Anda di halaman 1dari 12

Terapi tertawa

Hipertensi adalah kondisi fisik yang sering dihubungkan dengan stres atau tekanan negatif.

Tekankan sebagai respons psikologis, emosional, dan fisik terhadap masalah yang dianggap

sebagai beban karena mengancam kesejahteraannya. Karena stres berhubungan dengan persepsi,

selain perawatan medis, maka perlu bagi penderita hipertensi juga menerima terapi non-

farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi tertawa untuk

mengurangi tekanan dan tekanan darah pada penderita hipertensi. Ada dua belas (12) pasien

hipertensi yang secara sukarela menjadi subjek penelitian. Terapi tertawa dengan durasi 1 - 2 jam

diberikan kepada mereka dalam 6 pertemuan selama 3 minggu. Skala Stres digunakan untuk

mengumpulkan data dan kemajuan perilaku subyek diamati dan dicatat oleh pengamat pada

Lembar Observasi. Setiap subjek juga diminta mengisi Lembar Observasi Diri. Tekanan darah

mereka diukur dengan sphygmomanometer. Metode wawancara digunakan untuk menguraikan

data. Data dianalisis menggunakan metode statistik nonparametrik. Hasil analisis menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dari

subjek dalam hal tingkat stres mereka (Z = -2,287; p <0,05) dan tekanan darah sistolik (Z =

-2,913; p < 0,05). Perbedaannya dapat dipertahankan sampai periode tindak lanjut. Mekanisme

terapi tertawa dalam menjaga efek intervensi medis pada pasien hipertensi menjadi fokus

pembahasan penelitian ini.


Di tengah pesatnya minat masyarakat Hindu di Bali untuk melakukan ritual
melukat, sebuah fenomena menarik terjadi di Desa Penglukatan Desa Pekraman
Sebatu di Tegallalang Gianyar, Bali, di mana setiap orang dapat melihat
sendiri perubahan air yang terjadi sebagai pertanda proses pembersihan
sungguhan. 'Keunikan' ini menghasilkan fenomena propaganda dari mulut ke
mulut, membuat tempat pengetahuan ini tiba-tiba terkenal. Tidak hanya
masyarakat setempat, tamu asing juga tertarik oleh kekuatan mulut dari sebuah
fenomena yang pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh turis asing.
Ribuan turis asing bergabung setiap bulan. Penelitian ini bermaksud untuk
memberikan perspektif berbeda yang memahami dan melaksanakan esensi melukat,
terkait dengan upaya pemberdayaan diri untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, karena pada dasarnya setiap ritual hanyalah alat untuk
pemberdayaan diri, bukan tujuan. Juga meninjau fenomena ini dari perspektif
pariwisata, mengingat respons positif dari 'pasar'. Kebaruan yang akan
ditawarkan adalah bentuk pariwisata spiritual yang tidak menjual sensasi,
tetapi wisata yang mempromosikan pemberdayaan diri sebagai hasil dari
deklarasi kearifan lokal yang mampu memberikan pengalaman batin yang mengisi
ulang spiritualitas spiritual mereka. Serta dapat dikomunikasikan secara
logis, ilmiah dan menarik
1. Artikel I

a. Judul : Wisata Melukat: Perspektif Air Pada Era Kontemporer


b. Peneliti : I Made Gede Anadhi
c. Tahun : 2016
d. Tempat : Pancoran Solas, Desa Guliang Kangin.
e. Desain : Penelitian ini temasuk qualitative study dengan pendekatan

studi teori komodifikasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

observasi, wawancara, dan studi dokumen. Seluruh data diolah

dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan interpretatif.


f. Populasi & : Pemedek yang ingin melakukan pengelukatan / pasien.

sampel
g. Sampling : Non probability sampling yaitu purposive sampling
h. Perlakuan : Air dalam bentuknya sebagai kelebutan, mata air, pancoran,

tukad sungai, loloan dan muara. Kemudian dipandang sebagai

sumber daya alam yang potensial, dan akan tetap potensial atau

tidak berguna jika tidak dilakukan eksplotasi. Kegiatan

eksploitasi terhadap air pun mulai dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Komodifikasi air pada

sumber air suci, juga dilakukan dengan tawaran kemukjizatan

atau energi penyembuhan air yang masih diyakini Masyarakat

Bali, melalui media air kelebutan, pancoran, loloan, panasnya

(yeh panes) dan lainnya dalam bentuk usaha wisata melukat.


i. Temuan : Wisata melukat yang ditemukan di Desa Guliang Kangin

menawarkan kegiatan pembersihan dan penyucian dengan

sarana mata air suci Pancoran Solas yang memiliki aliran air

dari Arah Barat. Air sebagai media penyembuhan atau

pengobatan gangguan sakit lahir dan batin (pelebur mala, papa,


pataka, lara, rogha, dosa, leteh, letuh, wigna), ataupun fungsi

kehidupan lainnya, dapat dijadikan sumber pendapatan riil,

dengan menggandengkan predikat suci maupun menyehatkan

yang melekat pada kata air tersebut dengan istilah profan seperti

kata wisata. Gabungan kedua kata ini kemudian menjadi wisata

tirtha atau wisata melukat. Pancoran dari arah Barat diyakini

mengandung energi penyembuhan sakit menahun, sakit kena

ilmu hitam, penghapus pengaruh mimpi buruk, ruwatan karena

pengaruh hari lahir, dan sebagainya. Mata air ini merupakan

tempat dilaksanakan ritual penyucian dewata yang berstana di

Pura Dalem Dimade. Mata air yang juga disebut beji ini juga

Tempat Penyucian Arca Pura Khayangan Tiga


j. Kesimpulan : Dalam kebudayaan tradisional, air adalah unsur alam yang

dihormati dan dihargai karena menjadi tumpuan kehidupan dan

simbolik kesucian jiwa masyarakat. Paparan di atas

menunjukkan sudah terjadi pergeseran paradigma pengetahuan

yang bermuara pada perubahan perilaku masyarakat desa yang

memandang air suci (tempat penglukatan) dapat dikembangkan

sebagai salah satu sumber pendapatan desa (komoditi) seiring

semakin banyaknya masyarakat yang mengomsumsinya

sebagai tempat untuk melukat.


2. Artikel I

k. Judul : Esensi Ritual Melukat sebagai Daya Tarik Wisata Spiritual


l. Peneliti : Nyoman Mahardika
m. Tahun : 2016
n. Tempat : Penglukatan Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti Desa Pekraman
Sebatu Tegallalang.
o. Desain : Penelitian ini temasuk qualitative study dengan pendekatan

studi teori komodifikasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

observasi, wawancara, dan studi dokumen.


p. Populasi & : Pemedek yang ingin melakukan pengelukatan.

sampel
q. Sampling : Non probability sampling yaitu purposive sampling
r. Perlakuan : Pemedek yang datang untuk pertama kali melukat, disarankan

untuk membawa satu pejati dengan canang dan kelengkapan

persembahyangan. Sedangkan pada saat melukat, masing-

masing mempersembahkan kwangen, berisi bunga tunjung biru

dan bunga jempiring, dengan 11 kepeng uang bolong. Seluruh

kelengkapan tersebut, saat ini sudah ada yang menyediakan di

sana. Sebelum melakukan pengelukatan, Pejati atau banten

dihaturkan di depan pelinggih Ida Betari Uma dan Ida Dewi

Gangga, dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan

untuk memohon berkah apa yang menjadi tujuan dalam

melukat. Setelah berganti busana (tetap memakai kain dan bagi

kaum perempuan memakai atasan yang sopan), prosesi melukat

dilakukan dengan terlebih dahulu berdoa di depan ‘gerojogan’

(pancuran dengan debit yang sangat besar) dengan posisi tangan

Anjali mudra di dada sambil memegang kwangen, kemudian

mengambil posisi dibawah guyuran air. Seberapa lama proses

melukat dan bagian tubuh mana yang lebih sering diguyurkan di

bawah ‘gerojogan’ air, mengikuti intuisi masing-masing.


Selesai melukat, sebelum melakukan pergantian busana, dalam

kondisi seluruh tubuh masih basah, kembali melakukan

persembahyangan dengan sarana Canang, bunga dan dupa

untuk mengucapkan syukur atas pelaksanaan melukat yang

berlangsung lancar dan khidmat.


s. Temuan : Pengelukatan sebatu merupakan tempat pemandian Ida Betara

Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti Sebatu. Sejak itu, tempat

tersebut diberi nama Pengelukatan Pura Dalem Pingit dan Pura

Kusti. Yang berstana di sana dan diyakini memberikan berkah

dalam setiap pengelukatan adalah Ida Batari Uma dan Ida Dewi

Gangga. Kawigunan atau manfaat utama penglukatan ini yaitu

melebur segala ‘mala’ (kekotoran diri, penyakit, termasuk

akibat black magic) dan ‘Nunas Sentana’ (Memohon diberkahi

keturunan). Melukat memang dapat memberikan efek segar

bagi badan dan pikiran. Badan dan pikiran menjadi lebih fresh

dalam menghadapi tanggungjawab kehidupan berikutnya.

Ditambah lagi adanya keyakinan akan turunnya berkah lewat

ritual ini, maka efek penyembuhan baik secara fisik dan psikis

sudah bekerja, disadari atau tidak. Sebagaimana ritual –ritual

lainnya dalam kegiatan keagamaan, ritual melukat sebagaimana

dijelaskan di atas adalah bentuk pelaksanaan ritual yang

dilakukan sebagian besar penganut agama Hindu yang

dikategorikan sebagai tipologi manusia Hindu eksoteris. Masih

mengandalkan ritual sebagai jalannya berbakti kepada Sang


Pencipta.
t. Kesimpulan : Penglukatan Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti Desa Pekraman

Sebatu Tegallalang merupakan tempat penglukatan yang

diyakini secara Hindu diberkahi oleh Ida Batari Uma dan Ida

Dewi Gangga, dengan kawigunan (manfaat utama) untuk

menghilangkan segala kekotoran diri lahir dan batin, termasuk

membersihkan diri dari penyakit non medis, serta tempat untuk

memohon Sentana (keturunan). Sejak awal, tempat penglukatan

ini sudah sangat diminati umat karena sensasi yang ada dan

ditambah dengan semakin banyak pihak yang merasakan

manfaatnya.Keyakinan seperti ini akan terus berkembang secara

horizontal meluas sebagai sebuah fenomena beragama secara

eksoteris. Melukat dapat dirasionalisasi sebagai sebuah bentuk

pemberdayaan diri. Air terbukti secara ilmiah memang

memiliki karakteristik yang ideal sebagai media pemberdayaan

diri yang selaras antar lapisan kesadaran di dalam diri.

Kesehatan dan kebugaran akan menjadi bonus dengan

sendirinya. Memaknai esensi melukat dan melakoni prosesinya

secara meditatif sebagai bentuk pemberdayaan diri, adalah

bentuk perubahan pemahaman dan kesadaran, dari ritual

menjadi spiritual. Hal ini merupakan progres kemajuan rohani

dari penganut keagamaan eksoteris menuju isoteris, dari

kesadaran kulit menuju kesadaran isi.


PENGELUKATAN WAYANG

hasil interaksi masyarakat dengan lingkungan dunia sekitarnya yang kemudian digunakan

sebagai sarana pendidikan yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan sebagai bekal

hidup esensial untuk mencapai ketenangan, keamanan dan kebahagiaan yang lahir dan batin. Seperti

diketahui bahwa setiap kegiatan kegiatan gerak, perbuatan dan pekerjaan yang dilakukan tentu

memiliki maksud dan tujuan tertentu, serta upacara pangahatanatan memiliki tujuan sendiri juga.

Dalam buku caturnya yadnya disebutkan bahwa tujuan upacara ritual adalah untuk membersihkan

kelahiran batin seseorang. Dilahirkan dengan air, batin dibersihkan dengan puja-puja kekuatan batin

kepemimpinan seremonial dengan menggunakan sarana upakara atau banten (Team Compilers, 1975:

36). Demikian pula, dalam kamus Bali-Indonesia, disebutkan bahwa kata penebusan dosa berasal dari

kata ruwat, kemudian menjadi nglukat (karena perubahan anuswara ng) yang berarti meruwat,
membebaskan (Dinas Pendidikan Dasa Prov Dati I Bali 1991: 427). Sedangkan dalam kamus umum

bahasa Indonesia kata melukat artinya melukis, terlepas dari barang yang dilukis (Poerwadarminta,

1984: 661). Waktu reinkarnasi akan dibawa karena perbuatan buruk (baik) selama kehidupannya di

masa lalu yang disebut karma wesana yang merupakan jejak perbuatan. Demikian pula, dalam

kehidupan kemurnian sekarang ini harus dijaga dengan baik karena itu merupakan ketentuan. Khusus

untuk orang-orang yang niskala memang harus melukat wayang tentu saja ini wajib untuk

diimplementasikan, itu bisa dilihat dengan jelas dari keberadaan tirtha (air suci) seperti tirtha

pebersihan.tirta pengebatan, dan juga pengebatan sejesninya. Upacara ritual akan berbuah jika

didasarkan pada sradha, yang berarti bahwa pelaksanaan yadnya harus dilakukan dengan percaya diri.

PENGELUKATAN SAPTA GANGGA MEDIA PENYULUHAN

Upacara malukat itu sendiri banyak diyakini sebagai salah satu bentuk praktek beragama yang

mampu menghantarkan umat dalam mewujudkan kebersihan serta kesucian diri secara rohani.

Aktivitas malukat di Panglukatan Satpa Gangga saat ini menjadi pembicaraan serta tujuan utama

bagi perjalanan spiritual yang menyasar tempat Panglukatan. Semenjak kemunculan Panglukatan

ini, ternyata mampu memikat serta menarik perhatian para penggelut spiritual serta umat yang

gemar melakukan penyucian diri (Malukat). Kondisi Panglukatan yang tergolong baru akan

tetapi memiliki berbagai fungsi, juga mengingat banyak sekali umat Hindu yang tidak mengerti

tentang makna-makna yang terkandung di dalam acara panglukatan ternyata memerlukan

penataan yang lebih optimal. Seseorang yang ingin memahami sebuah ajaran agama tidak selalu
dengan mendengarkan Dharma Wacana atau dengan membaca buku, lontar dan lain sebagainya,

namun juga bisa dimulai dari mempraktekan ajaran agama itu sendiri melalui Acara agama

Hindu. Hal tersebut dapat dilihat pada acara panglukatan ini, dengan adanya upacara melukat ini

secara tidak langsung juga mampu memberikan pendidikan serta pemahaman terhadap

masyarakat terkait panglukatan itu sendiri baik itu dari pengetahuan, sikap serta prilaku

seseorang yang telah melakukan panglukatan tersebut. Panglukatan Sapta Gangga Sebagai

Media Penyuluhan Agama yaitu proses malukat menjadi pondasi awal pengetahuan agama

(tattwa) terhadap Ida Sang Hayang Widhi Wasa bahwa Beliau juga bermanifestasi dalam bentuk

alam salah satunya adalah air. Dengan kesadaran bahwa Tuhan hadir dalam berbagai bentuk

alam semesta, dengan hal tersebut mereka mampu menyadari dirinya. Secara tidak langsung

dapat diasumsikan dan diintepretasikan bahwa proses malukat juga menjadi media penyuluhan,

memberikan pemahaman pada masyarakat tentang nilai-nilai tattwa.

Melukat dengan menggunakan air tirtha pengelukatan yang sudah disucikan dengan kekuatan mantra

sebagai simbol alat untuk melepaskan kotoran. Enam literatur yang ditemukan memperoleh air sebagai

sumber air suci, yang dapat diyakini memiliki kemukjizatan atau energi penyembuhan air oleh

masyarakat bali, melalui media air kelebutan dan pancoran. Ditambah lagi adanya keyakinan akan

turunnya berkah lewat ritual ini, maka disadari atau tidak efek penyembuhan baik secara fisik dan psikis

sudah bekerja.

tata caranya yaitu syarat yang harus dibawa adalah bungkak nyuh gading, bungkak nyuh gadang dan

banten pejati. (a) diawali dengan ngaturang bhakti atau berdoa terlebih dahulu, panglukatan dengan
bungkak nyuh gading oleh Pemangku, dilanjutkan dengan sembahyang di jeroan dan minum air bungkak

nyuh gadang yang sebelumnya didoakan terlebih dahulu serta dicampur dengan minyak.

Perlakukan melukat yang dilakukan sesuai prosedur melukat dapat menurunkan stres. Penelitian ini

mengguanakan rancangan penelitian dengan desain pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara, dan studi dokumen. Metode pemilihan sampel menggunakan teknik sampling non

probability sampling yaitu purposive sampling dengan hasil yang dirasakan dapat memberikan

ketenangan pikiran, jiwa dan kesegaran bagi tubuh dan diyakini ritual ini dapat memberikan efek

penyembuhan baik secara fisik dan psikis.

THE EFFECT OF MELUKAT

ON REDUCING STRESS LEVELS

ABSTRACK

Background: Mental health or mental health is an important aspect in realizing overall self
health. Disturbance of thought processes and ability to think that is not good at someone can
cause stress. Stress is tension. Any tension felt by individuals will interfere and can cause
physiological, emotional, cognitive, and behavioral reactions. Stress occurs as a result of
demands that exceed the ability of individuals to fulfill them. So that it appears depressed when
facing problems. stress can be overcome with pharmacological therapy and non
pharmacological therapy. One way of non-pharmacological therapy to cope with stress
experienced can be done by doing melukat. melukat is a cleansing and cleansing of the body
physically and mentally that can provide peace of mind, soul, and freshness for the body so that
it can reduce stress.
Method: Journal search was carried out through three databases namely Garuda Portal,
Google Scholar and Researchgate. Journals that are sought in the range of 2011 to 2020 in the
form of research reports / scientific journals, reviews and books that discuss the melukat, which
discusses the effectiveness of the melukat to reduce stress. The word kuci is gleaming, stress used
to search electronic databases. Articles are selected based on title and abstract information.
Obtained 8 journals in the search, then after the selection is obtained 6 corresponding journals.
Result: Melukat is a physical cleansing and cleansing of the body that can provide peace of
mind, soul and freshness for the body which influences stress reduction. To melukat by using
water purification tirtha which has been purified with the power of a spell as a symbol of a tool
to release impurities. Six literatures were found to obtain water as a source of holy water, which
can be believed to have the miracle or healing energy of water by the Balinese people, through
the medium of water and pancoran water. Coupled with the belief in the decline of blessing
through this ritual, it is realized or not the healing effect both physically and psychologically has
worked.
Conclusion: Treatment of melukat is carried out according to the procedure of melukat can
reduce stress. This study uses a research design with a data collection design carried out by
observation, interviews, and document studies. The sample selection method uses a non
probability sampling technique that is purposive sampling with perceived results that can
provide peace of mind, soul and freshness to the body and it is believed that this ritual can
provide healing effects both physically and psychologically.
Keywords: Melukat, Stress.

Anda mungkin juga menyukai