Anda di halaman 1dari 9

SMK TI GLOBAL DENPASAR

TUGAS SEJARAH INDONESIA

NAMA : Klarissa Chandradewi Hermawan


KELAS : X MM 5
NO ABSEN : 19

Page | 1
SUKU DAYAK

Suku Dayak adalah nama yang diberi penjajah kepada


penghuni pedalaman pulau Borneo yang tinggal di pulau
Kalimantan. Kalimantan sendiri terbagi menjadi Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan. Meski ada beberapa suku adat yang tinggal di pulau
Kalimantan, yang paling mendominasi adalah suku Dayak.
Lalu, dari mana asal daerah suku Dayak? Orang Dayak adalah
penduduk asli pulau Kalimantan. Dayak menjadi istilah umum
untuk 200 sub kelompok lebih etnis suku yang umumnya
tinggal di sungai atau pegunungan pedalaman bagian selatan
dan tengah pulau Kalimantan. Tak hanya di pulau Kalimantan
bagian Indonesia, suku Dayak juga dapat ditemukan di pulau
Kalimantan bagian Malaysia dan Brunei.
Suku Dayak sendiri memiliki 6 rumpun yaitu Rumpun
Klemantan, Rumpun Apokayan, Rumpun Iban, Rumpun
Murut, Rumpun Ot-Danum- Ngaju, dan Rumpun Punan.

Page | 2
 Ciri-Ciri Fisik Suku Dayak

Suku ini mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning


kecoklat-coklatan, dan bermata sipit.

 Agama Suku Dayak


Sebagian besar masyarakat Dayak yang sebelumnya
beragama Kaharingan kini memilih Kekristenan, namun
kurang dari 10% yang masih mempertahankan agama
Kaharingan. Agama Kaharingan sendiri telah digabungkan ke
dalam kelompok agama Hindu sehingga mendapat sebutan
agama Hindu Kaharingan.

Page | 3
 Adat Budaya Suku Dayak

1. Rumah Betang

Salah satu bentuk kebudayaan dari suku Dayak adalah


Rumah Betang. Hingga saat ini, Rumah Betang masih
ditempati oleh masyarakat suku Dayak terutama yang
berdomisili di sekitar hulu sungai. Ciri khas Rumah Betang
yaitu memiliki bentuk memanjang dan menggunakan
material kayu.

Tempat ini biasanya dihuni secara komunal dan bisa


menampung 100 hingga 150 jiwa. Bagian dalam rumah itu
akan disekat menggunakan bilik untuk memberikan ruang
khusus bagi setiap keluarga. Seluruh orang yang tinggal di
Rumah Betang diatur oleh hukum adat khusu, yang
mengatur cara berbagi makanan, keamanan hingga
kehidupan berladang.

2. Bahasa
Karena memiliki ratusan sub suku, masyarakat Suku Dayak
memiliki bahasa daerah yang berbeda tergantung dengan
lokasi tempat tinggal mereka. Bila dikelompokan, suku
Page | 4
Dayak memiliki lima kelompok Bahasa yakni Barito Raya,
Dayak Darat, Borneo Utara, Sulawesi dan Dayak Melayik.

Dari kelima Bahasa tersebut, Bahasa Dayak Kenyah


merupakan Bahasa tertua. Namun jumlah penuturnya
sangat sedikit. Hal ini terjadi lantaran warga Dayak Kenyah
berdomisili di Kalimantan Timur, yang memiliki banyak
kota modern. Karena itu, penggunaan bahasa daerah ini
pun mula ditinggalkan.

3. Tarian

Suku Dayak juga memiliki tari-tarian yang digunakan


dalam berbagai ritual adat. Salah satu tarian yang terkenal
adalah Tari Hudoq, yang merupakan bagian dari ritual
adat Suku Dayak Baharu dan Dayak Modang. Tarian ini
dilakukan usai masyarakat menanam padi atau manunggal
untuk menghormati para leluhur yang sudah tiada.

Tarian berikutnya yang tari Kancet Papatai yang


merupakan jenis tarian perang. Tarian ini berkisah tentang

Page | 5
pahlawan Dayak Kenyah Ketika sedang berperang
melawan musuh. Para penari yang menarikannya akan
memakai baju perang lengkap dengan perisai. Ciri khas
Gerakan pada tarian ini adalah lincah dan penuh
semangat.

4. Telingaan Aruu
Budaya suku Dayak berikutnya yang cukup unik adalah
Telingaan Aruu, yang merupakan tradisi pemanjangan
daun telinga. Tradisi ini boleh dilakukan oleh kaum laki-
laki dan perempuan. Namun para lelaki tak boleh
memanjangkan telinganya sampai di bawah bahu.
Sedangkan para perempuan, mereka boleh
memanjangkan telinganya hingga sebatas dada.

Agar bertambah Panjang, pada daun telinga disapang


logam berbentuk lingkaran yang terbuat dari bahan
tembaga. Proses penindikan sudah dimulai sejak
seseorang masih dalam keadaan bayi. Namun tidak semua
sub suku Dayak menjalankan tradisi ini. Hanya beberapa
kelompok yang mendiami pedalaman seperti Dayak
Bahau, Dayak Kenyah, Dayak Kayaan, Dayak Kelabit, dan
Dayak Punan.

Tujuan dilakukannya tradisi ini bisa berbeda antara sub


suku. Misalnya masyarakat Dayak Kayan memanjangkan
telinganya untuk menunjukan identitas bangsawan,
sedangkan sub suku yang menempati desa-desa di hulu
Sungai Mahakam melakukan tradisi ini untuk menunjukan
umur. Bagi Wanita suku Dayak, telinga Panjang adalah

Page | 6
sebuah simbol kecantikan. Semakin Panjang telinga
mereka, maka akan dinilai semakin cantik.

5. Tato
Tato merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat Suku Dayak. Setiap motif tato yang dibuat
memiliki makna tersendiri, seperti memuliakan
perempuan, pembeda strata social, lambing kesukuan
serta pencapaian diri sebagai seorang manusia. Karena
mengandung unsur spiritual, tato Suku Dayak tidak dapat
dipakai sembarangan. Tradisi ini bahkan tak hanya
dilakukan oleh kaum laki-laki, namun juga perempuan.

Motif tato yang kerap digunakan oleh masyarakat Dayak


adalah motif burung Enggang. Burung ini merupakan
burung yang dikeramatkan dan merupakan spesies
endemic Kalimantan. Motif lainnya yang juga
digambarkan adalah motif tumbuhan, bunga, huruf
bahkan wajah seseorang.

Pada masa lampau, tinta tato Dayak terbuat dari arang


yang ditumbuk hingga halus kemudian diberikan air
hingga mengental. Namun saat ini, sudah para seniman
tato Dayak sudah menggunakan mesin. Tato Dayak juga
tak bisa asal-asalan dilakukan kepada semua orang. Bila
melanggar pantangan tato, maka orang tersebut akan
tertimpa sial.

Page | 7
6. Ritual tiwah’
Tiwah merupakan ritual upacara kematian Suku Dayak
Ngaju yang masih bisa disaksikan hingga sekarang. Ritual
ini dilakukan kepada orang yang sudah meninggal dan
hendak dimasukkan ke dalam Runi atau peti mati. Dalam
konsep kematian Dayak Ngaju, ritual ini bertujuan untuk
meluruskan perjalanan Salumpuk Liau menuju Lewu
Tatau.

Masyarakat Dayak Ngaju menganut kepercayaan


Kaharingan. Di dalam kepercayaan ini, kematian adalah
tahap awal manusia mencapai dunia abadi yakni dunia
roh. Bila meninggal, maka manusia akan berganti wujud
menjadi arwah yang mereka sebut dengan nama Liau atau
Liaw. Liaw ini yang akan diantarkan ke Lewu Tatau atau
dunia arwah dalam proses Tiwah. Masyarakat percaya,
Liaw yang belum diantarkan melalui Tiwah, akan tetap
berada di dunia dan terhambat jalanya ke surga.

Ritual ini dilakukan dalam beberapa tahap dan bisa


memakan waktu hingga satu bulan lamanya. Tidak heran,
biaya yang dikeluarkan pun terbilang cukup besar,
berkisar antara Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Karena itu,
ritual ini juga menjadi symbol kesejahteraan dan status
sosial setiap keluarga.

Bila ritual Tiwah berlangsung dalam kurun waktu yang


lama dan meriah, maka bisa dipastikan keluarga yang
menyelenggarakannya mempunyai status sosial tinggi.
Namun ritual ini juga bisa dilakukan oleh beberapa

Page | 8
keluarga sehingga biaya yang dikeluarkan dapat
ditanggung Bersama.

7. Upacara Mantat Tu’ Mate


Upacara Mantat Tu’ Mate adalah tradisi yang dilakukan
oleh Suku Dayak Taman dari Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Barat. Upacara ini berlangsung selama 7 hari
dengan diiringi music serta tari-tarian tradisional. Setelah
upacara selesai, jenazah kemudian akan dimakamkan.
Bagi masyarakat Dayak Taman, upacara ini melambangkan
sukacita karena mereka yang meninggal sudah terlepas
dari kehidupan duniawi.

 Sistem Pernikahan Suku Dayak

Penganten Dayak Kanayatn merupakan adat perkawinan


Suku Dayak di Kalimantan. Secara umum, adat perkawinan
Dayak Kanayatn dimulai dengan pinangan dan diakhiri
dengan membongkar tengkalang (barang bawaan).
Perkawinan suku Dayak Kanayatn melarang perkawinan dua
orang yang terikat kekeluargaan. Pelaksanaan upacara
dipusatkan di rumah mempelai Wanita, sementara mempelai
pria menggelar acara sederhana bersama kerabat.

Page | 9

Anda mungkin juga menyukai