Anda di halaman 1dari 8

Pulau Bali dikenal dengan sebutan Pulau Dewata.

Sebutan ini bukan tanpa


alasan, sebab keindahan lanskap alam, budaya dengan estetika tinggi, serta budaya
Bali yang filosofis diciptakan oleh Sang Dewata. Setiap sudut Pulau Bali atau
Provinsi Bali memiliki daya tarik yang memikat hati.

Sekali Anda berkunjung ke Pulau Dewata, berkali-kali Anda akan berdecak


kagum. Mulai dari hasil budayanya berupa seni, kebiasaan hidup, hingga tata cara
memiliki makna yang mendalam. Penting untuk Anda ketahui bahwa Bali diakui
oleh dunia sebagai tempat terindah untuk dikunjungi. Lebih penting lagi, budaya Bali
dalam 10 daftar berikut telah mendunia.

1. Subak

Mengutip dari laman World Heritage Convention UNESCO, sistem pengairan


subak masuk sebagai daftar situs warisan dunia. Sistem pengairan ini merupakan
manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana. Ketika Anda melewati beberapa kawasan di
Bali, pandangan mata akan menangkap sawah terasering.

Sawah terasering ini salah satu implementasi dalam sistem pengairan subak.
Sistem pengairan subak berlandaskan semangat egaliter dan demokratis dalam
praktik pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan terutama beras.

Konsep Tri Hita Karana dalam menopang pengelolaan air pada sistem subak
bertujuan mempertahankan hubungan harmonis antara alam, dunia spiritual,
serangkaian ritual, persembahan, dan pertunjukan dengan artistik yang estetis.

2. Tari Bali

Dalam seni pertunjukan tari dalam budaya Bali terdapat 3 genre, yaitu
bersifat sakral, semi sakral, dan yang dimaksudkan untuk dinikmati oleh masyarakat
luas. Tari Bali masuk dalam daftar warisan takbenda WHC UNESCO.

Tari-tarian Bali dimainkan oleh pria dan wanita dengan mengenakan kostum
tradisional. Konstum warna cerah dan dilukis motif bunga serta fauna emas dengan
aksesoris bentuk daun dari emas dan permata. Tarian tersebut terinsirasi oleh alam
dan melambangkan trandisi, adat istiadat, dan nilai-nilai kepercayaan msyarakat.
Semua jenis tari Bali diiringi gamelan yang menggambarkan suasana disamping
gestur penari yang eskpresif.

Sebagai hasil budaya, tari di Bali dengan kriteria 3 genre di atas antara lain
Tari Barong, Tari baris, Tari Joget Bumbung, Tari Rejang, Tari Sanghyang Dedari,
Drama Tari Gambuh, dan Tari Topeng Sidakarya.
3. Tenun Endek

Dilansir laman Pemerintah Provinsi Bali, selama pandemi, tenun endek


semakin dikenal dunia. Pada awal tahun 2021, Gubernur Provinsi Bali bekerjasama
dengan Rumah Mode asal Prancis, Christian Dior Couture.

Kata endek dari tenun endek berasal dari kata ngendek atau gandekan yang


berarti diam dan warna tidak berubah. Kata tersebut diambil dari proses
pembuatannya dengan benang yang diikat dan dicelup. Sehingga warna benang tidak
pernah berubah.

Budaya Bali memang lekat sekali dengan alam, tergambar dari motif-motif
pada kain tenun endek. Disamping motif alam, ada pula motif yang bersifat sakral,
yaitu motif encak saji dan motif patra.

4. Suasana yang unik

Perpaduan antara arsitektur bernuansa tradisi, budaya masyarakat Bali,


lanskap alam yang indah, menyatu membentuk suasana yang unik. Ini bisa dirasakan
ketika berwisata ke Bali, akan menghirup aroma dupa, menemukan canang sari di
setiap sudut yang dikunjungi, keramahan penduduk, hingga merasakan harmoni
alam.

5. Banyak tempat wisata

Tak hanya pantai sebagai tempat wisata yang bisa dihampiri, ada air terjun,
perairan tempat snorkeling, surfing, gunung, hingga tepian sungai yang didesain
cantik. Sejumlah pura suci juga dibuka untuk umum. Belum lagi museum dengan
berbagai macam koleksi bersejarah. Dan lagi, makanan khas bali juga memiliki
keunikan rasa, seperti ayam betutu, nasi jinggo, serombotan, sate lilit, sambal matah,
dan masih banyak lagi.

Masakan Bali juga diolah berdasarkan sumber daya alam di sekitar dan resep
berdasarkan budaya yang diturunkan kepada setiap generasi.

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayanah yang berarti budi atau


akal. Menurut KBBI, budaya adalah pikiran, akal budi, sesuatu yang berkembang
dan sudah menjadi kebiasaan sehingga sukar diubah. Dari daftar di atas meliputi adat
istiadat serta segala hal mengenai Bali yang sukar diubah yang justru menjadi
kekhasan tiada dua.
1. Ngaben

Ngaben merupakan adat istiadat Bali yang biasa dilakukan ketika salah satu anggota
keluarganya meninggal dunia. Upacara ini dilakukan dengan membakar mayat atau kremasi
jenazah.

Makna dari ngaben adalah mengembalikkan roh yang telah meninggal dunia ke tempat
asalnya, sebagai tanda keikhlasan dari keluarga yang ditinggalkan.

2. Omed-omedan
Adat istiadat suku Bali yang lain adalah Omed-omedan. Tradisi ini hanya boleh
dilakukan wanita dan pria yang masih single atau tidak memiliki pasangan.
Pasalnya, antara pasangan muda-mudi akan saling tarik menarik dan berciuman.
Tradisi ini dilakukan setelah hari raya Nyepi sebagai bentuk suka cita di Banjar Kaja, Desa
Sesetan, Denpasar.

3. Melasti
Sebelum pelaksanaan hari raya Nyepi, umat Hindu di Bali biasa melaksanakan
upacara Melasti. Upacara ini dilakukan dengan mendatangi beberapa sumber mata air, seperti
pantai dan bermakna untuk menyucikan diri.

4. Mepandes
Upacara adat ini juga dikenal dengan nama Potong Gigi. Biasanya, yang
melaksanakan upacara ini adalah anak-anak yang dianggap telah beranjak dewasa. Adapun,
gigi taring bagian atas sang anak akan dikikis. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan sifat
buruk yang ada di dalam diri manusia.

5. Ngerupuk
Selain Melasti, Ngerupuk juga merupakan rangkaian dari upacara Nyepi. Upacara ini
dilakukan untuk mengusir Bhuta Kala kejahatan dari kehidupan manusia dan mengganggu
Nyepi. Upacara ini juga biasa dilakukan bersamaan dengan pawai ogoh-ogoh.

6. Galungan & Kuningan


Galungan adalah upacara dan adat istiadat Bali yang dilakukan guna memperingati
terciptanya alam semesta. Upacara ini dilakukan dengan melakukan persembahyangan di
rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar. Sedangkan, Kuningan biasanya berdekatan
dengan hari raya Galungan. Hari raya ini dilakukan dengan menyiapkan persembahan
berwarna kuning.
7. Otonan
Otonan juga dianggap sebagai upacara ulang tahun di Bali. Upacara ini dilakukan
setiap enam bulan sekali sebagai bentuk syukur kepada sang Pencipta.

8. Piodalam
Upacara ini dilakukan sebagai bentuk kewajiban membayar hutang kepada sang
Pencipta. Sebab, piodalan diartikan sebagai perayaan hari jadi tempat suci.

9. Saraswati
Setiap enam bulan sekali, umat Hindu di Bali selalu melaksanakan hari raya
Saraswati. Perayaan ini diartikan sebagai hari turunnya atau terciptanya ilmu pengetahuan.

10. Tumpek Landep


Tumpek Landep dilaksanakan setiap 210 hari sekali. Orang Hindu Bali percaya
bahwa hari tersebut merupakan pertemuan weweran Panca Wara dan Sapta Wara.

Upacara ini dilakukan dengan mengupacarai benda-benda yang membantu aktivitas hidup
manusia saat ini, seperti motor, mobil, mesin, hingga komputer.

11. Nyepi
Upacara dan adat istiadat Bali yang terakhir adalah Nyepi. Perayaan ini dilakukan
selama satu hari lamanya dengan menahan hawa nafsu dan berdiam diri di rumah.
Tempat suci (pura) bagi umat hindu adalah suatu tempat yang disucikan, di-
keramatkan sebagai tempat pemujaan bagi umat beragama. Salah satu diantara-nya
merupakan tempat melakukan upacara Yajña yang disesuaikan dengan Desa, Kala,
dan Patra.
Pura berasal dari kata pur yang artinya benteng atau tempat berlindung. Pura
sebagai tempat berlindung karena umat Hindu merasa wajib untuk melakukan
pemujaan di pura, untuk memohon keselamatan ke hadapan Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pura sebagai tempat pemujaan dan se-
bagai tempat berlindung, maka setiap pura wajib dijaga dan dipelihara oleh umat
Hindu di mana pura itu berada. Memelihara pura adalah tanggung jawab sebagai
umat Hindu. Melestarikan pura maksudnya adalah memelihara dan, melaksanakan
Upacara Yajña yang disesuaikan dengan Desa, Kala, dan Patra. Desa artinya tempat,
yaitu tempat dibangunnya sebuah pura. Kala artinya sama dengan waktu, kapan
upacara itu dilaksanakan. Patra artinya keadaan, dalam keadaan bagaimana upacara
itu dilaksanakan oleh desa atau masyarakat penanggung jawab itu.
Jadi, dengan demikian pelaksanaan upacara di masing-masing tempat suci atau pura
yang ada di Bali khususnya ataupun di Indonesia pada umumnya terkadang kita
jumpai adanya perbedaan-perbedaan. Namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
mohon keselamatan lahir dan batin.

Jenis-jenis Tempat Suci


Tempat suci dapat kita kelompokkan menjadi 2 bagian yakni, bersifat khusus
dan bersifat umum.

A. Tempat Suci yang bersifat khusus


Tempat suci yang bersifat khusus antara lain: Pura Keluarga/Sanggah
Kemulan, Pura Swagina (Pura Bedugul/Ulun Siwi/Ulun Danu, Pura Melanting, Pura
Segara).

1. Pura Keluarga/ KAWITAN


Pura Keluarga artinya pura yang dimiliki oleh masing-masing keluarga.
Secara umum pada pura keluarga terdapat bangunan berupa Sanggah Kemulan,
Taksu, Pangijeng dan di Jaba terdapat Palinggih Panunggun Karang (Tugu).
Sedangkan dalam keluarga yang lebih besar masih ada hubungan darah keturunan
dari pihak Purusa atau Ayah dan Pradhana atau Ibu selaku kepala keluarga disebut
Sanggah Kawitan.

Sanggah Kemulan memakai pintu ruang tiga, dan Sanggah Taksu memakai pintu
ruang satu. Pada beberapa daerah ada pula menyebutkan Sanggah Kemulan itu
sebagai Palinggih Bhatara Guru tetapi dari segi manfaat atau fungsinya sama. yaitu
sebagai tempat memuja Roh Para Leluhur yang telah disucikan. Di samping itu kalau
dilihat dari segi pintu ruangnya ada tiga, maka juga dimanfaatkan untuk memuja
manifestasi Tuhan (dalam bukunya I Ketut Wiana tentang struktur Sanggah
Kemulan) Rong tiga merupakan tempat pemujaan terhadap Hyang Kemimitan/Sang
Hyang Widhi Wasa di rong tengah, Sang Hyang Purusa/Ayah di rong kanan, dan
Sang Hyang Pradhana/Ibu di rong kiri.

Fungsi Sanggah Kemulan bagi keluarga di samping sebagai tempat memuja Para
Leluhur dan manifestasi Tuhan juga bermanfaat untuk melakukan Upacara agama
pada hari-hari suci seperti: Purnama, Tilem, Anggara Keliwon, Buda keliwon,
Upacara Perkawinan, Upacara Potong Gigi, dan Upacara Pitra Yajña bagi keluarga.

Tujuan membangun dan memiliki Sanggah Kemulan bagi setiap keluarga


adalah agar merasa aman dan nyaman apabila melaksanakan upacara keagamaan
yang sifatnya sangat khusus dan pribadi bagi keluarga tersebut.
Adapun Upacara Pujawali yang dilakukan di masing-masing pura Keluarga
sudah memiliki hari-hari tertentu sesuai dengan hari saat dibangunnya pura tersebut,
yang dilakukan setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali berdasarkan hari, dan
Pawukon. Contoh apabila sebuah Pura Keluarga dibangun dan di pelaspas pada Hari
Senin Tolu, maka setiap enam bulan pada Hari Senin Tolu keluarga tersebut wajib
melakukan Upacara Pujawali pada pura tersebut.

2. Pura Swagina

Pura Swagina artinya pura yang berfungsi dan bermanfaat untuk masyarakat
tertentu, sesuai dengan profesi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, (Duwijo
dan Darta, 2014:75). Contoh Pura Swagina antara lain:

a. Pura Bedugul/Ulun Suwi/Ulun Danu yaitu pura tempat pemujaan Ista Dewata
sebagai Dewa Kemak-muran, bagi umat yang bermata pencaharian sebagai petani.
Hara-pannya adalah agar mengeluarkan air dari perut bumi, menurunkan hu-jan dari
langit untuk memberikan kesuburan pada isi alam semesta.

b. Pura Melanting yaitu pura tem-pat pemujaan Ista Dewata dalam


manifestasinya sebagai Dewa Kuwe-ra pemberi kesejahteraan bagi umat Hindu yang
berprofesi sebagai peda-gang, dengan harapan agar Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa memberikan petunjuk serta tuntunannya agar dapat kebe-runtungan,
untuk meningkatkan taraf hidupnya. Di samping itu menurut Pedanda Made Gunung
beliau yang berstana di Pura Melanting memberikan pe-nyupatan terhadap semua
jenis barang dagangan yang diperjualbelikan di dalam pasar. Oleh karena itu, kita
tidak ragu lagi menggunakan bahan yang dibeli di pasar untuk yajña,

c. Pura Segara yaitu pura yang di-bangun di pinggir pantai tempat me-muja Dewa
Baruna oleh para nelayan sebelum pergi melaut agar selamat dalam perjalanan dan
mendapat tuntu-nan sehingga dapat menangkap ikan untuk menunjang kebutuhan
hidup ber-sama keluarga. Mereka berharap dari hasil tangkapannya itu akan mampu
membeli sandang, pangan dan papan, dalam menjalankan kehidupan bersama
keluarganya, (Duwijo dan Darta, 2014:77).

B. Pura yang bersifat Umum

Pura umum yaitu pura sebagai tempat pemujaan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat umum tanpa membedakan golongan, suku, dan profesi. Adapun pura
yang bersifat umum antara lain adalah:

1. Pura Kahyangan Tiga


Pura Kahyangan Tiga umumnya di Bali meliputi: Pura Desa, Pura Puseh, dan
Pura Dalem Mrajapati. Pura Kahyangan Tiga berada di setiap Desa Pekraman atau
Desa Adat yang diemong oleh Warga Desa Adat. Pura Kahyangan Tiga adalah
sebagai tempat pemujaan terhadap tiga manifestasi Tuhan yaitu:
a. Pura Desa/Pura Bale Agung adalah tempat memuja manifestasi Tuhan se-bagai
Dewa Brahma yaitu Dewa Pen-cipta alam beserta isinya, dengan sakti-nya Dewi
Saraswati yang merupakan Dewi Ilmu Pengetahuan. Bangunan Pura Desa ciri
khasnya berupa Bale Yang Besar dan sebuah Padmasana, Ratu Ngurah dan Ratu
Nyoman hal ini sangat tergantung pada Desa Adat se-tempat, (Duwijo dan Darta,
2014:78).

b. Pura Puseh adalah tempat memuja manifestasi Tuhan sebagai Dewa Wisnu yaitu
Dewa Pelindung atau Pemelihara Isi alam beserta isinya dengan saktinya Dewi Sri
sebagai lambang kemakmuran. Ciri Khas bentuk bangunan di pura ini secara umum
berupa Sebuah Meru tumpang tujuh (7) dan ada pula yang berbentuk lain. Hal itu
juga tergantung pada keadaan setempat.

c. Pura Dalem adalah tempat memuja manifestasi Tuhan sebagai Dewa Siwa yang
berfungsi sebagai pelebur atau Pralina alam beserta isinya. Sakti Dewa Siwa adalah
Dewi Durga. Bentuk bangu-nan Pura Dalem memiliki ciri khas ber-bentuk Gedong.

2. Pura Dang Kahyangan

Pura Dang Kahyangan di Bali khususnya adalah pura yang merupakan


peninggalan dari Dang Hyang Nirarta pada saat datang ke Bali. Beliau membuat
tempat pemujaan antara lain yang sekarang ber-nama Pura Pulaki yang terletak di
Bali Barat Pura Batu Bolong, Pura Tanah Lot di Kabupaten Tabanan,Pura Peti
Tenget di Kabupaten Badung, Pura Uluwatu di Denpasar selatan.

3. Sad Kahyangan Jagat Bali

Pura Sad Kahyangan yang ada di Bali adalah enam (6) buah kahyangan besar
yang ada di sebagai tempat memuja Ista Dewata yang terdapat di beberapa
Kabupaten di Bali.

1. Pura Besakih terletak di Kabupaten Karangasem.


2. Pura Lempuyang terletak di Kabupaten Karangasem.
3. Pura Goalawah terletak di Kabupaten Klungkung.
4. Pura Uluwatu di Kabupaten Badung.
5. Pura Batukaru di Kabupaten Tabanan.
6. Pura Bukit Pangelengan/Puncak Mangu di Kabupaten Badung.

Di Bali terdapat Sad Kayangan seperti tersebut di atas. Sedangkan pura umum di luar
Bali adalah Pura Jagatnatha yang fungsinya hampir sama dengan Sad Kahyangan Jagat yang
ada di Bali. Pura ini di manfaatkan sebagai tempat pemujaan oleh masyarakat/umat Hindu
dari berbagai golongan, baik golongan Brahmana, Wesya, Ksatria dan Sudra. Pada intinya
pura umum bermanfaat sebagai pemersatu umat dari golongan manapun.

Anda mungkin juga menyukai