Ada banyak pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Sejauh ini belum ada yang sungguh
memuaskan. Pendapat umumnya menempatkan orang dayak sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar
dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Gagasan (penduduk asli) ini didasarkan pada teori migrasi
penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Dayak berasal dari
beberapa gelombang migrasi. Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun yang lalu tepatnya pada
periode Interglasial-Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia prehistoris yang berasal
dari Afrika). Pada zaman Preneolitikum, kurang lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi kelompok
suku semi nomaden (tergolong manusia modern, Homo sapiens ras Mongoloid).
1. Dayak Benuaq, di desa Pondok Labu, Kec. Tenggarong dan Desa Perian, Kec. Muara Muntai.
2. Dayak Kenyah, di Desa Lung Anai, Kec. Loa Kulu, Desa Lekaq Kidau, Kec. Sebulu, Desa Tukung Ritan
dan Ritan Baru, Kec. Tabang dan Desa Sungai Bawang, Kec. Muara Badak.
3. Dayak Tunjung, di Desa Nangka Tujuh, Kec. Kota Bangun dan Desa Teluk Bingkai, Kec. Kenohan
4. Dayak Punan, di Desa Muara Belimau, Kec. Tabang
5. Dayak Bahau di Muara Keba, Kec. Tabang, dan
6. Dayak Modang di Desa Long Bleh, Kec. Kembang Janggut.
Perpindahan Suku Dayak dari Kalimantan Tengah ke Kalimantan Timur ini selalu mengikuti alur
sungai sementara sebagian masyarakat yang berasal dari ras ot-Danum menyusuri Sungai Mahakam yang
kemudian dikenal dengan suku Dayak Lawangan atau Lewangan atau Benuaq. Dari hulu sungai Mahakam
kemudian kemudian menyebar ke daerah sungai Ratah dan sebagian menetap di daerah Muara Ratah,
sebagian lainnya menyusur hilir sungai sampai ke Muara Pahu. Dari Muara Pahu, suku Dayak Benuaq ini
kemudian menyebar ke arah pedalaman melalui sungai Kedang Pahu. Di daerah Kedang Pahu ini masih
banyak daerah-daerah tempat tinggal orang Dayak Benuaq yaitu di Tanjung Laong, Muara Pagar, Muara
Baroh, Teluk Tempudau, Tanjung Loangan dan Tanjung Palang (Bonoh, 1984/1985: 7). Komunitas Dayak
Benuaq kini ditemukan pula di Desa Perian – Kecamatan Muara Muntai sebuah desa yang hamper
berbatasan dengan Kab. Kutai Barat. Masyarakat Dayak di desa Perian saat ini sebagian besar telah memeluk
agama Islam meskipun masih ada komunitas yang melaksanakan upacara ritual leluhurnya.
Persebaran komunitas Dayak Benuaq pada masa sekarang antara lain terdapat di wilayah Kutai Barat
yaitu di daerah Bongan serta di wilayah Kutai Kartanegara terdapat di daerah Jahab, Pondok Labu dan
Sanggulan.Alasan utama kepindahan komunitas ini keluar dari daerah asal mereka karena ketika itu terjadi
penebangan hutan besar-besaran dan mengganggu kehidupan mereka. Pemimpin rombongan mereka ketika
itu adalah Bapak Burhat, yang ketika tiba didaerah Pondik Labu kemudian diangkat menjadi kepala adat. Atas
kesepakatan bersama mereka kemudian mendirikan lamin sebagai tempat tinggal di tempat tersebut. Pada
tahun 1984, tiang pertama lamin mulai berdiri.
Orang Punan yang kini menempati Desa Muara Belimau masing-masing berasal dari lima wilayah, yakni
Muara Tubok, Muara Keba, Muara Salung, Muara Tik dan Muara Belimau. Kelima wilayah itu berada di sungai
Telen yang bermuara di Sungai Belayan. Pemukiman pertama adalah di Muara Sungai Atan, kemudian pindah
lagi ke Muara Belinau di sekitar Sungai Lunuk.
I. Asal Dayak Modang di Kabupaten Kutai Kartanegara
Masyarakat suku Modang tinggal di desa Long Bleh, kecamatan Kembang Janggut merupakan desa
tertua yang ada di wilayah Belayan. Kemudian desa ini mengalami pemekaran dan saat ini di wilayah Belayan
terdapat tiga desa tempat komunitas Dayak Modang.
Menurut penuturan kepala adapt yang informasinya disampaikan oleh orang tuanya, Desa Long Bleh
terbentuk pada tahun 1945 bertepatan dengan berkibarnya merah putih yang pertama kalinya. Kini tiang
bendera tersebut berdiri utuh dan mengingatkan mereka pada saat penting yakni Proklamasi Kemerdekaan
RI. Asal-usul orang Modang sendiri konon dari Sungai Kejun Besar di daerah Apo Kayan. Sebelum tahun 1945,
secara berkelompok orang Modang pindah dengan berjalan kaki menyusuri sungai Mahakam Dari hulu.
Pertama, mereka sampai di daerah seberang Long Bleh Haloq, dan kemudian tahap demi tahap membuka
daerah baru di tempat yang kini menjadi hunia orang Modang yakni Long Bleh (Modang). Pemukiman orang
Modang di wilayah Kembang Janggut ini dibedakan menjadi dua, pertama mereka yang menetap di desa
Long Bleh Modang, dan pemukiman lainnya adalah di Long Bleh Malih.
Judul Penelitian : Enotgrafi Dayak di Kabupaten Kutai Kartenagara-Kalim
Ringkasan Penelitian :
1. Suku Dayak dan budayanya merupakan suatu bagian atau sempalan bangsa dan budaya besar yaitu
Austronesia yang juga merupakan nenek moyang suku-suku bangsa di Nusantara.
2. Nenek moyang suku Dayak pada awalnya bermukim di daerah Yunan, Tiongkok Selatan dan Vietnam
yang kemudian bermigrasi ke daerah bagian selatan melalui Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Sumtra
dan Jawa terus ke daerah timur. Sebagian lagi ke timur melalui Formosa, Philipina, Talaud, Sulawesi,
Kalimantan dan terus ke timur, Ambon, Pasifik.
3. Kehidupan suku Dayak didasari oleh kepribadian luhur yang mengedepankan persatuan, gotong-royong,
toleransi. Cara-cara dan cirri kehidupan ini telah dilambangkan dalam cara bermukim di rumah lamin. Pola-
pola hias yang satu dan lainnya tidak terputus yang merupakan simbol satuan yang tidak terpisahkan antara
satu dan lainnya. Berbagai sktifitas kehidupan dilakukan secara bergotong-royong, seandainya ada yang tidak
melaksanakan akan diberi sangsi berupa benda atau binatang ternak.
4. Budaya Dayak mempunyai sifat multi sector, multidimensi dan multifungsi yang dapat dimanfaatkan
dalam berbagai aspek kehidupan, untuk ilmu pengetahuan, budaya, pendidikan, ideology, ekonomi,
persahabatan dan lain sebagainya.