal Kronik
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine (Wilson,
2005).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal atau penurunan ginjal
kurang dari 60% ginjal normal bersifat progresif dan irreversibel, menyebabkan
ketidakmampuan ginjal untuk membuang toksin dan produk sisa dari darah serta
tidak dapat berfungsi secara maksimal, dimana kerusakan ginjal tersebut ditandai
dengan albuminuria (>30 mg albumin urine per gram dari creatin urine), Glomerular
Filtration Rate (GFR) <60ml/menit/1,73 m² dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan
(KPIG XIV Cikini, 2008, Smeltzer & Bare, 2011).

2. Penyebab
Penyakit gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik, seperti
diabetes melitus, glomerulonefritis kronik, pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat
dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter, seperti penyakit ginjal
polikistik, gangguan vaskuler; infeksi; medikasi; atau agen toksik. Lingkungan dan
agen berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronik mencakup timah,
kadmium, merkuri, dan kromium (Smeltzer dan Bare, 2002).

3.

Anda mungkin juga menyukai