OLEH:
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Komprehensif Pada Gangguan Sistem Perkemihan”
Penulis
BAB I
PENDAUHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan terjadinya
penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menaun)
disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan
umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Gejala penyakit ini
umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas,
rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta uremia (Almatsier, 2006).
Penyakit gagal ginjal kronis yang sudah mencapai stadium akhir dan ginjal
tidak berfungsi lagi, diperlukan cara untuk membuang zat-zat racun dari tubuh
dengan terapi pengganti ginjal yaitu dengan cuci darah (Hemodialisis),
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis(CAPD), danpencangkokan
(Transplantasi) ginjal.Terapi pengganti yang paling banyak digunakan di
Indonesia adalah hemodialisis. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti
ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan oksin
uremik dan mengatur cairan akibat penurunan laju filtrasi glomerulus dengan
mengambil alih fungsi ginjal yang menurun (Djarwoto, 2018).
Pada pasien gagal ginjal kronis, malnutrisi merupakan masalah utama
yang sering terjadi karena asupan zat gizi tidak adekuat, untuk mencegah
penurunan dan mempertahankan status gizi maka pasien gagal ginjal kronis
perlu dukungan diet khusus dengan cara pendekatan Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). PAGT adalah suatu metode pemecahan masalah yang
sistematis, dimana ahli gizi berfikir kritisnya dalam membuat keputusan untuk
menangani penyakit gagal ginjal kronis, sehingga dapat memberikan asuhan
gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi (Wahyuningsih, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanalah Laporan Pendahuluan pada pasien Ckd ?
2. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien CKD ?
3. Bagaimanakah contoh kasus pada pasien CKD ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Laporan Pendahuluan pada pasien Ckd ?
2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan pada
pasien CKD ?
3. Untuk mengetahui Bagaimanakah contoh kasus pada pasien CKD ?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2
dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :
3. Etiologi
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2006)
diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler
hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter,
penyakit metabolic, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh
dari golongan penyakit tersebut adalah :
a. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks
nefropati.
b. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis.
d. Ganggua jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan
asidosis tubulus ginjal.
f. Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme,
serta amiloidosis.
g. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
h. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari
batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah
yang terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomali kongenital
leher vesika urinaria dan uretra.
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, dan Bare (2001) proses terjadinya CKD adalah akibat
dari penurunan penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein
yang normalnya diekresikan kedalam urin tertimbun darah sehingga terjadi
uremia yang mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga menyebabkan
gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi, sehingga menyebabkan
penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 4 jam untuk pemeriksaaan kliren kreatinin. Menurunya
filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens kreatinin.
Sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat selain itu, kadar nitrogen
urea darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator
paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan
oleh tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh penyakit renal tahap akhir,
tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti
steroid.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi
cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Natrium
dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya
oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi
akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status
uremik. Asidosis metabolik terjadi akibat ketidak mampuan ginjal
mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi fosfat dan
asam organik lain juga terjadi.
Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin
menurun dan anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletian.
Eritropoetin yang tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan karena
setatus pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi anemia
berat atau sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang diproduksi
oleh ginjal untuk menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah
merah.
Abnormalitas utama yang lain pada CKD menurut Smeltzer, dan Bare
(2001) adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain
menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. namun pada CKD, tubuh tidak berespon
secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya
kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan
menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,225
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun,
seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan
sering disebut Osteodistrofienal . Osteodistrofienal terjadi dari perubahan
komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan
fungsi ginjal juga berkaitan dengan gangguan yang mendasari ekresi protein
dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara signifikan
sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan
cepat memburuk dari pada mereka yang tidak mengalimi kondisi ini.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
7. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Urin
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria), atau urine tidak ada
(anuria).
b) Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebab oleh
pus/nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
c) Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
d) Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio urine/ ureum sering 1:1.
2) Kliren kreatinin mungkin agak menurun.
3) Natrium : Lebih besar dari 40 Emq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium.
4) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+), secara kuat menunjukkan kerusakan
glomelurus bila sel darah merah (SDM) dan fregmen juga ada.
5) Darah
a) Kreatinin : Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
b) Hitung darah lengkap lengkap : Hematokrit menurun pada adanya anemia. Hb
biasanya kurang dari 7-8 g/dL.
c) SDM (Sel Darah Merah) : Waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin
seperti pada azotemia.
d) GDA (Gas Darah Analisa) : pH, penurunan asidosis metabolik (kurang dari
7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksekresi
hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat
menurun PCO2 menurun.
e) Natrium serum : mungkin rendah, bila ginjal kehabisan natrium atau normal
(menunjukkan status dilusi hipernatremia).
f) Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai denga perpindahan
selular (asidosis), atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap
akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau
lebih besar.
g) Magnesium terjadi peningkatan fosfat, kalsium menurun.
h) Protein (khuusnya albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan,
atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial. Osmolalitas
serum lebih besar dari 285 mosm/kg, sering sama dengan urine.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Ultrasono grafi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
masa, kistal, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
2) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentuk sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
dan asam basa.
5) KUB foto digunakan untuk menunjukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih
dan adanya obtruksi (batu).
6) Arteriogram ginjal adalah mengkaji sirkulasi ginjal dan megidentifikasi
ekstravaskuler, massa.
7) Pielogram retrograd untuk menunjukka abormalitas pelvis ginjal.
8) Sistouretrogram adalah berkemih untuk menunjukkan ukuran kandung kemih,
refluk kedalam ureter, dan retensi.
9) Pada pasien CKD mendapat batasan diit yang sangat ketat dengan diit tinggi
kalori dan rendah karbohidrat. Serta dilakukan pembatasan yang sangat ketat pula
pada asupan cairan yaitu antara 500-800 ml/hari.
10) Pada terapi medis untuk tingkat awal dapat diberikan terapi obat anti hipertensi,
obat diuretik, dan atrapit yang berguna sebagai pengontol pada penyakit DM
sampai selanjutnya nanti akan dilakukan dialisis dan transplantasi.
9. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan CKD
1. Pengkajian Fokus Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
a. Anamnesa
1) Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2) Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3) Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Hipervolemia berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan dan
natrium.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia mual muntah.
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder terhadap
adanya edema pulmoner.
7. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
3. Intervensi Keperawatan
No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Label: Manajemen
Definisi: tindakan keperawatan Hipervolemia
Peningkatan volume cairan selama … x … menit Observasi
intravaskuler, interstisial diharapkan dapat Periksa tanda dan gejala
dan/atau intraseluler mengatasi masalah hipervolemia ( mis.
Hipervolemia dengan Ortopnea, dispnea, edema,
Penyebab kriteria hasil: JVP/CVP meningkat,
Gangguan Label: Keseimbangan refleks hepatojugular positif,
mekanisme regulasi Cairan suara nafas tambahan)
Kelebihan asupan Asupan cairan Identifikasi penyebab
cairan menurun (1) hipervolemia
Kelebihan asupan Haluaran urin Monitor status hemodinamik
natrium meningkat (5) ( mis. Frekuensi jantung,
Gangguan aliran Kelembapan membran tekanan darah, MAP, CVP,
balik vena mukosa meningkat (5) PAP, PCWP, CO, CI ) jika
Efek agen Asupan makanan tersedia.
farmakologis ( mis, meningkat (5) Monitor intake dan output
kortikosteroid, Edema menuruna (5) cairan
chlorpropamide, Tekanan darah Monitor tanda
tolbutamide, membaik (5) hemokonsetrasi (mis. Kadar
vincristine, Denyut nadi radial natrium, BUN, hematokrit,
tryptilinescar membaik (5) berat jenis urine)
bamazepine) Turgor kulit membaik Monitor efek samping
(5) diuretik (mis. Hipotensi
Gejala Mayor ortortostatik, hipovelemia,
Subjektif hipokalemia, hiponatremia)
Ortopnea Monitor kecepatan infus
Dispnea secara ketat
Paroxysmal
nocturnal dyspnea Terapeutik
(PND) Btasi asupan cairan dan
Objektif garam
Edema anasarka Tinggikan kepala tempat
dan/atau edema tidur 30-400
perifer
Berat badan Edukasi
meningkat dalam Ajarkan cara mengukur
waktu singkat dan mencatat asupan
Jugular Venous dan haluaran cairan
Pressure (JVP) Ajarkan cara membatasi
dan/atau Cental cairan
Venous Pressure
(CVP) meningkat Kolaborasi
Refleks Kolaborasi pemberian
hepatojugular positif diuretik
Kolaborasi penggantian
Gejala Mayor kehilangan kalium
Subjektif akibat diuretik
(-) Kolaborasi pemberian
continuous renal
Objektif replacement therapy
Distensi vena (CRRT), jika perlu
jugularis
Terdengar suara Label: Pemantauan Cairan
napas tambahan Observasi
Hepatomegali Monitor frekuensi dan
Kadar Hb/Ht turun kekuatan nadi
Oliguria Monitor frekuensi napas
Intake lebih banyak Monitor tekanan darah
dari output (balans Monitor berat badan
cairan positif) Monitor elastisitas atau
Kongesti paru turgor kulit
Monitor jumlah, warna
Kondisi Klinis Terkait dan berat jenis urine
1. Penyakit ginjal : Monitor kadar albumin
gagal ginjal dan protein total
akut/kronis, sindrom Monitor intake dan
nefrotik output cairan
2. Hipoalbuminemia Identifikasi tanda-tanda
3. Gagal jantung hipervolemia ( mis.
kongestif Edema perifer, berat
4. Kelainan hormon badan menurun dalam
5. Penyakit hati (mis. waktu singkat, CVP
Sirosis, asites, kanker meningkat)
hati ) Terapeutik
6. Penyakit vena perifer Atur interval waktu
( mis. Varises vena, pemantauan sesuai
trombus vena, kondisi pasien
plebitis ) Dokumentasi hasil
7. Imobilitas pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Subjektif : kontraindikasi
Objektif : Kolaborasi :
(5) Edukasi
Gejala dan Tanda Mayor Tekanan darah sistolik Anjurkan berhenti merokok
Subjektif membaik (5) Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air
Tekanan darah
Objektif mandi untuk menghindari
diastolik mebaik (5)
Pengisian kapiler >3 kulit terbakar
Tekanan arteri rata-
detik Anjurkan minum obat
rata membaik (5)
Nadi perifer menurun pengontrol tekanan darah
Indeks ankle-brachial
atau tidak teraba secara teratur
membaik (5)
Akral teraba dingin Anjurkan menggunakan
Warna kulit pucat obat penurn tekanan darah,
Turgor kulit menurun antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor Anjurkan menghindari
Subjektif penggunaan obat penyekat
Parastesia beta
Sianosis berkurang
Kondisi Klinia Terkait ajarkan strategi koping untuk
Anemia mengurangi kelelahan
Gagal janutung
kongestif
Penyakit jantung
coroner
Penyakit katup
jantung
Aritmia
Penyakit paru
Obstruktif Kronis
Gangguan metabolic
Gangguan
musculoskeletal
6. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi
(D.0003) keperawatan selama Observasi
Definisi : ………x…….. maka Monitor frekuensi ,irama
Kelebihan atau kekurangan gangguan pertukaran gas ,kedalaman dan upaya napas
oksigenasi dan/atau teratasi dengan kriteria Monitor pola napas ( seperti
eleminasi karbondioksida hasil : bradipnea,takipnea,hiperven
pada membrane alveolus- Dispnea menurun (5) tilasi ,kussmaul,cheyne-
kaplier Bunyi napas stokes, biot,ataksik)
Penyebab : tambahan menurun Monitor kemampuan batuk
Ketidakseimbangan (5) efektif
ventilasi-perfusi Pusing menurun (5) Monitor adanya produksi
Perubahan membrane Penglihatan kabur spuntum
alveolus-kaplier menurun (5) Monitor adanya sumbatan
Diaforesis menurun jalan napas
(5) Palpasi kesimetrisan
Gejala dan Tanda Mayor Gelisah menurun (5) ekspansi paru
Subjektif : Napas cuping hidung Auskultasi bunyi napas
Dispnea menurun (5) Monitor saturasi oksigen
PCO2 membaik (5) Monitor nilai AGD
Objektif : PO2 membaik (5) Monitor hasil x-ray toraks
PCO2 Takikardia membaik Terapeutik
meningkat/menurun (5) Atur interval pemantauan
PO2 menurun PH arteri membaik respirasi sesuai kondisi
Takikardia (5) pasien
pH arteri Sianosis membaik (5) Dokumetasi hasil
meningkat/menurun Pola napas membaik pemantauan
Bunyi napas (5) Edukasi
tambahan Warna kulit membaik Jelaskan tujuan dan
(5) prosedur pemantauan
Gejala dan Tanda Minor Informasi hasi
Subjektif : pemantauan ,jika perlu
Pusing Terapi oksigen
Penglihatan kabur Observasi
Monitor kecepatan aliran
Objektif : oksigen
Sianosis Monitor posisi alat terapi
Diaforesis oksigen
hypertension of napas
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
7. Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan Perawatan Jantung
Definisi : ketidakadekuatan intervensi keperawatan 1. Observasi
jantung memompa darah ……x….. jam diharapkan Identifikasi tanda/gejala
untuk memenuhi kebutuhan penurunan curah jantung primer penurunan curah
metabolism tubuh px dapat diatasi dengan jantung (dyspnea,
Penyebab : kriteria hasil : kelelahan, edema,
Perubahan irama jantung Kekuatan nadi perifer ortopnea, CVP)
Prubahan frekuensi meingkat Identifikasi tanda/gejala
jantung Dyspnea menurun sekunder penurunan
Perubahan kontraktilitas Bradikardia menurun curah jantung
2. Perubahan afterload
Pulmonary vascular
resistence (PVR)
meningkat/menurun
Systemic vascular
resistence (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan kontartilitas
Cardiac index (CI)
menurun
Left ventricular
stroke work index
(LVSW) menurun
Stroke volume index
(SVI) menurun
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan yang
telah ditetapkan. Menurut effendy, implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan
rujukan/ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi juh berbeda dengan rencana. Hal ini
terjadi karena peawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika
berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan
kliensesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengn tindakan yang akan
dilaksanakan. Kutipan dari taqiyyah bararah dan muhammad jauhar (2013:13-14).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Alfaro-LeFevre, evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan
perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon segera pada
saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tn. U berumur 55 tahun keluhan nyeri, lemas, sesak tanpa aktifitas, disertai batuk. Lalu klien juga
mengeluh mual dan badannya terasa sangat lemah, dan merasa sering gelisah. Dari pemeriksaan
perawat ditemukan adanya edema pada ekstremitas bawah (kedalamannya 6 mm, waktu kembali 7
RIWAYAT KESEHATAN
detik). Tanda tanda vital ketika masuk rumah sakit yaitu tekanan darah : 170/100, Nadi : 88x/menit,
RR: 28 x/menit, S: 36,7 °C. klien pernah masuk ke rumah sakit dengan keluhan hipertensi. Dari
diagnosa medis yaitu Gagal Ginjal stadium IV.
Riwayat Allergi :
Riwayat Pengobatan
Keluarga klien mengatakan klien pernah masuk rumah sakit sebelumnya dengan keluhan sakit
hipertensi. Klien mengkonsumsi nifedipin 20mg 3x1, tapi sudah berhenti 2 minggu sebelum MRS
Jalan Nafas : Paten
Nafas : Spontan
RR : 28x/mnt
Sputum: Tidak
Sianosis : Tidak
Pendarahan : Tidak
Turgor : Lambat
Diaphoresis: Tidak
IVFD : Ya Dextrose 5%
Masalah Keperawatan: -
Kesadaran: Composmentis
Pupil : Isokor
Bicara : Lancar
Ansietas : Ada
Nyeri : Ada
Masalah Keperawatan: -
Nyeri pinggang: Ada
BAK : Lancar
BLADDER
Masalah Keperawatan: -
Keluhan : Mual
NGT: -
BAB : Teratur
Masalah Keperawatan:
1. Hipervolemia
BONE
Deformitas : Tidak
Contusio : Tidak
Abrasi : Tidak
Penetrasi : Tidak
(Muskuloskletal & Integumen)
Laserasi : Tidak
Edema : Ya, Lokasi Ekstremitas bawah (kedalamannya 6 mm, waktu kembali 7 detik)
Makan/minum :2
Mandi :2
Toileting :1
Keterangan:
Berpakaian :2 0; Mandiri
Ambulasi :2
Masalah Keperawatan:-
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
HEAD TO TOE
- Insepeksi : kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan wajah,
kulit wajah sawomatang, pucat, mukosa bibir kering, wajah pasien tampak lemas
- Palpasi : Tidak ada benjolan di area kepala dan tidak ada laporan nyeri tekan saaat dilakukan
palpasi pada kepala.
Leher:
- Insepeksi : tidak ada lesi pada kulit leher, tidak ada pembengkakan pada area leher, warna
kulit leher sawomatang, tidak ada defiasi trachea
- Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
benjolan pada area leher, tidak ada laporan nyeri tekan saat dilakukan palpasi, kelenjar
istmus naik ketika klien menelan
Dada:
- Pulmo
Insepksi: terdapat gerakan oto bantu pernafasan, pengembangan simetris antara dada kiri dan
kanan
Palpasi : taktil fremitus antara paru kanan dan paru kiri sama
Perkusi : terdengar bunyi sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar suara ronchi
- Cor
Insepksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada rongga intercostal kelima kiri pada garis medioklavikularis
Perkusi : terdengar bunyi redup yang memanjang dari garis medioklavikularis di ruang
intercostalis ketiga sampai kelima
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 murni tanpa adanya bunyi murmur
Abdomen dan Pinggang: perut datar, peristaltik usus 4x/menit, ada nyeri tekan ulu hati
Ekstremitas: Terdapat edema pada ekstremitas bawah (kedalamannya 6 mm, waktu kembali 7 detik)
Masalah Keperawatan: -
1. Pola pikir dan persepsi
PsikoSosialKultural
[ - ] membaca/menulis
2. Persepsi diri
Hal yang dipikirkan saat ini : keluarga pasien mengatakan ingin pasien cepat sembuh dan ingin
pasien agar segera bisa kembali pulang ke rumah
Harapan setelah menjalani perawatan : Keluarga pasien mengatakan ingin pasien dapat kembali
normal seperti sebelumnya.
Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tampak lebih
lemas dari sebelum sakit
[ -] mampu mengekspresikan
b. Tempat tinggal
[ ] sendiri
[ √ ] bersama orang lain, yaitu anak, menantu
c. Kehidupan keluarga
adat istiadat yang dianut : -
pembuatan keputusan dalam keluarga : Keluarga
pola komunikasi : Terbuka, musyawarah
keuangan : [ √ ] memadai [ ] kurang
d. Kesulitan dalam keluarga
[ - ] hubungan dengan orang tua
4. Kebiasaan Sosial
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
[ - ] fertilitas [ - ] menstruasi [ - ] libido
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : Pasien mengatakan mengetahui dan mengerti fungsi
organ reproduksi
5. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan
[ ] sendiri [√ ] dibantu orang lain; sebutkan : keluarga
[ ] tidur
[ ] tidur
f. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan selama di rumah sakit
Keluarga pasien mengatakan berdoa hanya di tempat tidur saja.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan darah :
Parameter Nilai normal
2) Pada pemeriksaan BGA ditemukan: PH: 7.15, pCO2 40, HCO3 18, SaO 2 90%
(Asidosis Metabolis
B. Analisa Data
DO : GFR Turun
SaO2: 90%
Edema Paru
Gangguan pertukaran gas
nafsu makan
-Pasien mengatakan
merasa mual GFR Turun
DO :
Ttv pasien :
RR: 28 x/menit
S: 36,7 °C.
D. RENCANA KEPERAWATAN
Prematuritas Kolaborasi
Infeksi saluran napas
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Kamis, 26 1,2 Mengkaji KU pasien dan tanda- DS: Pasien mengeluh badannya
Juli 2020 tanda vital pasien lemas, merasa sesak saat
08.00 Wita tidak beraktifitas, merasa
nyeri saat berkemih, merasa
mual dan tidak nafsu makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Klien tampak pucat
- TTV: TD: 170/100 mmHg
Nadi: 88x/menit
RR: 28x/menit
Suhu: 36,7⁰C
09.00 Wita 2 - Monitor intake dan output DS: Pasien mengatakan minum ±
cairan 1200cc/hari
DO: BAK : ± 300cc, warna: kuning
pekat
13.30 Wita 1,2 Menkaji KU dan tanda-tanda vital DS: Pasien mengeluh badannya
pasien masih terasa lemas, merasa
mual dan tidak nafsu makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Klien tampak pucat
- TTV: TD: 150/90 mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 36,5⁰C
F. EVALUASI KEPERAWATAN
A. Simpulan
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah.
Banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik, akan tetapi,
apapun sebabnya, respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Dan gagal ginjal kronik juga dapat memberikan tanda dan gejala secara sitemik bagi
tubuh serta masalah keperawatan berupa Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluaran urine, diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium, perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat, mual, muntah,
anoreksia, pembatasan diet dan penurunan membrane mukosa mulut, resiko penurunan
curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi,
kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung, akumulasi toksik, kalsifikasi jaringan lunak, resiko kerusakan intregitas kulit
berhubungan dengan akumulasi toksik dalam kulit dan gangguan turgor kulit, gangguan
status metabolic dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis. Salah satu penatalaksanaan medis pada pasien
dengan gagal ginjal kronik adalah dialysis. Dialysis juga dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi gagal ginjal yand serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium
dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan; dan
membantu penyembuhan luka
B. Saran
1. Bagi mahasiswa supaya memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sesuai dengan perkembangan ilmu.
2. Bagi institusi agar dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
3. Bagi tenaga kesehatan agar menerapkan asuhan keperawatan yang tepat kepada
pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sesuai dengan perkembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip Ilmu
Fisika. http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses pada tanggal 23
Februari 2014
Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
1999
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006