Anda di halaman 1dari 6

Artikel Suku Terasing Di Indonesia

1.Suku Baduy, Banten

Selain dikenal sebagai suku Baduy suku ini disebut juga sebagai Urang Kanekes. Mereka merupakan
suatu kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah Banten. Ada sekitar 5.000 sampai 8.000 penduduk
yang tinggal dalam suku tersebut. Mereka menerapkan isolasi dari dunia modern.

Terdapat dua tipe suku Baduy, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Suku Baduy dalam hidup sangat
mengisolir diri. Sedangkan Baduy Luar lebih terbuka terhadap perkembangan jaman. Antara kedua
Baduy ini hidup dalam masyarakat terpisah. Baduy Luar seringkali menjadi jemabatan dengan antara
suku Baduy Dalam dengan masyarakat luas.

Bahasa yang digunakan Suku Baduy adalah Bahasa Sunda dialek Banten. Akan tetapi beberapa
diantaranya, terutama suku baduy luar juga lancar menggunakan bahasa Indonesia. Sementara itu,
suku Baduy Dalam sangat tertutup dari dunia luar. Bahkan mereka menganggap ber-sekolah itu
menentang adat istiadat mereka.
2.Suku Dani, Papua

Suku Dani merupakan suku yang bermukim diwilayah Pegunungan Tengah, Papua. Mereka juga
menempati Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Puncak Jaya. Suku Dani sendiri sejak ratusan tahun
yang lalu sudah dikenal sebagai petani yang terampil. Mereka juga telah menggunakan alat seperti
kapak batu, pisau dari tulang. Suku ini menggunakan “Koteka” sebagai penutup kemaluan mereka
yang terbuat dari kulit labu.

Suku Dani ditemukan pertama kali di Lembah Baliem. Mereka mempunyai kepercayaan tentang roh
nenek moyang yang menurunkan kesaktiannya kepada anak-anak laki-laki. Contoh kesaktian yang
mereka yakini adalah kekuatan menjaga kebun, kekuatan menyembuhkan penyakit, dan juga
kekuatan menyuburkan tanah.

Kehidupan masyarakat Suku Dani meskipun terbelakang ternyata sangat damai. Mereka menerapkan
sistem gotong royong dalam setiap kegiatannya. Misalnya pada pembangunan rumah, awalnya
mereka akan bermusyawarah kemudian membangunnya bersama-sama.

Mata pencaharian suku Dani utamanya dengan berkebun umbi manis dan juga beternak babi. Mereka
masih memiliki tradisi yang menyeramkan yaitu “tradisi potong jari”. Hal ini dilakukan disaat ada
anggota keluarga yang meninggal. Keluarga yang ditinggal diwajibkan memotong jari mereka sebagai
simbol kesedihan.

3.Suku Sakai, Riau


Suku Sakai merupakan salah satu suku yang mendiami kawasan pedalaman Riau di Pulau Sumatera.
Nenek moyang Suku Sakai diyakini berasal dari Pagaruyung, sebuah kerajaan Melayu yang pernah ada
di Sumatera Barat. Dahulu, Suku Sakai memiliki pola kehidupan yang masih nomaden, berpindah-
pindah dari satu kawasan ke kawasan lain.

Pola kehidupan yang masih nomaden ini meninggalkan kekayaan budaya yang menarik. Hal tersebut
terlihat dari benda peninggalan Suku Sakai yang dahulu digunakan untuk keperluan hidup mereka di
pedalaman. Benda-benda ini terbuat dari bahan baku yang sumbernya seratus persen dari alam, dan
memiliki fungsi yang masih sederhana dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Salah satu benda tradisional peninggalan Suku Sakai adalah timo. Timo merupakan wadah yang
terbuat dari kulit kerbau yang sudah dikeringkan. Bagian sisi wadah diberi batas berbentuk lingkaran
yang terbuat dari rotan lalu diberi tali yang juga terbuat dari rotan. Timo digunakan oleh masyarakat
Suku Sakai sebagai wadah untuk menampung madu.

Kebudayaan Suku Sakai yang bercorak agraris juga ditandai dengan alat-alat yang berfungsi sebagai
alat pertanian seperti gegalung galo. Alat yang terbuat dari bambu dan batang pepohonan ini
berfungsi sebagai alat penjepit ubi manggalo untuk diambil sari patinya. Sebelumnya, ubi manggalo
yang telah dikupas dikumpulkan di dalam wadah yang disebut tangguk.

Menariknya, Suku Sakai juga memproduksi pakaian yang bahannya seratus persen terbuat dari alam.
Pakaian orang-orang suku ini dahulu ketika masih hidup dalam sistem nomaden terbuat dari kulit
kayu. Pakaian inilah yang digunakan Suku Sakai untuk bertahan hidup selama berpindah-pindah
tempat.
4.Suku Kajang, Sulawesi Selatan

Suku Kajang Ammatoa terletak di kabupaten Bulukumba, Kecamatan Kajang, Sulawesi Selatan. Desa
ini dinamakan Tana Toa yang merupakan tanah yang tertua di dunia dikarenakan kepercayaan
masyarakat adatnya.

Secara geografis, luas wilayah Desa Kajang Ammatoa sekitar 331,17 hektar dan memiliki kondisi hutan
yang sangat lebat. Hampir seluruh dusun yang berada di dalamnya di kelilingi hutan dan tidak ada
jalan beraspal di dalam kawasan ini.

Kawasan adat masyarakat Kajang berada dalam wilayah administrasi Desa Tana Toa, berjarak 56 km
dari kota Bulukumba.

Di antara suku yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan, Suku Ammatoa Kajang merupakan salah satu
kelompok masyarakat yang kokoh memegang tradisinya.
5.Suku Kaili, Sulawesi Tengah

Suku Kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi
Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di
lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau. Mereka juga
menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong, Kabupaten
Tojo Una-Una dan Kabupaten Poso. Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di Teluk Tomini
yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di Kabupaten Poso mereka
mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso.
Mata pencaharian utama masyarakat suku Kaili adalah bercocok tanam di sawah, di ladang dan
menanam kelapa. Di samping itu masyarakat suku Kaili yang tinggal di dataran tinggi, mereka juga
mengambil hasil bumi di hutan seperti rotan, damar, dan kemiri, dan beternak. Sedang masyarakat
suku Kaili yang dipesisir pantai di samping bertani dan berkebun, mereka juga hidup sebagai nelayan
dan berdagang antarpulau seperti ke Kalimantan.

Alat pertanian suku Kaili di antaranya: pajeko (bajak), salaga (sisir), pomanggi (cangkul),
pandoli(linggis), Taono(parang); alat penangkap ikan di antaranya: panambe, meka, rompo, jala dan
tagau.

Anda mungkin juga menyukai