Kelas :V
SUKU BALI
Penduduk asli suku Bali Aga ini bermukim di pegunungan karena masyarakatnya menutup diri dari
pendatang yang mereka sebut dengan Bali Hindu, yakni penduduk keturunan Majapahit. Selain itu,
masyarakatnya juga menganggap bahwa daerah di pegunungan ialah tempat suci karena daerah
tersebut banyak sekali puri dan kuil yang dianggap suci oleh masyarakat Bali.
Selain suku Aga yang ada di Bali, ada pula suku Bali Majapahit. Suku ini berasal dari pendatang Jawa
yang sebagian besar tinggal di Pulau Bali khususnya berada di dataran rendah. Masyarakat suku Bali
ini berasal dari masyarakat Jawa pada kerajaan Majapahit yang menganut agama Hindu. Mata
pencaharian dari masyarakat suku ini ialah bercocok tanam. Suku ini juga menjadi salah satu pengaruh
dari sejarah suku Bali.
Pendapat lain mengatakan bahwa, asal-usul suku Bali terbagi ke dalam tiga periode atau gelombang
migrasi yakni sebagai berikut :
Gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang terjadi di Nusantara
selama zaman prasejarah
Gelombang kedua terjadi secara perlahan selama masa perkembangan agama Hindu di
Nusantara
Gelombang ketiga merupakan gelombang terakhir yang berasal dari Jawa, ketika Majapahit
runtuh pada abad ke-15 seiring dengan
Islamisasi yang terjadi di Jawa sejumlah rakyat Majapahit memilih untuk melestarikan kebudayaannya
di Bali, sehingga membentuk sinkretisme antara kebudayaan Jawa klasik dengan tradisi asli Bali.
Pada umumnya rumah Bali di penuhi dengan pernak-pernik hiasan, ukiran serta warna yang alami lalu
patung-patung symbol ritual. Bangunan Rumah Adat Bali terpisah-pisah manjadi banyak bangunan-
bangunan kecil – kecil dalam satu area yang disatukan oleh pagar yang mengelilinginya. Seiring
perkembangan jaman mulai ada perubahan pada bangunan dimana bangunannya tidak lagi terpisah-
pisah.
3. Tari Bali
Bali mempunyai berbagai macam jenis tarian daerah yang berasal dari daerah ini diantaranya yaitu
sebagai berikut :
Tari Pendet
Tari Pendet ini ditarikan sebagai tari selamat datang untuk menyambut kedatangan para
tamu dan undangan dengan menaburkan bunga, dan ekspresi penarinya penuh dengan
senyuman manis. Pada awalnya tarian ini dipakai pada acara ibadah di pura sebagai bentuk
penyambutan terhadap dewa yang turun ke dunia.
Tari Condong
Jenis tarian ini adalah tarian yang cukup sulit untuk diragakan dan tarian ini
mempunyai durasi panjang. Tarian ini yaitu tarian klasik Bali yang mempunyai gerakan yang
sangat kompleks dan menggambarkan seorang abdi Raja
Tari Kecak
Tarian ini adalah jenis tarian yang sangat terkenal dari daerah Bali. Tarian ini dimainkan oleh
puluhan laki-laki yang duduk bari melingkar. Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana saat
barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian
sanghyang yakni tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar,
melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan
harapan-harapannya kepada masyarakat.
Gamelan Bali
Sama seperti daerah lain di Indonesia yang mempunyai alat musik gamelan, Bali pun
mempunyai alat musik gamelan. Namun gamelan Bali ini mempunyai perbedaan dengan
gamelan daerah lain salah satunya yaitu ritme yang dimainkan pada gamelan Bali berjenis
ritme yang cepat.
Rindik
Rindik adalah alat musik khas Bali yang terbuat dari bambu yang bernada selendro. Alat
musik ini dimainkan oleh 2 sampai 4 orang, 2 orang menabuh rindik sisanya meniup seruling.
Alat musik ini digunakan untuk pementasan tarian jogged bumbung dan untuk acara
pernikahan.
5. Adat Kebudayaan Suku Bali
Masyarakat Bali terdiri dari masyarakat yang beraga Hindu tapi semua itu tidak berpengaruh terhadap
masyarakat lain yang tinggal di Bali namun tidak memeluk agama Hindu. Berikut beberapa upacara
yang biasa di lakukan oleh masyarakat bali :
Pernikahan
Untuk acara pernikahan ada beberapa upacara adat yang harus dilewati diantaranya yaitu
sebagai berikut :
o Upacara ngekeb
Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan
remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan
ini serta nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik
o Mungkah Lawang (Buka Pintu)
Adat ini adalah adat mengetuk pintu pengantin wanita sebanyak tiga kali, sebagai
bentuk bahwa pengantin pria telah datang untuk menjemput pengantin wanita dan
memohon agar segera dibukakan pintu
o Madengen dengan
Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin
dari energi negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku
adat atau Balian
o Mewidhi Widana
Acara ini merupakan acara penyempurnaan pernikahan adat bali untuk
meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara
sebelumnya. Lalu keduanya menuju merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdoa
mohon izin dan restu Yang Kuasa.
o Mejauman Ngabe Tipat Bantal
Setelah beberapa hari menikah, baru upacara ini dilaksanakan. Acara ini dilakukan
untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin
wanita, terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah
sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya
Upacara Kematian
Masyarakat Bali selalu mengadakan upacara kematian di saat ada seseorang atau kerabat
yang meninggal dunia. Upacara kematian ini dikenal dengan nama upacara ngaben. Upacara
ini yakni upacara pembakaran bagi orang yang sudah meninggal. Pada intinya upacara ini
untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang
Pedanda mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah meninggal Bayu,
Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa selaku Dewa yang dipercaya oleh
masyarakat atau umat hindu khususnya masyarakat hindu Bali
Brahmana : menciptakan;
Wisnu : yang memelihara;
Siwa : yang merusak.
Selain itu hal-hal yang mereka anggap penting adalah sebagai berikut.
Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura memiliki sifat berbeda, sebagai berikut:
Ayam betutu juga merupakan makanan khas Gilimanuk. Betutu digunakan sebagai sajian pada
upacara keagamaan dan upacara adat serta sebagai hidangan dan di jual. Konsumennya tidak hanya
masyarakat Bali tapi juga tamu mancanegara yang datang ke Bali, khususnya pada tempat-tempat
tertentu seperti di hotel dan rumah makan atau restoran.