Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBUDAYAN SUKU DAYAK DI KALIMANTAN TENGAH

Dosen Pengampu :

Offeny., M.Pd

Disusun Oleh :

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PPKn

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Sekarang ini, jumlah pulau yang ada di wilayah Negara kesatuan republik indonesia (NKRI)
sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta
jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu
mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaa. Kebudayaan
adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang, kebudayaan tersebut untuk
sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, asset kas daerah dengan menjadikannya
tempat wisata, karya ilmiah dan lain sebagainya.

Dalam hal ini suku Dayak Kalimantan yang mengedepankan budaya leluhurnya,
sehingga kebudayaan tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah sang pencipta
yang dilatarbelakangi kepercayaan tradisional yang disebut Kaharingan. Sebagai bukti ragam
budaya Indonesia yaitu tradisi Tiwah sebagai salah satu kebudayaan masyarakat Dayak
Ngaju Propinsi Kalimantan Tengah yangpada mulanya sebuah tradisi kepercayaan
masyarakat Kaharingan. Berbagaimacam prosesi yang terjadi pada acara tersebut,
diantaranya: Ngayau (penggalkepala), ritual Tabuh (tidak tidur selama dua malam dengan
diselingi minum. Dari uraian di atas kami tertarik untuk membuat makalah yang terkait lebih
dengan mengambil judul “Kebudayaan Suku Dayak”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dan mengacu pada judul yang ada, maka
merumuskan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah suku dayak?

2. Bagaimana Adat Istiadat Suku Dayak?

3. Apa saja tarian suku dayak?

4. Apa saja Senjata Tradisional Suku Dayak

B. Manfaat Penulisan

1. Untuk Mengetahui sejarah suku dayak

2. Dapat menambah wawasan bagi pembaca terutama tentang adat istiadat suku dayak di
kalimantan.

3. Untuk mengetahui apa saja tarian dari suku dayak

4. Untuk mengetahui apa saja senjata tradisional suku dayak

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan Makalah ini adalah
metode kepustakaan.Dimana metode kepustakaan dilaksanakan dengan mencari bahan dari
sumber-sumber yang menunjang dan berkaitan dengan materi dari makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Suku Dayak

Suku Dayak dikatakan sebagai salah satu kelompok etnis tertua di Kalimantan.
Menurut mitos, nenek moyang orang Dayak berasal dari Kalimantan. Catatan sejarah
tentang orang Dayak sebelum tahun 1850 sebenarnya sangat nihil, dan orang Dayak
Kanayatan sendiri hanya mempunyai sejarah lisan. Ada beberapa hipotesis dari para ahli,
seperti dari Kern dan Bellwood yang menunjukkan bahwa orang pada zaman sekarang di
Nusantara mungkin berasal dari Yunan, Tiongkok yang datang ke Nusantara secara
bergelombang beberapa milenium sebelumnya. Pada tahun 1938 ditemukan tengkorak
Homo Sapiens yang berumur sekitar 38.000 tahun di salah satu gua di Niah, yang terletak
di pantai utara Sarawak. Tengkorak itu mirip tengkorak suku Dayak Punan pada zaman
sekarang (Avé 1996 : 6).

Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di
pedalaman, gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh
orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya
keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan
orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki
kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur. Pada tahun
1977-1978 saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara
yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui
daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut
pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang
sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka
datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam. Belum lagi kedatangan orang-orang
Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup
terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka
harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir
pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat
dan perilaku berbeda.

B. Adat Istiadat Suku Dayak

Di bawah ini ada beberapa adat istiadat suku dayak yang masih terpelihara hingga kini,
dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang
masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya
yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari
pedalaman Kalimantan.

1. Upacara Tariu, Upacara ini dilakukan oleh seorang Panglima Suku Dayak untuk
mengetahui kapan waktu yang tepat memulai peperangan, dengan memanggil roh
para leluhur. Biasanya upacara Tariu ini dilakukan sebelum sang panglima
mengirimkan “mangkok merah” sebagai tanda akan dimulainya sebuah perang.
“Mangkok merah” tersebut akan dikirimkan ke kampung-kampung jika sang
panglima merasa sukunya sedang terancam aatau dalam bahaya besar. Dalam
ritual tersebut, roh para leluhur akan merasuki tubuh sang panglima, dan akan
memberinya kekuatan.

2. Upacara Manajah Antang Dalam menghadapi peperangan, biasanya Suku Dayak


juga akan melakukan upacara Manajah Antang. Melalui upacara ini, mereka akan
mencari petunjuk mengenai keberadaan musuhnya yang selama ini sulit
ditemukan. Dalam upacara ini, mereka juga memanggil roh para leluhur melalui
burung Antang, yang kemudian akan memberitahukan dimana musuhnya berada.
Selain itu, upacara Manajah Antang ini juga bisa digunakan untuk mencari
petunjuk lain.

3. Upacara Tiwah, Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah
merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang
sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang
semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah
meninggal dunia
C. Seni Tari Dayak

Jenis-jenis tarian Dayak berikut ini merupakan tarian yang sering kita dengar dan
sering ditampilkan di pertunjukan umum dalam sebuah acara baik formal, adat maupun
saat pernikahan:

1. Tari Gantar ,Tarian ini cukup terkenal untuk menyambut para tamu di acara-acara
formal. Tarian ini dikenalkan oleh Suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq. Oleh
suku Dayak, tarian ini terbagi atas 3 macam yaitu tari Gantar Busai, tari Gantar Raytn
dan Gantar Senak atau Gantar Kusak. Cerita tarian tersebut menggambarkan orang
yang sedang menanam padi. Tongkat yang digunakan sebagai simbol kayu penumbuk
padi, selain itu juga menggunakan bambu dan biji-bijian untuk simbol benih padi dan
wadah benih tersebut.

2. Tari Kancet Papatai/Tari Perang, Tarian bergenre perang ini menggambarkan


kejantanan dan keperkasaan pria dalam sebuah peperangan antara pahlawan Dayak
Kenyah dan musuhnya. Ritme tarian sangat gesit, lincah dan penuh semangat
terkadang penarinya memekikkan teriakan khas suku Dayak. Kostum yang digunakan
adalah pakaian tradisional Dayak Kenyah lengkap dengan peralatan mandau, baju
perang dan perisai. Tarian ini menjadi lebih rancak karena iringan menggunakan alat
musik Sampe memainkan lagu Sak Paku.

3. Tari Kancet Ledo/Tari Gong, Tarian ini kebalikan dari tari Pepatai, simbol dari
kelemah-lembutan gadis yang digambarkan sebagai sebatang padi yang tertiup angin.
Tarian ini khusus dibawakan oleh seorang wanita dengan pakaian khas Dayak
Kenyah, pada kedua tangannya membawa rangkaian bulu ekor burung Enggang.
Wanita penari akan menari di atas sebuah gong, sehingga banyak orang menyebut
tarian ini sebagai tarian Gong.

4. Tari Kancet Lasan, Tari Kancet Lasan adalah gambaran kehidupan burung
Enggang. Suku Dayak sangat memuliakan burung ini karena sebagai simbol
kepahlawanan dan keagungan. Tarian ini mirip dengan tarian Kandet Ledo,
dibawakan oleh seorang wanita Dayak Kenyah namun penari tidak menggunakan
bulu ekor Enggang dan gong. Posisi penari lebih banyak merendah atau berjongkok
dan duduk dengan lutut menyentuh tanah. Tarian ini lebih banyak menceritakan
tentang burung Enggang yang sedang terbang di angkasa dan sedang bertengger di
batang pohon.

5. Tari Serumpai, Tarian Serumpai berasal dari suku Dayak Benuaq diiringi oleh alat
musik Serumpai (seruling bambu). Tarian ini dimaksudkan untuk menolah wabah
penyakit dan mengobati orang yang terkena rabies. Sehingga tarian ini lebih sering
digunakan sebagai upacara adat Dayak.

6. 6. Tarian Belian Bawo, Tarian ini juga digunakan untuk menolak wabah penyakit,
proses menyembuhkan/mengobati orang sakit, membayar nazar dan sebagainya.
Dulunya tarian ini adalah sebuah upacara namun setelah perubahan zaman, akhirnya
dijadikan tarian dan dipertontonkan di depan orang banyak. Tarian ini berasal dari
suku Dayak Benuaq.

7. Tari Kuyang, Tarian ini adalah sebuah upacara dulunya dan menggambarkan suku
Dayak yang mengusir hantu-hantu penjaga pohon dan agar tidak mengganggu
manusia. Biasanya digunakan oleh orang Dayak sebelum menebang pohon-pohon
besar agar tidak terjadi masalah.

8. Tarian Pecuk Kina, Dalam sejarah, suku Dayak Kenyah pernah berpindah tempat
dari daerah Apo Kayan (Kabupaten Bulungan) ke Long Segar (Kabupaten Kutai
Barat) selama bertahun-tahun. Tarian Pecuk Kina menggambarkan cerita sejarah
tersebut

9. Tarian Datun, Tarian ini dibawakan oleh gadis-gadis Dayak 10 – 20 orang. Konon,
tarian ini diciptakan oleh Kepala suku Dayah Kenyah di daerah Apo Kayan yaitu
Nyik Selung. Tarian ini adalah gambaran kegembiraan dan tanda syukur atas
kelahiran cucunya.

10. Tari Ngerangkau, Tari Ngerangkau dapat disimbolkan sebagai tarian kematian yang
berasal dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini menggunakan alat
penumbuk padi yang dibenturkan dengan irama teratur dan posisi mendatar sehingga
dapat menghasilkan musik khas tarian tersebut.

11. Tarian Baraga’Bagantar, Tarian ini pada mulanya hanya sebuah upacara adat
belian. Dalam upacara memreka memohon bantuan dari seorang Nayun Gantar untuk
merawat bayi. Kemudian oleh suku Dayak Benuaq, upacara adat tersebut dijadikan
sebuah tarian.

D. Senjata Tradisional Suku Dayak

Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda


bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit
Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata
jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru. Berikut
ini adalah senjata-senjata tradisional suku dayak:

1. Sipet / Sumpit, Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan
berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 meter, ditengah-tengahnya berlubang
dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak
sumpitan (Damek). Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang
diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep
adalah tempat anak sumpitan.

2. Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan
dan bertangkai dari bambu atau kayu keras. Senjata ini berbentuk tombak panjang
dan tajam. Sama seperti Mandau, senjata ini sering diberi unsur magis untuk
memastikan kemenangan dalam perang. Lonjo juga biasa dipakai untuk berburu
hewan di hutan

3. Mandau. Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang
dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam
bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung,
ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau
rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang
Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai
religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering
dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu:
Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.

4. Dohong. Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah
menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini
hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu, Sebagian
masyarakat suku dayak pada dasarnya masih sangat menghargai kebudayaan tersebut dan
juga sangat menghormati leluhur mereka, karena dalam kehidupan mereka sangat
percaya pada leluhur mereka, apapun yang ditinggalkan oleh leluhur mereka itulah yang
wajib dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada
bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka.

B. Saran

Adapun saran yang penulis sampaikan melalui makalah ini yaitu:

1. Hendakya suku dayak lebih di perkenalkan dan di perluas wawasannya supaya


masyarakat umum yang tinggal di Kalimantan Tengah dapat mngerti kebudayaan
Kalimantan.

2. Dalam penyajiannya, hendaknya penyampaian materi lebih singkat tapi jelas dan tidak
menghilangkan pokok-pokok penting dalam pembahasan, agar masyarakat dan siswa
mudah mengerti dan tanggap.
DAFTAR PUSTAKA

Avé, J. B. 1996, Meet the Dayak, inhabitans of Borneo, dalam Borneo The
Dayaks in the Franςois Coppens collection, Musée Départemental de Préhistoire de
Solutré, Paris

https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/sosial/article/view/376

http://www.acicis.edu.au/wp-content/uploads/2015/03/WEINTRE-Johan.pdf

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5519430/asal-usul-suku-dayak-dari-
pulau-kalimantan

https://pusakapusaka.com/adat-istiadat-suku-dayak.html

https://kaltengtoday.com/tari-tradisional-asal-kalimantan-tengah-yang-wajib-
kamu-ketahui/

https://www.reqnews.com/the-other-side/15260/4-senjata-mematikan-suku-
dayak-yang-wajib-kalian-takuti

Anda mungkin juga menyukai