Anda di halaman 1dari 19

Nama :

NIM : 311420070

MK : Pemahaman Lintas Budaya

1, Jenis kebudayaan khas

Unsur” kebudayaan ( semua berapa suku, kebudayaan, bahasa daerah, tarian daerah, makanan,
pakaian, rumah adat, upacara, suku etnik

2. apa yang khas/istimewa dgn daerah tersebut

3. apa yg unik dari daerah itu

4. apa hal yang tabuh/mitos

Apa yg boleh dan tda boleh

Lampung adalah sebuah provinsi di bagian ujung selatan pulau Sumatra, Indonesia. Ibu kota dan
pusat pemerintahannya berada di kota Bandar Lampung.[9] Provinsi ini memiliki dua kota, yaitu
Bandar Lampung dan Metro, serta 13 kabupaten. Posisi provinsi Lampung secara geografis di
sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah
utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, serta di sebelah selatan
berbatasan dengan Selat Sunda.

Jumlah satuan pemerintahan

Daftar

Kabupaten: 13

Kota: 2

Kecamatan: 228

Kelurahan: 205

Desa: 2.449

Pemerintahan

• Gubernur

Ir. H. Arinal Djunaidi[1]

• Wakil Gubernur

Hj. Chusnunia Chalim, S.H., M.Si[1]

• Sekretaris Daerah

Ir Fahrizal Darminto[1]
• Ketua DPRD

Mingrum Gumay

Luas

• Total

33.553,55 km2 (12,955,10 sq mi)

Populasi

• Total

9.007.848

• Peringkat

15

• Kepadatan

268/km2 (690/sq mi)

Demografi

• Agama

Islam 95,48%

Kristen 2,42%

- Protestan 1,51%

- Katolik 0,91%

Hindu 1,49%

Buddha 0,32%

Konghucu 0,01%

Lainnya 0,01%

Tidak diketahui 0,27%[3]

• Bahasa

Daftar

Indonesia (resmi/utama)

Jawa (dominan)

Lampung

—Lampung Api

—Lampung Nyo

Sunda
—Sunda Priangan

—Sunda Banten

Melayu

—Melayu Tengah (Semendo & Ogan)

—Melayu Palembang

Bali

Minangkabau

Batak

Inggris

Tionghoa

Komering

• IPM

Kenaikan 70,45 (2022)

Tinggi

Zona waktu

UTC+07:00 (WIB)

Flora resmi

Cempaka Telur

Fauna resmi

Gajah Sumatera

Provinsi Lampung memiliki pelabuhan utama bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan
Bakauheni, bandar udara utama yakni Radin Intan II terletak 28 km dari ibu kota provinsi, serta
Stasiun Tanjung Karang di pusat ibu kota. Pada 2020, penduduk provinsi Lampung berjumlah
9.007.848 jiwa, dengan kepadatan 268 jiwa/km2.[2]

(https://id.m.wikipedia.org)

Suku

Suku Lampung Pesisir (Kebudayaan.kemendikbud.go.id)

Sesuai dengan namanya, masyarakat Suku Lampung Pesisir tinggal di sepanjang pesisir Lampung.
Diyakini, masyarakat suku Pesisir ini menjadi cikal bakal dari suku Lampung di Indonesia. Hal ini
ditandai dengan hadirnya Kerajaan Sekala Berak yang merupakan kerajaan tertua di Lampung dan
bermukim di Lampung Barat. Sampai saat ini, Kerajaan Sekala Berak masih berdiri dengan memiliki
empat Kepaksian (sub-kerajaan) yang tersebar di seluruh Lampung.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Pesisir adalah bahasa Lampung dengan dialek “A”.
Pelafalan yang digunakan oleh masyarakat ini lebih jelas, hampir setara dengan pelafalan Bahasa
Indonesia pada umumnya. Untuk adat istiadat, masyarakat suku Pesisir cenderung lebih selektif. Hal
ini tercermin dalam sistem kerajaan dan pemberian gelar adat pada masyarakat. Hanya masyarakat
yang memiliki garis keturunan kerajaan atau bangsawan yang berhak untuk mendapatkan gelar adat
dan menjadi Raja (baca: Khaja).

Hiasan yang digunakan oleh masyarakat suku Pesisir juga berbeda dengan yang dikenakan oleh
masyarakat suku Pepadun. Mahkota perempuan (Siger) Lampung Pesisir memiliki tujuh lekuk
dengan hiasan bunga pada bagian atas, yang menandakan tujuh sungai yang ada di Lampung. Ada
juga yang mengatakan bahwa Siger masyarakat suku Pesisir terpengaruh oleh budaya masyarakat
Pagaruyung, Sumatera Barat. Ada juga Siger yang memiliki tali yang menjuntai menutupi wajah.
Siger ini digunakan oleh masyarakat suku Pesisir-Melinting di Lampung Timur. Pada acara-acara adat
dan pernikahan pun warna baju yang digunakan oleh masyarakat ini adalah warna merah.

Suku Lampung Pepadun

Berbeda dengan masyarakat suku Pesisir, masyarakat suku Lampung Pepadun tinggal di daerah
tengah atau daratan. Masyarakat dengan suku ini terkonsentrasi di wilayah pedalaman dan dataran
tinggi. Sistem kekerabatan yang digunakan oleh masyarakat Suku Pepadun adalah sistem patrilineal.

Dialek bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Pepadun adalah Bahasa Lampung dengan dialek
“O”. Pelafalan yang diucapkan oleh masyarakat ini adalah pelafalan dengan irama atau intonasi yang
mengayun dan menekan. Tak jarang pengguna bahasa dialek “O” ini diidentikkan sebagai
masyarakat yang kurang ramah karena cara berbicaranya. Namun, ada beberapa daerah masyarakat
Lampung Pepadun yang juga menggunakan bahasa dialek “A” dalam bahasa percakapan sehari-hari.

Untuk adat istiadat dalam masyarakat suku Pepadun tidak serumit masyarakat suku Pesisir.
Masyarakat dengan suku ini dapat mendapaatkan gelar adat meskipun hanya berasal dari kalangan
masyarakat biasa. Untuk mendapatkan gelar adat tersebut harus dilakaksanakan upacara adat Cakak
Pepadun. Hal yang sama juga dilaksanakan untuk masyarakat di luar suku Pepadun yang akan
menikah dengan masyarakat adat Lampung Pepadun. Sebelum melangsungkan pernikahan antar
suku ini terlebih dahulu dilaksanakan upacara Begawi atau meminta gelar adat.

Hiasan yang digunakan oleh masyarakat suku Pepadun juga berbeda. Siger yang digunakan oleh
perempuan suku Pepadun berjumlah sembilan lekuk yang bermakna sembilan marga yang
membentuk Abung Siwo Megou. Baju yang dikenakan oleh masyarakat ini pada upacara adat atau
pernikahan juga didominasi dengan warna putih.

Kebudayaan

Berikut tujuh adat istiadat atau tradisi unik dan populer yang ada di Lampung.

1. Gawi

Tradisi Gawi atau Begawi dilaksanakan untuk ritual kehidupan, di antaranya kelahiran anak,
menjelang dan saat pernikahan hingga pemberian gelar adat Begawi Cakak Pepadun.

2. Djujor

Djujor termasuk ritual adat pernikahan di Lampung. Muli atau gadis akan diambil oleh mekhanai
atau pria bujang untuk dijadikan sebagai istri. Sang mekhanai dan keluarganya harus membayar
bandi lunik atau mahar kepada wali sang muli.

Muli juga memiliki permintaan yang disebut kiluan yang menjadi haknya dan harus dipenuhi
mekhanai. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk pelaksanaannya, yaitu secara sembunyi-sembunyi
dan terang-terangan. Cara sembunyi atau sabambangan, yaitu ketika si pria melarikan si gadis ke
rumahnya.

Sesampainya di rumah si pria, kepala adat akan melaporkannya pada keluarga si gadis bahwa anak
mereka hilang karena bertujuan untuk dipersunting.

Sedangkan cara tekahang atau terang-terangan, yaitu si pria langsung mendatangi kediaman si gadis
dan melamarnya.

Ada pula keharusan untuk membawa 24 macam kue adat kepada keluarga si gadis. Mahar harus
dibayarkan kepada kepala adat pihak si gadis secara kontan.

3. Ngumbai Lawok

Upacara adat yang satu ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur para nelayan akan melimpahnya
hasil laut. Selain itu, mereka juga memohon keselamatan dan perlindungan dari Sang Pencipta saat
mereka berlayar.

Cara pelaksanaannya dengan menghanyutkan kepala kerbau yang telah disembelih ke laut sebagai
simbol pengorbanan. Ritual unik ini mampu menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke
Lampung.

4. Balimau

Tradisi ini sebenarnya dikatakan berasal dari Minangkabau, namun juga dilakukan oleh masyarakat
di Lampung. Jelang Ramadan, masyarakat akan melakukan ritual Balimau atau mandi dengan jeruk
nipis.

Selain jeruk nipis, bahan-bahan lain seperti bunga kenanga, daun pandan, dan akar gambelu juga
ditambahkan. Bagi masyarakat lokal, ritual ini menjadi wujud pembersihan jiwa dan raga sebelum
memasuki bulan Ramadan.

5. Tayuhan

Perayaan adat yang satu ini diadakan oleh keluarga besar dalam rangka pernikahan, khitan,
pembangunan rumah, maupun perayaan kesuksesan panen. Peralatan yang dibutuhkan saat
tayuhan di antaranya seperti tandang bulung, kecambai, nyani buwak, begulai, nyekhallai siwok, dan
khambak bebukha.

Penggunaan alat-alat ini akan disesuaikan dengan gelar adat. Selain itu, pihak kerabat juga
memberikan bantuan seperti berbagai bahan makanan mentah atau makanan yang sudah siap saji.

6. Balimau

Tradisi ini sebenarnya dikatakan berasal dari Minangkabau, namun juga dilakukan oleh masyarakat
di Lampung. Jelang Ramadan, masyarakat akan melakukan ritual Balimau atau mandi dengan jeruk
nipis.

Selain jeruk nipis, bahan-bahan lain seperti bunga kenanga, daun pandan, dan akar gambelu juga
ditambahkan. Bagi masyarakat lokal, ritual ini menjadi wujud pembersihan jiwa dan raga sebelum
memasuki bulan Ramadan.

7. Ngambabekha
Ritual unik bernama Ngambabekha ini dilakukan pada saat pembukaan hutan untuk digunakan
sebagai lahan perkebunan atau perkampungan masyarakat. Warga lokal meyakini bahwa hutan
memiliki penunggu. Upacara ini dimaksudkan sebagai jalur perdamaian dengan penunggu hutan
agar masing-masing tidak saling mengganggu.

Bahasa

Bahasa Lampung merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia dari cabang Melayu-Polinesia,
walaupun posisi tepatnya dalam Melayu-Polinesia sulit ditentukan. Kontak bahasa selama berabad-
abad telah mengaburkan batas antara bahasa Lampung dan bahasa Melayu,[5][6][7] sehingga
keduanya sempat digolongkan ke dalam subkelompok yang sama dalam kajian-kajian lama, seperti
misalnya dalam klasifikasi linguis Isidore Dyen pada 1965, yang menempatkan bahasa Lampung ke
dalam “Malayic Hesion” bersama bahasa-bahasa Malayan (mencakup bahasa Melayu, Minangkabau,
dan Kerinci), Aceh dan Madura.[8]

Linguis Berndt Nothofer (1985) memisahkan bahasa Lampung dari kelompok “Malayic” versi Dyen,
tetapi masih memasukkannya ke dalam “Javo-Sumatra Hesion” bersama bahasa-bahasa Melayik,
Sunda, Madura, dan, dengan tingkat kekerabatan yang lebih jauh, bahasa Jawa.[9] Malcolm Ross
(1995) menempatkan Lampung ke dalam kelompoknya independen yang tidak terkait bahasa
manapun dalam Melayu-Polinesia.[10] Penggolongan ini diikuti oleh Karl Adelaar (2005), yang tidak
memasukkan bahasa Lampung ke dalam kelompok Melayu-Sumbawa yang ia usulkan—kelompok ini
meliputi bahasa Sunda, Madura, dan cabang Malayo-Chamik-BSS (mencakup Melayik,[b] Chamik,
dan Bali-Sasak-Sumbawa).[6][11]

Di antara bahasa-bahasa Javo-Sumatra, Nothofer menganggap bahwa bahasa Sunda kemungkinan


merupakan kerabat terdekat bahasa Lampung, karena keduanya sama-sama mengubah bunyi *R
dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia (PMP) menjadi y dan mengalami metatesis atau pertukaran
bunyi antara konsonan pertengahan dan akhir pada kata *lapaR dari bahasa Proto-Austronesia. Kata
ini diturunkan menjadi palay yang berarti ‘ingin’ atau ‘lelah’ dalam bahasa Sunda dan ‘rasa perih
akibat kaki yang letih’ dalam bahasa Lampung.[9] Walaupun pengelompokan Javo-Sumatra/Malayo-
Javanic secara keseluruhan telah dikritik atau bahkan ditolak oleh berbagai ahli bahasa,[12][13]
hubungan kekerabatan antara bahasa Lampung dan Sunda secara khusus didukung oleh linguis Karl
Anderbeck (2007), sebab menurutnya kedua bahasa ini berbagi lebih banyak inovasi fonologis satu
sama lain dibandingkan dengan kelompok Malayo-Chamik-BSS usulan Adelaar.[14]

Alexander Smith (2017) menunjukkan bahwa bunyi *j dan *d dari PMP mengalami merger ke d
dalam bahasa Lampung. Perubahan ini merupakan salah satu ciri yang ia usulkan sebagai bukti bagi
hipotesis Indonesia Barat yang dikembangkannya dari usulan linguis Austronesia senior Robert Blust.
[15] Walaupun begitu, bukti-bukti leksikal yang diajukan bagi kelompok Indonesia Barat hampir tidak
dapat ditemui dalam bahasa Lampung. Smith mampu mengidentifikasi beberapa inovasi leksikal
Indonesia Barat dalam bahasa Lampung, tetapi ia tidak dapat memastikan apakah kata-kata ini
merupakan turunan langsung dari Proto-Indonesia Barat atau merupakan pinjaman dari bahasa
Melayu. Walaupun Smith mendukung penempatan bahasa Lampung ke dalam subkelompok
Indonesia Barat, ia menyatakan bahwa hal ini masih dapat diperdebatkan.

Tarian

1, Tari bedana merupakan tarian adat Lampung yang identik akan ajaran syariat Islam. Tarian ini juga
menggambarkan keramahan dan keterbukaan masyarakat lampung. Menurut sejarah, Tari Bedana
berkaitan erat dengan masuknya ajaran Islam yang dulunya diperagakan oleh kaum pria dan hanya
dapat ditonton oleh keluarga yang khatam Al-Quran

2. Tari cangget merupakan salah satu tari adat tradisional dari Lampung yang diperagakan oleh para
anak muda setempat. Pada tahun 1942, tarian ini sering diperagakan ketika terdapat acara yang
berkaitan dengan gawai adat.

Pada saat pementasan tari berlangsung, terdapat alat musik tradisional mengiringi berupa 1 bende,
2 gong, 1 gendang, 8 hingga 12 lunik, canang dan 2 pepetuk. Mayoritas masyarakat Lampung
menjadikan tarian ini sebagai ciri khas provinsinya.

3. Tari sembah atau tari penyambutan merupakan salah satu tari adat tradisional dari Lampung yang
dipertunjukan oleh masyarakat untuk acara penyambutan dan penghormatan tamu undangan. Saat
tampil, biasanya peraga tari akan menampilkan ekspresi rasa gembira sebagai simbol senang dalam
menyambut tamu.

Selain dijadikan untuk sebagai penyambut tamu, Tari Sembah juga sering ditampilkan dalam acara
upacara selamatan maras taon dan juga resepsi pernikahan. Pakaian yang dikenakan dalam tarian ini
seperti siger dan tanggai yang merupakan busana khas daerah Lampung.

4.Tari sigeh pengunten merupakan hasil dari pengembangan dari tari sembah khas Lampung dimana
gerakannya diserap dari beberapa campuran tari tradisional Lampung sehingga banyak kebudayaan
khususnya tarian yang dimiliki oleh Provinsi Lampung dapat diperkenalkan melalui tarian ini.

Selain itu, tari ini juga diperagakan dalam prosesi acara ritual penyambutan resepsi pernikahan
karena tari ini mengisahkan rasa gembira. Para penari akan menggunakan busana asli dari penari
sembah, yaitu baju kurung (sesapur) berwarna putih. Atau bisa juga memakai baju yang tak memiliki
rangkai di bagian sisi, namun pada sisi bawah terdapat hiasan berbentuk koin berwarna emas atau
perak dan digantungi berangkai.

5. Tari sekura atau tarian topeng atau bahasa lokalnya Tari Tuping merupakan tarian dari Lampung
digelar dalam pada acara pesta adat sekura yang dilakukan setiap awal bulan syawal. Tarian ini
bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur, sukacita, dan introspeksi pada sikap dan tingkah laku
yang telah diperbuat.

Dari segi penokohan, tarian ini terbagi atas beberapa karakter seperti karakter sekura anak, sekura
tuha, sekura kesatria, sekura cacat, sekura raksasa dan juga sekura binatang.

6. Tari adat tradisional dari Lampung yang satu ini sering diperagakan ketika tradisi pagelaran
peresmian gelar adat sekaligus bersamaan dengan acara upacara perkawinan. Tari nyambai diserap
dari kata cambai yang berarti sirih dimana sirih sendiri menyimbolkan keakraban dan kebersamaan
masyarakat Lampung.

Kata nyambai sebenarnya memiliki makna antara pria dengan gadis yang dipertemukan untuk
berkenalan dan menyambung tali silaturahmi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tari ini berfungsi
sebagai ajang pencarian jodoh bagi pria dan gadis tersebut.

7, Taru melinting , Merujuk nama tariannya, sesuai dengan nama daerah pertama kali tarian ini
dikenalkan yaitu di Melinting Kecamatan Labuhan Meringgai, Kabupaten Lampung Timur. Ternyata,
Melinting bermakna membawa.

Filosofi “membawa” merujuk kehadiran Islam beserta misinya saat masuk ke Lampung. Informasi
dihimpun, tarian ini diciptakan oleh ratu memimpin daerah Melinting.
Mulanya saat tarian ini dicetuskan, sakral. Namun kini, tari Melinting bebas ditampilkan dalam acara
apapun. Sisi menarik tarian ini adalah gerakan paling menonjol yakni Murni dan Maknawi.

Tarian ini juga dapat dibagi antara penari pria dan wanita. Beberapa gerakan dasar meliputi babar
kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang niduk, salaman, suali, biti batang,
luncat kijang dan lapah ayun.

8, Tari Tupping, Tarian ini berkonsep drama. Inspirasinya berdasarkan kesetiaan dan patriotisme
para perajut dan angkatan perang milik Radin Inten, Radin Imba II serta Raden Inten II di daerah
Kalianda, Lampung Selatan.

Disebut sebagai tari drama, karena dalam penampilannya terdapat beberapa karakter dengan
kriteria berbeda, seperti kesatria kasar, kesatria sakti, kesatria putrid, pelawak hingga tokoh bijak
nan sakti.

Tari Tupping sering ditampilkan saat penyambutan tamu besar hingga resepsi perkawinan. Tupping
sendiri adalah Topeng Wajah, jumlahnya harus pas 12 buah. Tupping ini diyakini memiliki kekuatan
gaib, sehingga tidak semua orang bisa mengenakannya.

9, Tari Halibambang berasal dari Suku Sekala Brak. Tarian ini kerap ditampilkan momen pernikahan.
Tujuannya, menghibur para tamu undangan yang hadir.

Nama Halibambang merujuk 2 suku kata, yakni Hali (seperti) dan Bambang (kupu-kupu). Maknanya,
tarian ini menggambarkan seekor kupu-kupu sedang terbang mengepakkan sayapnya yang indah
dan bebas.

Pada awal kemunculannya, tarian ini dimainkan secara tertutup, khusus untuk keluarga berasal dari
Suku Sekala Brak saja. Namun kini, perkembangan zaman telah menjadikan tarian ini sebagai tarian
umum.

Makanan

1. Sekubal

Hidangan khas Lampung ini biasanya muncul pada saat bulan Ramadhan dan Lebaran.

Sekubal atau segubal ini mirip dengan lontong nasi yang dibungkus daun atau lemang khas Sumatera
Barat.

Hanya saja keduanya memiliki proses memasak yang berbeda. Sekubal cocok disantap dengan tapai
ketan atau lauk rendang.

2. Bekasam

Bekasam adalah salah satu hidangan khas Lampung yang hampir jarang ditemui. Makanan khas
Lampung ini merupakan hasil fermentasi ikan air tawar yang dicampur dengan nasi dan diberi
bumbu garam.

3. Gagodoh

Hidangan ini terbuat dari tepung terigu garam, kapur sirih, dan air. Sebagai isiannya, menggunakan
pisang dan cempedak. Cocok untuk camilan goreng di sore hari.

4. Bejak enjak
Bejak enjak adalah jajanan pasar khas Lampung yang terbuat dari beras ketan, pisang raja yang tua,
santan, dan gula. Cita rasa dari bejak enjak ini manis dan gurih, makanan ini sekilas mirip lemper
atau wajik.

5. Gulai taboh

Gulai taboh merupakan makanan khas Lampung selanjutnya yang wajib kamu nikmati. Kata taboh
berarti santan. Berarti, gulai taboh adalah gulai santan yang nantinya ditambahkan dengan hasil laut
dan sayur.

6. Gabing

Gabing adalah batang kelapa muda yang dimasak dengan kuah santan dan sayuran. Makanan khas
Lampung ini memiliki rasa manis sekaligus asin dari batang kelapa muda.

7. Kue engkak

Selanjutnya, ada kue tradisional khas Lampung yang mirip dengan kue lapis legit. Selain di Lampung,
kue ini juga populer di Palembang.

8. Pisro

Satu lagi makanan khas Lampung yang mengolah ikan. Pisro, merupakan kuliner olahan ikan khas
Lampung yang dituang sambal bercita rasa pedas, asam, manis, segar.

Pakaian

Pakaian adat resmi dari provinsi Lampung dinamakan Tulang Bawang. Walaupun berpenduduk
heterogen, pakaian adat Tulang Bawang ini tetap dilestarikan ditengah-tengah masyarakat. Hingga
kini, kita bisa melihat pakaian tradisional ini dikenakan di upacara pernikahan dan dikenakan oleh
para penari sebagai simbol penghormatan budaya asli Lampung.

Pakaian Tulang Bawang kental dengan tradisi ketimuran dengan model baju tertutup dan
menjunjung tinggi nilai kesopanan. Para pria mengenakan atasan putih berlengan panjang dengan
bawahan celana berwarna sama. Selain itu, di bagian pinggang dililitkan sarung hingga sepanjang
lutut. Biasanya sarung ini didominasi warna merah dan emas.

Sementara itu, kaum wanitanya mengenakan kebaya berwarna putih. Umumnya kebaya ini terbuat
dari bahan brokat. Panjang lengan bervariasi sesuai selera, yakni bisa pendek maupun panjang.
Untuk bagian bawahnya, mereka mengenakan sarung bermodel rok panjang yang coraknya sama
dengan kaum pria. Selain itu, para wanita juga mengenakan banyak perhiasan, mulai dari mahkota di
kepala, anting, kalung, gelang, dan cincin.

Pakaian Adat Lampung Pesisir

Baju tradisional Lampung Pesisir terbagi menjadi 2, yaitu pakaian adat Lampung Saibatin dan baju
adat Lampung Pepadun. Meski ada perbedaan pada beberapa detil, namun ada pula kesamaan dari
kedua jenis pakaian adat pesisir ini, yakni penggunaan kain tradisional Lampung bernama kain Tapis

1. Pakaian Adat Suku Saibatin

Suku Saibatin adalah kelompok masyarakat yang tinggal di pesisir Lampung Timur, Bandar Lampung,
Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, dan Lampung Barat. Etnis ini memiliki tradisi sistem
kekerabatan patrilineal. Saibatin berarti satu batin atau bisa dimaknakan memiliki satu junjungan.
Hal ini menggambarkan suku Saibatin yang hanya memiliki satu pemimpin adat pada tiap generasi
kepemimpinan. Seperti pada sistem masyarakat dengan kerajaan, Suku Saibatin bersifat aristokratis.
Garis kepemimpinan hanya diturunkan berdasarkan keturunan. Kaum bangsawan biasanya tampak
lebih megah dibanding rakyatnya. Hal ini tercermin dari pakaian adatnya yang cenderung mewah.
Pakaian pengantin Suku Saibatin memiliki mahkota yang dinamakan Siger. Mahkota ini memiliki 7
pucuk, dinamakan Lekuk Pitu. Ketujuh pucuk ini menggambarkan posisi kepemimpinan, yaitu sultan,
raja jukuan atau depati, radin, batin, minak, mas, dan kimas. Pakaian Suku Saibatin didominasi warna
merah.

2. Pakaian Adat Suku Pepadun

Jika baju tradisional suku Saibatin didominasi warna merah, maka pakaian adat Suku Pepadun
didominasi oleh warna putih. Pengantin wanita dari Suku Pepadun tidak mengenakan mahkota Siger.
Selain kedua perbedaan itu, selebihnya pakaian adat kedua suku ini hampir sama. Pakaian untuk pria
lebih sederhana dibandingkan dengan pakaian wanita.

Baju Adat Pria Lampung

Pakaian pria berupa baju lengan panjang warna putih. Untuk bawahannya, mereka mengenakan
celana berwarna hitam. Pada bagian pinggang dililitkan sarung dengan motif tumpal. Sarung khas
Lampung ini ditenun dengan benang emas. Penggunaannya di luar celana dengan panjang mencapai
lutut. Selain itu, pria Lampung juga mengenakan selendang bujur sangkar yang dinamakan Khikat
Akhir. Sarung ini dilingkarkan ke pundak hingga menutupi bahu. Meski terbilang lebih sederhana
dibandingkan pakaian adat wanitanya, pakaian pria Lampung pun dilengkapi dengan 8 aksesoris.
Berikut ini jenis aksesoris baju adat pria Lampung:

- Kopiah Emas Berujim merupakan penutup kepala berbentuk dasar kopiah segi empat biasa.
Namun di atasnya terdapat hiasan memanjang ke atas. Keseluruhan kopiah ini berwarna
emas.
- Kalung Buah Jukum, kalung dengan liontin berbentuk rangkaian buah jukum. Maknanya
adalah doa agar pengantin bisa segera dikaruniai keturunan.
- Kalung Papan Jajar, kalung dengan liontin berupa 3 lempeng berbentuk siger atau perahu
kecil. Ukuran sigernya berbeda. Maknanya adalah memasuki kehidupan baru yang akan
dilanjutkan dengan keturunan mereka hingga ke anak cucu.
- Selempang Pinang, yaitu kalung panjang dengan liontin yang menyerupai buah atau bunga.
- Bulu Serti, adalah ikat pinggang yang dilengkapi dengan senjata khas Lampung yang
dinamakan Terapang. Bentuknya hampir sama dengan keris.
- Gelang Burung, gelang sepasang yang dikenakan di pergelangan tangan kanan dan kiri.
Bentuknya pipih dengan aksesoris berbentuk burung garuda yang terbang. Makna gelang ini
adalah kehidupan pernikahan yang panjang dan kekerabatan yang terjalin setelah menikah.
- Gelang Kano, bentuk gelang ini menyerupai ban. Jumlahnya juga sepasang dan dikenakan di
bawah Gelang Burung. Makna Gelang Kano adalah menghindari semua perbuatan buruk
seteleh menikah.
- Gelang Bibit, gelang ini dipakai di bawah Gelang Kano. Maknanya adalah doa agar pasangan
pengantin baru bisa segera dikaruniai keturunan.

Pakaian Tradisional Wanita Lampung


Pakaian wanita Lampung terdiri dari Selappai yang merupakan baju tanpa lengan dengan bagian
bawah yang dihiasi rumbai ringgit. Ada pula baju Bebe yang merupakan sulaman benang satin
berbentuk bunga teratai yang tengah mekar. Untuk bawahannya, kaum wanita mengenakan
kain tapis Dewa Sano.

Aksesoris yang dikenakan wanita Lampung saat mengenakan baju adat antara lain:

- Siger, yaitu mahkota emas yang melambangkan keagungan adat dan budaya Lampung. Siger
memiliki 9 ruji, yang melambangkan 9 sungai di provinsi Lampung. Kesembilan sungai itu
adalah Way Seputih, Way Tulang Bawang, Way Mesuji, Way Semangka, Way Kanan, Way
Sekampung, Way Abung Pareng, dan Way Sunkani.
- Seraja Bulan, yaitu mahkota kecil dengan 3 ruji. Penggunaannya diletakkan di atas Siger.
Seraja Bulan bermakna sebagai pengingat bagi warga Lampung, terutama generasi
mudanya, bahwa dulu Lampung memiliki 5 kerajaan. Kelima kerajaan itu adalah Kerajaan
Ratu di belalu, Kerajaan Ratu darah putih, Kerajaan Ratu di punggung, Kerajaan Ratu di
puncak, dan Kerajaan Ratu di pemanggilan.
- Subang adalah perhiasan serupa dengan anting. Pemakaiannya digantungkan di ujung daun
telinga. Biasanya berbentuk mirip buah kenari dan terbuat dari emas.
- Perhiasan leher dan dada berupa kalung Buah Jukum, kalung Papanjajar, dan kalung Ringgit.
- Gelang terdiri dari 4 jenis yaitu gelang Kano, gelqng Burung, gelang Bibit, dan gelang Duri.
- Hiasan pada pinggang berupa Selempang Pinang yang sama seperti pada pakaian pria.
- Bulu Serti, yaitu ikat pinggang dari kain beludru berwarna merah. Ikat pinggang ini dihiasi
kelopak bunga dari logam kuningan.

Rumah adat

Lampung dan rumah tradisionalnya yang tersebar di berbagai wilayah berbeda di provinsi Lampung
ini. Jenis rumah adat ini kemudian dibagi lagi berdasarkan etnis yang mendiami rumah tersebut
dengan fungsi yang berbeda-beda. Secara umum, rumah ini kemudian terbagi lagi menjadi 4 jenis,
yaitu rumah Nuwou Balak, Lamban Balak, Nowou Sesat, dan Lamban Pesagi.

Rumah Adat Nowou

Rumah jenis ini seringkali disebut juga sebagai Sesat Balai Agung. Nowou Sesat dalam bahasa
Indonesia kemudian diartikan juga sebagai balai yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan
adat. Masyarakat Lampung memiliki kitab kuno yaitu Kitab Kuntara Raja Niti. Di dalamnya berisi
berbagai prinsip serta aturan yang harus ditaati masyarakat Lampung dan keturunannya dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Termasuk diantaranya pembangunan rumah adat. Pada dasarnya
Nowou Sesat merupakan rumah panggung yang terbagi lagi menjadi beberapa ruang dengan fungsi
berbeda-beda, diantaranya:

- Ijan Geladak dengan akses utama menuju rumah dengan tangga yang dinamakan juga
Rurung Agung. Ijan Geladak juga sering dijadikan sebagai tempat berjaga saat ada upacara
adat atau kegiatan tertentu. Selain itu, Ijan Geladak seringpula difungsikan sebagai ruang
penyambutan tamu penting. Menurut adat Lampung, tamu-tamu kehormatan akan
disambut dengan tarian khas yaitu tarian Ijan Geladak.
- Anjungan merupakan area serambi yang biasanya berada depan rumah setelah melewati
Ijan Geladak. Area Anjungan ini biasanya digunakan untuk menyambut tamu kehormatan,
dan sering dijadikan sebagai tempat bermusyawarah atau beristirahat bagi para petinggi-
petinggi adat.
- Ruang Paseban difungsikan sebagai ruang utama dari keseluruhan Nowou Sesat.
Musyawarah ini sendiri umumnya membahas berbagai bahasan tertentu mulai dari
membahas perencanaan acara adat yang dilangsungkan secara teratur atau menyelesaikan
masalah-masalah di antara masyarakat. Ruang Paseban sendiri kemudian dianggap sebagai
ruangan yang terhormat dan sacral oleh masyarakat Lampung. Tak sembarang orang dapat
memasuki ruang paseban, hanya petinggi-petinggi adat saja serta dan tokoh terhormat yang
diperbolehkan masuk serta melakukan berbagai kegiatan adat di dalamnya.
- Ruang Tetabuhan Lampung dengan kesenian musik berupa Gamelan Lampung. Ruang
Tetabuhan ini digunakan untuk menyimpan berbagai alat musik berupa tetabuhan dan
gamelan khas Lampung. Biasanya Gamelan Lampung kemudian ditampilkan saat upacara
adat berlangsung. Uniknya, Gamelan ini kemudian terinspirasi dari budaya di Kesultanan
Banten cukup dekat lokasinya dengan Lampung sehingga terdapat banyak kesamaan dengan
Gamelan Jawa.
- Ruang Gajah Merem, Gajah merupakan hewan ikonik yang hidup di hutan-hutan Lampung
yang kemudian erat hubungannya dengan masyarakat sekitar. Sosok gajah ini juga
diasosiasikan sebagai sosok pemimpin. Sesuai nama ruangannya, Gajah Merem, kemudian
digunakan juga oleh para pemimpin adat untuk beristirahat. Saat Pepung atau rapat adat
berlangsung selama berhari-hari. Karenanya para petinggi adat kemudian diharuskan untuk
tinggal sementara serta beristirahat di Nowou Sesat. Bangunan Ruang Gajah Merem juga
kerap digunakan oleh para petinggi adat untuk melakukan berbagai musyawarah.

Rumah Adat Nuwou Balak

Rumah tradisional Lampung lainnya merupakan bangunan yang menganut adat Pepadun. Seperti
kebanyakan rumah adat asal Sumatera Nuwou Balak memiliki struktur rumah panggung, dengan
Bahan utama pembuatan rumah berupa kayu yang kerap digunakan untuk dinding. Pada umumnya,
Nuwou Balak dibangun berukuran 30 x 15 meter. Nuwou Balak disebut juga dengan Balai Keratun
yang dihuni oleh para kepala adat dan petinggi. Nuwou Balak sendiri terbagi menjadi beberapa area,
yaitu:

- Lawang Kuri, sebagai gapura rumah atau pintu gerbang. Ijan Geladak, berupa tangga menuju
rumah yang dilengkapi juga dengan atap. Anjungan dengan teras kecil yang difungsikan juga
sebagai tempat menerima tamu dan titik temu adat. Pasiban sebagai ruang utama rumah
berfungsi sebagai ruang musyawarah mengenai berbagai hal terkait adat.
- Lapang Agung, area khusus sebagai tempat berkumpulnya kaum hawa.
- Kebik Temen atau disebut juga sebagai Kebik Kerumpu adalah kamar tidur para anak tertua
atau sebagai penyimbang bumi.
- Kebik Rangek sebagai kamar tidur anak kedua yang disebut juga sebagai anak penyimbang
ratu.
- Kebik Tengah sebagai kamar tidur anak ketiga yang disebut juga sebagai anak penyimbang
batin. Terunik dari Nuwou Balak diantaranya tempat menyimpan alas kaki dan mencuci kaki
di Ijan Geladak. Hal Ini dimaksudkan agar rumah ini tak terkena debu serta kotoran dari alas
kaki. Tempat ini kemudian mencuci kami ini dinamakan Garang Hadap.

Rumah Adat Lamban Balak

Jenis rumah adat ini berasal dari etnis Saibatin dengan gaya arsitektur menyerupai Nuwou Balak
berupa rumah panggung. Material utamanya diantaranya Lamban Balak yang terbuat dari kayu.
Lamban Balak dengan bagian-bagian rumah lebih banyak dibanding kedua rumah adat sebelum
yaitu:
- Jan, dengan akses utama menuju rumah yaitu tangga, dengan bagian atasnya terlindung
oleh atap.
- Lepau atau Bekhanda, merupakan suatu ruangan terbuka di bagian depan rumah. Seperti
juga teras dan serambi pada rumah modern.
- Lapang Luakh, sebagai ruangan tertutup yang digunakan musyawarah adat yang disebut juga
dengan Himpun. Pada suatu rumah modern, ruang ini difungsikan juga sebagai ruang tamu.
- Lapang Lom, menjadi ruang tengah yang digunakan sebagai tempat berkumpul keluarga.
Namun ruang ini dapat juga difungsikan sebagai ruang bermusyawarah.
- Bilik Kebik atau kamar tidur utama.
- Tebelayakh sebagai kamar tidur kedua dengan ukuran yang lebih kecil.
- Sekhudu sebagai ruangan yang digunakan khusus untuk wanita.
- Panggakh merupakan tangga di dalam rumah yang juga digunakan meletakkan benda-benda
adat. Misalnya saja barang pecah belah, benda pusaka, dan senjata khas tradisional.
- Dapokh sebagai area dapur yang terletak di bagian belakang rumah. Selain digunakan
sebagai tempat masak-memasak, Dapokh juga digunakan sebagai tempat penyimpanan
bahan makanan.
- Gakhang sebagai area khusus untuk mencuci berbagai peralatan dapur.
- Bah Lamban merupakan bagian kolong rumah yang difungsikan untuk menyimpan berbagai
hasil panen.

Rumah Adat Lamban Pesagi

Jenis rumah tradisional dari Lampung berasal dari kawasan Lampung Barat. Struktur rumahnya
berupa rumah panggung. Ciri khasnya diantaranya pada tiang-tiang penyangganya yang berukuran
lebih besar. Ciri lainnya yang membedakan Lamban Pesagi serta ketiga rumah sebelum yaitu
lumbung padi yang dibangun dan terpisah dari rumah utama. Sementara itu, bagian kolong rumah
sengaja dibiarkan kosong dan tidak difungsikan untuk ruang atau kegiatan apapun.

Upacara adat

1. Upacara Perkawinan Adat Peminggir (Rebah Diah)

Dalam upacara perkawinan adat, beberapa kegiatan dilakukan yang meliputi: pemotongan kerbau
seekor khusus untuk upacara di rumah bujang dan seekor lagi untuk anggota kerabat yang akan
menyiapkan hidangan. Adapun upacara perkawinan adat pepadun meliputi bertunangan (hibal
batin), pesta adat di rumah mempelai wanita dan tarian tigel-tari perang (gawel), upacara naik tahta,
aturan mandi atau turun duwa-pemutihan dosa, serta pengumuman gelar-gelar kerabat.

2. Gawi

Tradisi Gawi atau Begawi merupakan upacara yang dilakukan untuk ritual kehidupan, di antaranya
kelahiran anak, menjelang dan saat pernikahan pemberian gelar adat Begawi Cakak Pepadun.

3. Ngambabekha

Ritual unik ini dilakukan pada saat pembukaan hutan untuk digunakan sebagai lahan perkebunan
atau perkampungan masyarakat. Warga lokal meyakini bahwa hutan memiliki penunggu. Adapun
upacara ini dimaksudkan sebagai jalur perdamaian dengan penunggu hutan agar masing-masing
tidak saling mengganggu.

Senjata

1. terapang
Senjata adat Lampung yang paling terkenal adalah Terapang atau Tekhapang. Terapang merupakan
keris khas Lampung yang sering dipakai para bangsawan pada jaman dahulu sebagai alat menjaga
diri dari serangan musuh.

Pada jaman sekarang, senjata tersebut lebih sering dipakai pada acara ritual adat Lampung, misalnya
sebagai aksesoris pakaian adat pengantin pria. Pengantin pria Lampung membawa senjata ini
sebagai lambang keberanian dan tanggung jawabnya terhadap keselamatan istrinya kelak.

Senjata tradisional Terapang tidak ditemukan pada semua wilayah Lampung. Senjata ini hanya bisa
kita temukan di Daerah Tulang Bawang Udik dan Lampung Utara, yakni dalam kebudayaan
masyarakat Lampung Abung.

Berdasarkan penelitian ahli arkelogi, diketahui bahwa keris khas Lampung tersebut sudah ada sejak
masa kekuasaan Kerajaan Tulang Bawang di sekitar abad ke 12.

2. payan

Para ahli sejarah berkeyakinan bahwa Payan adalah senjata tradisional Lampung yang usianya paling
tua. Peninggalan arkeologis di situs purbakala Pugung Raharjo dan situs peninggalan Islam Benteng
Sari menunjukkan bahwa senjata ini telah dipakai berabad-abad lamanya sebagai salah satu senjata
bagi prajurit kerajaan Tulang Bawang. Payan berbentuk semacam tombak dengan gagang yang
cukup panjang, yaitu sekitar 150 – 180 cm. Mata tombaknya terbuat dari besi dengan ujung yang
melancip.

3. Badik

Senjata adat ini juga cukup terkenal dipakai masyarakatnya Lampung untuk melindungi diri, baik dari
serangan musuh maupun serangan binatang buas. Badik selalu akrab dengan keseharian pria
Lampung, terutama para kaum muda yang senantiasa menyelipkan senjata tikam ini di ikat
pinggangnya. Penelitian arkeologis memperkirakan bahwa Badik ini mulai dikenal masyarakat
Lampung dari pengaruh budaya masyarakat Bugis yang merantau ke Lampung di masa lalu.
Kemiripan bentuk dan kesamaan fungsi membuat teori ini cukup meyakinkan.

4. Candung

Di antara aneka ragam jenis senjata tradisional Lampung, Candung adalah senjata yang paling sering
dipakai hingga saat ini. Candung sebetulnya merupakan perkakas rumah tangga yang sering dipakai
saat berladang, bekerja di dapur, maupun untuk melindungi diri ketika berada di tengah hutan.
Candung berupa sebilah golok biasa. Panjangnya sekitar 30 -50 cm dengan bilat dibuat dari baja atau
logam lainnya, sedangkan gagangnya dibuat dari kayu.

Berdasarkan fungsinys, Candung dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

Candung rampak alu, digunakan di dapur atau keperluan sehari-hari

Candung kawik, digunakan pria untuk bekerja, dan

Candung lancip, digunakan untuk keperluan khusus seperti menyembelih hewan atau berperang.

Alat musik

1. Gendang
Gendang adalah alat musik tradisional yang sangat umum di Indonesia khususnya di pulau Jawa.
Kita juga dapat menjumpai alat musik satu ini di daerah Lampung yang sudah digunakan oleh
masyarakat adat sejak dari dulu. Gendang terbuat dari bahan kayu sebagai material utama
pembuatannya. Bagian tengah kayu dilubangi dan dilapisi oleh kulit binatang sebagai bagian
yang menghasilkan suara. Gendang dimainkan dengan cara ditepuk menggunakan tangan tanpa
alat bantu khusus. Permainan gendang biasa dimainkan dengan alat musik tradisional lainya
untuk membuat suatu irama yang harmonis.

2. Membling

Membling adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Lampung. Alat musik ini
termasuk ke dalam alat musik berdawai atau memiliki senar sebagai sumber suara. Bentuk dari
membling hampir menyerupai hasapi dari daerah Sumatra Utara. Membling memiliki dua buah
dawai atau senar yang dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari tangan. Alat musik ini
dimainkan secara tunggal sebagai sarana hiburan dan mengungkapkan perasaan hati.

3. Gamolan

Gamolan adalah alat musik tradisional yang berasal dari Liwa, Lampung Barat. Alat musik ini
terbuat dari kayu sebagai dudukan dan bambu yang diikat dengan tali senar yang dirakit dan
dirancang khusus. Gamolan mempunyai perkembangan yang cukup panjang, sempat meredup di
taun 90 an akbiat tidak adanya standar yang baku dalam hal penataan nada. Perkembangan alat
musik ini sangat terbatas pada seniman gamolan saja. Namun pada masa sekarang Syafril Yamin
telah membakukan notasi atau tata nada pada gamolan, dan perkembangan gamolan pun
semakin terlihat. Gamolan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat bantu khusus yang
terbuat dari kayu. Gamolan pada zaman dahulu dimainkan hanya untuk acara-acara tertentu
seperti ritual adat dan penyambutan tamu. Namun sekarang gamolan dapat anda temui dalam
Festival Krakatau yang digelar setiap tahunya.

4. Kerenceng atau terbangan

merupakan alat musik tradisional yang hampir mirip dengan rebana. Namun terdapat
perbedaan, yaitu pada bagian pinggir kerenceng terdapat dua buah logam tipis yang
menghasilkan bunyi yang khas ketika dimainkan. Kerenceng dimainkan dengan cara ditepuk
pada bagian tengah menggunakan tangan tanpa alat bantu khusus. Alat musik ini hasil dari
perpaduan budaya Islam dan budaya asli setempat yang digunakan sebagai pengiring lagu.

5. Kompang

adalah alat musik yang berasal dari tanah arab pada abad ke-13 yang dibawa oleh para
pedagang arab melalui jalur Jawa. Kompang merupakan alat musik yang termasuk dalam alat
musik kumpulan gendang. Kompang terbuat dari bahan kayu yang dilubangi pada bagian tengah
dan dilapisi oleh kulti binatang seperti, kulit kambing betina, kulit lembu, kerbau, hingga getah
sintetik. Kompang mempunyai dua bagian, diantaranya :

- Bagian muka, yang disebut belulang. Bagian depan yang dimana terdapat kulit hewan
sebagai sumber bunyi pada alat musik satu ini.
- Bagian badan, yang disebut baluh. Bagian badan tempat menempelnya kulit sebagai
pegangan untuk memainkan alat musik ini.
Kompang dimainkan dengan cara ditepuk menggunakan jari-jari tangan. Kompang juga
dimainkan dengan cara beregu atau berkelompok sembari menyanyikan syair-syair arab atau
bahasa Melayu klasik.

6. Gambus lunik

merupakan alat musik yang termasuk kedalam golongan kordofon atau dipetik. Alat musik ini
terbuat dari bahan utama kayu berjenis kayu nangka, kulit hewan dan dawai/senar. Alat musik
tradisional satu ini adalah alat musik hasil perpaduan antara budaya masyarakat dan budaya
arab yang dibawah oleh pedagang-pedagang bangsa Arab ke NNusantara Gambus lunik
dimainkan dengn cara dipetik dan dimainkan bersamaan dengan penyebaran agama Islam di
Indonesia pada zaman dahulu.

7. Cetik

adalah alat musik tradisional dari Lampung yang terbuat dari bahan dasar bambu. Bambu yang
digunakan bukanlah bambu biasa, melainkan bambu yang sudah berusia 6 tahun dan memiliki
ukuran yang cukup besar. Cetik di rangkai dan dijejerkan dan dirakit menggunakan senar atau
tali sebagai perekatnya. Cetik dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat bantu khusus
yang terbuat dari kayu.

8. Serdam

merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang menyerupai seruling atau suling
pada umumnya. Serdam memiliki nada pentatonis dan memiliki perbedaan pada suling pada
nada dasar. Serdam memiliki 5 buah lubang sebagai pengatur nada atau bunyi yang berirama
do,re,mi,sol, la dan si (1,2,3,5,6 dan 7). Alat musik ini dapat dimainkan secara tunggal atau
secara bersamaan dengan alat musik lainya.

9. akordeon

Alat musik satu ini berasal dari daerah Lampung yang dihuni oleh mayoritas masyarakat adat
Melayu. Terbuat dari bahan dasar logam dan bahan lainya seperti kayu, kulit, kawat dan kain
beludru. Akordeon sangat melekat dengan adat istiadat masyarakat lampung dan berbentuk
seperti orgel kamar. Alat musik satu ini dimainkan dengan cara menekan beberapa tombol atau
tuts sepert pada piano yang bergetar dikarenakan angin yang memompa dari dalam alat musik
ini. Masyarakat Melayu yang ada dilampung memainkan akordeon dalam acara-acara tertentu,
seperti acara syukuran sebagai penghibur bagi para tamu yang hadir. Untuk memainkan alat
musik satu ini diperlukan kemampuan dan keterampilan khusus yang harus dimiliki karena cukup
sulit untuk dimainkan.

KEUNIKAN

1. Little Indonesia

Pada era kolonial, Belanda mengadakan program transmigrasi. Implementasinya memindahkan


banyak suku seperti Jawa dan Sunda ke Provinsi Lampung. Bahkan saat masa kemerdekaan dan
beberapa dekade lalu, program transmigrasi tetap digulirkan. Menariknya, penduduk pendatang
jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan penduduk asli Lampung. Oleh karena itu,
provinsi berjuluk Sai Bumi Ruwa Jurai tersebut sering disebut-sebut sebagai Little Indonesia,
karena terdapat berbagai suku dari Indonesia. Maka tak heran bila Lampung merupakan salah
satu provinsi cocok, untuk dikunjungi bila kamu ingin mengenal banyak orang dari daerah
berbeda-beda.

2. Gerbang utama Pulau Sumatera

Keberadaan Pelabuhan Bakauheni di Lampung Selatan membuat provinsi ini acapkali disebut
sebagai titik gerbang Pulau Sumatera. Pasalnya, melalui pelabuhan ini dua kepulauan yaitu, Jawa
dan Sumatera bisa saling terhubung via jalur penyeberangan kapal laut. Maka tak heran, bila
mayoritas masyarakat memiliki tujuan ke dua pulau tersebut akan mempertimbangkan memilih
sarana transportasi laut. Itu lantaran di kapal mereka dapat mengabadikan momen sekaligus
memandang indahnya laut biru.

3. Manusia tertinggi ada di Lampung

Manusia Indonesia memiliki rataan tinggi 175 cm. Oleh karena itulah, bila seseorang memiliki
ketinggian lebih dari 200 cm atau 2 meter, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai salah
satu orang tertinggi di Indonesia. Bagi kami belum mengetahui keberadaan manusia tertinggi
tersebut, Lampung terdata pernah memiliki warga dengan catatan itu loh. Ia adalah Almarhum
Suparwono dengan tinggi 242 cm atau mencapai 2,42 meter.

4. Penghasil kopi robusta

Menyebut kata kopi, serasa selintas langsung terpikir Lampung. Ya, tak heran mengingat provinsi
ini merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Tanah Air. Selain pisang, kopi adalah salah
satu komoditas utama masyarakat Lampung. Berbagai jenis kopi dihasilkan di daerah ini, dan
cukup dikenal hingga mendunia. Salah satu jenis kopi Lampung sudah terkenal dan mendunia
adalah kopi jenis robusta. Perlu kamu ketahui juga, ada para penggemar kopi dari berbagai
belahan dunia datang ke Lampung sekedar menikmati kopi khas sekaligus menyambangi lokasi
perkebunan kopi di Lampung.

5. Penghasil keripik pisang

Pisang merupakan komoditas Lampung juga turut menjadi andalan dan disukai oleh banyak
orang. Produksi pisang di Lampung termasuk ke dalam produksi pisang terbesar ketiga di
Indonesia bersama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pusat Data dan Informasi Pertanian
menyatakan, Lampung memasok 12,38 persen dari total produksi pisang di Indonesia. Selain itu,
mayoritas pisang asal Lampung juga diolah menjadi makanan oleh-oleh khas seperti brownies,
bolu pisang, pie pisang, dan keripik pisang dengan berbagai varian rasa telah di kenal seantero
Indonesia.

6. Ibu kota provinsi berjuluk Kota Tapis Berseri

Tapis merupakan kain terbuat dari benang emas bermotif khas Lampung dan dibuat dengan cara
disulam. Kain ini banyak digunakan oleh muli atau wanita Lampung pada acara adat dan acara
besar lainnya. Kain tapis pun menjadi julukan ibu kota provinsi Bandar Lampung yaitu, Kota Tapis
Berseri yang berarti tertib, aman, patuh, iman, sejahtera, bersih, sehat, rapih, dan indah. Slogan
tersebut bukan sekadar embel-embel slogan tempelan, melainkan direalisasikan sehingga kota
ini mendapatkan juara sebagai Kota Terbersih 1995 dan Penghargaan Adipura Kencana di 2009.

7. Pantai mendunia

Lampung memiliki garis pantai panjang dan nanindah. Keindahan pantai-pantai di Lampung telah
terkenal hingga mancanegara, sebut saja seperti Pantai Pulau Pahawang, Teluk Kiluan, Pantai
Tanjung Setia, dan Pantai Jukung. Pantai-pantai di Lampung juga tak kalah indah dengan pantai
ada di Bali. Di sini, pengunjung dapat menikmati pasir pantai baik itu pasir putih maupun pantai
pasir hitam dengan ketinggian ombak sangat beragam. Sangking menariknya pantai di Lampung,
para turis lokal dan luar hingga para peselancar berlomba-lomba ingin merasakan deru ombak
laut pantai Lampung. Bahkan Kabupaten Pesisir Barat juga tercatat sebagai penyelenggara rutin
ajang perlombaan selancar dunia, sebelum pandemik melanda Tanah Air

Hal mitos

Mitos Saibatin Lampung

Hubungan antara daerah Krui dan sosok patih yang kita ketahui bernama Gajah Mada. Pada awal
masuknya agama islam Patih Gajah Mada ingin menemui saudaranya yang berada di Padang,
namun Patih Gajah Mada malah tersesat di Provinsi Lampung tepatnya di daerah Krui, sampai
akhirnya Patih Gajah Mada meninggal dunia dan jasadnya di semayamkan di Krui. Mitos yang
berkembang di masyarakat, konon bila ada orang yang melompati ataupun meludah di makam
Gajah Mada tersebut maka orang tersebut akan celaka atau meninggal dunia keesokan harinya.

Saat masyarakat lampung mengadakan pesta dengan sanak keluarga, kemudian bertemu
dengan orang yang tidak memiliki siring (garis diatas bibir), orang tersebut tidak boleh menatap
matanya tetapi harus menunduk dan memberikan hormat kepada orang yang tidak memiliki
siring tersebut. Konon mitos yang berkembang di masyarakat adalah jika kita menatap mata
orang yang tidak memiliki siring tersebut maka kita dapat diajak/dibawa ke alamnya karena
orang itu merupakan saudaranya yang sudah meninggal.

Mitos Pepadun Lampung

1. Tidak boleh menggunting kuku pada malam hari. Itu dipercaya dapat mendatangkan celaka,
padahal maksud dari sebenarnya adalah pada saat itu belum ada listrik dan menggunting
kukunya menggunakan pisau jadi dikhawatirkan dapat melukai tangan atau kaki.
2. Tidak boleh menyapu dimalam hari. Maksud dari mitos itu adalah sama halnya kita
mendoakan ibu kita meninggal dunia.
3. Pada masyarakat lampung, dalam melaksanakan perkawinan terdapat tradisi yang unik
yaitu kedua mempelai harus memegang kendi, kemudian kedua mempelai harus saling
menyentuhkan kendi tersebut sampai benar-benar bertemu hingga air yang didalam kendi
tersebut tumpah keluar melalui lubang yang telah dibuat pas mengenai jempol kaki kedua
mempelai tanpa kendinya pecah. Jika air tersebut tidak keluar maka di percaya bahwa
kelurga tersebut tidak akan mempunyai keturunan sampai kapanpun, namun bila air dalam
kendi tersebut bisa keluar dan airnya jatuh pas di jempol kaki ke dua mempelai maka
keluarga tersebut akan mendapatkan keturunan.
4. Kursi yang terdapat di kamar pengantin. Dipercayai kursi tersebut adalah kursi kelamo atau
nenek, nenek itu dipercayai mengajari sex education kepada kedua mempelai.
5. Saat perempuan hamil 9 bulan disarankan bila ingin pergi keluar rumah maka harus
menggunakan pakaian hitam. Mitos ini dipercaya jika perempuan hamil tidak menggunakan
pakaian serba hitam maka perempuan tersebut akan tertimpa bencana.
6. Dilarang memakan pisang sambil tidur.
Maknanya jika memakan pisang sambil tidur ditakutkan nantinya meninggal dalam
perjalanan. Maksutnya jika suatu saat kita sakit kemudian di bawa kerumah sakit nantinya
akan meninggal belum sampai rumah sakit.
7. Dilarang duduk diatas bantal.
Mitos itu dipercaya jika kita duduk diatas bantal maka nantinya akan tumbuh bisul.
8. Pengantin baru dilarang tidur dikamar pada siang hari.
Maknanya dari mitos tersebut adalah jika pengantin baru tidur dikamar di siang hari akan
menyebabkan salah satu pasangan akan memiliki sifat cemburu yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai