Anda di halaman 1dari 7

SUKU DAYAK

Nama : Muzaetun Meilina

Kelas : X BDPM 2

No Absen : 19

PENGERTIAN

Suku Dayak adalah kelompok etnis asli pedalaman Kalimantan. Etnis Dayak tersebar di seluruh pulau
Kalimantan, baik daerah yang masuk kekuasaan Indonesia maupun Sabah dan Sarawak yang merupakan
wilayah Malaysia, serta di Brunei Darussalam. Suku Dayak tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan.

Selain etnis Dayak, di Kalimantan terdapat 7 suku pribumi lainnya, yaitu Dayak, Banjar, Melayu, Kutai,
Paser, Berau, dan Tidung. Suku Dayak dan Banjar adalah mayoritas. Suku Dayak tidak berdiri sendiri,
melainkan terbagi menjadi beberapa sub suku.

SUB SUKU RUMPUN DAYAK

Ada banyak teori mengenai sub Suku Dayak, beberapa ahli membaginya berdasarkan rumpun. Selain itu,
ada yang membaginya berdasarkan bahasa yang dituturkan.
Etnis Dayak berdasarkan rumpun terdiri atas enam Stanmenras, yaitu:

1. Rumpun Klemantan alias Kalimantan

2. Rumpun Iban

3. Rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau

4. Rumpun Murut

5. Rumpun Ot Danum-Ngaju

6. Rumpun Punan

Berdasarkan bahasa yang digunakan, Suku Dayak terbagi menjadi 5, yaitu:

1. Dayak Darat, memiliki 13 bahasa, salah satunya adalah bahasa Rejang

2. Barito Raya, memiliki 33 bahasa dengan 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar

3. Borneo Utara, memiliki 99 bahasa termasuk bahasa Yakan dari Filipina

4. Melayik yang dituturkan oleh Dayak Meratus, Dayak Keninjal, Dayak Kendayan, Dayak Iban, Dayak
Bamayoh, dan lain-lain.

5. Sulawesi Selatan yang dituturkan oleh 3 Suku Dayak di pedalaman Kalimantan Barat, yaitu Dayak
Embaloh, Dayak Kalis, dan Dayak Taman

ASAL USUL SUKU DAYAK

Pada umumnya mayoritas penduduk kepulauan di nusantara menggunakan bahasa Austronesia yang
berasal dari Taiwan. Menurut perkiraan sekitar 4.000 tahun yang lalu sekelompok orang Austronesia
secara bersama-sama pindah ke Filipina.
Kemudian, sekitar 500 tahun kemudian bermigrasi ke daerah selatan menuju ke kepulauan Indonesia.
Namun diperkirakan mereka bukan orang pertama yang menempati pulau Borneo.

Ketika permukaan laut masih lebih rendah 120 sampai 150 meter dibandingkan sekarang, kepulauan
Indonesia masih berupa daratan yang menyatu. Oleh para geolog, daratan ini disebut dengan paparan
Sunda pada 60.000 hingga 70.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, manusia sempat berpindah dari Asia ke
arah selatan. Bahkan mencapai Australia yang kala itu tak jauh dari daratan Sunda.

Di daerah selatan Borneo, Suku Dayak pernah membangun kerajaan. Daerah itu dinamakan Nansarunai
Usak Jawa dalam tradisi lisan Suku Dayak. Artinya kata tersebut adalah Kerajaan Nansarunai yang
dirusak oleh Majapahit pada sekitar tahun 1309 hingga 1389.

Kerajaan yang dimiliki Suku Dayak Maanyan tersebut akhirnya runtuh dan masyarakatnya terpaksa
terpencar. Sebagian dari mereka masuk ke pedalaman yang ditempati oleh Suku Dayak Lawangan.

Pada sekitar tahun 1520 pengaruh Islam dari Kerajaan Demak masuk bersamaan dengan datangnya
pedagang Melayu. Sebagian dari masyarakat Dayak kemudian memeluk agama Islam. Mereka tidak lagi
menyebut diri mereka orang Dayak, namun menyebut diri sebagai orang Banjar dan Suku Kutai.

Sementara itu, Suku Dayak yang menolak memeluk agama Islam kembali menyusuri sungai dan masuk
ke pedalaman hutan. Mereka bermukim di beberapa daerah, di antaranya adalah Margasari, Batang
Labuan Amas, Batang Amandig, Batang Balangan, Kayu Tangi, dan Amuntai.

Selain itu, masih ada juga yang terdesak dan masuk ke rimba. Orang Dayak yang memeluk agama Islam
mayoritas mendiami daerah Kalimantan Selatan dan Kotawaringin.

Suku Dayak yang masih mempertahankan adat istiadatnya kebanyakan memilih masuk ke pedalaman.
Karena hal inilah Suku Dayak terbagi-bagi menjadi sub etnis berbeda-beda. Akan tetapi meski
terpencar,mereka memiliki adat istiadat dan budaya yang hampir sama

SUKU DAYAK SAAT INI

Saat ini, Suku Dayak asal Kalimantan terbagi menjadi 6 rumpun besar. Keenam rumpun tersebut adalah
Iban, Klemantan, Punan, Murut, Apokayan, dan Ot Danum Ngaju.
Dayak Punan adalah rumpun paling tua yang menghuni pulau Kalimantan. Sementara kelima rumpun
lainnya adalah hasil percampuran antara Dayak Punan dengan kelompok Proto Melayu. Dari keenam
rumpun tersebut, Suku Dayak terbagi lagi menjadi 405 sub suku.

PAKAIAN ADAT SUKU DAYAK

Pakaian adat pria Suku Dayak disebut dengan Sadaq. Pria yang sudah tua memakai ikat kepala yang
terbuat dari pandan. Mereka mengenakan atasan berupa baju rompi dan bawahan berupa cawat yang
disebut dengan Abet Kaoq. Selain itu, mereka mengenakan senjata tradisional Mandau di bagian
pinggang dengan cara diikat.

Pakaian wanitanya dinamakan Ta’a. Motif Ta’a tidak jauh berbeda dengan Sadaq. Bedanya, baju bagian
atasnya disebut dengan Sapei Inoq. Sedangkan bagian bawahnya, kaum wanita Dayak mengenakan rok.
Pakaian wanita dihiasi dengan manik-manik yang bervariasi, sehingga pakaian mereka tampak cantik.

BAHASA DAYAK

Awalnya, Suku Dayak adalah penutur bahasa Austronesia. Kemudian salah satu kelompok yang
merupakan asal usul etnis ini masuk dari bagian utara pulau Kalimantan. Selanjutnya mereka menyebar
ke area pedalaman, pegunungan, dan pulau-pulau di Samudera Pasifik.

Dengan berkembangnya masyarakat Dayak dan masuknya pendatang dari Melayu serta berbagai
tempat lainnya, maka bahasa Dayak mengalami perkembangan. Saat ini, Suku Dayak memiliki banyak
bahasa tergantung wilayah tempat tinggal mereka.

MAKANAN KHAS DAYAK

Setiap daerah dan suku pasti memiliki makanan khas masing-masing, begitu juga dengan Suku Dayak.
Beberapa kuliner khas Suku Dayak adalah Karuang yang merupakan sayur dari bahan singkong, Wadi
yang berbahan dasar ikan, dan Jubu Singkah dari rotan muda yang diolah sedemikian rupa.

Adapula Kue Dange yang bisa dikatakan makanan asli Dayak dengan keunikan tersendiri. Panganan ini
terbuat dari parutan kepala dan adonan kue dari tepung dan gula. Rasanya enak, renyah dan gurih.
Bahan-bahan yang digunakan untuk makanan Dayak adalah hasil pemanfaatan hasil hutan disekitar
tempat tinggal mereka. Selain itu, dalam memasak Suku Dayak menggunakan bumbu-bumbu yang
sederhana.

RUMAH ADAT SUKU DAYAK

Masyarakat Dayak tinggal di dalam rumah tradisional bernama Rumah Betang atau yang lebih dikenal
dengan nama Rumah Panjang. Rumah adat ini dapat dijumpai di berbagai wilayah di Kalimantan,
tepatnya di bagian hulu yang menjadi pusat pemukiman Suku Dayak

Rumah Panjang umumnya mempunyai ukuran yang sangat besar, meskipun juga ada ukuran bermacam-
macam tergantung dari jumlah anggota keluarga yang menempatinya.

Ada rumah yang panjangnya mencapai 15 meter dengan lebar mencapai 30 meter. Struktur rumah
tradisional ini adalah rumah panggung dengan tiang penyangga dengan tinggi mencapai hingga 5 meter
di atas permukaan tanah. Lebih tinggi dari rumah adat lain yang ada di Indonesia.Rumah Panjang dibuat
tinggi bertujuan untuk menghindari bencana banjir yang sering mengancam daerah hulu. Rumah
Panjang menjadi tempat tinggal beberapa keluarga. Satu keluarga menempati satu ruangan.

Akan tetapi fungsi rumah adat ini bukan hanya sebagai rumah tinggal saja. Rumah Panjang juga
digunakan untuk tempat mengadakan upacara adat. Sehingga rumah ini tidak hanya dimiliki secara
pribadi, namun menjadi miliki masyarakat Dayak.

Rumah Panjang terdiri dari beberapa bagian. Di bagian depan terdapat teras yang disebut dengan pante,
ruang tamun disebut samik, kemudian ada ruang keluarga.

Di dalam ruang tamu ada meja berbentuk lingkaran yang dinamakan pene. Fungsi pene adalah untuk
tempat ngobrol, menerima tamu, dan meletakkan makanan bagi tamu. Di bagian belakang rumah ada
dapur untuk keluarga. Pada umumnya, setiap keluarga memiliki dapur yang terpisah.

TRADISI UNIK SUKU DAYAK


Suku asli pedalaman Borneo yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan ini mempunyai beberapa
budaya istimewa, antara lain:

1. Telingaan Aruu

Telingaan Aruu adalah tradisi adat Suku Dayak dengan cara memanjangan telinga. Untuk memanjangkan
teling, mereka menggunakan anting-anting berbentuk gelang yang terbuat dari tembaga. Anting-anting
berukuran besar tersebut dalam bahasa kenyah disebut belaong.

2. Kwangkey

Kwangkey atau Kuangkay ialah upacara kematian yang dilakukan Suku Dyaka Benuaq yang tingga di
pedalaman Kalimantan Timur. Tradisi ini berasal dari kata ke dan angkey, artinya adalah melakukan atau
melaksanakan dan bangkai.

Menurut istilah bahasa daerah setempat, Kwangkey mempunyai makna buang bangkai. Maknay yang
ingin disampaikan adalah melepaskan diri dari kedukaan dan mengakhiri masa berkabung.

Upacara adat ini dilakukan untuk menghormati dan memuliakan roh leluhur yang telah meninggal.
Diharapkan setelah upacara kematian dilakukan, maka roh leluhur mendapat kebahagiaan dan tempat
layak di akhirat.

3. Kaharingan
Salah satu kepercayaan Suku Dayak adalah Kaharingan. Agama Kaharingan adalah kelompok agama
Hindu yang juga dikenal sebagai Hindu Kaharingan. Namun seiring berkembangnya zaman, ada sebagian
masyarakat Dayak yang mengonversi agama Kaharingan menjadi Budda versi Tionghoa. Selain itu, ada
pula pemeluk agama Islam yang beberapa diantaranya terbentuk karena perkawinan dengan Suku
Melayu.

4. Tari Gantar

Tari Gantar adalah salah satu tarian khas Suku Dyak. Tarian ini adalah tari pergaulan muda-mudi Suku
Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat.

Tarian Gantar mengekspresika kegembiraan serta keramahan dalam menyambut tamu, baik wisatawan
atau tamu kehormatan. Tari ini juga berfungis untuk menyambut pahlawan dari medan perang. Ada tiga
jenis tarian Gantar, yakni Gantar Rayat, Gantar Busai, dan Gantar Senak dan Kusak.

Anda mungkin juga menyukai