Anda di halaman 1dari 13

SUKU GAYO (NANGRONGE ACEH

DARUSALAM)

Gayo adalah salah satu suku yang ada dan sudah lama berdomisili di aceh
terletak di tengah provinsi aceh , kota takengon di apit oleh pegunungan yang hijau
di sana kebudayaan dan kebiasaan masyarakat gayo berkebang dari masa
kemasa , masyarakat nya banyak bertempat tinggal di Aceh Tengah , Bener
Meriah ,Aceh Tenggara dan Gayo lues

 Bahasa

adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh suku Gayo. Bahasa
Gayo ini mempunyai keterkaitan dengan bahasa Suku Karo di Sumatera Utara.
Bahasa ini termasuk kelompok bahasa yang disebut "Northwest Sumatra-Barrier
Islands" dari rumpun bahasa Austrone

Kehidupan sosial
Rumah Adat Gayo Pitu Ruang
Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti kecil yang disebut kampong. Setiap
kampong dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa kampung
disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan tradisional
berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak opat, terdiri
dari reje (raja), petue (petua), imem (imam), dan rayat (rakyat).
sia.

Seni Budaya
Kubur tradisional orang Gayo.Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di
kalangan masyarakat Gayo adalah kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami
kemandekan bahkan cenderung berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal,
antara lain tari Saman dan seni bertutur yang disebut Didong.
SUKU BANJAR (KALIMANTAN SELATAN)

1. Agamis
Orang Banjar terkenal mempunyai karakter agamis karena masyarakatnya dominan beragama
Islam. Pada bulan Ramadhan, Maulid dan bulan Islam lainnya masyarakat Banjar selalu
mempunyai kebiasaan mengadakan acara seperti tadarus Qur’an dll.
Fakta lainnya adalah: Orang Banjar yang terkenal karena agamanya adalah Datuk Kalampayan,
Guru Izai, dan Ustad Arifin yang ternyata masih dalam 1 garis keturunan (klik link disini).
2. Suka Berbisnis/Berdagang
Suku Banjar dikenal dengan suku yang suka berniaga. Ini terbukti dengan adanya sebaran orang
Banjar di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di luar negeri, khususnya di Arab Saudi.

3. Mudah percaya dan diperdaya


Dulu ada suatu kejadian yang banyak menimpa investor orang Banjar tentang bisnis pulsa. 
Banyak investor lokal yang kena tipu. Termasuk dalam kasus berbisnis intannya si Raehan.

4. Polig*m*
Mungkinkah hal ini dipengaruhi oleh keadaan situasi yang agamis seperti halnya dengan
masyarakat yang ada di Malaysia? Entahlah. Laki-laki orang Banjar yang kaya, biasanya
mempunyai istri lebih dari satu. Namun sekarang lambat laun sudah mulai berkurang.

5. Suka ngumpul
Budaya orang Banjar lainnya yang unik adalah budaya mewarung. Penulis pernah melakukan
pengamatan di daerah Martapura, sungai Jingah Banharmasin, Amuntai, dan Barabai tentang
budaya mewarung ini. Waktu yang digunakan hampir bersamaan dengan waktu anak-anak
mereka turun ke sekolah. Lucu memang. Sementara anak mereka berangkat ke sekolah,
sebagian orang tuanya juga ramai ngumpul di warung sambil ngopi.

6. Suka spekulasi
Kejadian ini sekitar tahun 1984-1985.  Saat itu di Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang
kupon sumbangan olah raga yang bernama SDSB/FORKAS. Saat itu di Banjarmasin maupun di
beberapa kabupaten (kecuali Martapura) banyak berjualan loket-loket kangetan berjualan
kupon tersebut. Suasananyapun seperti pasar malam. Pada malam tersebut biasanya orang-
orang ramai bergadang menunggu pengundian kupon. Pada saat yang sama, tahun tersebut
kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an) untuk anak-anak juga berhasil dilaksanakan. Dua
kegiatan yang sebenarnya bertolak belakang.
7. Setia kawan
Pernahkah kalian mendengar orang Banjar bila berkelahi ada berundangan kepada teman-
temannya? Itulah budaya Banjar tentang kesetia kawanan.

8. Suka Kuliner
Budaya kuliner identik dengan budaya orang Banjar. Ada Soto Banjar yang terkenal di
Nusantara, ada juga Kue 40 macam yang akan menjamu lidah penduduk Banjar di saat bulan
puasa atau di warung tertentu. Sampai sekarang masih ada warung yang terkenal di daerah
Martapura dengan sebutan Warung Wadai 40 macam. Bahkan sudah menjadi jadwal rutin
warga Banjar mengadakan pasar wadai tiap bulan Ramadhan/Puasa dan sudah menjadi agenda
rutin pariwisata daerah

2.8
SUKU BALI AGA (BALI)

Suku Bali Aga


Suku Aga yang merupakan bagian dari Suku Bali yang sudah banyak
dikenal orang ini memiliki ciri khas dan fakta menarik seputar
kehidupan yang dimiliki. Berikut adalah kehidupan Suku Aga yang
menarik sekali untuk diketahui:

 Masyarakat Bali Aga hidup terisolasi di daerah pegunungan.


 Penduduk memakai dialek bahasa Bali mereka sendiri.
Bahasanya juga berbeda antara satu desa dengan desa lainnya,
seperti yang dipakai warga desa Trunyan dengan Tenganan.
 Di Desa Trunyan terdapat pohon yang menyebarkan bau harum,
yang biasa dipakai masyarakat desa setempat dalam
menguburkan mayat.
 Pemakamannya tidak dilakukan dengan cara ngaben atau
pembakaran mayat. Di sini mayat di letakkan di bawah pohon
begitu saja.
 Keberadaan Desa Trunyan dan Tenganan sebagai sebuah desa
adat yang melestarikan nilai leluhur yang telah diwariskan.

  
SUKU ALAS(ACEH)

Bahasa Suku Alas

Sama halnya dengan kebudayaan suku aceh lainnya, suku alas juga memiliki bahasa yang berbeda
dan digunakan dalam kehidupan sehari hari suku alas. Bahasa dari rumpun austronesia tersebut
disebut sebagai bahasa alas atau cekhok alas. Bahasa suku alas ini juga hampir sama dengan
bahasa suku kluet yang merupakan suku didaerah aceh selatan. Selain sama dengan suku kluet,
bahasa alas juga memiliki beberapa kesamaan kosakata dengan suku karo di provinsi sumatera
utara.

Makanan Khas suku alas

Makanan juga termasuk dalam kebudayaan suku alas yang cukup terkenal. Beberapa makanan suku
alar yang menjadi menu makan sehari hari dari masyarakat alas diantaranya adalah :

Tumpi,godek,puket sekuning,cimpe

Tangis dilo

Tangis dilo merupakan salah satu kesenian dari masyarakat suku alas yang berupa syair syair dalam
sebuah perayaan tertentu dari suku alas. Tangis dilo akan dipertunjukan dalam kegiatan kegiatan
seperti acara tepung mawar, acara penyambutan tamu, dan acara pernikahan.

Tari masekat

Suku alas juga memiliki bentuk kebudayaan lain dari seni tari yang disebut sebagai tari masekat. Tari
masekat merupakan tarian traditional Indonesia yang berasal dari suku alas yang merupakan tarian
paling terkenal diantara tarian lainnya dari suku alas.
SUKU DOMPU(NUSA TENGGARA TIMUR)

1. Rumah Tradisional
Masyarakan dompu memiliki rumah tradisional yang bernama uma jompa dan
uma panggu, uma jompa berfungsi sebagai lumbung padi.

2. Budaya pekerjaan Keseharian


Keseharian warga dompu banyak yang bertani, dan berternak kuda. Selainan
memelihara kuda mereka juga beternak sapi dan berkebun, menanam padi dan
juga menanam rumput laut bagi mereka yang tinggal di pesisir. 

3. Kebudayaan Kapanca
Yaitu pemberian kecantikan pada diri wanita agar dia bisa melupakan rasa sakit
yang ia bayangkan yang dilakukan oleh setiap wanita yang memiliki karismatik
ditengah-tengah masyarakat terdiri dari 7-11 orang dengan menggunakan beras
kuning untuk di taburkan pada sekeliling anak, air bunga yang diteteskan pada
badan dan daun pacar yang di tempelkan di telapak tangan dengan melakukan
zikir sebagai pengirim niat melakukan kapanca. Kapanca di lakukan juga saat
perkawinan.

4. Pakaian Adat
–> Pakaian adat suku dompu bagi kaum wanita  yaitu Rimpu tembe,sedangkan
pakaian adat laki llaki yaitu katembe tembe.

5. Tarian Adat
Jenis-jenis tarian adat dari dompu yaitu :

a.Tari Sampela Ma Rimpu, yang menceritakan gadis Dompu yang hendak pergi
mandi ke suatu telaga dengan rimpu kain yang berwarna warni,

b. Tari Mama Ra Isi, menceritakan gadis-gadis Dompu mempersiapkan mama ra


isi menjelang kedatangan tamu.
SUKU AKIT (RIAU)

Adat istiadat

Kebudayaan suku akit yang pertama terlihat dari adat istiadat yang sampai saat ini masih
dipertahankan dan dilestarikan. Suku akit dikenal sangat peduli dengan lingkungan dan
memperhatikan berbagai aspek alam. Perawakan orang akit dikenal memiliki tubuh yang tinggi besar
dan berbeda dengan orang melayu lainnya. Tubuh yang kekar ini sangat cocok dengan kondisi orang
akit yang mencari makan dengan berburu.

Dongeng

Dongeng merupakan bentuk kebudayaan suku akit lainnya yang sampai saat ini masih dilakukan oleh
para ibu orang akit untuk anak anaknya. Dongeng tersebut akan diceritakan pada saat menidurkan
anak anak suku akit. Dalam dongeng tersebut tersirat berbagai macam pesan yang baik untuk
kehidupan anak anak akit yang patut untuk diteladani.

Ritual perkawinan suku akit

Menurut adat yang berlaku pada masyarakat suku akit, para orang tua suku akit akan mengawinkan
atau menikahkan anak perempuan mereka setelah berumur 15 tahun dan anak laki laki setelah
memiliki umur 17 tahun. Untuk anak laki laki, mereka akan disunat pada usia 7 – 13 tahun dan hal ini
bukan karena pengaruh agama islam. Gadis yang sudah dinikahkan dapat dibawa oleh orang tua
mempelai pria setelah memberikan sejumlah “uang beli” sebagai bentuk kompensasi pada orang tua
dan keluarga dari mempelai wanita

Kepercayaan

Hampir sama dengan kebudayaan suku asmat di papua yang memuja roh nenek moyang dan bersifat
animistik, suku akit juga memiliki kepercayaan untuk memuja roh dari nenek moyangnya meskipun
saat ini sebagian besar suku akit sudah memeluk agama Budha. Sebelum masuknya agama dalam
masyarakat suku akit, mereka sudah mempercayai bahwa dalam proses hidupnya didunia ini ada 3
tahapan yang paling penting dan saling berkesinambungan yakni : hamil dan melahirkan bayi,
datangnya kematian, dan ritual perkawinan.
SUKU ANAK DALAM (JAMBI)

 Kebiasaan Hidup

Suku anak dalam menyebut diri mereka sebagai orang rimba yang menjelaskan bahwa suku
anak dalam tinggal di hutan dan hidup dari semua bahan yang disediakan oleh hutan. Orang
rimba juga akan tinggal secara nomaden atau berpindah pindah serta mengantungkan
kebutuhan makanan dengan berburu dan mencari buah buahan di hutan.

 Kepercayaan

Suku anak yang dikenal sebagai orang rimba memiliki kepercayaan dalam paham
animisme, yakni kepercayaan adanya roh dalam setiap kehidupan manusia. Kepercayaan
tersebut sama dengan kebudayaan suku minangkabau  yang merupakan tetangga suku dari
suku anak dalam ini. Masyarakat suku anak dalam percaya bahwa jika ingin selamat dalam
kehidupan di dunia ini maka setiap aktivitas yang dilakukan harus menghormati para roh
yang terletak di hampir semua tempat. Meskipun pada awalnya masyarakat suku anak
dalam mempercayai paham animisme namun sekarang mulai banyak ditemui beberapa
kelompok dari suku anak dalam yang memeluk agama Islam dan agama kristen.

 Kesederhanaan

Kehidupan suku anak dalam sangat dikenal dengan kebiasaan hidup terisolir dari dunia luar.
Karena kondisi yang terisolir tersebut mengakibatkan kebudayaan dan peradaban suku
anak dalam memiliki tingkat yang sangat rendah dibandingkan seperti kebudayaan suku
lainnya, sebut saja kebudayaan suku melayu sebagai contoh.

 Ilmu Gaib

Salah satu budaya lainnya yang dimiliki oleh  suku anak dalam adalah kemampuan untuk
menguasai ilmu gaib tertentu. Ilmu gaib tersebut dapat terlihat pada kondisi tertentu. Ada
satu larangan yang harus dihindari ketika bertemu dengan suku anak dalam terkait dengan
ilmu gaib yang mereka kuasai. Kondisi anak suku dalam yang jarang mandi menjadikan bau
badan mereka akan sangat menyengat.

SUKU FLORES (NUSA TENGGARA TIMUR)


Bahasa
Berdasarkan hasil perhitungan leksikostatistik kita dapat membagi beberapa unsur bahasa
daerah di Flores yang didasarkan pada perbedaan tiap-tiap suku. Masing-masing suku ini
memiliki berbagai macam bahasa dan cara-cara pelafalannya. Secara umum bahasa tersebut
berasal dari bahasa Melayu yang turut berkembang menyesuaikan daerah-daerah yang dihuni
oleh suku-suku tersebut. Seperti daerah lain di NTT, Manggarai juga mendapat pengaruh
pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Belanda
dan sebagainya. Maka tidak heran apabila bahasa Manggarai juga memiliki bahasa yang lebih
khas terlepas dari ciri-ciri fisiknya yang berbeda dari orang-orang suku lain yang berada di
Flores. Selain itu, dari unsur seni seperti halnya musik, terdapat ciri khas dari masing-
masing beat tropikal lagu dari masing-masing daerah seperti Larantuka, Maumere, Ende,
Bajawa, Manggarai.

Sistem Kepercayaan
Masyarakat Flores sudah menganut beberapa ajaran agama modern, seperti Katolik, Islam,
Kristen dan lain sebagainya. Namun masih terdapat tradisi leluhur yang dipertahankan. Salah
satunya adalah tradisi megalitik di beberapa sub etnis Flores. Misalnya, tradisi mendirikan dan
memelihara bangunan-bangunan pemujaan bagi arwah leluhur sebagai wujud penghormatan
(kultus) terhadap para leluhur dan arwahnya berawal sejak sekitar 2500 - 3000 tahun lalu dan
sebagian diantaranya masih berlangsung sampai sekarang

Budaya dan Kesenian


Tarian yang berasal dari Flores salah satunya adalah tari Caci adalah tari perang sekaligus
permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan perisai di
Flores. Caci merupakan tarian atraksi dari bumi Congkasae Manggarai. Hampir semua daerah di
wilayah ini mengenal tarian ini. Kebanggaan masyarakat Manggarai ini sering dibawakan pada
acara-acara khusus. Tarian Caci Caci berasal dari kata ca dan ci. Ca berarti satu dan ci berarti
uji. Jadi, caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah
dan merupakan ritual Penti Manggarai, selain dari tarian Caci di Manggarai terdapat pula tarian -
tarian di Flores yang mulai digemari secara Nasional yakni Gawi, Sodh'a, Rokatenda, Ja'i.

SUKU MINANGKABAU(SUMATRA BARAT)


Bahasa Minangkabau
Bahasa Minangkabau merupakan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Minangkabau. Bahasa
Minangkabau mempunyai kemiripan dengan bahasa melayu, tetapi terdapat pendapat lain yang
menyatakan bahwa bahasa Minangkabau merupakan bahasa mandiri yang tidak diambil dari bahasa
lain. Kendati terdengar rumit, bahasa Minangkabau ternyata cukup mudah dikuasai oleh orang di luar
suku Minangkabau.

Kepercayaan Suku Minangkabau


Sebagian besar suku Minangkabau merupakan penganut agama Islam. Suku Minangkabau
merupakan penganut Islam yang taat. Hal ini dibuktikan dengan upacara-upacara adat di Sumatera
Barat yang masih berkaitan dengan agama Islam, seperti perayaan pernikahan, Idul Fitri dan
sebagainya. Agama Islam di suku Minangkabau dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Timur
Tengah. Sebenarnya kepercayaan asli dari suku Minangkabau adalah kepercayaan animisme dan
dinamisme, namun kepercayaan ini berganti setelah terjadi revolusi budaya pasca terjadinya perang
Padri tahun 1837. Perang Padri menandai dirombaknya budaya dan tradisi serta kepercayaan suku
Minangkabau secara keseluruhan.

Adat Matrilineal Suku Minangkabau


Adat dalam suku Minangkabau memiliki keunikan dari suku bangsa lain. Jika suku bangsa di pulau
Jawa menganut adat patrilineal, suku Minangkabau malah menganut adat matrilineal. Adat ini
merupakan adat yang masih dipegang teguh oleh suku Minang kendati Islam sudah menjadi
landasan adat. Adat matrilineal merupakan penghitungan garis keturunan pada sang ibu atau pihak
perempuan. Hal ini menjadi kontras jika dibandingkan dengan adat Islam yang menyandarkan garis
keturunan pada sang ayah atau pihak laki-laki. Adat matrilineal ini mengakibatkan sistem pewarisan
dan pengaturan rumah tangga akan diatur oleh pihak perempuan.

Strata Masyarakat Suku Minangkabau


Sistem strata yang diterapkan dalam suku Minangkabau merupakan hal penting yang menjadi acuan
untuk penggolongan masyarakat serta pengatur jalannya sebuah pernikahan. Adapun strata
masyarakat di suku Minangkabau:

 Kamanakan Tali pariuk yang merupakan golongan bangsawan dan bergelar bangsawan,


serta dianggap mempunyai keturunan langsung dari urang asa.
 Kamanakan Tali Budi merupakan golongan perantau atau pendatang yang mempunyai
kekayaan dan kesuksesan yang setara dengan suku Minangkabau

Adat Pernikahan Suku Minangkabau


Adat pernikahan dalam suku Minangkabau sebenarnya berlandaskan agama Islam, namun terdapat
adat yang masih dijunjung tinggi oleh suku tersebut. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk
melangsungkan pernikahan adalah kedua calon pengantin harus beragama Islam, kedua calon
pengantin bukan merupakan suku yang sama, kedua calon mempelai harus menghormati dan
menghargai keluarga besar kedua belah pihak, calon suami diwajibkan memiliki penghasilan.
Setelah semua syarat terpenuhi maka akan dilakukan beberapa tradisi yang menjadi keharusan bagi
suku Minangkabau, yaitu maresek, maminang, mahanta siriah, babako-babaki, malam
bainai, manjapuik marapulai, penyambutan di rumah anak Daro, prosesi akad nikah, basandiang di
pelaminan dan tradisi lain yang digelar pasca akad nikah.

Upacara Kematian Suku Minangkabau


Suku Minangkabau juga memiliki beberapa upacara yang digelar ketika ada kematian. Upacara
kematian yang digelar tidak terlepas dari unsur agama dan adat istiadat, seperti:

 Sakik basilau, mati bajanguak yang berarti sakit dilihat, mati dijenguk.


 Anta kapan dari bako yang berarti mengantar kain kafan dari bako.
 Cabiek kapan, mandi maik yang berarti mencabik kain kafan serta memandikan jenazah.
 Kacang pali yang berarti mengantarkan jenazah ke kuburan.
 Doa talakin panjang yang dilakukan di kuburan
 Mengaji di rumah duka selamat tiga hari, serta memperingati pada ketujuh hari, keempat
puluh hari, seratus hari dan keseribu hari.

SUKU KAILI(SULAWESI TENGAH)

Bahasa
Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa yang masih hidup dan dipergunakan dalam
percakapan sehari-hari. Uniknya, di antara kampung yang hanya berjarak 2 km kita bisa
menemukan bahasa yg berbeda satu dengan lainnya. Namun demikian, suku Kaili
memiliki lingua franca, yang dikenal sebagai bahasa Ledo. Kata “Ledo” ini berarti “tidak”.
Bahasa Ledo ini dapat digunakan berkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili lainnya. Bahasa
Ledo yang asli (belum dipengaruhi bahasa para pendatang) masih ditemukan di sekitar
Raranggonau dan Tompu. Sementara, bahasa Ledo yang dipakai di daerah kota Palu, Biromaru,
dan sekitarnya sudah terasimilasi dan terkontaminasi dengan beberapa bahasa para pendatang
terutama bahasa Mandar dan bahasa Melayu.

Kehidupan
Mata pencaharian utama masyarakat Kili adalah bercocok tanam disawah,diladang dan
menanam kelapa. Disamping itu masyarakat suku Kaili yang tinggal didataran tinggi mereka
juga mengambil hasil bumi dihutan seperti rotan,damar dan kemiri, dan beternak. Sedang
masyarakat suku Kaili yang dipesisir pantai disamping bertani dan berkebun, mereka juga
hidup sebagai nelayan dan berdagang antar pulau ke kalimantan

Budaya
Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili juga mempunyai adat
istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan sosial, memiliki Hukum Adat
sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam hukum
adat.

Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta perkawinan (no-Rano,
no-Raego, kesenian berpantun muda/i),pada upacara kematian (no-Vaino,menuturkan
kebaikan orang yg meninggal), pada upacara panen (no-Vunja, penyerahan sesaji kepada Dewa
Kesuburan), dan upacara penyembuhan penyakit (no-Balia, memasukkan ruh untuk mengobati
orang yg sakit); pada masa sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, upacara-upacara adat
seperti ini masih dilakuan dengan mantera-mantera yang mengandung animisme.

SUKU SAMIN (JAWA TIMUR)


Kebudayaan
Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang
Samin juga memiliki "kitab suci". "Kitab suci"' itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang
terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat
Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab
yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin.
Bahasa
Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah bahasa
Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi
sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.
Pakaian
Pakaian orang Samin biasanya berupa baju lengan panjang tanpa kerah,
berwarna hitam. Laki-laki memakai ikat kepala.
Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkain sebatas di
bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki.
Sistem kekerabatan
Dalam hal kekerabatan masyarakat Samin memiliki persamaan dengan
kekerabatan Jawa pada umumnya. Sebutan-sebutan dan cara penyebutannya sama
Pernikahan
an itu merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan
“Atmaja (U)Tama” (anak yang mulia) Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam
ajarannya perkawinan.
Upacara dan tradisi
Upacara-upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain nyadran (bersih
desa) sekaligus menguras sumber air pada sebuah sumur tua yang banyak memberi
manfaat pada masyarakat. Tradisi selamatan yang berkaitan dengan daur
hidup yaitu kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan kematian. Mereka melakukan
tradisi tersebut secara sederhana

Anda mungkin juga menyukai