Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Tradisi Suku Lampung Menggala

Mata Kuliah : Islam dan Budaya Adat Lampung

Dosen Pengampu : Wahyudin, S.Ag,.MA,.Mphil

Disusun Oleh :
Kelomopok 6

Lusiana Fadhillah Safitri 1904012016

Tri Wahyuni 1904012031

Fakuktas Ushuludin Adab dan Dakwah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lampung merupakan salah satu nama provinsi yang terletak di pulau


sumatera. Letak provinsi Lampung berada dibagian paling selatan pulau
sumatera dengan ibu kota Bandar Lampung. Lampung memiliki potensi alam
yang sangat beragam dan begitu melimpah. Lampung juga memiliki kekayaan
budahya yang tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan provinsi –
provinsi lain di pulau sumatera kebudayaan lampung meliputi rumah adat ,
tarian tradisioanal , pakain adat , dan juga makanan khasnya.

Masyarakat adat Lampung terbagi menjadi dua golongan besar yaitu


lampung jurai saibatin dan lampung jurai pepadun. Dapat dikatakan Jurai
Saibatin karena orang yang menjaga kemurnian daerah dalam
kepenyimbangannya. Sedangkan ciri Jurai Pepadun yaitu masyarakat yang
menggunakan bahasa dialek bahasa “Nyo” atau berlogat “O” dan sebagian
masyarakatnya mengguankan dialek “Api” atau berlogat “A” dan orang
lampung pepadun merupakan suatu kelompok yang ditandai dengan upacara
adat naik tahta dengan menggunakan adat upacara yang disebut Pepadun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut:

1. Bagaimana tradisi suku lampung menggala ?


2.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tradisi Suku Lampung Menggala

Suku Tulang Bawang (Tulangbawang Mego Pak), adalah salah satu


komunitas adat yang terdapat di provinsi Lampung. Suku Tulangbawang ini
tersebar di 4 wilayah adat, yaitu Menggala, Mesuji, Panaragan dan Wiralaga.
Suku Tulangbawang ini berada di bawah hukum adat Pepadun. Pepadun
adalah salah satu dari dua adat yang terdapat di Lampung. Menurut cerita
asal usul suku Tulangbawang, bahwa para leluhur suku Tulangbawang
memasuki wilayah mereka sekarang ini melalui pinggiran Way
Tulangbawang. Mego Pak. Maksud dari Mego Pak adalah suku Tulangbawang
ini memiliki 4 mego (marga).

marga:
Puyang Umpu
Puyang Bulan
Puyang Aji
Puyang Tegamoan

Seni budaya pada masyarakat Tulangbawang adalah Tari Bedayo,


yang memiliki usia sangat tua dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada
di Menggala. Menurut mereka Tari Bedayo dulunya diciptakan atas
permintaan Menak Sakaria dan adiknya Menak Sangecang Bumi keturunan
ari puti Bulan, di kampung Tus Bujung Menggala kecamatan Tulang Bawang
Udik. Konon munculnya tari Bedayo akibat adanya wabah penyakit yang
melanda kampung Bujung Menggala pada masa itu. Berbagai usaha yang
dilakukan pada saat itu, tetapi tidak kunjung hilang, selama pertapaannya
menak Sakaria mendapatkan wangsit agar mengadaan upacara dan
memotong kambing hitam diiringi sebuah tarian yang dibawakan penari
wanita yang masih suci berjumlah 12 orang.
Masyarakat Tulangbawang, secara umum masih percaya dengan kata-
kata orang tua, baik itu berupa pantun, dongeng, legenda mitos dan yang
lainnya. Mayoritas masyarakat suku Tulangbawang adalah penganut agama
Islam, yang telah lama berkembang di wilayah ini. Beberapa tradisi adat
budaya suku Tulangbawang terlihat banyak mengandung unsur Islami.
Mereka adalah penganut agama Islam yang taat, tetapi mereka juga terbuka
terhadap golongan agama lain, seperti dari golongan agama Kristen, Hindu
dan Budha, sehingga kerukunan agama di wilayah ini tetap terpelihara
dengan baik. Kehidupan masyarakat Tulangbawang pada umumnya
berprofesi sebagai petani, pada tanaman padi, sayur-sayuran dan tanaman
keras seperti kopi. Selain itu banyak juga yang bekerja pada sektor
pemerintahan, menjadi pedagang, guru dan profesi lainnya. Di halaman
rumah beberapa keluarga memelihara ternak seperti sapi, kambing, bebek
dan ayam untuk menambah penghasilan hidup.

Anda mungkin juga menyukai