Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda
yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui
dalam Budaya China). Rumah adat Bali dinamakan Gapura Candi Bentar.
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan
tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek
pawongan (harmoni dengan manusia), palemahan (harmoni dengan alam)
dan parahyangan (harmoni dengan tuhan). Untuk itu pembangunan
sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa
disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah.
Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah
dan lingkungannya.
Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu
dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam
hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan
simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias
dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang
ditampilkan dalam patung.
a. Tarian:
Tari Pendet
pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di
pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke
alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman
Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap
mengandung anasir yang sakral-religius.
Kecak
Kecak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun
1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan
oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris
melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat
kedua lengan
Senjata Adat Bali:
Keris
Keris ada senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada
kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan
Nusantara bagian barat dan tengah. Keris Indonesia telah terdaftar di
UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia sejak
2005.
Alat Musik:
Gamelan
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,
gambang, gendang, dan gong. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di
pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis
ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa
lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada
Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di
gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang
Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para
dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong,
lalu akhirnya terbentuk set gamelan
Makanan khas Bali:
AyamBetutu
Ayam Betutu adalah lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh
yang berisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam. Betutu ini
telah dikenal di seluruh kabupaten di Bali. Salah satu produsen betutu
adalah desa Melinggih, kecamatam payangan kabupaten Gianyar. Betutu
digunakan sebagai sajian pada upacara keagamaan dan upacara adat serta
sebagai hidangan dan di jual.
Lawar
PERKAWINAN
a. SistemPerkawinan
Perkawinan (ngerorod) artinya mempertsatukan 2 insan/pemuda-pemudi
menjadi satu ikatan baik lahir maupun batin. Secara adat agama Hindu
perkawinan dilaksanakan dengan memakai sesaji/banten.
Yang dimaksud:
->Meminang atau meminta adalah meminta seorang gadis yang
dilakukan oleh seorang pria kekeluarga pihak perempuan.
->Kawin lari adalah kawin yang dilakukan secara adat, yang tidak
disetujui oleh pihak keluarga perempuan.
->Kawin Mekidih adalah seorang perempuan yang meminang seorang
laki-laki menjadi suaminya, karena seorang perempuan itu tidak
mempunya saudara laki-laki.
->Mejangkepan (dijodohkan) adalah perkawinan yang dilaksanakan
dengan persetujuan kedua belah pihak, orang tua, walaupun keduanya
tidak saling mencintai.
I. Upacara Keagamaan
Biasanya orang Bali sembahyang 3x sehari pada waktu pagi, siang, dan
sore.
Bunga / canang, Dupa, Tirtha sebagai air suci, Bije, biasa kita kenal
dengan beras
a. Upacara Ngaben
Upacara ini adalah penyelesaian terhadap jasmani orang yang telah
meninggal. Upacara ngaben disebut pula upacara pelebon, hanya dapat
dilakukan satu kali saja terhadap seseorang yang meninggal. Tujuannya
adalah untuk mengembalikan unsur-unsur jasmani kepada asalnya yaitu
Panca Maha Bhuta yang ada di Bhuana Agung. Jenis-jenis Upacara
Ngaben adalah :
Sawa Wedana, adalah pembakaran yang secara langsung di mana mayat
orang meninggal langsung di bawa kekuburan ( setra ) untuk di bakar.
Asti Wedana, adalah suatu upacara yang di lakukan setelah selesai
upacara pembakaran mayat, kemudian tulang-tulang yang telah menjadi
abu di hanyut ke laut atau ke sebuah sungai yang bermuara ke laut.
Swasta Wedana, adalah suatu upacara pembakaran atas mayat yang tidak
lagi dapat di ketemukan, sehingga mayat tersebut dapat di wujudkan
dengan kuasa ( lalangan ), air dan lain-lainnya.
Ngelungah, adalah upacara pembakaran mayat yang masih kanak-kanak
atau yang belum tanggal gigi.
Atma Wedana, adalah upacara pengembalian atma dari alam Pitara ke
alam Hyang Widhi. Upacara ini di sebut juga dengan Upacara Nyekah
, yang bertujuan untuk meningkatkan kesucian dan kesempurnaan atma
orang yang meninggal agar dapat kembali ke asalnya.