Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suku Dayak  (Ejaan Lama: Dajak atau Dyak) adalah nama yang diberi

oleh penjajah kepada penghuni pedalaman pulau Borneo[14] yang mendiami

Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak,

serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan

Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan).

Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan

yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau dan Tidung.

 Menurut sensus Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2010,

suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokkan

menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa)

dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Dahulu,

budaya masyarakat Dayak adalah budaya maritim atau bahari. Hampir

semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama

rumpun dan nama kekeluargaannya.

suku Kayan adalah suku Dayak dari rumpun Kayan atau Orang

Ulu yang berasal dari Sarawak. Ketika memasuki Kalimantan Utara suku


Kayan pertama-tama menetap di daerah Apau Kayan di daerah

aliran sungai Kayan, karena alasan perang antar suku dan mencari daerah

yang lebih subur serta daerah asal (Apau Kayan) yang sangat tertinggal

dan terisolir, mayoritas suku Kayan meninggalkan Apau Kayan dalam

beberapa gelombang yang telah mereka tempati selama 300 tahun, yang

kini hanya tinggal satu desa [Desa Data Dian], dan bermigrasi menuju

daerah-daerah yang lebih maju agar dapat lebih berkembang

kehidupannya, yaitu di Desa Tanjung Nanga, Desa Langapdan Desa

Seturan yang masih di dalam satu daerah kabupaten Malinau lalu di daerah

aliran sungai mahakam Hulu yang merupakan sub Dayak

kayan yaitu Kayan Bahau lalu di aliran sungai Wahau (daerah Suku

Wehea) di Kabupaten Kutai Timur terutama di Desa Miau Baru,

Kongbeng, Kutai Timur sejak tahun 1969. Diperkirakan pada

zaman Kerajaan Kutai Martadipura (Kutai Mulawarman), suku Kayan

belum memasuki Kalimantan Timur. Kemungkinan suku Kayan ini

termasuk salah satu suku yang belakangan memasuki

pulau Kalimantan dari pulau Formosa (Taiwan), tetapi menurut cerita yang

sudah turun temurun di dalam suku Dayak Kayan sendiri, Suku Kayan

Dayak merupakan suku asli Kalimantan dan bukan berasal dari luar dan

merupakan salah satu Suku Dayak yang tertua.


1. Geografis

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu Provinsi terluas

kedua setelah Papua. Secara administratif Provinsi ini memiliki batas

wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kalimantan Utara, sebelah

Timur berbatasan dengan sebagian (12 Mil) Selat Makasar dan Laut

Sulawesi, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan

Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah

dan Provinsi Kalimantan Barat serta Negara Bagian Serawak Malaysia

Timur.

Kalimantan Timur memiliki luas wilayah daratan 127.267,52

km2 dan luas pengelolaan laut 25.656 km2 terletak antara 113º44’

Bujur Timur dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 2º33’ Lintang

Utara dan 2º25’ Lintang Selatan. Terdiri dari 7 kabupaten dan 3 kota

yakni Kabupaten Paser, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten

Penajam Paser Utara, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Bontang,

dan Kabupaten Mahakam Ulu.

Mahakam ulu Mahakam Ulu merupakan hasil pemekaran

dari Kabupaten Kutai Barat yang disahkan dalam sidang paripurna DPR

RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU

Daerah Otonomi Baru. Mahakam ulu mempunyai 5 kecamatan yakni  

Long Apari, Long Pahangai, Long Bagun, Long Hubung dan Laham.
Suku Kayan juga terdapat di sungai Mendalam, Kalimantan Barat.

Di Kalimantan Barat, pada sekitar tahun 1863, suku Iban bermigrasi ke

daerah hulu sungai Saribas dan sungai Rejang, dan menyerang suku Kayan

di daerah hulu sungai-sungai dan terus maju ke utara dan ke timur. Perang

dan serangan pengayauan menyebabkan suku-suku lain terusir dari

lahannya. Suku Kayan merupakan 1,4% dari penduduk Kutai

Barat (sebelum pemekaran Mahakam Ulu). Sekarang Suku Dayak Kayan

tersebar di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan

Barat, Sabah, dan Sarawak

2. Sosial budaya

Lingkungan alam mereka berada dilingkungan alam hutan

tropik.disekitar kediaman mereka dalam Kabupaten Kapuas Hulu

ditandai dengan pohon-pohon yang tinggi, berdaun lebar,hijau, dengan

jumlah dan jenis yang beraneka ragam. Sebagian dari hutan itu telah

dieksploitasi oleh perusahan penebangan kayu(HPH). Mata pencaharian

mereka adalah bercocok tanam diladang.Diladang, dikebun, atau

disekitar perkarangan mereka juga menanam jagung, ubi kayu, ubu

jalar, sayur, kelapa, dan pisang.Tanaman keras yang dibudidayakan

mereka adalah karet, kopi, tengkawang, dan sedikit cengkih. Orang

Kayan sudah mengenal tanaman karet sejak tahun 1906, rata-rata

keluarga mereka memiliki kebun karet. Hasil penjualan karet sangat


penting bagi ekonomi mereka yang sering mengalami masalah

kekurangan beras

B. ISI

1. Budaya/ konsep

a. Sistem kekerabatan

Kekerabatan orang dayak berdasarkan prinsip keturunan

bilineal, yang menghitung hubungan kekearabatan untuk sebagian

orang dalam masyarakat melalui orang laki-laki dan untuk sebagian

orang yang lain dalam masyakarat itu juga, melalui orang-orang

wanita.

b. Sistem kepercayaan

Masyarakat Dayak Kayan berpegang teguh kepada adat dan

kepercayaan leluhur yang mereka amini secara turun temurun, baik

dari proses kelahiran hingga kematian. Meskipun sebagian besar dari

mereka sudah menganut agama samawi, hingga saat ini kegiatan

spiritual leluhur yang dianggap sejalan tetap 1Kristianus,

“Enkulturasi Agama Khatolik dengan Budaya Dayak Kayaan” dalam

Jurnal Studi kultural, Vol. II No. 2 /Juni 2017, 87. 2 dipertahankan

dan dilaksanakan. Demikian juga kepercayaan masyarakat Dayak

Kayan terhadap kepercayaan leluhur, seperti adanya Apo Lagaan.

Apo Lagaan merupakan bahasa yang berasal dari suku Dayak

Kayan, yaitu Jalan jiwa ke surga, yang merupakan dimensi paling

berpengaruh dalam aktivitas spiritual masyarakat Dayak Kayan


Mendalam. Apo Lagaan menduduki tingkat keempat dari delapan

tingkatan pandangan dunia Dayak Kayan.2 Tingkatan dunia menurut

pandangan masyarakat Dayak Kayan tersebut, yaitu Tana Ata (tanah

di bawah), Apo Kayan (tanah leluhur Dayak Kayan

Mendalam/tempat manusia hidup), Tana Usun (bumi para rohroh),

Apo Lagaan (jalan jiwa ke surga), Telaang Julaan (tempat roh baik)

Pusun Usan (jantung hujan), Matando (matahari), Ubut Keriman

(ujung langit, tempat Amei Tinge (Tuhan) berada.3 Masyarakat

Dayak Kayan percaya bahwa di luar alam manusia, ada bumi to’

(roh) yang hidup sekolong bumi dengan kita manusia. Gambaran

yang dimiliki orang Kayan Mendalam tentang lingkungan hidup di

bumi para roh merupakan pencerminan dari pribadi mereka sendiri.

Bumi para roh di angkasa mempunyai bumi sendiri yang tak kasat

mata oleh manusia.4 Masyarakat Dayak Kayan Mendalam

mempercayai bahwa manusia memiliki tiga roh, yakni mata kiba,

mata kanan, dan roh yang hidup di dalam raga manusia. Pada waktu

meninggal, roh akan meninggalkan jasat, mata kiba tinggal di bumi

menetap di alam manusia, menjelma dan masuk ke tubuh binatang

seperti rusa, monyet, ular, burung tingang (Buceros rhinoceros) yang

tidak dimakan oleh orang Kayan, dan sebagian 2Anton W.

Nieuwenhuis, In Central Bornro.Pedalaman Borneo. Terj.Theresia

Slamet dan P.G. Katoppo. Di Pedalaman Borneo: Perjalanan dari

Pontianak ke Samarinda 1894 (Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama, 1994), 42. 3S. Lii Long, Tekna Lawe (Putussibau:A.J. Ding

Ngo, 1973), 149. 4S. Lii Long, 2.3 berpindah ke tumbuhan (pohon

besar). Setelah kematian, Mata kanan akan mengadakan perjalanan

ke Apo Lagaan, melewati perjalanan yang sulit dan berbahaya di

alam para roh. 5 Itu sebabnya mayat orang kayan yang sudah

meninggal dibekali peralatan yang bermanfaat untuk perjalanan ke

Apo Lagaan menuju Telaang Julan (surga). Masyarakat Dayak

Kayan sangat menghormti leluhur, meskipun mereka sudah

menganut agama samawi, tradisi leluhur yang dianggap sejalan tetap

dilaksanakan, salah satunya kepercayaan mereka terhadap tedak

(tato) yang berfungsi sebagai cahaya untuk menerengangi perjalanan

roh mereka ketika berada di alam Apo Lagaan.

c. a

2. Tindakan

a. Pemanjangan telinga

Di kalangan masyarakat Dayak Kayan, pemanjangan cuping


daun telinga ini biasanya menggunakan pemberat berupa logam
berbentuk lingkaran gelang atau berbentuk gasing ukuran kecil.
Dengan pemberat ini daun telinga akan terus memanjang hingga
beberapa sentimeter.

Di desa-desa yang berada di hulu Sungai Mahakam, telinga


cuping panjang digunakan sebagai identitas yang menunjukkan umur
seseorang. Begitu bayi lahir, ujung telinganya diberi manik-manik
yang cukup berat. Jumlah manik-manik yang menempel di
telinganya akan bertambah satu untuk setiap tahun.

Tetapi ada juga anggapan yang mengatakan kalau tujuan


pembuatan telinga panjang bukanlah untuk menunjukkan status
kebangsawanan, tetapi justru untuk melatih kesabaran. Jika dipakai
setiap hari, kesabaran dan kesanggupan menahan derita semakin
kuat.

b. Pehelung Ka'uh Tupuh Duman Lebuh

merupakan kegiatan lepas panen dalam bentuk syukur terhadap

panen dan hasil perkebunan masyarakat suku dayak kayan, yang

diiringi dengan doa serta festial adat, tarian adat berlangsung selama

3 hari.

c. Tarian Hudoq

3. Artefak
C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Dayak kayan adalah bagian dari suku dayak yang berada di sekitar

pulau kalimantan, dengan adat dan istiadat yang masih kental. Dengan

kearifan lokal yang masih terjaga seperti tradisi memanjangkan telinga,

perpaduan sistem kepercayaan katolik dan kepercayaan lampau, dan

festival-festival ada yang ada dalam suku Kayan.

2. Saran

Setelah penulisan makalah, semoga makalah mengenai Suku

Dayak Kayan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai suku bangsa yang ada di Indonesia. Serta dapat membuka

mata masyarakat akan pentingnya nilai kearifan local yang harus dijaga

kelestariannya.

Anda mungkin juga menyukai