Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“LOCAL WISDOM MASYARAKAT SULAWESI TENGAH TENTANG ADAT BALIA”

DISUSUN OLEH :
NAMA : ADHITYA WAHYU PRASETYA
STAMBUK : G811 21 044
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Selain itu, kebudayaan juga memiliki arti keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Keragaman budaya adalah
keunikan yang ada dimuka bumi belahan dunia dengan banyaknya berbagai macam suku bangsa
yang ada didunia,begitu juga dengan keragaman budaya khususnya di Indonesia tidak dapat
dipungkiri keberadaannya sendiri sehingga menghasilkan kebudayaan yang berbeda dari setiap
suku bangsa khususnya di Indonesia yang berbeda dari hasil kemampuan menciptakan
kebudayaannya sendiri.Masyarakat Kaili yang merupakan salah satu yang mendiami wilayah di
Sulawesi Tengah juga memiliki seperangkat pengetahuan local yang merupakan pola dari
budaya Suku Kaili yang mereka wujudkan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada pelestarian
hutan,perairan danau lindu, pantangan atau pamali dalam bertutur atau berucap, dan upacara adat
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1.)Apa yang dimaksud dengan Balia ?
2.)Darimana asal usul Adat Balia ?

C. Tujuan

1.) Dapat mengetahui asal usul Adat Balia


2.) Dapat mengetahui makna dan tujuan dari Adat Balia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Balia
Balia adalah salah satu tari ritual dalam kepercayaan lama masyarakat suku Kaili,
Sulawesi Tengah. Kepercayaan ini merupakan pemujaan kepada dewa-dewa dan roh nenek
moyang. Kepercayaan kepada kekuatan gaib, roh leluhur dan nenek moyang sangat kental
meskipun sampai agama Islam sudah masuk dalam kehidupan mereka. Mitos menjadi hal
yang turun temurun. Ini merupakan upaya pengakuan terhadap kekuatan yang mereka anggap
suci, yang dianggap bisa mendatangkan berkah dan musibah. Karena kepercayaan ini, tradisi
pengobatan Balia terus ada dan menjadi ritual turun temurun, sebagai salah satu bentuk
hubungan dengan kekuatan yang dianggap suci tersebut. Menyembuhkan penyakit karena
kemarahan kekuatan tersebut.Orang Kaili percaya keharusan menjaga hubungan baik dengan
kekuatan yang menguasai alam. Dimana penguasa alam ini dipersonifikasikan ke dalam
bentuk leluhur dan dewa-dewa. Ketika manusia tidak mampu menjaga hubungan baik
tersebut, maka sang penguasa marah sehingga mendatangkan musibah sakit. Sehingga mesti
disembuhkan dengan memuja-muja lagi dewa yang memberi sakit. Tradisi Balia ini bisa
diadakan secara individu ataupun kelompok. Ritual Tari Balia diadakan di rumah pemujaan
yang disebut Lobo. Dan dilakukan setelah upaya medis tak berhasil menyembuhkan
penyakit. Prosesi ini dimulai dengan menyiapkan bahan-bahan seperti dupa, keranda, buah-
buahan hingga hewan yang akan dikorbankan, seperti; ayam, kambing atau kerbau,
tergantung latar belakang dan kasta yang mengadakan ritual. Tuan rumah ritual Balia juga
mesti membayar jasa lelah sang peritual.Jika semua persiapan sudah matang, peritual akan
memulai prosesi dengan membaca mantra-mantra. Ia akan memanggil roh leluhur sambil
menari diiringi musik dari gendang dan suling. Sesajen yang sudah disiapkan, diletakkan
dekat dupa di setiap prosesinya. Tarian akan terus berlangsung sampai si orang yang sakit ini
diusung ke prosesi puncak, yaitu penyembelihan hewan. Darah dari hewan itu dianggap
simbol harapan atas kesembuhan. Prosesi Balia ini bisa berlangsung hingga tujuh hari tujuh
malam.
B. Asal Usul
Upacara adat Baliya Jinja, yakni ritual pengobatan bersifat non medis yang sudah dikenal
masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun lamanya. Sebelum adanya rumah sakit, upacara
ini diandalkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek moyang terkait
bagaimana melunturkan penyakit-penyakit yang menyerang tubuh. Proses penginjakan bara
api inilah yang diselaraskan dengan nama Balia, yang artinya tantang dia (Bali:tantang,
ia:dia). Dalam berbagai literatur, api disimbolkan sebagai elemen yang buruk atau
kemarahan. Oleh karena itu, tantang dia yang diartikan secara bebas, bisa diartikan yakni
melawan setan yang telah membawa penyakit. Dengan kemampuan menyembuhkan itulah ,
yang menyebabkan masyarakat setempat menganggap bahwa tarian ada No Balia sebagai
prajurit kesehatan.
C. Jenis-jenis Tarian Balia
Tari Balia ini memiliki tiga jenis yaitu: Balia bone, Balia Jinja, dan Balia Tampilangi. Balia
Bone merupakan tingkatan terendah dalam rangkaian upacara , yang biasanya diperuntukkan
bagi masyarakat bawah dengan jenis penyakit ringan. Sementara dalam pelaksanaannya tidak
membutuhkan waktu lama, dan biasanya hanya dipimpin oleh seorang sando. Kemudian
balia jinja Tarian ini dilakukan dengan gerakan melingkar yang melibatkan banyak orang
mulai dari sando, bale, si sakit, dan diikuti dengan pengunjung yang hadir. Melakukan tarian
jenis ini artinya harus siap mendedangkan dondulu secara bersama. Rata-rata mereka yang
ikut tarian ini akan mengalami kesurupan. Terakhir ialah balia tampilangi Balia ini adalah
kategori tingkatan tertinggi dengan kesakralannya. Tarian ini menggabungkan keseluruhan
gerak dari Balia Bone dan Balia Jinja. Upcara yang ketiga ini harus memenuhi syarat tahapan
khusus, dan waktu pelaksanaannya bisa sampai 3-4 hari. Biasanya Balia Tampilangi
diperuntukan bagi golongan bangsawan.
D. Upacara Adat
Balia sekiranya punya 10 prosesi. Jadi bukan sekadar menginjak bara api saja. Ritual-ritual
tersebut terdiri atas ritual pompoura atau tala bala'a, ritual adat enje da'a, ritual tampilangi
ulujadi, pompoura vunja, ritual manuru viata, ritual adat jinja, balia topoledo, vunja ntana,
ritual tampilangi, dan nora binangga. Biaya dari pelaksanaan upacara adat ini ditanggung
oleh orang mengadakan hajatan atau orang yang ingin melakukan ritual adat penyembuhan.
Tidak hanya menanggung biaya hajat , orang yang bersangkutan juga harus menyediakan
biaya atau ongkos lelah bagi para peritual. Ritual penyembuhan ini dimulai dengan pawang
yang harus berjenis kelamin laki-laki yang akan mulai beraksi dengan mantra-mantranya,
dengan tujuan untuk memanggil arwah penguasa panutannya. Tari Balia ini terus dilakukan
hingga orang yang sakit diusung untuk mengikuti prosesi puncak, yaitu penyembelihan
kerbau (hewan kurban sesuai dengan kasta sang penyelenggara). Kemudian darah kerbau
yang disembelih itu jadikan sebagai simbol kesungguhan harapan atas kesembuhan.
Terdapat 10 jenis ritual adat balia, yaitu ritual Pompoura dari Kelurahan Balaroa, Enje Da’a
dari Kelurahan Donggala Kodi, Tampilangi Ulujadi dari Kelurahan Kabonena, Pompoura
Vunja dari Kelurahan Petobo, Manuru Viata dari Kelurahan Tipo, Jinja dari Kelurahan
Lasoani, Balia Topoledo dari Kelurahan Taipa, Vunja Ntana dari Kelurahan Tanamodindi,
Tampilangi Api dari Kelurahan Kayumalue Pajeko, dan Nora Binangga dari Kelurahan
Kawatuna.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Segala bentuk tradisi dan kebudayaan yang tercipta pada suatu daerah Merupakan
hasil dari sistem gagasan ataupun tindakkan dan hasil karya manusia yang mereka
ciptakan dengan mempelajari atau mengamati sesuatu baik itu berupa fenomena alam,
serta penyakit yang bisa disembuhkan dan lain-lainnya. Ritual Balia di Kota palu
merupakan upacara penyembuhan penyakit yang dipercayai dan diyakini keberadaannya
dengan meminta kekuatan penolong dalam hal ini yaitu roh-roh gaib serta masih
terlaksananya upacara Ritual Balia turun-temuruan dimasyakarat Kelurahan Tipo
Kecamatan Ulujadi Kota Palu dan sehinggah sudah membudaya di Kota Palu. Ritual
Balia ini juga dilaksanakan selama 3 hari 3 malam dengan menentukan hari yang
dianggap sebagai hari baik, tempat yang dianggap baik serta pelaku dalam pelaksanaan
ritual tersebut. Dan dalam Ritual Balia dilaksanakan melalui proses pembacaan syair-
syair, adanya sesajian, Ekspresi gerak tari serta iringan musik yang berupa suling dan
gendang. Kebanyakan warga setempat sangat meyakini keefektifan ritual ini, mereka
menganggap bahwa ritual ini lebih dari peninggalan budaya yang perlu dijaga agar tidak
punah. Akan tetapi tidak sedikit juga dari mereka yang sudah terbiasa hidup dengan gaya
hidup modern yang beranggapan bahwa tidak ada pengobatan yang lebih efektif dari
pengobatan dari para ahli atau para dokter.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. https://kumparan.com/taniazalzabila/ritual-adat-penyembuhan-suku-kaili-
1v5eXpfjWN5 Diakses tanggal 01 Februari 2021
2. https://www.benarnews.org/indonesian/slide-show/balia-ritual-pengobatan-
masyarakat-kaili-01222016125749.html Diakses pada tanggal 22 Januari 2016
3. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/upacara-adat-baliya-jinja-ritual-untuk-
menolak-bala/ Diakses pada tanggal 24 September 2017
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Balia

Anda mungkin juga menyukai