Anda di halaman 1dari 14

TUGAS GEOGRAFI

KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA


SUKU DAYAK (KALIMANTAN)

OLEH : MARCELL, STEVEN, VABIAN (XIE)

SMAK 1 BPK PENABUR BANDUNG


JALAN DURSASANA 2-6
2020-2021
Indonesia terkenal sebagai negara dengan ratusan suku bangsa, budaya,
bahasa, adat, dan kebiasaan. Ratusan suku ini tersebar di seluruh wilayah
Indonesia, termasuk di pedalaman hutan Kalimantan dengan suku Dayak.

Suku Dayak berasal dari pulau Kalimantan, dan terdiri dari berbagai etnis
suku. Masing-masing suku ini mempunyai kebiasaan, adat, dialek, budaya, serta
wilayahnya sendiri. Kata “Dayak” sendiri berasal dari Bahasa Kenyah (Bahasa
Austronesia) yang berarti hulu sungai atau pedalaman.

Selain Indonesia, Suku Dayak juga menempati Malaysia (Sabah dan


Serawak) dan Brunei yang berada di pulau Kalimantan

PETA SUKU-SUKU DAYAK

Asal muasal Suku Dayak berasal dari Suku Austronesia yang menempati Taiwan
(sekarang Suku Aborigin). Mereka bermigrasi ke arah Selatan dan menemukan
Filipina dan Borneo, setelah itu mereka bermigrasi kembali ke arah Timur (Hawaii,
Micronesia dan kepulauan kecil lainnya) dan ke arah Selatan (Australia dan Selandia
Baru). 
Menurut data BPS pada Sensus tahun 2021, Suku Dayak di Indonesia
mayoritas bermukim di wilayah Kalimantan dengan data 3.867.117 jiwa. Sedangkan
Suku Dayak di Malaysia (wilayah Sabah dan Sarawak) dan Brunei berjumlah
3.350.509 dan 50.898 jiwa. Suku Dayak menempati posisi kedua sebagai suku
terbesar di Pulau Kalimantan setelah Suku Banjar (Data Sensus 2010). Sebagian
besar Suku Dayak di Indonesia, memeluk agama Kristen dengan persentase 62,7%
dan agama Islam dengan persentase 31,6%. Sisanya menganut agama asli Suku
Dayak yaitu Kaharingan dan agama-agama lainnya.

Suku Dayak memiliki 405 sub etnis dengan 7 suku besar. Suku Dayak Punan
merupakan suku Dayak paling tua yang mendiami Pulau Borneo, sedangkan
keenam suku lainnya merupakan suku asimilasi dari bangsa Austronesia dengan
Proto-Melayu. Bahasa Dayak merupakan bahasa daerah yang menjadi bahasa
penghubung bagi semua sub-etnis Dayak di Pulau Borneo, sedangkan Bahasa
Indonesia dan Melayu menjadi bahasa nasional bagi suku Dayak yang terpisah oleh
batas negara yaitu Malaysia dan Indonesia.

Sebelum masuknya budaya asing, akulturasi dan agama, ada satu ciri khas
dari semua Suku Dayak yang menempati Pulau Borneo, yaitu tradisi
pemakamannya sesuai dengan sistem kepercayaan animisme dan dinamisme.
Masyarakat Dayak meyakini bahwa alam semesta dan semua makhluk hidup
mempunyai roh dan perasaan sama seperti manusia kecuali soal akal. Segenap
alam semesta termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan harus diperlakukan
sebaik-baiknya dengan penuh kasih sayang.
Masyarakat Dayak percaya perbuatan semena-mena dan tidak terpuji akan
dapat menimbulkan malapetaka. Itu sebabnya, selain sikap hormat, mereka
berusaha mengelola alam semesta dengan arif dan bijaksana.

Meskipun sepintas kepercayaan orang Dayak Benuaq seperti polytheisme


atau mempercayai lebih dari satu Tuhan, mereka percaya bahwa alam semesta ini
diciptakan dan dikendalikan oleh penguasa tunggal yaitu Letalla.
Letalla atau Dewa tertinggi mendelegasikan tugas-tugas tertentu sesuai dengan
bidang-bidang tertentu, kepada para Seniang (Dewa kepala adat), Nayuq (Dewa
Acara Tarian), Mulakng(Roh yang merasuki patung) dll.
Seniang memberikan pembimbingan, sedangkan Nayuqakan mengeksekusi akibat
pelanggaran terhadap adat dan norma.

PROSESI PEMAKAMAN DAYAK PESAGUAN

Prosesi adat kematian suku Dayak dilaksanakan secara berjenjang. Jenjang


ini menunjukkan makin membaiknya kehidupan roh orang yang meninggal di alam
baka.Orang Dayak percaya bahwa alam baka memiliki tingkat kehidupan yang
berbeda sesuai dengan tingkat upacara yang dilaksanakan orang yang masih hidup
(keluarga dan kerabat).

Masyarakat Dayak memiliki tiga urutan upacara adat yaitu Kwangkey, yang juga
menyertakan Blontakng sebagai salah satu syarat upacara Kwangkey.
Tahap pertama Parepm apiini adalah upacara pelepasan resmi kebarangkatan liyau
dan kelelungan menuju surga.
Selanjutnya adalah Kenyau bila pada tahap upacara Parepm api diibaratkan
menempati suatu pondok sederhana maka tahapan Kenyau ini merupakan suatu
usaha agar mereka menempati suatu rumah yang lebih layak. Terakhir adalah
Kwangkey tujuan utama upacara ini adalah mengusahakan agar para Liyau dan
Kelelung memiliki tempat yang lebih kokoh indah dan nyaman.

1. Parepm Api
Menurut kepercayaan masyarakat Benuaq, Parepm Api merupakan suatu upacara
pelepasan secara resmi keberangkatan liyau menuju lumut sedangkan Pemaknaan Ukiran
Blontakng Kwangkey Studi Deskriptif (Katarina Lydia, E) 435 kelelungan menuju teluyatn
tangkir langit. Jika yang baru meninggal berjenis kelamin laki-laki, maka Parepm Api
diadakan tepat pada hari ke tujuh dihitung sejak osekng dimaksukan kedalam lungun.
Sedangkan bila yang meninggal Perempuan, maka upacara ini dilakukan tepat pada hari ke
enam. Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Benuaq, liyau dan kelelungan laki-laki
terlambat satu hari tibanya di lumut dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan
karena tulang rusuk laki-laki tidak lengkap di bagian kiri.

2. Kenyauw
Upacara Adat Kenyauw berlangsung selama Sembilan hari dan Kenyauw
merupakan acara kelanjutan dari upacara Adat Parepm Api yang disebut Nengkaaq
atau menambah waktu. Hakekatnya upacara Adat Kenyeu adalah menyempurnakan
perjalanan arwah agar betul-betul sampai ke surga    (Teluyetn Tangkir Langit Deroi
Olo ).
Meski demikian upacara ini bukan suatu kewajiban, artinya boleh tidak dilaksanakan
dengan alasan tertentu (faktor keadaan ekonomi).

3. Kewangkei
Upacara adat kematian Kewangkei, biasanya dilaksanakan minimal dua
tahun sesudah upacara Kenyau. Hal ini dimaksud agar tulang-belulang yang ada
mudah dikumpulkan untuk dibersihkan.
Tujuan utama dari upacara ini adalah mengusahakan agar para liyau dan
kelelungan dapat memperoleh tempat yang lebih kokoh, indah dan nyaman
(Reminim Lou Ukir Remiyap Lou Surat). Sedangkan tujuan lainnya dalah agar
para kelelungan menjadi cerdik-pandai dan cerdas serta bijaksana, sehingga bila
diperlukan dapat menjadi perantara manusia untuk berhubungan Nayuq Timang.
Upacara adat kewangkei dapat dilaksanakan secara perorangan, namun pada
umumnya secara dilaksanakan secara Sempekat (gotong royong) baik tenaga
maupun biaya.

Penguburan Sekunder :
Penguburan sekunder tidak lagi dilakukan di gua. Di hulu Sungai Bahau dan
cabang-cabangnya di Kecamatan Pujungan, Malinau, Kalimantan Timur, banyak
dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan peninggalan megalitik.
Perkembangan terakhir, penguburan dengan menggunakan peti mati (lungun) yang
ditempatkan di atas tiang atau dalam bangunan kecil dengan posisi ke arah matahari
terbit.

Suku Dayak Ngaju mengenal 3 cara penguburan :


1. Dikubur di dalam tanah
2. Diletakan di pohon besar
3. DIkremasi dalam Upacara Tiwah

Prosesi Penguburan Sekunder

1. Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada penganut Kaharingan, sebagai


simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam kelanggengan) yang
dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah penguburan pertama di
dalam tanah.
2. Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak Maanyan. Belulang
dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah.
3. Marabia
4. Mambatur (Dayak Maanyan)
5. Kwangkai / Wara (Dayak Benuaq)

Saat ini, sebagian besar suku Dayak sudah menganut agama dan meninggalkan
kebudayaan ini karena tidak sesuai dengan ajaran agama yang dipeluk.
Meski demikian, perilaku menjaga, bertanggungjawab dan penghormatan
terhadap lingkungan, tetap melekat di sikap masyarakat Dayak.

Lewat kebudayaan lisan, budaya bertutur lewat petuah, dongeng, cerita rakyat,
syair, Muatan pesan ekologis, kepahlawanan, sikap satria dan hikmah kehidupan
yang ada di dalamnya disampaikan dari satu generasi ke generasi.

Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Dayak berupa Umaq (ladang),
Simpuk (kebun hutan) dan Bengkar (hutan lindung) telah terbukti berhasil menjaga
kelestarian ekosistem hutan Kalimantan.
Umaq, Simpuk, Bengkak adalah perilaku konservasi yang dikembangkan oleh
masyarakat Dayak Benuaq. Peraturan adat berperan sebagai pengendali dalam
sistem perilaku ekologis berkelanjutan dalam pengelolaan hutan.

Suku Dayak memiliki kebudayaan yang kaya dengan tradisi-tradisi unik.

Tradisi-tradisi Unik Suku Dayak :

1. Telingaan Aruu

Telingaan Aruu merupakan sebuah tradisi adat Suku Dayak dengan cara
memanjangkan telinga mereka.
Bagi para perempuan Dayak di Kalimantan Timur, semakin panjang kupingnya,
maka dirinya akan semakin cantik. Selain itu, ada juga yang menyebutkan tradisi ini
digunakan untuk menunjukkan status bangsawan atau melatih kesabaran.

Biasanya Suku Dayak menggunakan logam sebagai pemberat yang dipasang di


bawah telinga. Bagi kaum laki-laki, mereka tidak boleh memanjangkan telinga di
bawah bahu. Sedangkan bagi para perempuan, mereka boleh memanjangkan
telinganya hingga sebatas dada.

2. Tato Dayakinibar

u.id

Bagi masyarakat Suku Dayak, tato merupakan simbol dari berbagai hal seperti
kekuatan, hubungan dengan tuhan, perjalanan kehidupan, dan masih banyak lagi.
Tak heran jika masyarakat Suku Dayak memiliki tradisi untuk melukiskan tato di
tubuh mereka. Tradisi ini tak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, melainkan
juga oleh kaum perempuan.

Setiap tato pastinya memiliki makna tersendiri. Untuk laki-laki, jika orang tersebut
memiliki tato bunga terong, maka orang tersebut sudah memasuki tahap dewasa.
Sedangkan untuk perempuan, tato yang menandakan kedewasaan seseorang ialah
tato Tedak Kassa yang diletakkan di kaki.
3. Tradisi Ngayau

Tradisi ini dapat dikatakan cukup ekstrem. Hal ini dikarenakan tradisi ini merupakan
tradisi berburu kepala musuh. Tak semua suku Dayak melaksanakan tradisi ini
karena Ngayau dilakukan oleh Suku Dayak Ngaju, Iban, dan Kenyah.

Pada tahun 1874, kepala suku Dayak Kahayan mengumpulkan para kepala suku
rumpun lain dan menyepakati hasil musyawarah Tumbang Anoi yang isinya
larangan untuk melakukan Ngayau karena dapat menimbulkan perselisihan antar
suku dayak. Meskipun begitu, tradisi ini sempat menggegerkan masyarakat
Indonesia pada saat Konflik Sampit pada tahun 2001 antara Suku Dayak dan Suku
Madura di Kota Sampit.
4. Manajah Antang

Manajah Antang merupakan sebuah ritual untuk mencari keberadaan musuh pada
saat berperang. Menurut cerita masyarakat, ritual ini akan memanggil roh para
leluhur melalui burung Antang yang mana dapat memberitahukan lokasi atau tempat
para musuh berada. Selain untuk berperang, tradisi ini juga dapat membantu untuk
mencari petunjuk lain.

Kebudayaan Suku Dayak:

1. Pakaian
Terdapat 2 jenis pakaian khas yaitu pakaian untuk kaum wanita dan pakaian untuk
kaum lelaki. Sepei sadaq adalah sebutan baju untuk kaum laki-laki. Ciri-cirinya yaitu
memakai ikat kepala terbuat dari pandan yang biasanya dikenakan oleh orang tua.
Baju atasannya menggunakan rompi dan bawahannya berupa cawan bisa disebut
juga abed ko aq. Selain pakaiannya juga disertai dengan mandau yang diikat pada
pinggangnya.

Ta’a adalah sebutan untuk baju wanita suku Dayak. Pakaiannya bermotif yang tidak
jauh dari pakaian laki-laki. Hanya saja yang membedakannya yaitu baju atasannya.
Untuk kaum wanita disebut sepei inoq. Sedangkan bawahannya berupa rok.
Pakaian wanita memiliki manik-manik cantik yang dibuat hiasan.

2. Rumah

Rumah betang atau rumah panjang adalah nama dari rumah suku Dayak. Rumah ini
khas dari Kalimantan ini dapat ditemukan di wilayah penjuru Kalimantan. Untuk lebih
tepatnya berada di daerah hulu sungai yang menjadi pusat tempat tinggal
masyarakat Dayak.
Rumah panjang atau Betang memiliki ukuran dan bentuk yang bermacam-macam.
Rumah betang ada yang memiliki panjang hingga 15 meter dan lebar 30 meter.
Umumnya, rumah beteng ini dibuat seperti bentuk panggung dan memiliki ketinggian
5 meter.

Rumah ini dibuat tinggi yang nantinya dapat berfungsi untuk bertahan dari banjir
yang dapat mengancam daerah hulu. Cerminan dari kebersamaan ini dapat dilihat
dari rumah adatnya. Mereka menaati aturan yang sudah berlaku serta adat istiadat
yang sudah disepakati.

3. Tarian

Terdapat berbagai macam tarian adat dari suku Dayak. Diantaranya yaitu Tari
Leleng, Tari Hudoq dan Tari Kancet Papatai.

Setiap tarian memiliki ciri khas yang berbeda-beda, menceritakan berbagai kisah
dari cerita gadis yang dipaksa kawin dengan pira yang tidak dicintainya (Tari
Leleng), menceritakan kepahlawanan yang berperang dengan gerakan yang lincah,
penuh semangat dan indah ( Tari Kancet Papatai), hingga tari yangi melambangkan
keramahtamahan dan juga kegembiraan ketika menerima tamu. Baik untuk tamu
investor, tamu kehormatan ataupun tamu wisatawan ( Tari Gantar)
4. Alat Musik

ALAT MUSIK SAPE

Suku Dayak memiliki alat musik yang sering mereka mainkan. Diantaranya yaitu
Gatarung (gong) alat ini terbuat dari logam. Selain itu ada juga Gandang atau
gendang. Alat musik tersebut digunakan untuk mengiringi tarian dan lagu yang
dinyanyikan. Suku Dayak juga memiliki berbagai alat musik lainnya yaitu Sape.
Suling Balawung, Kaali dan Tote.

5. Makanan Khas

SAYUR UMBUT KELAPA\


Adapun makanan khas Suku Dayak yaitu Karuang (makanan yang berasal dari
bahan singkong) Jahu Singkat atau disebut juga rotan muda dan Wadu atau
makanan yang terbuat dari ikan. Berbagai makanan tersebut bisa didapatkan dan
juga dihasilkan setelah menelusuri objek yang ada di hutan. Selain itu Dayak juga
mengenal berbagai bumbu-bumbu sederhana yang digunakan untuk memasak.

Banyak hal unik yang dimiliki oleh Suku Dayak. Terdapat kebudayaan, alat
musik, bahasa, tarian, upacara adat, tarian adat dan hal lain yang tidak dimiliki oleh
suku lainnya. Kebudayaan ini harus terus dilestarikan dan diwariskan turun-temurun
ke generasi-generasi selanjutnya.

Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak
https://www.profilepemakaman.com/profile/
https://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2015/03/jurnal
%20ganjil%20ega%201%20(03-02-15-12-04-25).pdf
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5519430/asal-usul-suku-dayak-dari-pulau-
kalimantan
https://www.researchgate.net/publication/322631260_LOCAL_WISDOM_DAN_PERI
LAKU_EKOLOGIS_MASYARAKAT_DAYAK_BENUAQ
https://kebudayaan-dayak.com/budaya/0-1/ritual-dalam-kematian.html
https://blogkulo.com/busana-pakaian-adat-kalimantan-barat/
https://perpustakaan.id/suku-dayak/
https://ibukotakita.com/inilah-tradisi-tradisi-unik-suku-dayak/
https://www.idntimes.com/life/inspiration/anoraga-ilafi/tradisi-suku-dayak-c1c2
https://www.kompas.com/skola/read/2021/05/11/151142069/sampek-alat-musik-
tradisional-kalimantan-timur - :~:text=Alat%20musik%20ini%20memiliki
%20penamaan,sebagai%20kecapai%2C%20karena%20mirip%20kecapi.

Anda mungkin juga menyukai